Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermitte BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-
anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian
pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-
negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak
sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-
anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian
pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-
negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak
sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)

1.4. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkioliti

BAB I
PENDAHULUAN

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermitte BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-
anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian
pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-
negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak
sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)

1.7. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
PENDAHULUAN

1.8. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-
anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian
pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-
negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak
sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)
1.9. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
PENDAHULUAN

1.10. Latar Belakang


Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
Bronkiolitis merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-
anak. Insidensi penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian
pada usia kira-kira 6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-
negara dengan 4 musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak
sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)

1.11. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.
Edema paru merupakan akumulasi cairan ekstravaskular yang berlebihan di interstisial
paru. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru
yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
saluran limfatik.1,2 Edema paru dapat terjadi akibat kelainan pada paru atau faktor sistemik,
oleh karena itu edema paru diklasifikasikan menjadi edema paru kardiogenik dan non-
kardiogenik. Edema paru seringkali terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler paru sekunder ke jantung kiri. Edema paru kardiogenik terjadi karena gagal jantung kiri
akut yang diikuti dengan miokard infark, meningkatnya tekanan hidrostatis pulmonal, dan
meningkatnya tekanan vena pulmonalis. Edema paru non-kardiogenik terjadi setelah cedera
pada hambatan alveolar-kapiler di parenkim paru, yang meningkatkan konduktivitas (Lf) dan
pembatasan protein yang lebih rendah contohnya yaitu pada cedera paru akut atau acute
respiratory distress syndrome (ARDS).3
Edema paru dapat mengancam jiwa (life threathening) dan memerlukan penanganan
yang segera dan tepat. Terapi yang efektif dapat menyelamatkan pasien dari dampak buruk
terganggunya keseimbangan cairan paru.1 Gejala dan tanda-tanda klinis dari suatu edema paru
akut (EPA) umumnya sesak nafas (dyspnea), napas cepat (takipnea) atau gelisah, berkeringat
berlebihan, batuk darah, dan perasaan seolah-olah “tenggelam” karena tidak bisa mendapatkan
cukup udara. Penatalaksaan edema paru harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan
dengan tujuan utama memastikan oksigenasi yang cukup, mengurangi venous return dari paru,
mengurangi tahanan sistemik pembuluh darah, dan pemberian inotropik pada beberapa kasus.
Prognosis edema paru akut diprediksi buruk meskipun dengan penanganan yang baik.4
Penelitian pada tahun 1994 secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita edema paru
di seluruh dunia. Terdapar sekitar 2,1 juta penderita edema paru di Inggris yang memerlukan
pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Diperkirakan lima setengah juta penduduk
Amerika Serikat menderita edema paru. Penderita edema paru di Jerman sebanyak enam juta
penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari medik
di dalam merawat penderita edema paru secara komprehensif.5
Edema paru pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 1971, sejak itu penyakit
tersebut dilaporkan di berbagai daerah sehingga sampai tahun 1980 sudah mencakup seluruh
provinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Insiden tersebar di
Indonesia terjadi pada 1998 dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan
Crude Fatality Rate (CFR) = 2%. Incidence rate menurun tajam pada tahun 1999 sebesar
10,17%, namun pada tahun tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 % (2000),
19,24 % (2002), dan 23,87 % (2003). Edema paru kardiogenik akut (Acute Cardiogenic
Pulmonary Edema/ACPE) sering terjadi, dan berdampak merugikan dan mematikan dengan
tingkat kematian 10- 20%.5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non-kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan yang berasal dari vascular paru masuk ke dalam interstisium dan
alveoli paru.1,6
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
pembuluh darah kapiler dengan jaringan paru sekitarnya. Edema paru akut dapat terjadi
sebagai akibat kelainan pada jantung serta gangguan organ lain di luar jantung.4

