Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LATAR BELAKANG

Perdarahan bertanggung jawab atas 30.3% kematian ibu sering tidak dapat
diperkirakan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
yang terjadi pada kehamilan 24 minggu dan menjelang persalinan. Perdarahan
antepartum merupakan kasus gawat darurat yang terjadi berkisar 3 % dari semua
persalinan. Penyebab perdarahan antepartum antara lain plasenta previa (penyebab
terbanyak), solusio plasenta dan vasa previa.1,3
Plasenta previa merupakan plasenta yang melekat pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan diatas usia 28 minggu kehamilan tanpa ada nyeri.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
di atas 30 tahun. Banyak pendapat dan teori tentang penyebab plasenta previa
namun penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum
diketahui dengan pasti.1

Prevalensi plasenta previa dari penelitian kohort oleh Lena Kim, Aaron
Caughey dan Gabriel Escobar pada tahun 2008 di San Fransisco didapatkan 0,4 %
terjadi plasenta previa dari 394.083 kelahiran. Prevalensi plasenta previa di
berbagai suku bangsa didapatkan pada Afrika-Amerika 0,44%, Asia 0,64%, Eropa
0,36%, Hispanic 0,34%, Amerika latin 0,6%, dan lainya 0,31%. Dilihat dari data
tersebut Asia menduduki peringkat pertama prevalensi terbanyak plasenta previa.
Di Indonesia, prevalensi plasenta previa pada tahun 2009 terdapat total 4.726
kasus plasenta previa yang didapati 40 orang ibu meninggal akibat plasenta
previa. Pada tahun 2010 dari total 4.409 kasus plasenta previa didapati 36 orang
ibu meninggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai 2,9 %. Literatur negara barat melaporkan
frekuensi plasenta previa 0,3-0,6% sedangkan di negara berkembang berkisar
antara 1-2,4% . Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1%
mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.4,5

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasenta Previa


2.1.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya
rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
Gambar 1. Letak plasenta normal, letak plasenta berada di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.2

Gambar 2.1 Plasenta Previa4

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Mungkin secara
kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah uterus tanpa
latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai
akibat dari proses radang atau atrofi. Faktor risiko plasenta previa antara lain.1

a. Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat


perubahan atrofik dan inflamatorik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan

(SC, kuret, dll).

d. Chorion leave persisten.

2
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.

g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

h. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga
kali.

i. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok


menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.1

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi


seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah uteri sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 3-4 cm dari ostium uteri internum.

3
Gambar 2.3 Klasifikasi Plasenta Previa

Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan


fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta
previa parsialis pada pembukaan 8 cm.1,3

2.1.4 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal,oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
uterus, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu, bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah uterus, maka plasenta yang berimplantasi disitu akan mengalami
laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada
waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena

4
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa
betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding).1,2
Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena
elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti
karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih lama dan lebih banyak. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan
akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa rasa nyeri (painless).1,2
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan
terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk
lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.
Sebaliknya,pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru terjadi
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit, tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Untuk berjaga-
jaga mencegah syok hal tersebut perlu dipertimbangkan.1,2
Perdarahan pertama sudah biasa terjadi pada kehamilan di bawah 30
minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas.
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir ke luar rahim dan tidak membentuk hematom
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian, sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.1,2

5
Gambar 2.2 Segmen Bawah Rahim yang Tipis Hingga Menyebabkan
Plasenta Akreta, Inkreta atau Perkreta

Hal yang perlu diperhatikan adalah segmen bawah rahim yang tipis dan
mudah diinvasi oleh permukaan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat
lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta
inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus ke buli-buli, dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta
dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh dan mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat di sana. Kedua kondisi ini berpotensi
meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa,
misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna
(retentio plasenta), atau setelah uri lepas karena segmen bawah uteri tidak dapat
berkontraksi dengan baik.1,2

2.1.5 Penegakan Diagnosis


Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan. Pada anamnesis, gejala pertama yang membawa si sakit ke dokter
atau rumah sakit ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjutan. Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri
(painless), dan berulang (recurrent), kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu
bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah di penuhi dengan darah.

