Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk terbesar yang menggunakan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai
struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Tercatat ada tiga bentuk
demokrasi yang pernah dianut Indonesia yaitu, demokrasi parlementer (1945-
1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), dan demokrasi pancasila (1965-
1998) dan Reformasi Demokrasi (1998-sekarang). Demokrasi sendiri berasal
dari bahasa Yunani "demos" artinya rakyat dan "kratos" artinya
pemerintahan, jadi dapat disimpulkan demokrasi adalah pemerintahan yang
berasal dari rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi tidak dapat dibicarakan secara terpisah atau tanpa
mengaitkannya dengan konsep negara hukum, karena negara hukum
merupakan salah satu negara demokratis, dan demokratis merupakan salah
satu cara paling aman untuk mempertahankan kontrol atas negara hukum
(negara hukum yang berdemokratis). Gagasan dari negara hukum adalah
bahwa hukum negara harus dijalankan dengan baik dalam arti sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh masyarakat terhadap hukum) dan adil (karena
maksud dasar dari hukum adalah keadilan). Secara substansial, makna
demokrasi dari kaca mata hukum ada dua yakni berkaitan dengan norma
berupa cara memperoleh kekuasaan dan bagaimana melaksanakan kekuasaan.
Kedaulatan rakyat (demokrasi) sebagaimana telah diatur dalam pasal 1 Ayat
(2) sesuai dengan bagaimana sebagaimana negara demokratis yang
menjunjung tinggi hukum dan keadilan seperti Indonesia.
Dalam konteks pelaksanaan kekuasaan dalam makna demokrasi
tersebut terdapat pihak-pihak yang terlibat sebagai salah satu pelaku utama
dalam konsep demokrasi itu sendiri, yaitu rakyat atau warga Negara. Salah
satu hak dasar warga Negara adalah hak demokrasi dan kebebasan atas
penyelenggaraan, pemenuhan, dan penggunaan hak demokrasi itu sendiri.
Hak tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam perjalanan

1
2

kebangsaan mengingat upaya demokratisasi yang bermuara kepada


kebebasan demokrasi tersebut dari waktu ke waktu kian terus mengalami
perkembangan. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-
lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan
melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang
berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif
dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak
sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum
dan peraturan.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia mulai menunjukkan trend yang
cukup positif karena pada tahun 2004 untuk pertama kalinya pemilihan badan
eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dan legislative (Dewan Perwakilan
Rakyat) dipilih langsung oleh rakyat dan pemilu selanjutnya yang waktu
pemilihan nya sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum(KPU).
Seiring dengan berkembangnya semangat nilai demokrasi di Indonesia,
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut juga mulai
bermunculan (Qodari,2005: 75)
Permasalahan permasalahan yang muncul pun beragam mulai dari
pelanggaran berupa money politic, intimidasi politik, hingga pelanggaran
genosida berupa pelanggaran kewajiban sebagai seorang pihak
eksekutif/legislatif yang seharusnya melakukan kewajibannya sebagai

2
3

penyelenggara Negara yang selalu berakhir dengan tuntutan para rakyat dan
kerusuhan dan berujung pada penghilangan nyawa para korban.

Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini dimaksudkan untuk


menjelaskan tentang perjalanan demokrasi di Indonesia serta
implementasinya dalam kehidupan bernegara Indonesia dan juga kasus-kasus
pelanggaran yang menyelimutinya dalam penyelenggaraan ketatanegaraan
Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, adapun rumusan masalah dari makalah ini
diantaranya :
1. Bagaimanakah konsep dasar demokrasi tersebut ?
2. Bagaimana urgensi dari demokrasi tersebut terhadap kelangsungan
hidup bangsa Indonesia ?
3. Apa faktor penyebab kasus-kasus pelanggaran demokrasi tersebut
muncul ?
4. Apa alternatif penyelesaian kasus tersebut ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan uraian diatas, adapun tujuan penelitian dari makalah ini
diantaranya :
1. Untuk mengetahui konsep dasar demokrasi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah urgensi dari demokrasi terhadap
kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor penyebab kasus
pelanggaran demokrasi tersebut.
4. Apakah alternatif penyelesaian terhadap kasus tersebut.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Demokrasi


Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana semua warga
negaranya mempunyai hak dan kesempatan yang sama/ setara untuk
berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi
hidup mereka. Dari penjelasan arti demokrasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam hal pembuatan keputusan
yang berdampak bagi kehidupan rakyat secara keseluruhan.
Sistem pemerintahan demokrasi memberikan kesempatan penuh kepada
warganya untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses perumusan,
pengembangan, dan penetapan undang-undang, baik itu melalui perwakilan
ataupun secara langsung.
Secara etimologis, kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Demos” dan “Kratos”. Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya
pemerintahaan. Sehingga pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.

2.2. Prinsip Prinsip Demokrasi


A. Negara Berdasarkan Konstitusi
Konstitusi atau Undang-Undang adalah suatu norma sistem Politik
dan Hukum yang dibuat oleh pemerintah secara tertulis. Konstitusi
dijadikan landasan dalam menjalankan negara dan berfungsi sebagai
batasan kewenangan pemerintah serta dapat memenuhi hak khalayak.
B. Peradilan Tidak Memihak dan Bebas
Pemerintah tidak boleh melakukan intervensi dalam proses peradilan
karena sistem pemerintahan demokrasi menganut peradilan bebas. Artinya,
proses peradilan harus netral agar dapat melihat permasalahan secara jenih
sehingga menghasilkan keputusan yang adil terhadap perkara yang
ditangani.
C. Kebebasan Berpendapat dan Berserikat
Di dalam pemerintahan dengan sistem demokrasi, setiap warga

4
5

negaranya dapat membentuk organisasi/ berserikat dan memiliki hak


menyampaikan pendapat. Namun pada pelaksanaannya, penyampaian
pendapat atau aspirasi harus dilakukan dengan bijak.
D. Adanya Pergantian Pemerintahan
Sesuai dengan pengertian demokrasi, pergantian pemerintahan
dilakukan secara berkala sehingga meminimalisir penyalahgunaan
kekuasaan, korupsi, kolusi, dan juga nepotisme, seperti yang pernah terjadi
pada masa pemerintahan orde baru. Proses pemilihan umum dilakukan
secara jujur dan adil untuk memilih pemimpin yang dapat diandalkan
dalam menjalankan pemerintahan.
E. Kedudukan Rakyat Sama di Mata Hukum
Di dalam sistem demokrasi, penegakan hukum dilakukan dengan
memperhatikan keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu. Artinya,
setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum
dan pelaku pelanggar hukum mendapat hukuman tegas sesuai
pelanggarannya.
F. Adanya Jaminan Hak Asasi Manusia
Sesuai dengan makna demokrasi, perlindungan Hak Asasi Manusia
(HAM) menjadi hal yang utama di dalam sistem demokrasi. Pemerintah
dan segala insititusinya harus menghormati dan menghargai HAM, dan
melakukan tindakan tegas terhadap pelanggar HAM.
G. Adanya Kebebasan Pers
Salah satu cara masyarakat menyampaikan aspirasinya ke
pemerintah adalah melalui pers. Di dalam sistem pemerintahan demokrasi,
PERS memiliki kebebasan dalam menyampaikan kritik dan saran kepada
pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan. Pers juga dapat berfungsi
sebagai media sosialisasi program-program pemerintah kepada
masyarakat. Dengan begitu maka komunikasi antara pemerintah dan
rakyat dapat terjalin dengan baik.

