Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Fitrah Mahaini

Nim : 01031381924133
Jurusan : AKUNTANSI
Matkul : POLITIK

“KONSEP KEKUASAAN”
Dan Hubungannya Dengan Politik & Pemerintahan

Jika dalam ilmu ekonomi mengenai akumulasi modal dan investasi, maka

dalam studi politik tidak bisa dipisahkan dari diskursus tentang kekuasaan. Studi

tentang sosiologi politik atau ilmu politik mau tidak mau harus membahas tentang

bagaimana seseorang memperoleh kekuasaan, menggunakan dan kesadaran

mengenai cara bagaimana mempertahankannya.

Diskusi tentang kekuasaan merupakan satu hal menarik yang tidak pernah

selesai dibahas. Hal ini telah dimulai semenjak era Yunani kuno dan terus

berlangsung sampai zaman ini. Para filsuf klasik pada umumnya mengaitkan

kekuasaan dengan kebaikan, kebajikan, keadilan dan kebebasan. Para pemikir

religius menghubungkan kekuasan itu dengan Tuhan. Kekuasaan politik hanya

sebagai alat untuk mengabdi tujuan negara yang dianggap agung dan mulia, yaitu

kebaikan, kebajikan, keadilan, kebebasan yang berlandaskan kehendak Tuhan dan

untuk kemuliaan Tuhan.

Di abad modern dan kontemporer, diskusi tentang kekuasaan tetap saja

relevan. Secara internasional, pengelolaan kekuasaan merupakan isu yang selalu

terbaharui. Diskusi tentang kekuasaan tetap penting terutama ketika umat manusia

berkepentingan untuk terus menemukan cara bagaimana menyeimbangkan

kekuasaan.

Kekuasaaan adalah konsep yang begitu terbuka sehingga tidak mungkin

mengedepankan pengertian tunggal. Definisi terhadap kekuasaan mengharuskan

1
Nama : Muhammad Fitrah Mahaini
Nim : 01031381924133
Jurusan : AKUNTANSI
Matkul : POLITIK
kita menelaah: asumsi, nilai, dan perspektif yang digunakan. Apalagi pemahaman

tentang kekuasaan selalu berkembang berdasarkan ruang waktu. Para penganut

perspektif sosiologi klasik berbeda memahaminya dibanding dengan penganut

sosiologi politik kontemporer. Berbeda pula halnya antara pemikir pluralis dengan

para pemikir kritis tentang kekuasaan.

Menurut Barbara Goodwin (2003) berpendapat bahwa kekuasaan adalah

suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan

tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama.

Sedangkan Talcott Parsons mengatakan bahwa, “Kekuasaan adalah kemampuan

untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat oleh

kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif.” Namun demikian

dalam mendiskusikan kekuasaan pada umumnya mereka selalu mempersoalkan

karakteristik kekuasaan, sumber-sumber kekuasaan dan penggunaan kekuasaan.

Menurut Hobbes (1588-1679) dalam bukunya Leviathan yang ditulis pada

tahun 1651 mengartikan dan menjelaskan bahwa kekuasaan bagi seseorang

merupakan alat untuk meraih masa depan yang bagus. Oleh karena itu setiap

orang akan berusaha memperoleh kekuasaan dengan cara mengejar posisi yang

memungkinkan bisa meraih kekuasaan dan menggunakannya. Asset, sumberdaya

dan dukungan massa akan mereka himpun untuk meraih dan mempertahankan

kekuasaan. Menurutnya, manusia tidak mungkin menghindarkan diri dari

kebutuhan akan kekuasaan absolut. Tanpa itu kehidupan akan kembali

menggunakan hukum rimba, di mana manusia akan saling memangsa satu sama

lain,karena manusia pada dasarnya adalah serigala bagi manusia lain.

2
Nama : Muhammad Fitrah Mahaini
Nim : 01031381924133
Jurusan : AKUNTANSI
Matkul : POLITIK
Namun Montesquieu (1689-1755) tidak setuju dengan pernyataan Hobbes

yang demikian. Menurutnya, manusia dipengaruhi oleh iklim, agama, hukum,

pemerintahan, berbagai macam peristiwa, moralitas, dan tradisi. Secara esensial

kesemua itu membentuk spirit sebuah bangsa. Spirit itu juga mempengaruhi

bagaimana sebuah bangsa membangun, meraih dan menggunakan kekuasaan

dalam pemerintahan.

Dalam model kekuasaan sebuah pemerintahan setidaknya ada 3 tipologi,

yaitu republik, monarki dan despotisme. Dalam bentuk pemerintahan republik

sendiri terbagi lagi menjadi republik demokratis dan republik aristokratik.

