Anda di halaman 1dari 14

1

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1. Latar Belakang.......................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1. Definisi Risiko dan Imbal Hasil............................................................4
2.2. Menggunakan Distribusi Probabilitas untuk Menghibur Risiko...........5
2.3. Sikap Terhadap Risiko...........................................................................6
2.4. Risiko dan Imbal Hasil dalam Konteks Portofolio................................8
2.5. Diversifikasi...........................................................................................9
2.6. Model Penetapan Harga Modal - Aset................................................10
2.7. Pasar Keuangan yang Efisien..............................................................11

BAB III
KESIMPULAN......................................................................................................13
3.1. Kesimpulan..........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen Keuangan dalam perusahan manapun tentu mempunyai
strategi bagaimana bisa mencapai suatu keuntungan yang besar. Demi
menggapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan-kebijakan yang harus
dipertimbangkan dengan matang. Terlebih lagi kebijakan dalam pengambilan
keputusan di bidang keuangannya, karena jika berbicara tentang keuntungan,
maka keuangan adalah inti utamanya. Diantara kebijakan dalam pengambilan
keputusan tersebut ada aspek-aspek yang harus diperhatikan beberapa
diantaranya yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk).

Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di


masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari
imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang
dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan statistika.

Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan


memberikan imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan
istilah “High Risk High Return”. Ada trade off antara risk dan return,
sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan keuangan yang
mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda,
pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif dalam
keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi,
yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang
ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan.

Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam


struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus
menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan
mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena

2
3

perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba


bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan
variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.

Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal


dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban
bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham.
Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik,
perusahaan mengalami kerugian.

Berdasarkan uraian diatas, benar bahwa Risiko dan Imbal Hasil adalah
faktor-faktor penting dalam pengambilan keputusan keuangan dalam sebuah
perusahaan. Maka penting pula untuk membahasnya, dan makalah ini akan
memberikan uraian terhadap penjelasan lebih dalam mengenai Risiko dan
Imbal Hasil pada sebuah perusahaan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu, bagaimanakah Risiko
dan Imbal Hasil dapat memengaruhi pengambilan keputusan keuangan
sebuah perusahaan?.

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, untuk mengetahui
tentang pengaruh Risiko dan Imbal Hasil dalam memengaruhi pengambilan
keputusan keuangan sebuah perusahaan.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Risiko dan Imbal Hasil


Risiko secara harfiah adalah perbedaan antara imbal hasil aktual dengan
imbal hasil yang diharapkan. Tentu kita semua mengetahui untuk
memperoleh sesuatu yang relatif besar, maka kita harus siap terhadap risiko
yang besar pula. Kalimat tersebut dianggap resep untuk menjadi seorang
yang sukses dan berhasil di kemudian hari. Dan prinsip tersebut tidak hanya
berlaku untuk kehidupan personal tapi dalam Kehidupan usaha juga kita
harus berhadapan dengan risiko, baik itu risiko finansial maupun manajerial.

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau


kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan.
Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk
bring about high return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih
besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.

Sedangkan, Imbal hasil, adalah penghasilan yang diterima dari suatu


investasi ditambah dengan perubahan harga pasar, yang biasanya dinyatakan
sebagai persentasi harga pasar awal investasi tersebut.

Pada hasil dan risiko (risk and return) memiliki hubungan linear yang
berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil yang
diperoleh. Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil
yang diperoleh atau disyaratkan. Risiko terhadap perusahaan tidak dapat
dihindari, kita hanya dapat mengelola bagaimana agar risiko tersebut sekecil
mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan. Risiko yang terjadi
diperusahaan ada yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat pula risiko
yang tidak dapat diatasi perusahaan.

4
5

2.2. Menggunakan Distribusi Probabilitas untuk Menghibur Risiko


Untuk semua sekuritas kecuali sekuritas yang bebas risiko. Imbal hasil
yang diharapkan dapat berbeda dari imbal hasil yang diterima untuk sekuritas
yang berisiko tingkat imbal hasil aktualnya dapat dipandang sebagai variabel
acak pada distribusi probabilitas. Distribusi probabilitas sendiri artinya
sekumpulan kemungkinan nilai yang dapat diasumsikan oleh variabel acak
dan probabilitas kejadiannya. Distribusi probabilitas untuk jumlah hasil
tahun distribusi yang bisa di ringkas dalam dua parameter yang (1) imbal
hasil yang diharapkan dan (2) deviasi standar.