2.3. Ciri Ciri Negara Demokrasi


Suatu negara dapat dikatakan menggunakan sistem pemerintahan
demokrasi jika dalam proses pemerintahannya sesuai dengan karakteristik

5
6

negara demokrasi. Sesuai dengan pengertian demokrasi, adapun ciri-ciri


demokrasi adalah :
A. Keputusan Pemerintah untuk Seluruh Rakyat
Segala keputusan yang akan diambil adalah berdasarkan aspirasi dan
kepentingan seluruh warga negara, bukan atas dasar kepentingan suatu
kelompok. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya tindakan korupsi,
kolusi, dan nepotisme di dalam masyarakat.
B. Menjalankan Konstitusi
Segala hal yang berkaitan dengan kehendak, kepentingan, dan
kekuasaan rakyat, harus dilakukan berdasarkan konstitusi. Hal tersebut
tertuang di dalam penetapan Undang-Undang, dimana hukum harus
berlaku secara adil bagi seluruh warga negara.
C. Adanya Perwakilan Rakyat
Dalam sistem demokrasi terdapat lembaga perwakilan rakyat yang
berfungsi untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. Di
Indonesia, lembaga ini dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
dipilih melalui pemilihan umum dan kekuasaan dan kedaulatan rakyat
diwakili oleh anggota dewan terpilih.
D. Adanya Sistem Kepartaian
Partai merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan sistem
demokrasi. Melalui suatu partai, rakyat dapat menyampaikan aspirasinya
kepada pemerintah yang sah. Partai memiliki fungsi dalam hal
pengawasan kinerja pemerintah apakah sesuai dengan aspirasi warga
negara. Selain itu, partai juga dapat mewakili rakyat dalam mengusung
calon pemimpin, baik itu pemimpin negara maupun pemimpin daerah.

6
7

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Konsep Dasar Demokrasi Indonesia


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas
dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip
tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung
makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Demokrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa rakyat memiliki
kekuasaan tertinggi dalam hal pembuatan keputusan yang berdampak bagi
kehidupan rakyat secara keseluruhan. Sistem pemerintahan demokrasi
memberikan kesempatan penuh kepada warganya untuk berpartisipasi secara
aktif dalam proses perumusan, pengembangan, dan penetapan undang-
undang, baik itu melalui perwakilan ataupun secara langsung.
Secara etimologis, kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu
Demos dan Kratos. Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya
pemerintahaan. Sehingga pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat.
Di Indonesia sendiri sistem demokrasi sudah dibahas pertama kali sejak
kemerdekaan, begitupun berbagai pemikiran yang merupakan pengembangan
dari konsepsi yang dibahas oleh beberapa tokoh di Indonesia. Setiap tokoh
pergerakan dan pelopor kemerdekaan Indonesia memiliki konsepsi
demokrasinya masing-masing, kebanyakan dari mereka berusaha menengahi
dualisme penafsiran demokrasi dari Negara Barat yang liberalis dan kapitalis
dengan Negara Timur yang komunis, terutama dalam merumuskan tentang
kebebasan politik yang diadopsi dari demokrasi Barat dan kemerataan
ekonomi yang ditiru dari demokrasi Timur. Namun, terkadang beberapa
tokoh kemudian memiliki kecenderungan masing-masing, entah itu
kecenderungan pada Barat ataupun Timur, yang kemudian menjadi ciri khas
dari perkembangan demokrasi di Indonesia.

7
8

Dalam perjalanannya, Indonesia sendiri setidaknya telah melewati 4 era


demokrasi yang kesemuanya mempunyai konsep masing-masing, meskipun
dalam pembentukannya, semua dasar dari penjalanan demokrasi tersebut
sama dan berasaskan kerakyatan, tetapi keberhasilan dari pencapaian makna
demokrasi itu sendiri dari setiap era tersebut berbeda. Diantaranya demokrasi
palementer (1950-1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), demokrasi
pancasila (1965-1998), Reformasi Demokrasi (1998-sekarang).

