Februari 2020
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
STATUS NEUROLOGIKUS
1
- Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
- Koordinasi : Baik
- Turgor : Baik
- Kekuatan : Kekuatan otot lengan ki/ka(5/5); Kekuatan otot tungkai ki/ka (5/5)
2
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tidak dilakukan
HASIL
Tidak dilakukan
3
STATUS PSIKIATRIKUS
Umur : 35 tahun
Alamat dan nomor telepon : Desa I Kamal, Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan; Telp.085383248271 (kakak kandung)
4
2. Keluhan utama pasien dalam serangan gangguan sekarang (yang didengar oleh
keluarga/sumber alloanamnesis)
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang dan yang sebelumnya
4. Riwayat dan gambaran kepribadian premorbid masa bayi, masa anak-anak, masa remaja,
dewasa, dan selanjutnya; gambaran ciri-ciri kepribadian premorbid
5. Riwayat perkembangan organobiologik, penyakit-penyakit yang pernah diderita
6. Riwayat pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan
7. Keadaan sosial ekonomi pasien atau orang tuanya
8. Riwayat keluarga, termasuk gangguan jiwa atau penyakit yang ada hubungannya dengan
gangguan jiwa dalam keluarga, pola asuh orang tua, dan hubungan antar saudara
Sejak kurang lebih 14 tahun yang lalu (tahun 2006) pasien dikatakan menjadi pendiam dan
lebih sering melamun. Pasien sering membanting barang barang apabila ditegur. Pasien masih dapat
mengurus diri sendiri . Menurut keluarga tidak ada peristiwa penting yang terjadi pada pasien
sebelum mengalami perubahan perilaku. Pasien tidak dibawa berobat.
Sejak kurang lebih 13 tahun yang lalu (tahun 2007) pasien dikatakan sering berbicara dan
tertawa sendiri serta sering mengamuk tanpa penyebab yang jelas. Pasien dibawa berobat ke dukun
namun tidak ada perubahan. pasien lalu dibawa ke puskesmas dan disarankan berobat ke RS Ernaldi
bahar oleh namun keluarga menolak karena alasan biaya.
Sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu (tahun 2010) pasien dikatakan tidak mau bicara dan
sering tidak bisa tidur di malam hari. Pasien tidak dapat mengurus diri sendiri, tidak mau mandi dan
tidak mau keluar rumah. Pasien dibawa ke IGD RS Ernaldi bahar untuk berobat dan dirawat inap
namun keluarga lupa berapa lama. Saat pulang pasien diberi tiga macam obat namun lupa nama dan
dosisnya. Keluarga mengatakan obat diminum secara teratur dan pasien rutin kontrol berobat setiap
bulan.
Sejak kurang lebih 9 bulan yang lalu (Mei 2019), pasien mengamuk dan memukul mahasiswa
praktik saat kontrol ulang ke poliklinik jiwa RS Ernaldi Bahar. Dikatakan satu bulan sebelumnya pasien
sudah tidak mau minum obat, suka melempar barang barang dan mengamuk. Pasien lalu dibawa ke
IGD dan diberi obat suntik. pasien menolak dirawat inap karena alasan biaya. Pasien lalu pulang dan
diberikan tiga macam obat makan namun keluarga lupa nama obatnya.
5
Sejak kurang lebih 7 bulan yang lalu (Juli 2019), pasien dikatakan mulai ada perubahan perilaku
lagi, pasien suka mengacak-acak barang di rumah tanpa alasan yang jelas, tertawa sendiri, bicara
sendiri dan sulit tidur di malam hari. Pasien juga dikatakan sering telanjang dan keluyuran sehingga
keluarga memutuskan merantai pasien di rumah. pasien lalu dirawat inap di RS. Ernaldi Bahar selama
kurang lebih satu bulan. Saat pulang, pasien diberikan empat macam obat namun lupa nama obat.