Imbal hasil yang diharapkan artinya sendiri adalah rata-rata tertimbang


dari kemungkinan imbal hasil, dimana bobotnya adalah probabilitas
kejadiannya, dengan rumus sebagai berikut :

Sedangkan Deviasi standar mempunyai pengertain yaitu ukuran


statistik dari variabilitas suatu distribusi terhadap rata-ratanya. Risiko
investasi pada umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang
diharapkan. Teknik perhitungannya adalah :

Standar deviasi = √ kwadrat dari variance


Variance =  σ2 = [Ri – E(R)]2pri
σ = standar deviasi
Ri = return ke-I yang mungkin terjadi
E(R) = return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Pri = probabilitas kejadian return ke-

5
6

Selain itu pula untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan
lazim digunakan koefisien variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan
memilih investasi atas dasar hasil yang diharapkan dan risiko dengan
menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan koefiien variasi
(coefficient variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil yang
diharapkan :

            CV = σ / k
CV = coefficient variation
σ = standar deviasi
k = hasil yang diharapkan

Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko


Harta Hasil diharapkan Standar deviasi Koefisien variasi
G 0,12 0,10 0,83
H 0,20 0,22 1,10
I 0,15 0,10 0,67

Jika standar deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko  investasi


secara individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan
membagi standar deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan
koefisien variasi, maka investor akan memilik proyek 1 karena koefisien
variasinya paling kecil dibanding proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan
bahwa investor hakikatnya adalah mencari risiko yang paling kecil, atau
menghindari risiko.

2.3. Sikap Terhadap Risiko


Dalam sikap pengambil keputusan ada 2 hal yang bisa diambil terhadap
risiko tersebut, diantaranya (1) menghindari risiko dan (2) mengelola risiko
Untuk menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang
dilakukan, perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan.
Alternatif keputusan yang diambil adalah dianggap realistis dan tidak akan
menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai
bagian strategi investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan
menghasilkan nilai yang lebih besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut

6
7

dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara maksimal


sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang
dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
implementasi ini. Artinya adalah resiko yang timbul merupakan bentuk dari
realita yang terjadi, yang mana resiko itu selalu saja sulit untuk dihindari
namun diusahakan resiko itu terjadi dalam jumlah yang sangat minim.

Selain itu, dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan
sulit untuk dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan
sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut.
Dalam mengelola resiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
a) Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap
keputusan yang mengandung resiko tinggi tapi membatasinya
bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak menambah
menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
b) Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita
terima tersebut ketempat lain seperti mengasurasikan bisnis guna
menghindari terjadinya resiko yang sifatnya tidak tentu waktunya.
c) Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan
mengantisipasi terhadap timbulnya resiko sebelum terjadi, seperti
memasang alarm terhadap mobil, menempatkan satpam pada siang
atau malam hari.
d) Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan
(reserve) guna mengantispasi timbulnya resiko dikemudian hari,
seperti perubahan terhadap nilai tukar dolar dipasaran maka
kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki dana cadangan dalam
bentuk dolar.

7
8

2.4. Risiko dan Imbal Hasil dalam Konteks Portofolio


Masalah utama yang dihadapi setiap investor adalah menentukan
sekuritas beresiko mana yang harus dibeli. Karena satu portofolio merupakan
kumpulan sekuritas, masalah ini bagi investor sama dengan memilih portfolio
yang optimal dari suatu portfolio yang ada.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, maka dilakukan upaya


meminimalisasi kerugian dengan portfolio investasi. Investor yang dilakukan
biasanya bukan pada satu instrumen pasar modal, tetapidikombinasi dengan
instrumen pasar modal lain. Atau dapat dikatakan, portfolio adalah
sekumpulan investasi atau gabungan dari 2 atau lebih surat berharga. Tujuan
utama dari kombinasi ini adalah rencana investasi yang paling aman dengan
keuntungan yang maksimal dan resiko yang minimal.

Dengan kata lain formula tingkat keuntungan yang diharapkan untuk


suatu portfolio bisa dituliskan sebagai berikut:

E(Rp) = Σ E(Ri) Xi

Keterangan:
E(Rp) = tingkat keuntungan / ekspektasi return dari suatu portfolio
E(Ri) = ekspektasi return dari sekuritas
Ri = satu outcome dari sekuritas
Xi = proporsi asset / dana yang diinvestasikan pada saham i

Formula untuk menghitung standar deviasi sebuah portfolio,σp adalah sbb :