3.2. Penyelenggaraan Demokrasi Di Indonesia


Dalam penyelenggaran konsep demokrasi di Indonesia sendiri bisa
dibilang masih belum terlalu lama jika dibandingkan dengan Negara Negara
lain yang telah menggunakan konsep demokrasi dalam ketatanegaraannya.
Tetapi Indonesia telah cukup merasakan rasanya konsep demokrasi yang
berbeda-beda bentuk dan implementasinya. Setidaknya Indonesia telah
merasakan 4 bentuk demokrasi yang berbeda-beda. Adapun era demokrasi
tersebut diantaranya :
1. Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai
1959 yang menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan
konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di
Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan
dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan
parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak
percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet
harus meletakkan jabatannya.
Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi
liberal yang parlementer, dimana presiden sebagai Kepala Negara
bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan banyak
berkembangnya partai-partai politik.

8
9

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Di masa ini, kita bisa melihat perbedaan yang sangat mencolok
antara masa demokrasi parlementer dan masa demokrasi terpimpin.
Hal yang paling kontras adalah prinsip demokrasi pudar atau malah
menyeleweng di dalam masa demokrasi terpimpin. Padahal
semangat demokrasi dapat ditemukan tertanam sangat dalam di masa
demokrasi parlementer. Rakyat berkuasa penuh dalam pemerintahan,
ada banyak partai politik yang muncul untuk memberikan kader ke
dalam pemerintahan, dan yang pastinya ada pergantian calon
pemimpin yang teratur. Namun hal-hal tersebut tidak tercerminkan
dalam penjalanan demokrasi terpimpin.
Terjadi penyelewengan yang banyak dalam menjalankan
'demokrasi' terpimpin. Mulai dari suara dan aspirasi rakyat yang
tidak tersampaikan dengan baik. Kebijakan presiden yang dilakukan
tidak sesuai dengan UUD 1945. Tidak terlaksananya pemilihan
umum ataupun rotasi pemerintahan dengan baik. Bisa terlihat betapa
redam dan lemahnya jiwa demokrasi di dalam masa demokrasi
terpimpin ini. Demokrasi terpimpin malah semakin menjauhi
definisi, konsep, dan nilai demokrasi itu sendiri.
3. Demokrasi Pancasila (Orde Baru) (1965-1998)
Era demokrasi Pancasila diawali dengan suatu peristiwa sejarah
yang sangat kelam bagi Indonesia, yaitu Gerakan 30
September(G30S). Terlepas dari peristiwa kemanusiaan yang
mengikutinya, G30S membawa satu angin perubahan sosial, politik,
dan ekonomi di Indonesia. Orde Baru bertujuan untuk meluruskan
kembali cita-cita demokrasi Indonesia yang melenceng menjadi
kediktatoran dibawah kekuasaan Presiden Soekarno selama
masa demokrasi terpimpin (Orde Lama). Masa demokrasi
Pancasila menunjukkan keberhasilan dalam politik, hal ini
dibuktikan dengan keberhasilan menyelenggarakan pemilihan
umum (pemilu) secara teratur, yaitu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997. Adanya pemilu yang teratur memang merupakan tekad