6
Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari yang
sebelumnya. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan
bayaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya wanita
mengatakan banyaknya perdarahan dalam beberapa kain sarung, berapa gelas, dan
adanya darah-darah beku (stolsel).1,3
Pada inspeksi dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak,
sedikit, darah beku, dan sebagainya. Kalau telah berdarah banyak maka ibu
kelihatan pucat / anemis. Pada palpasi abdomen janin sering belum cukup bulan,
jadi fundus uteri masih rendah. Sering di jumpai kesalahan letak janin. Bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang
atau terapung (floating) atau menggolak di atas pintu atas pinggul. Bila cukup
pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim,
terutama pada ibu yang kurus. 5
Pada pemeriksaan inspekulo dengan memakai spekulum secara hati-hati
dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan
serviks, vagina, varises pecah dan lain-lain.2
Pada ultrasonografi, penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat
tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.Cara ini sudah mulai
banyak dipakai di Indonesia. Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan
kandung kemih yang dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta
previa dengan ketepatan tinggi sampai 96 % - 98 %. Walaupun lebih superior
jarang diperlukan transvaginal ultrasonografi untuk mendeteksi keadaan ostium
uteri internum. Di tangan yang tidak ahli, pemakaian transvaginal ultrasonografi
bisa memprovokasi perdarahan lebih banyak. Di tangan yang ahli, transvaginal
ultrasonografi dapat dicapai 98% positive predictive value dan 100% negative
predictive value pada upaya diagnosis plasenta previa.5
Pemeriksaan dalam adalah senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh di bidang obstetrik untuk diagnosis plasenta previa, walaupun ampuh
namun kita harus berhati-hati, karena bahayanya juga sangat besar. Bahaya
pemeriksaan dalam :

1. Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat

2. Terjadi infeksi

7
3. Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematur

2.1.6 Diagnosis Banding1,4

Klinis Plasenta Previa Solutio Plasenta Ruptura Uteri

Terjadinya Sewaktu hamil Sewaktu hamil dan Inpartu


inpartu

Perdarahan Recurrent Non-recurrent Bergantung


padapembuluh
darah yang pecah

Warna darah Darah baru Darah tua +darah Darah baru


beku

Anemia Sesuai dengan Tak sebanding Perdarahan keluar


darah yang keluar dengan darah dan di dalam
yang keluar

Toksemia - Bisa ada -


gravidarum

Nyeri perut Tidak ada Ada + di SBR

Palpasi Biasa dan floating Uteri in-bois Defans muskuler,


bagian-bagian anak meteoritis
sulit diraba

His Biasa Kuat Hilang

DJJ (+) (-) (-)

Periksa dalam Jar.Plasenta Ketuban tegang, Robekan


menonjol

Plasenta Ketuban robek Tipis kreater Biasa


pada pinggir
Cekung

8
2.1.7 Penatalaksanaan1,2
Penatalaksanaan plasenta previa terdiri dari penanganan ekspektatif dan
penanganan aktif.

Penanganan ekspektatif Penanganan aktif

Umur kehamilan kurang dari 37 Umur kehamilan (masa gestasi)  37


minggu minggu,  2500 gr

Perdarahan sedikit Perdarahan banyak, 500 cc atau lebih

Belum ada tanda-tanda persalinan Ada tanda-tanda persalinan

Keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8 Keadaan umum tidak baik, ibu anemis,
gr% atau lebih Hb < 8gr%

Rencana penanganan ekspektatif yaitu


 Istirahat baring mutlak,
 Infus NaCl 0.9%/ RL,
 Tokolitik (nifedipin) jika dijumpai kontraksi,
 Periksa Hb, Hct, CT, golongan darah,
 Periksa USG,
 Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung
janin
 Pematangan paru jika usia kehamilan <37 minggu dengan pemberian
dexamethason 6mg/12 jam sebanyak 4 kali IM atau bethametasone
12mg/24 jam sebanyak 2 kali IM.

Pada plasenta previa, partus pervaginam hanya dapat dilakukan pada


plasenta previa letak rendah anterior dan plasenta previa marginalis anterior
dengan jumlah perdarahan sedikit. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5
cm) ketuban dipecahkan (amniotomi), jika his lemah diberikan oksitosin drips.
Bila perdarahan masih terus berlangsung dilakukan SC.

