PENDAHULUAN
Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermitte BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena
infeksi. (1,3)
Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
PENDAHULUAN
Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena
infeksi. (1,3)
Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)
Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena
infeksi. (1,3)
Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non-kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan yang berasal dari vascular paru masuk ke dalam interstisium dan
alveoli paru.1,6
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
pembuluh darah kapiler dengan jaringan paru sekitarnya. Edema paru akut dapat terjadi
sebagai akibat kelainan pada jantung serta gangguan organ lain di luar jantung.4
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non-kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan yang berasal dari vascular paru masuk ke dalam interstisium dan
alveoli paru.1,6
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
pembuluh darah kapiler dengan jaringan paru sekitarnya. Edema paru akut dapat terjadi
sebagai akibat kelainan pada jantung serta gangguan organ lain di luar jantung.4
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non-kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan yang berasal dari vascular paru masuk ke dalam interstisium dan
alveoli paru.1,6
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
pembuluh darah kapiler dengan jaringan paru sekitarnya. Edema paru akut dapat terjadi
sebagai akibat kelainan pada jantung serta gangguan organ lain di luar jantung.4
a. nt exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia yang
ditemukan pada masa kanak-kanak, den Status oftalmologikus
OD OS
Visus Fiksasi benda 6 m Fiksasi sinar (+)
Tekanan P = N+0 P = N+0
intraokular
KBM Ortoforia
GBM
Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Segment Anterior
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
Iris Gambaran baik Gambaran Baik
Pupil B, C, RC(+), Ø3mm B, C, RC(+), Ø3mm
Lensa Keruh di bagian polaris Keruh
posterior
Segment Posterior
Refleks Fundus (+) (-)
Papil Bulat, berbatas tegas, Detail sulit dinilai
c/d 0,3, a:v= 2:3
Makula Refleks fovea (+) Detail sulit dinilai
Retina Kontur pembuluh darah Detail sulit dinilai
baik
V. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU
VI. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan,
disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum.
klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia.
Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait
intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
Topic bahasan – strabismus:
1. Amblyopia
2. Diplopia
3. Suppresion
Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
BAB I
PENDAHULUAN
Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
Topic bahasan – strabismus:
19.Amblyopia
20.Diplopia
21.Suppresion
Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari
eksotropia yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari
seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari
intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi
salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
VII. Pemeriksaan Penunjang
USG B Scan ODS
X. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU
XI. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan,
disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum.
klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia.
Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait
intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
XIII. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU
XIV. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara
keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup
1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalak Pasien
mengeluhkan kedua mata berair, gatal dan rasa mengganjal sejak Desember 2018.
Pasien juga mengeluhkan mata merah yang hilang timbul pada kedua matanya.
Pasien kemudian berobat ke RSKM pada bulan Januari 2019 dan dilakukan tindakan
pencabutan bulu mata pada kedua mata. Pada bulan Maret 2019, pasien kembali ke
RSKM dengan keluhan kedua mata merah, rasa mengganjal dan rasa menusuk, lalu
dilakukan pencabutan bulu mata pada mata kanan dan kiri. Kotoran mata (-),
pandangan seperti dalam terowongan (-), pandangan seperti melihat tirai (-),
pandangan kabur (-).
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma (-)
Riwayat mata merah sebelumnya (+)
Riwayat menderita darah tinggi (+)
Riwayat menderita kencing manis (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat operasi katarak + IOL (+)
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga (-)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,2o C
Status Gizi : Baik
Pasien mengeluhkan kedua mata berair, gatal dan rasa mengganjal sejak
Desember 2018. Pasien juga mengeluhkan mata merah yang hilang timbul pada
kedua matanya. Pasien kemudian berobat ke RSKM pada bulan Januari 2019 dan
dilakukan tindakan pencabutan bulu mata pada kedua mata. Pada bulan Maret 2019,
pasien kembali ke RSKM dengan keluhan kedua mata merah, rasa mengganjal dan
rasa menusuk, lalu dilakukan pencabutan bulu mata pada mata kanan dan kiri.
Kotoran mata (-), pandangan seperti dalam terowongan (-), pandangan seperti
melihat tirai (-), pandangan kabur (-).
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma (-)
Riwayat mata merah sebelumnya (+)
Riwayat menderita darah tinggi (+)
Riwayat menderita kencing manis (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat operasi katarak + IOL (+)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga (-)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,2o C
Status Gizi : Baik
sana, dan prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat
bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu
sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
Penul Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada
perdarahan subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata
kanan tanpa ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada
yang mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada perdarahan
subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata kanan tanpa
ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada yang
mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
isan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari
intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang
intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
60. Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
61.Penilaian gerakan bola mata
bismus:
77.Amblyopia
78.Diplopia
79.Suppresion
Penul Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada
perdarahan subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata
kanan tanpa ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada
yang mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
yang mana keluhan dan hasil dari beberapa pemeriksaan fisik mengarah pada perdarahan
subkonjungtiva, antara lain: merah terang dan mudah digerakkan pada mata kanan tanpa
ada penurunan visus, pada awalnya pasien merasa tidak nyaman seperti ada yang
mengganjal di mata, tidak ada keluhan nyeri, kotoran yang berlebihan dan keluarnya air
mata yang banyak. Pasien mengalami trauma di bagian mata karena terjatuh dari motor dan
mata sebelah kanan terkena motor. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat
pengencer darah, tidak terdapat riwayat darah tinggi maupun diabetes pada pasien, dan
tidak terdapat riwayat bersin, batuk atau mengejan sehingga dapat disingkirkan penyebab
lain dari perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi karena
trauma mayor, minor, atau sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian
depan.1 Tidak adanya keluhan mata perih (-), gatal (-), rasa mengganjal pada mata (-),
kotoran mata (-) menyingkirkan diagnosis banding konjungtivitis hemoragik.
Perdarahan subkonjungtiva merupakan perdarahan pada pembuluh darah dibawah
lapisan konjungtiva. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil dan rapuh yang
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
konjungtiva dan sklera. Perdarahan subkonjungtiva merupakan akibat dari rupturnya
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
penyebabnya (perdarahan subkonjungtiva idiopatik). 2 Perdarahan subkonjungtiva sebagian
besar terjadi unilateral (90%), Pada perdarahan subkonjungtiva tipe spontan tidak
ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu kondisi keadaan tertentu (64.3%), Dari segi
usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua kelompok umur. 3
isan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari
intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang
intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:
88. Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
89.Penilaian gerakan bola mata