Keluarga mengatakan bahwa obat dimakan secara teratur tiga obat diminum dua kali sehari satu
tablet dan satu obat diminum satu kali sehari satu tablet dan pasien rutin kontrol setelah dirawat
inap
Saat ini pasien datang karena ingin kontrol ulang. Dalam satu bulan ini, pasien masih
dikeluhkan suka berbicara sendiri, tertawa sendiri, melempar barang barang di rumah tanpa alasan
yang jelas dan sering telanjang serta keluyuran sehingga pasien dirantai saat berada di rumah. Pasien
berkata bahwa dia dapat melihat teman yang bernama ‘tati’ namun keluarga tidak dapat melihatnya.
Pasien juga mendengar bisikan yang menyuruh pasien untuk melempar barang dan membuang baju
agar ‘kesugihan tidak hilang’. Pasien dikatakan masih mau makan dan mandi serta tidak ada kesulitan
tidur di malam hari. Menurut keluarga, obat diminum secara teratur dan diawasi oleh ibu pasien.
Riwayat Premorbid
Anak : pendiam, interaksi sosial cukup, memiliki cukup teman, lebih senang menyendiri
Remaja : pendiam, mudah tersinggung, interaksi sosial kurang, tidak memiliki teman
Dewasa : pendiam, mudah tersinggung, interaksi sosial kurang, tidak memiliki teman
6
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pendidikan
SD: Tamat, pernah tinggal kelas satu kali (kelas 6), nilai di bawah rata-rata
SMP: (-)
SMA: (-)
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Perkawinan
Belum menikah
7
Pasien tinggal bersama ibunya, saudaranya lain sudah menikah dan tinggal di rumah yang berbeda
namun berdekatan dengan rumah pasien. Ibu pasien adalah seorang petani. Ayah pasien sudah
meninggal.
Riwayat Keluarga
8
- Pasien merupakan anak terakhir dari enam bersaudara
- Riwayat anggota keluarga dengan gangguan jiwa dan keluhan yang sama disangkal
- Hubungan antar saudara-saudaranya baik, namun os orang yang pendiam, tertutup dan
jarang menceritakan masalahnya
- Ayah pasien sudah meninggal dunia, dahulu bekerja sebagai petani dan Ibu pasien
bekerja sebagai petani.
- Pola asuh orang tua baik, kasih sayang diberikan kedua orang tua secara adil.
Skor : 11 (eutiroid)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium (11 November 2019)
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan
HEMATOLOGI
9
Hematokrit 41,3 % 35-45
Hitung jenis
Basofil 0,3 0-1 Normal
Eosinofil 2,6 1-6 Normal
Neutrofil 64,1 50-70 Normal
Limfosit 26,2 20-40 Normal
Monosit 6,8 2-8 Normal
Children
hemoglobin concentration was ∼2 g/dL. There were no differences between the liberal
and restrictive transfusion groups for most outcomes, including survival, patent ductus
arteriosus, retinopathy, or bronchopulmonary dysplasia. Infants assigned to the
restrictive group had more apneic events and more neurologic events (combined
parenchymal brain hemorrhage or periventricular leukomalacia). These differences in
outcomes should be interpreted as hypothesis-generating because the composite
neurologic outcomes were not designated a priori, 107 apnea was assessed by an
unblinded nurse 107 and the differences were small, and the large number of outcomes
increase th Khusus pada pasien dengan rencana dilakukan intubasi, evaluasi jalan napas wajib
dilakukan meliputi kelengkapan gigi geligi, abnormalitas anatomi wajah seperti makrognotia,
lidah besar, keterbatasan ROM pada sendi temporo-mandibular yang berpotensi menjadi
10
penyulit saat prosedur intubasi. Pemeriksaan laboratorium kurang direkomendasikan untuk
pasien dengan kondisi tubuh sehat namun dokter biasanya melakukan pemeriksaan darah rutin.
(Butterworth, Mackey dan Wasnick, 2018).
Pasien didiagnosis kista preaurikula dan direncanakan untuk tindakan ekstirpasi kista.
