BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
penyelenggara Negara yang selalu berakhir dengan tuntutan para rakyat dan
kerusuhan dan berujung pada penghilangan nyawa para korban.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
5
6
6
7
BAB III
PEMBAHASAN
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
Pelanggaran Awal :
1. Birokrasi Yang Politis, KKN, Dan Berbelit-Belit
Birokrasi semasa orde baru sangat politis. Setiap PNS itu
Korpri dan wadah Korpri adalah Golkar. Jadi sama saja dengan
PNS itu Golkar. Ini berbahaya karena birokrasi merupakan
wilayah eksekusi kebijakan. Akibatnya kebijakan tidak terlaksana.
Dan ini dapat memicu reformasi birokrasi besar-besaran setiap
kali ada pergantian kepemimpinan dan tentunya ini bukanlah hal
yang baik untuk stabilitas pemerintahan. Maka seharusnya
birokrasi itu netral. Banyak sekali kasus KKN dalam birokrasi. Ini
menjadi bahaya laten karena menimbulkan ketidakpercayaan yang
akut dari masyarakat kepada pemerintah. Selain itu berdampak
pula pada iklim investasi. Hal tersebut mendorong pada birokrasi
yang tidak rasional. Kinerja menjadi tidak profesional, urusan
dipersulit,
2. Eksekutif Tidak Cukup Kuat Untuk Menjalankan Kebijakannya
Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Ini membuat posisi
presiden kuat dalam arti sulit untuk digulingkan. Namun, di
parlemen tidak terdapat partai yang dominan, termasuk partai
yang mengusung pemerintah. Ditambah lagi peran legislatif yang
besar pasca reformasi ini dalam menentukan banyak kebijakan
presiden. Dalam memberhentikan menteri misalnya, presiden sulit
untuk memberhentikan menteri karena partai yang “mengutus”
12
13
13
14
14
15
15
16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk terbesar yang menggunakan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai
struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Tercatat ada tiga bentuk
demokrasi yang pernah dianut Indonesia yaitu, demokrasi parlementer (1945-
1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), dan demokrasi pancasila (1965-
1998) dan Reformasi Demokrasi (1998-sekarang)
Dalam perjalanannya, kesemua system tersebut mempunyai
permasalahan masing-masing mulai dari pelanggaran berupa money politic,
intimidasi politik, hingga pelanggaran genosida berupa pelanggaran
kewajiban sebagai seorang pihak eksekutif/legislatif yang seharusnya
melakukan kewajibannya sebagai penyelenggara Negara yang selalu berakhir
dengan tuntutan para rakyat dan kerusuhan dan berujung pada penghilangan
nyawa para korban.
Dalam kehidupan berdemokrasi, terdapat prinsip-prinsip yang harus
dipahami dan ditaati oleh kedua belah pihak, baik pihak penguasa atau pihak
warga negara. Dengan begitu, para penguasa tidak bisa berbuat semaunya
dengan jabatan yang ia miliki, karena mempunyai warga Negara sebagai
pengawas utama dan bertanggung jawab penyelanggaraan ketatanegaraan RI.
Sedangkan untuk warga Negara sendiri, demokrasi harus dibangun dalam
batas batas nomokrasi, sebab demokrasi tidak mungkin diwujudkan tanpa
adanya rule of law. Demokrasi membutuhkan aturan main yang jelas dan
dipatuhi secara bersama. Tanpa aturan main,demokrasi tidak akan pernah
mencapai tujuan-tujuan substansialnya.
Demokrasi yang merupakan salah satu bentuk dari kekuasaan rakyat,
harus kembali ditegakkan setegak-tegaknya. Beragam hal permasalahan
relasi kuasa dan kepentingan kelompok yang kerap menodai esensi dari
makna demokrasi harus dilawan dengan menegakkan kembali demokrasi dan
senantiasa memperjuangkan nilai demokrasi, bersama hal itu pula kedaulatan
rakyat akan terbangun.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju,
Bandung, 2011.
IPI Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia : View Article
(http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=30807) diakses pada tanggal 1
September 2019
17
18
(https://www.kompasiana.com/ahmadaprizal/57b92dccab9273d00d54f0e6
/demokrasi-di-indonesia?page=all) diakses pada tanggal 1 September
2019
18