9
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu: Selama kehamilan pada
ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat menimbulkan syok,
kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak lintang.
Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Selama persalinan
plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps tali
pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan
melekatnya plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan
dilakukan kuretase.3,5
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus,
kelainan kongenital serta cidera akibat intervensi kelahiran.1

2.1.9 Prognosis
Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal.1

10
BAB III

LAPORAN KASUS

Anamnesa Pribadi

Nama : Ny. DF

Umur : 40 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SLTA

Suku : Jawa

Alamat : Medan

No Rm : 01-04.57.80

Tanggal Masuk : 21-12-2017

Anamnesa Umum

Keluhan Utama : SC elektif

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien marupakan pasien poli PIH RSUD dr Pringadi Medan dengan diagnosis
plasenta previa totalis + MG (36-38) mgg + PK + AH, yang direncanakan operasi
pada tanggal 22 Desember 2017. Riwayat keluar lendir darah (-), mules – mules
mau melahirkan (-), keluar air – air dari kemaluan (-), Riwayat perdarahan (+) 1
kali pada usia kehamilan 32 minggu. Darah yang keluar berupa bercak darah
dengan riwayat 2-3 kali ganti doek /hari selama 2 hari. BAK dan BAB (+) normal.

RPT : (-)

RPO: (-)

11
Riwayat Haid

HPHT : 19 maret 2017

TTP : 26 desember 2017

ANC : Dokter (1x) Bidan (1x)

Siklus haid : teratur

Volume haid : 2-3 kali ganti pembalut/hari

Kelainan selama haid : tidak

Lama siklus : 28 hari

Lama haid : 7 hari

Riwayat Persalinan :

1. Perempuan / aterm/ 3000 gr/ PSP/ Bidan/ Klinik / 19 tahun/sehat


2. Laki – laki / aterm / 300 gr/ PSP/ Bidan / Klinik/ 11 tahun/sehat
3. Hamil ini

Vital Sign

Sens : Compos Mentis

TD : 120/70 mmHg

HR : 80x li

RR : 20X li

T : 37 0c

Status Obstetri

Inspeksi : Abdomen memebsar asimetris

Palpasi

Leopord I : 2 jari dibawah prosessus xypoideus

12
Leopord II : teregang kanan

Leopord III : presentasi kepala

Leopord IV : Turunnya kepala 5/5

His : (-)

DJJ : 150 x/i

Gerakan janin : (+)

VT : Tidak dilakukan pemeriksaan

Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan

USG TAS :

Janin aterm, PK,

BPD: 9,2 cm

FL: 7,5 cm

AC: 32 cm

DJJ 149 x/i

MPV : 1.1

tali pusat RI : 0,4, PI : 0,6, S/D ratio : 1,7

Plasenta anterior gr III, menutupi seluruh OUI, bridging vessel (-).

Kesimpulan Plasenta previa totalis + KDR (38-40) minggu + anak hidup +


oligohidramnion.

Kesejahteraan janin mulai kurang.

13
LAB :

Hb / Ht/ leu/ Plt : 12,2/ 36,7/ 10.730/ 321.000

PT/ Aptt/ INR : 9-12,2/ 20,8-28,2/ 0,88

U/Cr/ UA : 13.00/ 0,58 / 4,5

KGD : 70

Na/ K/ U : 136/ 4,1/107

SGPT/ SGOT : 14/17

HbsAs Kualitatif / Hiv Kualitatif : -/-

Diagnosa

Plasenta Previa Totalis + MG + KDR 38-40 minggu + PK + AH +


Oligohydramnion

Terapi

 IVFD RL 20 dpm
 Inj. Ceftriaxone 2 gr/ 24 jam (skin test )

Rencana

SC Elektif

Persiapan :

 Puasa
 SIO
 Pasang Kateter

14
Laporan Section Cesarean
Tanggal 22 Desember 2017

09.06-09.08 1. Ibu dibaringkan di atas meja operasi dengan posisi


supine. IV line dan kateter terpasang baik.
09.08-09.19 2. Dilakukan anastesi spinal, ditunggu dan pasien
dipastikan teranastesi
09.19-09.20 3. Operator cuci tangan funrbringer, lalu menggunakan
masker, topi, apron,memakai baju steril, dan handscoon.
09.20-09.21 4. Dilakukan tindakan septik dan antiseptik pada lapangan
abdomen dengan betadine dan alkohol 70% lalu ditutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
09.21
5. Time out
09.21-09.28 6. Dilakukan insisi pfannestiel pada abdomen kemudian
insisi kutis dan subkutis, tampak fasia dan dengan
mengisipkan pinset anatomis, fasia digunting kekanan
dan kekiri. Otot dikuakkan secara tumpul. Peritoneum
parietalis diklem dengan klem bengkok, dijinjing dengan
memastikan tidak ada usus dibawah nya dan digunting
diantaranya. Peritoneum dilebarkan keatas dan bawah.
Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan.
09.28-09.31 7. Identifikasi segmen bawah rahim dan ligamentum
rotundum, hack blast dipasang, dilakukan insisi konkaf
pada segmen bawah rahim sampai endometrium,
endometrium dikuakkan secara tumpul.
09.31-09.32 8. Tampak plasenta pada daerah insisi, dengan menembus
plasenta dan meluksir kepala lahir bayi, hack blast
dilepas. Lahir bayi perempuan, apgar score 8/9, tali pusat
diklem didua tempat dan digunting diantaranya.
09.32-09.39 9. Pinggir uterus dijepit dengan 4 oval klem, dilakukan
manajemen aktif kala III dengan cara injeksi oksitosin 1
amp. Saat kontraksi uterus mulai ada dilakukan metode
peregangan tali pusat terkendali, plasenta lahir, kesan