σp2= Σ Xi σi2+ Σ Σ Xi Xjσij Σp2= √ Σ Xi2σi2+ Σ Σ Xi Xjσij


i=1 i=1 i=1 i=1 i=1 i=1

Keterangan :
σp2 = varian portfolio
σi = kovarian saham i ( i = 1,2,… ; i ≠ j )
σij = kovarian antara i dan jXi = proporsi dana ke sekuritas i
Xj = proporsi dana ke sekuritas j

8
9

2.5. Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui pemilihan
kombinasi sejumlah aset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat
diminimalkan tanpa mengurangi besaran return yang diharapkan. Dalam
diversifikasi juga terdapat masalah berupa penentuan atau pemilihan
sejumlah aset-aset spesifik tertentu dan penentuan proporsi dana yang akan
diinvestasikan untuk masing-masing asset tersebut dalam bentuk portofolio.
Dalam hal ini, Diversifikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu Diversifikasi
Acak dan Diversifikasi Markowitz.

Diversifikasi acak (random diversification) adalah mendiversifikasikan


saham tanpa melihat pada karakteristik masing-masing saham yang relevan.
Penurunan dari marjinal risiko akan semakin kecil seiring dengan penambahan
sekuritas. Jumlah sekuritas yang sangat besar tidak dibutuhkan untuk
menurunkan risiko secara signifikan. Diversifikasi tidak hanya terbatas pada
investasi di industri yang berbeda pada negara yang sama, akan tetapi bisa juga
dilakukan dengan berinvestasi antar negara. Diversifikasi internasional dapat
bermanfaat bila tingkat keuntungan (return) yang diminta oleh investor
ditentukan oleh risiko sistematis pasar domestik (yang menunjukkan bahwa
pasar modal di dunia bersifat fully segmented). Hal ini disebabkan karena
sebagian risiko yang semula tidak dapat didiversifikasi, sekarang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi internasional.

Selain random diversifikasi, juga terdapat non-random


diversifikasi/Diversifikasi Markowitz. Berbeda dengan random diversifikasi,
non-random diversifikasi mengukur dan mengelola risiko portofolio,
memperhatikan hubungan antar sekuritas-sekuritas portofolio sebelum
membuat keputusan investasi. Diversifikasi ini mengambil keuntungan dari
expected return dan risiko dari sekuritas-sekuritas individual dan bagaimana
return dari sekuritas tersebut bergerak bersama-sama.

9
10

2.6. Model Penetapan Harga Modal - Aset


CAPM (Capital Asset Pricing Model) Menurut William F. Sharpe,
CAPM atau model penentuan harga aset modal adalah model penetapan
harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa expected return atas
sekuritas tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitifitas sekuritas
terhadap perubahan return portofolio.

CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (β). Beta


menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara
keseluruhan) . Besarnya risiko perusahaan ditentukan oleh beta. β>1
menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan
indeks pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih
berisiko, artinya jika saat terjadi perubahan pasar 1% maka pada saham X
akan mengalami perubahan lebih besar dari 1%. Β <1 menunjukkan tidak
terjadinya kondisi yang mudah berubah

β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar. Rumus


CAPM yaitu:

Ri= Rf +βi (Rm-Rf), atau


Ri= Rf +(Rm-Rf)βi, atau
Ri= (1-βi )Rf + βi.Rm

Dimana : Ri = Return saham i


Rf = Return investasi bebas risiko (Risk Free)
βi = beta saham i (indikator risiko sistematis)
Rm = Return pasar (return market)

Selain itu ada pula teori APT ( Arbitrage Pricing Theory) APT
merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976
dimana beliau menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh
berbagai faktor.

Rumusnya:

Ri = αi + βi Rm + ei

10
11

Dimana : Ri = Return saham i


αi = Alpha saham i
βi = beta saham i
Rm = Return pasar
ei = random error

2.7. Pasar Keuangan yang Efisien


Pasar dikatakan efisien jika harga mencerminkan semua informasi yang
relevan. Implikasi teori tersebut adalah investor tidak bisa memperoleh
keuntungan abnormal yang konsisten. Tugas manajer adalah menciptakan
NPV yang positif baik dari kegiatan investasi maupun pendanaan.

Secara umum, pasar keuangan lebih kompetitif dan efisien


dibandingkan dengan pasar riil. Karena itu secara umum NPV yang positif
lebih sulit diperoleh di pasar keuangan dibandingkan di pasar riil.