9
10

awal Orde Baru untuk membangun kembali demokrasi Indonesia,


dan ini telah diatur dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum
tahun 1969, Setelah politik dan ekonomi nasional kembali stabil,
lambat laun ternyata telah tercipta sebuah pemusatan kekuasaan
kepada Presiden Soeharto. Dominasi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia semakin terasa jelas, birokrasi menjadi semakin rumit dan
mengekang kebebasan masyarakat, dan juga Golongan
Karya berubah menjadi sebuah organisasi politik yang dominan
dalam politik Indonesia.
Pemerintahan Presiden Soeharto secara terang-terangan
berubah menjadi sebuah rezim yang otoriter namun kali ini
bukan otoritarianisme sayap kiri seperti di era Soekarno, tetapi lebih
kepada kediktatoran junta militer, karena militer bisa dimana saja,
menduduki jabatan-jabatan publik yang strategis, yang seharusnya
dalam demokrasi tidak boleh ada intevensi militer di dalamnya.
4. Reformasi Demokrasi (1998-Sekarang)
Setelah berbagai kasus yang menyelimuti era orde baru dan
berakhir dengan pengunduran diri Soeharto dari jabatannya sebagai
Presiden Indonesia, maka masa reformasi demokrasi pun dimulai.
Era reformasi lahir sebagai cermin dari sikap bangsa untuk kembali
pada sistem ketatanegaraan sesuai dengan konstitusi UUD 1945.
Konstitusi yang dikonstruksikan sebagai bentuk kesepakatan
tertinggi atau bahkan sebagai kontrak sosial bagi seluruh rakyat
untuk dan dalam bernegara.
Kontrak itu tidak lain agar para penyelenggara kembali
menjalankan negara sesuai dengan konstitusi dasar yaitu
menghidupkan kembali pola berdemokrasi yang sehat sesuai
ketentuan pasal 27 dan 28 UUD 1945 yaitu menghidupkan kembali
terwujudnya jaminan persamaan hak bagi seluruh warga dan
kebebasan mengemukakan pendapat dan kesepakatan untuk
mewujudkan janji reformasi sebagaimana tercermin dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

10
11

Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang berupa sistem


pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat sendiri dan atau
dengan persetujuan rakyat. Kebebasan individu dalam demokrasi
pancasila tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan
tanggung jawab sosial (Yunus, 2015: 161)

3.3. Kasus Pelanggaran Penyelenggaraan Demokrasi Di Indonesia


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat
baik langsung maupun tidak langsung (melalui perwakilan) setelah melalui
proses pemilihan umum yang langsung, umum, bebas rahasia, jujur dan
adil. Demokrasi tidak sama dengan kebebasan’ maksudnya adalah meski ada
pengertian timbal balik antara konsep demokrasi dan kebebasan,tetapi tidak
sama. Demokrasi adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
yang dibatasi oleh aturan hukum (konstitusi).
Prinsip kebebasan pada dasarnya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari praktek demokrasi dimana pemegang kekuasaan (pemerintah
dan rakyat) harus bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan
demikian pusat kekuasaan dan rakyat tidak dapat bertindak sewenang-
sewenang melainkan harus tunduk pada peraturan hukum yang berlaku.
Dengan kata lain pelaksanaan demokrasi tidak memberi peluang adanya
kebebasan yang tak terbatas sehingga semua kelompok kepentingan
memperoleh perlindungan hukum.
Ketentuan dan peraturan hukum yang membatasi kekuasaan pemerintah
ini ada dalam konstitusi sehingga demokrasi konstitusional sering disebut
dengan pemerintahan berdasarkan konstitusi. Adanya pembatasan dalam
system pemerintahan demokrasi konstitusional sangatlah penting, mengingat
seringkali makna demokrasi diidentikkan dengan kebebasan.
Maka setelah itu terciptalah pembatasan yuridis yang dikenal
dengan Rule of Law (Rechsstaat). Namun seiring dengan mencuatnya isu
mengenai demokrasi seiring itu pula kita kerap menemui berbagai jenis
pelanggaran demokrasi yang terjadi. Beberapa pelanggaran demokrasi
tersebut bahkan sampai menjadi sebuah pelanggaran HAM karena telah
berakibatkan penghilangan nyawa orang.