15
plasenta lahir lengkap.
09.39-09.40
10. Cavum uteri dibersihkan dengan kasa terbuka, kesan :
bersih
11. Injeksi metilergometrin 0.2 mg
09.40-09.48 12. Hack blast dipasang kembali, dilakukan penjahitan uterus
1 cm dari tepi luka dengan benang vicryl 1.0 secara
continous interlocking sebanyak 2 lapis. Dilakukan
reperitonealisasi
09.48-09.50 13. Kontraksi baik, perdarahan terkontrol, observasi ovarium
kanan dan kiri, tuba kanan dan kiri, kesan normal.
09.50-10.10 14. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, sebagai
berikut: peritoneum dijahit secara contiuous suture
dengan benang plain catgut 2.0, otot dijahit secara simple
interupted dengan plain catgut 2.0, fasia dijahit secara
continous dengan vicryl No. I, subkutis dijahit secara
simple interrupted dengan plain catgut 2.0, kutis dijahit
secara subkutikuler aproximasi dengan benang vicryl 3,0.
10.10-10.13
15. Hecting selesai, luka pada dinding perut selesai dijahit
kemudian ditutup dengan sufratule, kasa, dan hypafix.
16. Operasi selesai, keadaan pasien post operasi TD: 110/80
10.13
mmHg, RR: 20 x/i, HR: 86 x/i, perdarahan 300cc, OUP
150 cc. Lahir bayi perempuan, BBL 3000 gr. PBL 48cm,
Apgar Score 8/9, anus (+).

16
Pemantauan Post Operasi (Kala IV)

Jam 10.30 10.45 11.00 11.15 11.30 12.00 12.30


TD 110/80 110/80 110/80 110/80 120/90 120/90 120/90
(mmHg)
HR (x/i) 86 88 86 87 88 86 87
RR (x/i) 20 20 20 19 19 20 20
Kontraksi + + + + + + +
TFU (cm) Setentang Setentang Setentang Setentang Setentang Setentang Setentang
pusat pusat pusat pusat pusat pusat pusat

Perdarahan 30 cc 10 cc - - - - -
A: Post SC a/i plasenta previa totalis
Vital Sign + NH0
Sens : compos mentis,
HR: 110/ 80 mmHg
RR: 20 x / menit P: IVFD RL 20 dpm
T: 36 oC
Inj.Ceftriaxone 1gr/12jam

Status Obstetri Inj.Ketorolac 30mg/8jam

Abdomen: Soepel, peristaltik usus Inj.Ranitidine 50mg/12jam


(+) normal.
Rencana post operasi:
TFU: 1 cm dibawah pusat
 Periksa DR 2 jam post SC
P/V: (-) lochia (+) rubra  Awasi vital sign dan
perdarahan
L/O: tertutup verban, kesan: kering
Hasil laboratorium post operasi
BAK: (+) via kateter, volume
50cc/jam WBC/HCT/HGB/PLT:
12.800/39.9/13/301.000
BAB: (-), flatus (+)

