1
Assesment : Penurunan kesadaran GCS E1M1V2 ec Suspek Sepsis ec Uropati Obstruktif +
Suspek Tumor Buli DD/BPH + suspek metastasis intrakranial
Tindakan: Intubasi untuk suplai oksigen adekuat, cek darah rutin, Analisis Gas Darah,
elektrolit, GDS, kimia darah, faal hemostasis, fungsi ginjal.
Secondary survey
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Keluhan Utama
Tidak sadar sejak 12 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Kejang (+) benjolan di perut bawah ±6 bulan SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit:
±6 bulan SMRS, pasien mengeluh timbul benjolan di perut bagian bawah yang semakin
lama semakin membesar, teraba keras dan sulit digerakkan. Pasien juga mengeluh nyeri pada
benjolan (+), perut terasa penuh (+). Sulit BAK (+) BAK kemerahan (+), BAK berpasir (-)
BAK berbusa (-). Keluarga mengatakan pasien juga mengangalami penurunan berat badan.
Pasien tidak berobat.
± 2 bulan SMRS, pasien mengeluh tidak bisa BAK. Benjolan pada perut bagian bawah
semakin membesar, teraba keras dan sulit digerakkan. Nyeri perut (+). Pasien berobat ke
poliklinik Bedah Urologi RSMH, dikatakan ada tumor di kandung kemih dan batu di ginjal
kanan. Pasien dipasang kateter urin.
± 12 jam SMRS, keluarga mengatakan pasien tidak sadar. Sebelumnya pasien
mengeluh mual (+) muntah (+) 2 kali, berwarna keputihan bercampur dengan makanan dan
nyeri kepala (+). Pasien tidak berobat.
± 9 jam SMRS, keluarga mengatakan pasien mengalami kejang seluruh tubuh, durasi
±10 menit. Kejang berulang sebanyak >3 kali, jarak antar kejang ±30 menit sampai 2 jam.
Pasien dibawa keluarga ke IGD RSMH Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat hipertensi (-)
2. Riwayat kencing manis (-)
3. Riwayat asma (-)
4. Riwayat kejang (-)
5. Riwayat penyakit jantung (-)
2
6. Riwayat trauma (-)
7. Riwayat penyakit ginjal (+) ± 2 bulan SMRS, dikatakan ada tumor di kandung kemih
dan batu di ginjal kanan. Riwayat cuci darah (-)
Riwayat hipertensi, kencing manis, asma, kejang, penyakit jantung dan penyakit
ginjal dikeluarga disangkal
Riwayat Pengobatan
± 2 bulan SMRS, pasien berobat ke Poliklinik Bedah Urologi RMSH Palembang karena
keluhan tidak bisa kencing dan dikatakan terdapat tumor di kandung kemih dan batu di ginjal
kanan. Dilakukan pemasangan kateter yang diganti setiap 2-3 minggu sekali.
Riwayat Kebiasaan
Pasien merokok sejak ± 40 tahun yang lalu, 5-8 batang/hari.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Sensorium : E1 M1 VT
TD : 130/70 mmHg
HR : 124 kali per menit
RR : Terintubasi
Suhu : 36.6oC
SpO2 : 99%
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm.
Leher : JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-).
Toraks
Cor : BJ I-II (+) reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Retraksi dinding dada tidak ada, gerakan dada statis dan dinamis simetris,
vesikuler (+/+) wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
3
Regio suprapubik: benjolan (+) konsistensi keras, sulit digerakkan. Nyeri tekan (+)
Genitalia eksterna:
Inspeksi: Pendarahan (-), laserasi (-), Folley Catheter (+)
Ekstremitas
Akral hangat (+), edema (-/-), CRT <2 detik
Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
Suppresion
4
a. KeadaanUmum
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanandarah : 140/100 mmHg
4. Nadi : 66 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
5. Pernapasan : 26 x/menit, regular, abdominothorakal
6. Suhu tubuh : 36,5oC
7. Berat badan : kg
8. Tinggi badan : cm
9. IMT : kg/m2
10. Status gizi :
b. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah dicabut
2. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+) injeksi konjungtiva (-
), pandangan kabur (-).
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), kavum nasi lapang, sekret (-),
epistaksis (-).
4. Mulut
Bibir kering (+), sianosis (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah berselaput (-), atrofi
papil (-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-).
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, MAE lapang, keluar cairan telinga (-), sekret (-), nyeri
tekan mastoid (-).
5
6. Leher
JVP (5-2) CmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
7. Thoraks
Inspeksi : Simetris, venektasi (-), retraksi (-), scar (-)
Paru
Auskultasi : HR = 82x/menit, bunyi jantung I & II ireguler, murmur (+) sistolik grade
3/6 di katup mitral, gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusae (-), striae (-), umbilicus tidak
menonjol
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri tekan
suprapubik (-), ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA
(-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
9. Genitalia : Tidak diperiksa
10. Ekstremitas : Akral hangat (+), palmar pucat (-), vaskulitis (-), edema pre-tibial (-),
sianosis (-), clubbing finger (-).
6
Skor Farmingham untuk pasien ini :
Berdebar +2 +2
Kelelahan +3 +3
Keringat berlebihan +3 +3
Gugup +2 +2
7
No Tanda Ada Tidak
1. Tyroid Teraba +3 -3 -3
2. Bising Tyroid +2 -2 -2
3. Exoptalmus +2 - -
5. Hiperkinetik +4 -2 -2
6. Tremor Jari +1 - -
7. Tangan Panas +2 -2 -2
8. Tangan Basah +1 -1 +1
9 Fibrilasi Atrial +4 - +4
<80 x/menit - -3 +3
80-90 x/menit - -
>90 x/menit +3 -
Skor : 11 (eutiroid)
HEMATOLOGI
8
Trombosit 166 103/µL 150-450
Hitung jenis
Basofil 0,3 0-1 Normal
Eosinofil 2,6 1-6 Normal
Neutrofil 64,1 50-70 Normal
Limfosit 26,2 20-40 Normal
Monosit 6,8 2-8 Normal
Children
Blood is frequently transfused in critically ill infants and children. In a recent survey,
14% of patients in pediatric ICUs received blood transfusion. 104 There have been four
clinical trials evaluating liberal versus restrictive transfusion thresholds in this
population 105 (see Table 10.4). One hundred hospitalized preterm infants with
birthweights between 500 and 1300 g were randomly assigned to two transfusion levels.
106 The transfusion protocol adjusted the hematocrit level that led to transfusion
depending on the respiratory status of the infant. A primary outcome was not
designated among the 15 clinical events evaluated. Infants in the restrictive group
received a median of two units less than the liberal group during the study, and the
mean difference in hemoglobin concentration was ∼2 g/dL. There were no differences
between the liberal and restrictive transfusion groups for most outcomes, including
survival, patent ductus arteriosus, retinopathy, or bronchopulmonary dysplasia. Infants
assigned to the restrictive group had more apneic events and more neurologic events
(combined parenchymal brain hemorrhage or periventricular leukomalacia). These
differences in outcomes should be interpreted as hypothesis-generating because the
composite neurologic outcomes were not designated a priori, 107 apnea was assessed by
an unblinded nurse 107 and the differences were small, and the large number of
outcomes increase the risk of false-positive results.