11
12

Dapat kita katakan bahwa pelanggaran demokrasi dapat dibedakan


menjadi 2 bagian. Yang pertama yaitu pelanggaran demokrasi yang berupa
pelanggaran-pelanggaran awal yang menjadi pemicu sebuah penyelewengan
kewajiban yang berkuasa (Birokrasi yang KKN, ketidakstabilan lembaga
Negara, dll) dan yang kedua pelanggaran-pelanggaran akhir yang merupakan
akibat dari keseluruhan pelanggaran-pelanggaran awal yang dilakukan oleh
para pelanggar demokrasi tersebut, yang biasanya berujung pada pelanggaran
HAM (Tragedi Trisakti 1998, dan Tragedi Semanggi 1999). Berikut
penjelasannya :

 Pelanggaran Awal :
1. Birokrasi Yang Politis, KKN, Dan Berbelit-Belit
Birokrasi semasa orde baru sangat politis. Setiap PNS itu
Korpri dan wadah Korpri adalah Golkar. Jadi sama saja dengan
PNS itu Golkar. Ini berbahaya karena birokrasi merupakan
wilayah eksekusi kebijakan. Akibatnya kebijakan tidak terlaksana.
Dan ini dapat memicu reformasi birokrasi besar-besaran setiap
kali ada pergantian kepemimpinan dan tentunya ini bukanlah hal
yang baik untuk stabilitas pemerintahan. Maka seharusnya
birokrasi itu netral. Banyak sekali kasus KKN dalam birokrasi. Ini
menjadi bahaya laten karena menimbulkan ketidakpercayaan yang
akut dari masyarakat kepada pemerintah. Selain itu berdampak
pula pada iklim investasi. Hal tersebut mendorong pada birokrasi
yang tidak rasional. Kinerja menjadi tidak profesional, urusan
dipersulit,
2. Eksekutif Tidak Cukup Kuat Untuk Menjalankan Kebijakannya
Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Ini membuat posisi
presiden kuat dalam arti sulit untuk digulingkan. Namun, di
parlemen tidak terdapat partai yang dominan, termasuk partai
yang mengusung pemerintah. Ditambah lagi peran legislatif yang
besar pasca reformasi ini dalam menentukan banyak kebijakan
presiden. Dalam memberhentikan menteri misalnya, presiden sulit
untuk memberhentikan menteri karena partai yang “mengutus”

12
13

menteri tersebut akan menarik dukungannya dari pemerintah dan


tentunya akan semakin memperlemah pemerintah. Hal ini
membuat presiden sulit mengambil langkah kebijakannya dan
mudah di-“setiri” oleh partai.
3. Tidak Berjalannya Fungsi Partai Politik
Fungsi partai politik paling tidak ada tiga: penyalur aspirasi
rakyat, pemusatan kepentingan-kepentingan yang sama, dan
sarana pendidikan politik masyarakat. Selama ini dapat dikatakan
ketiganya tidak berjalan. Partai politik lebih mementingkan
kekuasaan daripada aspirasi rakyat. Fungsi partai politik sebagai
pemusatan kepentingan-kepentingan yang sama pun tidak berjalan
mengingat tidak adanya partai politik yang konsisten dengan
ideologinya.
Partai politik sebagai sarana pendidikan politik masyarakat
lebih parah. Kita melihat partai mengambil suara dari masyarakat
bukan dengan pencerdasan terhadap visi, program partai, atau
kaderisasi, melainkan dengan uang, artis, kaos, yang sama sekali
tidak mencerdaskan malah membodohi masyarakat.

 Pelanggaran Akhir (Akibat)


1. Tragedi Trisakti
Demokrasi sendiri memiliki dua sisi yang berbeda,
Sebagaimana pada Tragedi Trisakti yang merupakan sebuah
peristiwa kelam dalam sejarah demokrasi Indonesia. Dimana hal
ini merupakan sebuah peristiwa penembakan, yang terjadi pada
tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi
menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka.
Sudah bukan rahasia lagi jika ketika masa orde baru
demokrasi adalah sesuatu yang mahal harganya, bahkan untuk
menebusnya harus dibayar dengan nyawa. Sebagaimana yang
terjadi pada tregedi trisakti. Dilatarbelakangi oleh