17
FOLLOW UP PASIEN

23 Desember 2017 24 Desember 2017 25 esember 2017


S : Post SC S : Post SC S : Post SC
O: Vital sign: O: Vital sign: O: Vital sign:
 Sens:  Sens:  Sens:
Composmentis Composmentis Composmentis
 TD:110/70mmHg  TD:120/70  TD:110/70 mmHg
 HR: 88 x/i mmHg  HR: 86 x/i
 RR: 20 x/i  HR: 94 x/i  RR: 20 x9/i
 T: 36,9oC  RR: 20 x/i  T: 36.9oC
 Status Obstetri  T: 36oC  Status Obstetri
Abdomen:  Status Obstetri Abdomen:
Soepel, peristaltik usus (+) Abdomen: Soepel, peristaltik usus
normal. Soepel, peristaltik usus (+) normal.
TFU: 1 cm dibawah pusat (+) normal. TFU: 2 cm dibawah pusat
P/V: (-) lochia (+) rubra TFU: 2 cm dibawah P/V: (-), Lochia (+) rubra
L/O: tertutup verban, pusat L/O: tertutup verban,
kesan: kering P/V: (-) lochia (+) rubra verban kering
BAK: (+) via kateter, L/O: tertutup verban, BAK: (+) spontan,
volume 50cc/jam verban kering BAB: (+), flatus (+)
BAB: (-), flatus (+) BAK: (+) spontan A: Post SC a/i plasenta
A: Post SC a/i plasenta BAB: (+), flatus (+) previa totalis + NH3
previa totalis + NH1 A: Post SC a/i plasenta P:
P: previa totalis + NH2 Cefadroxil 500mg/12jam
IVFD RL 20 dpm P: IVFD RL 20 dpm As.mefenamat 500mg/8jam

Inj.Ceftriaxone 1gr/12jam Inj.Ceftriaxone B. comp 2x1

1gr/12jam R:
Inj.Ketorolac 30mg/8jam
Inj.Ketorolac 30mg/8jam  Ganti verban: kering
Inj.Ranitidine 50mg/12jam
R: Inj.Ranitidine  PBJ

 aff kateter 50mg/12jam  Kontrol ke PIH

R/ terapi oral 28/12/2017

18
BAB IV

ANALISA KASUS

Ny. DF, 40 tahun, G3P2A0, Jawa, Islam, SMA, IRT i/d R 45 tahun, Jawa,
Islam, wiraswasta datang untuk SC elektif. Riwayat perdarahan (+) 1x pada saat
usia kehamilan 32 minggu darah yang keluar berupa bercak darah dengan riwayat
2-3 kali ganti doek/hari selama 2 hari dan tidak diketahui penyebab. Riwayat
mules – mules mau melahirkan (-). Riwayat keluar air – air dari kemaluan (-).
HPHT 19 Maret 2017, TTP 26 Desember 2017, ANC (+) Dokter dan Bidan.
Riwayat persalinan: (1) perempuan, aterm, 3000gr, PSP, klinik bidan, 19 tahun,
sehat. (2) laki-laki, aterm,3000 gr, PSP, klinik bidan, 11 tahun, sehat. (3) Hamil
ini. Vital sign dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri: Abdomen membesar
asimetris, TFU 2 jari dibawah proceccus xypoideus, teregang kanan, terbawah
kepala, his(-), DJJ 150 x/i, gerakan janin (+). Pemeriksaan USG TAS janin aterm,
PK, BPD: 9,2 , FL: 7,5 , AC: 32, DJJ 149 x/i. MVP : 1,1, tali pusat RI : 0,4, PI :
0,6, SDR : 1,7, Plasenta anterior gr III, menutupi seluruh OUI, bridging vessel(-).
Kesimpulan KDR 38-40 minggu + anak hidup + oliguhidramion + plasenta
previa + kesejahteraan janin mulai kurang. Dari laboratorium dalam batasan
normal. Pasien didiagnosa plasenta previa totalis + MG + KDR (38-39) minggu +
PK + AH dan direncanakan sectio caecarean elektive pada 22 Desember 2017,
lahir bayi perempuan, BBL 3000 gr, PBL 48 cm, A/S 8/9, anus (+). Pasien di
rawat di ruangan dengan terapi IVFD RL + oxytocin 10 IU => 20gtt/i, Inj.
Ceftriaxone I gr/ 12 jam, Inj. Ranitidinne 50 mg/12 jam, Ketorolac 30 mg/8 jam.
dan rencana diruangan cek DR 2 jam post SC, Awasi perdarahan pervaginam dan
kontraksi uterus. Selama perawatan pasien mendapat antibiotik dan analgesik
sesuai dosis standart, keadaan pasien membaik. Ibu dan bayi baik dan pulang pada
25-12-2017, kontrol ke PIH 28-12-2017.

19
TEORI KASUS
ANAMNESIS : Pada pasien ini dijumpai Riwayat
Gejala pertama si sakit ke dokter atau perdarahan (+) 1 kali pada usia
rumah sakit ialah perdarahan pada kehamilan 32 minggu tanpa ada rasa
kehamilan setelah 28 minggu atau pada nyeri dan tanpa sebab.
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat
perdarahan tanpa sebab (causeless),
tanpa nyeri (painless) dan berulang
(recurrent). Biasanya wanita
mengatakan banyaknya perdarahan
dalam berapa kain sarung, berapa gelas
dan adanya darah-darah beku (stolsel).