BAB I

PENDAHULUAN

Edema paru merupakan akumulasi cairan ekstravaskular yang berlebihan di interstisial


paru. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru
yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
saluran limfatik.1,2 Edema paru dapat terjadi akibat kelainan pada paru atau faktor sistemik,
oleh karena itu edema paru diklasifikasikan menjadi edema paru kardiogenik dan non-
kardiogenik. Edema paru seringkali terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler paru sekunder ke jantung kiri. Edema paru kardiogenik terjadi karena gagal jantung kiri
akut yang diikuti dengan miokard infark, meningkatnya tekanan hidrostatis pulmonal, dan
meningkatnya tekanan vena pulmonalis. Edema paru non-kardiogenik terjadi setelah cedera
pada hambatan alveolar-kapiler di parenkim paru, yang meningkatkan konduktivitas (Lf) dan
pembatasan protein yang lebih rendah contohnya yaitu pada cedera paru akut atau acute
respiratory distress syndrome (ARDS).3
Edema paru dapat mengancam jiwa (life threathening) dan memerlukan penanganan
yang segera dan tepat. Terapi yang efektif dapat menyelamatkan pasien dari dampak buruk
terganggunya keseimb
I. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
 Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
 Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU

II. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan,
disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum.
klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia.
Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent
exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


1. Amblyopia
2. Diplopia
3. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


1. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
2. Posisi cover – uncover test
3. Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


4. Amblyopia
5. Diplopia
6. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


4. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
5. Posisi cover – uncover test
6. Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
7. Amblyopia
8. Diplopia
9. Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


10.Posisi reflex Amblyopia
11.Diplopia
12.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan
tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


13.Amblyopia
14.Diplopia
15.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


7. Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
8. Posisi cover – uncover test
9. Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


16.Amblyopia
17.Diplopia
18.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


10.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
11.Posisi cover – uncover test
12.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – stra

BAB I
PENDAHULUAN

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan
tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


19.Amblyopia
20.Diplopia
21.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


13.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
14.Posisi cover – uncover test
15.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


22.Amblyopia
23.Diplopia
24.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


16.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
17.Posisi cover – uncover test
18.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
25.Amblyopia
26.Diplopia
27.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


28.Posisi reflex Amblyopia
29.Diplopia
30.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


19.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
20.Posisi cover –Topic bahasan – strabismus:
31.Amblyopia
32.Diplopia
33.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


21.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
22.Posisi cover – uncover test
23.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
34.Amblyopia
35.Diplopia
36.Suppresion
24.reflex ko gugugu gugugu gugugurnea (Hirschberg Test)
25.Posisi cover – uncover test
26.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


37.Amblyopia
38.Diplopia
39.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


27. Posisi reflex k
suatu publikasi bahwa 75% pasien dengan intermittent exotropia akan mengalami
perburukan dalam jangka waktu 3 tahun. Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan
bahwa 4% dari subjek penderita intermittent exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi
yang menghilang dan 50% lainnya justru mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4

28.Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,


patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
29.Penilaian gerakan bola mata

s merupakan penyebab utama kunjungan rumah sakit pada bayi dan anak-anak. Insidensi
penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian pada usia kira-kira
6 bulan. Sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi (di negara-negara dengan 4
musim). Angka kesakitan tertinggi didapatkan pada tempat penitipan anak sekitar 95%.(1,3,5,6)

Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang berusia
lebih tua dan dewasa bisa dikatakan tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena mereka lebih
tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis suatu bronkiolitis
tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru bagian bawah terkena infeksi.
(1,3)

Bronkiolitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penularan penyakit ini
terjadi melalui kontak langsung dengan penderita ISPA. Penularan dalam keluarga ditemukan
sangat tinggi (45%), umumnya pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah. (1)

1.12. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi,
patologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, terapi dan
prognosis bronkiolitis.