13
14

kondisi Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang


terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999.
Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran
ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Bangsa Indonesia tidak boleh kembali ke masa lalu. Yakni
zaman di mana masyarakat dikekang dan terbelenggu oleh
kekuasaan otoriter selama masa Orde Baru sehingga memancing
pergerakan elemen mahasiswa dari seluruh Indonesia . saat ini
ada banyak kemajuan yang dirasakan masyarakat di dalam
menjalani sistem demokrasi pasca reformasi. Indonesia sedikit
demi sedikit menunjukkan keseriusannya untuk menerapkan
prinsip negara demokrasi.
2. Tragedi Semanggi
Peristiwa kelam menghantui mahasiswa Indonesia di era
1999. Sikap kritis mahasiswa kala itu kerap mendapat intimidasi
oleh aparat pemerintah. Mulai dari tragedi Semanggi I hingga
Semanggi II, mahasiswa menjadi sasaran tindak kekerasan barisan
tentara ketika melakukan aksi demontrasi.
Pada tanggal 24 September 1999, untuk yang kesekian
kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi
mahasiswa. Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan
transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan
Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak
kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk
melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer. Oleh
karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk
bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.
Mahasiswa dan sipil menjadi objek sasaran aparat. Mereka
ditangkap dan ditembaki oleh aparat agar menghentikan aksi
protes bagi rezim pemerintah. Lokasi penembakan mahasiswa pun
cukup strategis, insiden ini dapat dipantau oleh banyak orang
awam diantaranya di bawah jembatan Semanggi.

14
15

3.4. Penyelesaian Kasus Penyimpangan Demokrasi


Berikut ini merupakan berbagai cara yang dapat dilakukan dalam
mengatasi penyimpangan demokrasi :
1. Presiden sebagai lembaga eksekutif, haruslah kuat dan berani untuk
membuat keputusan dan menjalankan kebijakannya. Apapun resikonya,
walaupun presiden tersebut berasal dari partai politik namun setelah
menjalankan tugasnya sebagai kepala negara maka presiden harus
mendahulukan kepentingan rakyatnya serta mampu mengatasi dan
menyelesaikan masalahnya secara mandiri tanpa harus di-“setir” oleh
partai.
2. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat haruslah benar-benar bersih tanpa ada campur
tangan dari pihak yang ingin mementingkan kepentingan pribadi atau
golongannya, sehingga dapat menciptakan demokrasi yang pro rakyat.
3. Partai politik sebagai salah satu alat penjamin kebebasan rakyat dalam
bersuara dan menyampaikan aspirasi haruslah berfungsi sebagaimana
mestinya. Bukan menjadi sarana meraih kekuasaan apalagi untuk
mementingkan kepentingan partai itu sendiri.
4. Setiap kepala negara punya caranya masing-masing untuk mengatur dan
membawa negara yang dipimpinnya tersebut. Sebagai rakyat, sudah
selayaknya kita turut serta berpartisipasi dalam membangun dan
mewujudkan negara ini menjadi lebih baik. Bukan bertindak sebagai
inhibitor yang hanya bisa menuntut, mengompori, dan membuat kerusuhan
yang tidak beralasan.
5. Birokrasi sebagai wilayah eksekusi kebijakan haruslah bersifat netral tanpa
ada campur tangan politik. Sehingga setiap kebijakan yang dilaksanakan
pun murni memihak rakyat bukan memihak partai politik.
6. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terpisah-pisah bukan berarti rasa
nasionalisme dan kebangsaannya pun turut terpisah-pisah, justru kita harus
semakin bersatu sehingga dapat tercipta ketahananan nasional yang kuat.