Lalu kenapa Terjadi Pasar yang Efisien? Informasi baru datang ke pasar
dengan pola yang random. Informasi tersebut tidak bisa diperkirakan kapan
datangnya atau seberapa baik informasi tersebut. Karena itu pergerakan harga
menjadi random karena kedatangan informasi yang bersifat random. Kenapa
terjadi pasar yang efisien (kenapa harga mencerminkan semua informasi
yang relevan)? Ada dua hal yang menjadi penyebabnya. (1) Analis yang
banyak dan pandai. (2) Ada kompetisi antar para analis. Kedua hal tersebut
akan menjamin informasi selalu mengalir ke pasar keuangan, dan dengan
demikian pasar menjadi selalu efisien.

Efisiensi Pasar dan Beberapa Kategori Efisiensi Pasar efisiensi pasar


bisa dikelompokkan ke dalam tiga jenis, berdasarkan jenis informasinya.
Ketiga jenis tersebut adalah: (1) Efisiensi bentuk lemah, (2) Efisiensi bentuk
setengah kuat, dan (3) Efisiensi bentuk kuat Efisiensi keuangan dengan
demikian juga bisa dilihat sebagai hirarki. Secara spesifik, jika pasar efisien
dalam bentuk kuat, maka pasar juga efisien dalam bentuk setengah kuat dan
lemah. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka pasar efisien

11
12

dalam bentuk lemah. Jika pasar belum efisien dalam bentuk lemah, maka
pasar juga belum efisien dalam bentuk setengah kuat dan kuat.

a) Efisiensi Bentuk Lemah, pasar dikatakan efisien dalam bentuk


lemah jika harga mencerminkan informasi masa lampau. Implikasi
dari efisiensi bentuk lemah adalah investor tidak akan memperoleh
keuntungan abnormal yang konsisten dengan menggunakan
informasi masa lampau. Strategi yang berusaha melihat informasi
masa lampau untuk memprediksi harga masa mendatang
dinamakan sebagai strategi teknikal.

b) Efisiensi Bentuk Setengah Kuat, Pasar dikatakan efisien dalam


bentuk setengah kuat jika harga-harga mencerminkan informasi
yang dipublikasikan. Ada dua kemungkinan penyimpangan dari
skenario yang digambarkan oleh pasar yang efisien tersebut. (1)
Ada kemungkinan pasar bereaksi secara berlebihan (overreaction).
(2) Ada kemungkinan reaksi pasar terjadi secara lambat.

c) Efisiensi Bentuk Kuat, Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat


jika harga-harga mencerminkan informasi yang bersifat pribadi,
dan juga informasi lainnya (yang dipublikasikan dan masa lalu

12
13

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Manajemen Keuangan dalam perusahan manapun tentu mempunyai
strategi bagaimana bisa mencapai suatu keuntungan yang besar. Demi
menggapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan-kebijakan yang harus
dipertimbangkan dengan matang. Terlebih lagi kebijakan dalam pengambilan
keputusan di bidang keuangannya, karena jika berbicara tentang keuntungan,
maka keuangan adalah inti utamanya. Diantara kebijakan dalam pengambilan
keputusan tersebut ada aspek-aspek yang harus diperhatikan beberapa
diantaranya yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk). Ada
hubungan yang kuat antara keduanya. Dan karena itulah penting bagi
pengambil keputusan dalam bidang keuangan untuk memahami detail
pembahasan dari Risiko dan Imbal Hasil ini

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Van, Horne, C. James, and John M. Wachowicz. "Manajemen


Keuangan." Jakarta: Balai Pustaka (2005).

Sugeng, Bambang. “MANAJEMEN KEUANGAN FUNDAMENTAL”


Penerbit Deepublish (2017)

Aisyah, Siti. Febrianty. Anata, Dia, Hery. Siswanti, Indra. Jony. Supitriyani.
Astuti. Yuningsoh. “MANAJEMEN KEUANGAN” Yayasan Kita Mulia
(2020)

Jatmiko, Prasetyo, Dadang. “PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN”


Diandra Kreatif (2017)

Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. "Manajemen Keuangan. Buku 1 edisi
8." Jakarta: Erlangga (2001).

Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. “Riset Manajemen Keuangan”


Gramedia. Jakarta. (2005)

Brealey, M dan Marcus. “Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Perusahaan”.


Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. (2007)

Eduardus, Tandelilin. “Analisis Investasi dan Manajemen Resiko” Edisi


Pertama. BPFE, Yogyakarta. (2001)

Fahmi, I. dan Y.L. Hadi. “TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS


INVESTASI:Teori dan soal jawab”. Alfabeta, Bandung. (2009)

Indroes, Fery N. dan Sugiarto, Managemen Resiko Perbankan, 2006, hal. 7.

14

Anda mungkin juga menyukai