PEMERIKSAAN OBSTETRI PEMERIKSAAN OBSTETRI


INSPEKULO: Inspekulo:
Dengan memakai spekulum secara hati- - Tidak dilakukan pemeriksaan.
hati dilihat dari mana asal perdarahan,
apakah dari dalam uterus, atau dari VT :
kelainan serviks, vagina , varises pecah, - Tidak dilakukan pemeriksaan.
dan lain-lain.
Palpasi abdomen : Inspeksi:
- Sering ditemui bagian terbawah - tidak dilakukan pemeriksaan
janin masih tinggi di atas simfisis karena pasien merupakan pasien
dengan letak janin tidak dalam PIH dengan rencana SC elektif.
letak memanjang. Palpasi abdomen
- Sering dijumpai kesalahan letak - kepala masih terapung (floating)
janin
- Bagian terbawah janin belum
turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau
terapung (floating) atau di atas

20
pintu atas panggul
- Palpasi abdomen tidak membuat
ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang.

ULTRASONOGRAFI ULTRASONOGRAFI
Penentuan lokasi plasenta secara Plasenta anterior gr III, menutupi
ultrasonografis sangat tepat dan tidak seluruh OUI, bridging vessel (-).
menimbulkan bahaya radiasi terhadap Kesimpulan IVP 38-40 minggu + anak
janin. hidup + oliguhidramion + plasenta
previa + kesejahteraan janin mulai
kurang.

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Untuk menghindari perdarahan yang Pada pasien ini dilakukan segera SC
banyak, maka pada plasenta previa elektif
totalis dengan janin hidup atau
meninggal, tindakan yang paling baik
adalah seksio sesarea.

PERMASALAHAN

1. Apakah penanganan dan terapi pada pasien sudah tepat?


2. Sebagai dokter umum sampai sejauh mana penanganan yang harus
dilakukan sebelum akhirnya pasien dengan kasus ini dirujuk?

21
BAB V

KESIMPULAN

Ny. DF, 40 tahun, G3P2A0, Jawa, Islam, SMA, IRT i/d R 45 tahun, Jawa,
Islam, wiraswasta datang untuk SC elektif. Riwayat perdarahan (+) 1x pada saat
usia kehamilan 32 minggu darah yang keluar berupa bercak darah dengan riwayat
2-3 kali ganti doek/hari selama 2 hari dan tidak diketahui penyebab. Riwayat
mules – mules mau melahirkan (-). Riwayat keluar air – air dari kemaluan (-).
Telah dilakukan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, lalu
didiagnosa dengan plasenta previa totalis + MG + KDR (38-39) minggu + PK +
AH dan direncanakan sectio caecarean lahir bayi perempuan, berat badan lahir
3000 gr, panjang badan lahir 48 cm, APGAR score 8/9, anus (+), sehat. Pulang
berobat jalan 25 Desember 2017 dan kontrol ke PIH 28 Desember 2017.

Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah memberi edukasi pada pasien
ini untuk lebih jeli dalam menghadapi apabila hamil lagi, tetap melakukan
pemeriksaan ke dokter untuk kehamilannya. Dan menjelaskan faktor-faktor risiko
apabila pasien hamil lagi diusia yang memiliki risiko untuk plasenta previa.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R. Perdarahan Antepartum; dalam: Sinopsis Obstetri Jilid 1;


Bab 40, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2011: 187-91, 198.
2. Prawirahardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Saifuddin AB, editor.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo; 2009:495-502.
3. Sunarsih, Susanaria P. Hubungan Usia dan Paritas Ibu Hamil dengan
Kejadian Perdarahan Antepartum di RSUD Abdoel Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2013. Jurnal Kebidanan, vol. 1(1); 2015: pp 13-17.
4. World Health Organization (WHO). Antepartum Hemorrhage 2015.
Switzerland. 2015.
5. Decherney a, Nathan L; et al. Fetal & Early Neonatal Physiology; in:
Current Diagnosis & Treatment of Obstetrics & Gynecology; Chapter 8
and 20, Tenth Edition, McGrawHil; Newyork, 2013: 159-60, 328-31,
336-8.

23

Anda mungkin juga menyukai