15
16

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk terbesar yang menggunakan nilai-nilai demokrasi dalam berbagai
struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Tercatat ada tiga bentuk
demokrasi yang pernah dianut Indonesia yaitu, demokrasi parlementer (1945-
1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), dan demokrasi pancasila (1965-
1998) dan Reformasi Demokrasi (1998-sekarang)
Dalam perjalanannya, kesemua system tersebut mempunyai
permasalahan masing-masing mulai dari pelanggaran berupa money politic,
intimidasi politik, hingga pelanggaran genosida berupa pelanggaran
kewajiban sebagai seorang pihak eksekutif/legislatif yang seharusnya
melakukan kewajibannya sebagai penyelenggara Negara yang selalu berakhir
dengan tuntutan para rakyat dan kerusuhan dan berujung pada penghilangan
nyawa para korban.
Dalam kehidupan berdemokrasi, terdapat prinsip-prinsip yang harus
dipahami dan ditaati oleh kedua belah pihak, baik pihak penguasa atau pihak
warga negara. Dengan begitu, para penguasa tidak bisa berbuat semaunya
dengan jabatan yang ia miliki, karena mempunyai warga Negara sebagai
pengawas utama dan bertanggung jawab penyelanggaraan ketatanegaraan RI.
Sedangkan untuk warga Negara sendiri, demokrasi harus dibangun dalam
batas batas nomokrasi, sebab demokrasi tidak mungkin diwujudkan tanpa
adanya rule of law. Demokrasi membutuhkan aturan main yang jelas dan
dipatuhi secara bersama. Tanpa aturan main,demokrasi tidak akan pernah
mencapai tujuan-tujuan substansialnya.
Demokrasi yang merupakan salah satu bentuk dari kekuasaan rakyat,
harus kembali ditegakkan setegak-tegaknya. Beragam hal permasalahan
relasi kuasa dan kepentingan kelompok yang kerap menodai esensi dari
makna demokrasi harus dilawan dengan menegakkan kembali demokrasi dan
senantiasa memperjuangkan nilai demokrasi, bersama hal itu pula kedaulatan
rakyat akan terbangun.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju,
Bandung, 2011.

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta : PT Bhuana


Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2009.

IMPLEMENTASI PRINSIP DEMOKRASI DAN NOMOKRASI DALAM


STRUKTUR KETATANEGARAAN RI PASCA AMANDEMEN UUD 1945 |
Pigome | Jurnal Dinamika Hukum
(http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/191)
diakses pada tanggal 1 September 2019

Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia | INOVATIF |


Jurnal Ilmu Hukum
(https://www.online-journal.unja.ac.id/jimih/article/view/2194)Diakses
pada tanggal 1 September 2019

Library Genesis: Hamish McDonald - Demokrasi: Indonesia in the 21st Century


(https://libgen.is/book/index.php?
md5=38AD3DD2979AA5BD8D82901514536A9F) diakses pada tanggal 1
September 2019

IPI Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia : View Article
(http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=30807) diakses pada tanggal 1
September 2019

Pelanggaran HAM, Demokrasi & Benang Kusut Penyelesaiannya


(https://mapcorner.wg.ugm.ac.id/2019/03/pelanggaran-ham-demokrasi
benang-kusut-penyelesaiannya/) diakses pada tanggal 1 September 2019

Demokrasi Di Indonseia | Kompasiana.com

17
18

(https://www.kompasiana.com/ahmadaprizal/57b92dccab9273d00d54f0e6
/demokrasi-di-indonesia?page=all) diakses pada tanggal 1 September
2019

Demokrasi Pancasila oleh Drake Soetjipto Halaman all - Kompasiana.com


(https://www.kompasiana.com/drake1405/5a1168bc5a676f59c553f7e2/de
mokrasi-pancasila?page=all) diakses pada tanggal 1 September 2019

Perjalanan Demokrasi di Indonesia oleh fellycia audry Halaman all -


Kompasiana.com
(https://www.kompasiana.com/fellyciaaudry/59f397a0ff24050c35423c22/p
erjalanan-demokrasi-di-indonesia?page=all) diakses pada tanggal 1
September 2019

18

Anda mungkin juga menyukai