Edema paru merupakan akumulasi cairan ekstravaskular yang berlebihan di interstisial


paru. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru
yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
saluran limfatik.1,2 Edema paru dapat terjadi akibat kelainan pada paru atau faktor sistemik,
oleh karena itu edema paru diklasifikasikan menjadi edema paru kardiogenik dan non-
kardiogenik. Edema paru seringkali terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler paru sekunder ke jantung kiri. Edema paru kardiogenik terjadi karena gagal jantung kiri
akut yang diikuti dengan miokard infark, meningkatnya tekanan hidrostatis pulmonal, dan
meningkatnya tekanan vena pulmonalis. Edema paru non-kardiogenik terjadi setelah cedera
pada hambatan alveolar-kapiler di parenkim paru, yang meningkatkan konduktivitas (Lf) dan
pembatasan protein yang lebih rendah contohnya yaitu pada cedera paru akut atau acute
respiratory distress syndrome (ARDS).3
Edema paru dapat mengancam jiwa (life threathening) dan memerlukan penanganan
yang segera dan tepat. Terapi yang efektif dapat menyelamatkan pasien dari dampak buruk
terganggunya keseimbangan cairan paru.1 Gejala dan tanda-tanda klinis dari suatu edema paru
akut (EPA) umumnya sesak nafas (dyspnea), napas cepat (takipnea) atau gelisah, berkeringat
berlebihan, batuk darah, dan perasaan seolah-olah “tenggelam” karena tidak bisa mendapatkan
cukup udara. Penatalaksaan edema paru harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan
dengan tujuan utama memastikan oksigenasi yang cukup, mengurangi venous return dari paru,
mengurangi tahanan sistemik pembuluh darah, dan pemberian inotropik pada beberapa kasus.
Prognosis edema paru akut diprediksi buruk meskipun dengan penanganan yang baik.4
Penelitian pada tahun 1994 secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita edema paru
di seluruh dunia. Terdapar sekitar 2,1 juta penderita edema paru di Inggris yang memerlukan
pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Diperkirakan lima setengah juta penduduk
Amerika Serikat menderita edema paru. Penderita edema paru di Jerman sebanyak enam juta
penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar yang perlu mendapat perhatian dari medik
di dalam merawat penderita edema paru secara komprehensif.5
Edema paru pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 1971, sejak itu penyakit
tersebut dilaporkan di berbagai daerah sehingga sampai tahun 1980 sudah mencakup seluruh
provinsi di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Insiden tersebar di
Indonesia terjadi pada 1998 dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan
Crude Fatality Rate (CFR) = 2%. Incidence rate menurun tajam pada tahun 1999 sebesar
10,17%, namun pada tahun tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 % (2000),
19,24 % (2002), dan 23,87 % (2003). Edema paru kardiogenik akut (Acute Cardiogenic
Pulmonary Edema/ACPE) sering terjadi, dan berdampak merugikan dan mematikan dengan
tingkat kematian 10- 20%.5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler (edema paru non-kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya
ekstravasasi cairan yang berasal dari vascular paru masuk ke dalam interstisium dan
alveoli paru.1,6
Edema paru akut adalah akumulasi cairan pada jaringan interstisial paru yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik dalam
pembuluh darah kapiler dengan jaringan paru sekitarnya. Edema paru akut dapat terjadi
sebagai akibat kelainan pada jantung serta gangguan organ lain di luar jantung.4

BAB I

PENDAHULUAN

Edema paru merupakan akumulasi cairan ekstravaskular yang berlebihan di interstisial