Berdasarkan evaluasi preoperatif pasien masuk dalam kategori ASA I. ASA Physical
Status Classification System digunakan untuk melakukan assessment pasien
preanestesi. Klasifikasi ini tidak dapat memprediksi risiko operasi, namun dapat
digunakan untuk menentukan faktor-faktor lainnya untuk membantu
mempredikmenit, reguler, teraba kuat
Pernafasan: 28x/menit
Suhu: 36,30C
Berat badan: 67,7 kg Tinggi badan: 160cm IMT: 26,4kg/m2
Kulit: ada abses di punggung kanan bagian tengah dengan diameter 10cm, tidak berdarah.
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor.
Mulut: tidak dilakukan.
Leher: JVP meningkat.
Paru-paru: bunyi nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Jantung: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, bising usus (+) normal, asites (-)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)
Berdebar +2 +2
Kelelahan +3 +3
11
Suka udara dingin +5
Keringat berlebihan +3 +3
Gugup +2 +2
1. Tyroid Teraba +3 -3 -3
2. Bising Tyroid +2 -2 -2
3. Exoptalmus +2 - -
5. Hiperkinetik +4 -2 -2
Khusus pada pasien dengan rencana dilakukan intubasi, evaluasi jalan napas wajib
dilakukan meliputi kelengkapan gigi geligi, abnormalitas anatomi wajah seperti makrognotia,
lidah besar, keterbatasan ROM pada sendi temporo-mandibular yang berpotensi menjadi
penyulit saat prosedur intubasi. Pemeriksaan laboratorium kurang direkomendasikan untuk
pasien dengan kondisi tubuh sehat namun dokter biasanya melakukan pemeriksaan darah rutin.
(Butterworth, Mackey dan Wasnick, 2018).
Pasien didiagnosis kista preaurikula dan direncanakan untuk tindakan ekstirpasi kista.
Berdasarkan evaluasi preoperatif pasien masuk dalam kategori ASA I. ASA Physical
Status Classification System digunakan untuk melakukan assessment pasien
preanestesi. Klasifikasi ini tidak dapat memprediksi risiko operasi, namun dapat
12
digunakan untuk menentukan faktor-faktor lainnya untuk membantu
mempredikmenit, reguler, teraba kuat
Pernafasan: 28x/menit
Suhu: 36,30C
Berat badan: 67,7 kg Tinggi badan: 160cm IMT: 26,4kg/m2
Kulit: ada abses di punggung kanan bagian tengah dengan diameter 10cm, tidak berdarah.
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor.
Mulut: tidak dilakukan.
Leher: JVP meningkat.
Paru-paru: bunyi nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Jantung: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, bising usus (+) normal, asites (-)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)
Berdebar +2 +2
Kelelahan +3 +3
Keringat berlebihan +3 +3
Gugup +2 +2
13
Berat badan turun +3 +3
1. Tyroid Teraba +3 -3 -3
2. Bising Tyroid +2 -2 -2
3. Exoptalmus +2 - -
5. Hiperkinetik +4 -2 -2
2020.02.26 Wednesday
20:06 Annisa Wimaulia A Kito shuffle b siapo dri kito yg melok vk wkwkwk
20:18 Farid wkwkwk gek masalah yang persuasi dekadeknya itu coba kalian
jelaskanlah ye
21:56 Suci Kartika Putri Lah bawa bawa suci bae wkwkwk
2020.02.27 Thursday
07:13 Suci Kartika Putri Sama satu lagi abortus + mioma uteri pasien atas nama
herawati
07:14 Suci Kartika Putri Tapi stau aku lah pindah vk galo (?) atau vk
07:14 Suci Kartika Putri Aku dak sempat anamnesis foto status karena hectic nian
07:14 Suci Kartika Putri Tebalas chat grup be lagi syukur wkwkwk
07:14 Latnud Oooh ado pasiennyo prapitasari di enime risk of false-positive results.
15