Dalam pemerintahan republik demokratis, kekuasaan tersebar di tangan

masyarakat, begitupula dengan dengan pemerintahan republik aristokratik

pengelolaan kekuasaan dilakukan atas dasar peraturan perundangan dan

penegakan hukum namun pemerintahan aristokratis kekuasaan itu hanya terbatas,

dalam hal ini terbatas di kalangan elite. Sementara itu kekuasaan di tangan

pemerintahan Monarki hanya dalam genggaman satu orang. Prinsip pemerintahan

dalam menjalankan kekuasaan cenderung diskriminatif dan tampang, begitupula

dengan pemerintahan despotisme yang bahkan kekuasaan dijalankan untuk

membangun kepatuhan dan dasar rasa takut hingga tidak adanya pasrtisipasi dari

masyarakat.

Jika membahas tentang konsep kekuasaan maka salah satu penjelasan oleh

ahli yang tidak bisa ditinggalkan yaitu dari Weber. Weber banyak menyinggung

tentang kekuasaan dalam bukunya dan keterkaitannya dengan rasionalitas atau

kesadaran tindakan seseorang. Weber mengartikan kekuasaan merupakan

3
Nama : Muhammad Fitrah Mahaini
Nim : 01031381924133
Jurusan : AKUNTANSI
Matkul : POLITIK
kemungkinan seseorang dalam relasi sosialnya berada dalam posisi bisa

menjalankan apa yang diinginkan, meski menghadapi resistensi. Oleh karena itu,

menurut Weber kekuasaan ada di seluruh bentuk relasi kehidupan social manusia.

Mulai dari kehidupan di ranah keluarga, organisasi kemasyarakatan hingga pada

ranah pemerintahan.

Weber menaruh perhatian bagaimana kelompok dan kepentingan

kelompok muncul dalam kehidupan sosial. Persaingan kelompok menurut Weber

dipengaruhi oleh kekuasaan. Kekuasaan menentukan satu kelompok sosial

mendominasi kelompok sosial yang lain. Menurutnya ada tiga sumber legitimasi

dalam kekuasaan yang penting, yaitu kekuasaan yang bersumber dari tradisi,

charisma dan instrument rasional seperti kekuasaan yang diperoleh berdasarkan

aturan legal rasional. Weber menyatakan bahwa legitimasi itu haruslah dipelihara

di mata kelompok yang dikuasai kalau ingin kekuasaanya berjalan efektif.

Seperti halnya budaya, kekuasaan terkelola secara fragmentasi,

terekspansi, dan terkonstruksi dalam berbagai bentuk, sejalan, dengan

perkembangan dan perspektif maupun sejarah masyarakat. Kekuasaan setelah

dipraktikkan tidak menghasilkan format tunggal. Ada enam dimensi untuk

memahami politik kekuasaan, yakni potensial dan aktual, positif dan negatif,

konsensus dan paksaan, jabatan dan pribadi, implisit dan eksplisit, langsung dan

tidak langsung. Seseorang memiliki kekuasaan potensial jika memiliki sumber-

sumber kekuasaan, dan jika orang tersebut sudah menggunakan sumber tersebut,

maka disebut kekuasaan aktual. Kekuasaan konsensus bersumber dari kesepakatan

untuk mencapai tujuan, sedangkan paksaan bersumber dari ancaman. Kekuasaan

4
Nama : Muhammad Fitrah Mahaini
Nim : 01031381924133
Jurusan : AKUNTANSI
Matkul : POLITIK
positif dan negatif ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Kekuasaan

implisit merupakan pengaruh yang tidak terlihat tapi terasa, sedangkan eksplisit

dapat dirasakan sekaligus dilihat. Kekuasaan langsung artinya tanpa perantara dan

sebaliknya untuk kekuasaan tidak langsung.

Dengan demikian, jika muncul pertanyaan kekuasaan yang bagaimana

yang diterima masyarakat ? maka jawabannya adalah kekuasaan yang memiliki

kewenangan dari masyarakat, atau disebut otoritas. Kekuasaan adalah kemampuan

untuk melaksanakan kemauan seseorang, walaupun mendapat perlawanan,

sedangkan otoritas adalah hak untuk memengaruhi Karena didukung oleh

peraturan dan norma yang mendasari keteraturan social. Penggunaanya tergantung

pada kerelaan pihak bawahan untuk patuh pada perintah yang memiliki otoritas.

DAFTAR PUSTAKA
Maliki, Zainuddin. 2017. Sosiologi Politik : Makna Kekuasaan dan Transformasi
Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2010,


hlm. 7.

Abdullah Khozin Af. (2012). “KONSEP KEKUASAN MICHEL FOUCAULT”


Dalam google Schoolar [Online], 19 Halaman.
Tersedia (http://teosofi.uinsby.ac.id/index.php/teosofi/article/view/82/75)

Zainudin, A. Rahman. (1992). Kekuasaan dan Negara: Pemikiran Politik Ibnu


Khaldun. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

Anda mungkin juga menyukai