paru. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru
yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
saluran limfatik.1,2 Edema paru dapat terjadi akibat kelainan pada paru atau faktor sistemik,
oleh karena itu edema paru diklasifikasikan menjadi edema paru kardiogenik dan non-
kardiogenik. Edema paru seringkali terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler paru sekunder ke jantung kiri. Edema paru kardiogenik terjadi karena gagal jantung kiri
akut yang diikuti dengan miokard infark, meningkatnya tekanan hidrostatis pulmonal, dan
meningkatnya tekanan vena pulmonalis. Edema paru non-kardiogenik terjadi setelah cedera
pada hambatan alveolar-kapiler di parenkim paru, yang meningkatkan konduktivitas (Lf) dan
pembatasan protein yang lebih rendah contohnya yaitu pada cedera paru akut atau acute
respiratory distress syndrome (ARDS).3
Edema paru dapat mengancam jiwa (life threathening) dan memerlukan penanganan
yang segera dan tepat. Terapi yang efektif dapat menyelamatkan pasien dari dampak buruk
terganggunya keseimb
III. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
 Memberikan informasi kepada keluarga bahwa bintik putih pada mata kiri
disebabkan oleh katarak
 Memberikan informasi bahwa diperlukan tindakan operasi pada pasien untuk
membuang lensa yang mengalami katarak
Pro Aspirasi Lensa ODS dengan AU

IV. Prognosis
gan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian eksotropia.2 Secara keseluruhan,
disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia mencakup 1% dari populasi umum.
klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari intermittent exotropia.
Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi terkait intermittent
exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


40.Amblyopia
41.Diplopia
42.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


30.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
31.Posisi cover – uncover test
32.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


43.Amblyopia
44.Diplopia
45.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


33.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
34.Posisi cover – uncover test
35.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
46.Amblyopia
47.Diplopia
48.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


49.Posisi reflex Amblyopia
50.Diplopia
51.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan
tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


52.Amblyopia
53.Diplopia
54.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


36.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
37.Posisi cover – uncover test
38.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


55.Amblyopia
56.Diplopia
57.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


39.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
40.Posisi cover – uncover test
41.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – stra

BAB I
PENDAHULUAN

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi terkait intermittent exotropia dan menjadi salah satu sumber bacaan
tentang intermittent exotropia.
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


58.Amblyopia
59.Diplopia
60.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


42.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
43.Posisi cover – uncover test
44.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


61.Amblyopia
62.Diplopia
63.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


45.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
46.Posisi cover – uncover test
47.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
64.Amblyopia
65.Diplopia
66.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


67.Posisi reflex Amblyopia
68.Diplopia
69.Suppresion

Strabismus atau juling ditemukan pada sekitar 5% dari seluruh anak-anak dengan pola
perkembangan yang normal. Strabismus yang bermanifestasi terbagi menjadi eksotropia dan
esotropia.1 Intermittent exotropia (X(T)) merupakan suatu bentuk paling awam dari eksotropia
yang ditemukan pada masa kanak-kanak, dengan angka kejadian 50-90% dari seluruh kejadian
eksotropia.2 Secara keseluruhan, disebutkan bahwa insidensi dari intermittent exotropia
mencakup 1% dari populasi umum. klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


48.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
49.Posisi cover –Topic bahasan – strabismus:
70.Amblyopia
71.Diplopia
72.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


50.Posisi reflex kornea (Hirschberg Test)
51.Posisi cover – uncover test
52.Penilaian gerakan bola mata
Topic bahasan – strabismus:
73.Amblyopia
74.Diplopia
75.Suppresion
53.reflex ko gugugu gugugu gugugurnea (Hirschberg Test)
54.Posisi cover – uncover test
55.Penilaian gerakan bola mata
Dari buku modul koas:

Topic bahasan – strabismus:


76.Amblyopia
77.Diplopia
78.Suppresion

Topic bahasan keterampilan procedural – strabismus:


56. Posisi reflex k
suatu publikasi bahwa 75% pasien dengan intermittent exotropia akan mengalami
perburukan dalam jangka waktu 3 tahun. Sebuah studi kohort oleh Nusz et al mengatakan
bahwa 4% dari subjek penderita intermittent exotropia mengalami perbaikan dengan deviasi
yang menghilang dan 50% lainnya justru mengalami peningkatan sebesar lebih dari 10 dioptri.4

57.Penulisan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,


patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan
prognosis dari intermittent exotropia. Diharapkan telaah ilmugu gugugu
guguguuncover test
58.Penilaian gerakan bola mata

Anda mungkin juga menyukai