Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ATIKA NINGTYAS PALUPI

NIM : P07133212168
PRODI : DIV KESLING
M.K : PENYELIDIKAN LINGKUNGAN
Habitat Pesut Mahakam Terancam Aktivitas Ponton Batu bara

Awaluddin Jalil
Kamis, 9 Juli 2015 − 16:00 WIB
Habitat Pesut Mahakam Terancam Aktivitas Ponton Batu bara
Sungai Kedang Kepala di Desa Muara Siran, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kaltim yang
merupakan salah satu habitat Pesut Mahakam terancam aktivitas ponton batu bara. Aktivitas ponton batu
bara. (Awaluddin Jalil/Sindonews).
A+ A-
SAMARINDA - Sungai Kedang Kepala di Desa Muara Siran, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara,
Kaltim yang merupakan salah satu habitat Pesut Mahakam terancam aktivitas ponton batu bara.

Sayangnya, sungai ini kini malah menjadi alur pelayaran ponton yang memuat rata-rata 8.000 ton batu
bara dalam sekali berlayar.

Menurut Dinamisator Jaringan Advokasi, Merah Johansyah, aktivitas tambang batu bara milik PT Fajar
Sakti Prima sudah sangat mengganggu ekosistem di kawasan tersebut.

Terlebih di kawasan ini ada habitat Pesut Mahakam yang kini jumlahnya tak sampai 100 ekor.

“Ada dugaan pelanggaran AMDAL karena ada beberapa oknum yang sengaja memindahkan alur pelayaran
ponton dari tempat yang disetujui sesuai AMDAL ke Sungai Kedang Kepala ini,” kata Merah, Kamis
(9/7/2015).

Aktivitas alur pelayaran ponton batu bara ini sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir. Warga
setempat kini tak lagi melihat kemunculan hewan yang dilindungi ini. Tak hanya itu, aktivitas
pertambangan batu bara juga membuat air semakin keruh.

Merah menjelaskan, tak hanya melanggar kawasan habitat Pesut Mahakam, perusahaan ini juga diduga
kuat melanggar kawasan konservasi lahan gambut dan cagar alam.

Dia pun meminta agar pemerintah, terutama Gubernur Kaltim untuk segera mencegah kerusakan lebih
besar.

“Kawasan ini merupakan kawasan Cagar Alam Muara Kaman-Sedulang, yang dilindungi SK Gubernur No
D.8-130/W-EK/1975 dan SK Menhut 598/Kpts-II/1995. Karena itu Gubernur juga jangan absen donk,”
ujarnya.

Tak hanya mengganggu habitat Pesut Mahakam, aktivitas ponton batu bara milik anak usaha Gunung
Bayan Pratama Grup ini juga merusak mata pencarian warga.

Sebanyak 90% warga Desa Muara Siran berprofesi sebagai nelayan yang memanfaatkan keramba yang
ditaruh di tepi Sungai Kedang Kepala.

“Ponton batu bara milik PT Fajar Sakti Prima ini sudah beberapa kali menabrak keramba dan alat tangkap
warga. Kerugian warga yang mayoritas nelayan sudah cukup banyak, namun belum ada tindakan apa-apa
dari pemerintah,” timpal Merah.

Rusaknya keramba dan alat tangkap nelayan ini memang wajar terjadi. Pasalnya, PT Fajar Sakti Prima
terkesan memaksakan penggunaan Sungai Kedang Kepala sebagai alur pelayaran batu baranya.

Sungai yang sempit membuat buritan kapal sering menabrak keramba dan jamban warga di alur berkelok.

“Peristiwa kerusakan itu bahkan disaksikan langsung oleh petugas dari BLH Kutai Kartanegara dan BLH
Kaltim. Sayangnya sampai sekarang belum ada tindakan,” kata Merah.

Dia pun berharap agar pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini sebelum terjadi
kerusakan ekosistem yang lebih parah. Selain itu, pemerintah punya kewajiban penting untuk menjaga
hajat hidup rakyatnya

source: http://daerah.sindonews.com/read/1022002/174/habitat-pesut-mahakam-terancam-aktivitas-
ponton-batu-bara-1436430215
Tak Tahan Bau Limbah Kulit, Ratusan Warga Mengungsi

Fani Ferdiansyah
Rabu, 6 Mei 2015 − 16:21 WIB
Tak Tahan Bau Limbah Kulit Ratusan Warga Mengungsi
(Ilustrasi Sindonews.com)
A+ A-
GARUT - Bau limbah dari kawasan industri kulit Sukaregang, Garut, Jawa Barat kembali dikeluhkan warga.

Ratusan warga dari tiga kelurahan di wilayah Kecamatan Garut Kota, terpaksa meninggalkan rumah
mereka untuk menghindari bau busuk limbah yang mengalir di Sungai Ciwalen, aliran sungai di sekitar
pemukiman.

"Kira-kira pagi pukul 09.00 WIB, bau busuk yang sangat menyengat itu terhirup warga di sekitar Sungai
Ciwalen. Baunya pekat sekali sehingga orang-orang yang ada di dalam rumah terpaksa mengungsi ke luar
agar bisa bernapas." tutur Dedi Kurniawan, warga Kampung Bentar Girang RT04 RW03, Kelurahan Kota
Wetan, Kecamatan Garut Kota, Rabu (6/5/2015).

Menurut Dedi, bau limbah industri kulit Sukaregang yang masuk aliran Sungai Ciwalen sudah biasa
terhirup warga di setiap harinya. Biasanya, radius bau ini bisa terhirup dalam 50 meter dari sungai.

"Namun kali ini berbeda. Radiusnya bisa mencapai 100 meter lebih. Bahkan baunya sangat menyengat
hingga membuat sesak napas. Baru pertama kali selama kami tinggal merasa bau seperti ini. Beberapa
anak saja sampai dibuat muntah saat menghirupnya," katanya.

Mantan anggota DPRD Kabupaten Garut ini menyebut warga dari kelurahan lain, yakni Kelurahan Ciwalen
dan Regol, juga mengalami hal serupa. Mereka juga berkumpul di masing-masing kantor kelurahan untuk
menghindari bau limbah kulit tersebut.

"Beberapa anak dan orang dewasa diperiksa oleh petugas medis dari Puskesmas Garut Kota. Sementara
bayi-bayi dikumpulkan untuk diperiksa kesehatan mereka di kantor kelurahan. Saya belum tahu apakah
ada dampak negatif kepada kesehatan mereka setelah menghirup bau tidak sedap ini," pungkasnya.
Setelah mendapat laporan dari warga, pihak Kelurahan Kota Wetan beserta aparat kepolisian meninjau
lokasi Sungai Ciwalen. Dedi menambahkan, bau menyengat itu hanya terhirup dalam kurun waktu dua jam
saja.

"Sekitar pukul 11.00 WIB siang baunya sudah hilang. Namun warga tetap khawatir bau menyengat yang
teramat pekat itu kembali terhirup di kemudian hari. Kami meminta agar pemerintah segera melakukan
sesuatu untuk menindaklanjuti masalah bau limbah ini," imbuhnya.

Sebelumnya, masalah limbah kulit dari Industri Kulit Sukaregang sempat mencuat saat Menteri
Perindustrian (Menperin) Saleh Husin, melakukan kunjungan kerja ke Garut awal pekan lalu.

Kepada menteri, para pengusaha penyamak kulit mengeluhkan sulitnya mengelola limbah hasil produksi
mereka.

"Kami menghadapi persoalan dalam mengelola limbah. Teknologi kami masih kurang. Semoga masalah ini
bisa diselesaikan melalui lintas kementrian, yakni Kementrian Perindustrian dan Kementrian Lingkungan
Hidup," kata Sekretaris Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut Yusuf saat berbicara
kepada Menperin Saleh Husin.

source: http://daerah.sindonews.com/read/998097/21/tak-tahan-bau-limbah-kulit-ratusan-warga-
mengungsi-1430904095
Sampah Ganggu Lalu Lintas Kapal di Selat Sunda

Rasyid Ridho
Sabtu, 11 April 2015 − 11:37 WIB
Sampah Ganggu Lalu Lintas Kapal di Selat Sunda
Perairan Selat Sunda sekitar Pelabuhan Merak tercemar limbah rumah tangga sehingga dapat
mengganggu lalu lintas kapal. (Ilustrasi pencemaran Sindonews)
A+ A-
CILEGON - Perairan Selat Sunda sekitar Pelabuhan Merak tercemar limbah rumah tangga sehingga dapat
mengganggu lalu lintas kapal.

Limbah rumah tangga banyak terlihat mengambang di area pelabuhan hingga ke dermaga diantaranya
aneka plastik seperti tas belanja, botol air mineral, mainan, alat pancing, sampai dudukan toilet ditemui di
sekitar perairan di dalam pelabuhan.

Supervisor Port Traffic Control (PTC) PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia
Ferry Cabang Merak, Radmiadi mengatakan, pihaknya kerap dibuat kerepotan oleh limbah plastik rumah
tangga ini.

“Kita melakukan pembersihan secara rutin dengan alat manual. pembersihan sampah ini bagian dari
kegiatan rutin kami untuk menjaga keselamatan kapal dari gangguan sampah,” katanya di Cilegon, Sabtu
(11/4/2015).

Selain sampah rumah tangga dari warga sekitar pelabuhan juga karena tidak adanya kesadaran dari
penumpang kapal yang membuang sampah ke laut.

“Sampah juga bisa dari penumpang kapal yang membuang sampah sembarangan. Padahal kami sudah
menyediakan tempat sampah di setiap kapal,” ujarnya.

Sementara itu pihaknya sudah membentuk tim pembersih sampah di alur kapal, sehingga pengguna kapal
merasa nyaman dan kebersihan pelabuhan terjaga.
"Yang membahayakan itu sampah kayu besar bisa menghambat kapal. Sampah juga sudah mengganggu
ke indahan kawasan laut,” tandasnya.

source: http://daerah.sindonews.com/read/988083/174/sampah-ganggu-lalu-lintas-kapal-di-selat-sunda-
1428727025

Anda mungkin juga menyukai