0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan3 halaman
Teks ini menceritakan pengalaman penulis berusia 12 tahun menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Penulis dan keluarganya berkumpul bersama ratusan orang di sebuah rumah putih di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Di sana, Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penulis merasa bangga menjadi bagian dari peristiwa bersejarah tersebut.
Teks ini menceritakan pengalaman penulis berusia 12 tahun menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Penulis dan keluarganya berkumpul bersama ratusan orang di sebuah rumah putih di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Di sana, Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penulis merasa bangga menjadi bagian dari peristiwa bersejarah tersebut.
Teks ini menceritakan pengalaman penulis berusia 12 tahun menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Penulis dan keluarganya berkumpul bersama ratusan orang di sebuah rumah putih di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta. Di sana, Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penulis merasa bangga menjadi bagian dari peristiwa bersejarah tersebut.
Namaku Kukuh Tri Manggolo, saat itu aku masih berumur 12
tahun dan tidak bersekolah karena semua sekolah diliburkan. Menurut Bu Guru sekolah diliburkan karena akan ada acara yang sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia. Untuk itu sejak pagi-pagi hari sekali kami sudah mempersiapkan semuanya. Sebagaimana yang diminta oleh bapakku aku supaya bersiap-siap bersama dengan Ibu dan Adiku. Kami tidak sarapan pagi karena saat itu adalah Bulan Ramadhan.
Kami berempat keluar dari rumah pukul 09.30 kami berjalan
menyusuri jalan-jalan yang saat itu kelihatan sangat sepi. Dalam hati aku heran kemana semua orang-orang yang biasa lalu lalang? Kami terus berjalan dan akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Tampak dari jauh rumah tersebut bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu yang berdiri di tengah halaman. Kami berdiri agak jauh dari rumah itu karena saat itu jalanan sangat ramai oleh orang yang lalu lalang.
Aku heran mengapa banyak sekali orang berkumpul di halaman
rumah tersebut. Barisan pemuda berbaris dengan rapi, para undangan juga duduk dengan rapi. Di bagian luar rumah berbagai lapisan masyarakat, seperti petani, pedagang kelontong, nelayan, pegawai negeri, tua, dan muda. Mereka datang berbondong-bondong membawa bambu runcing, batu, sekop, tongkat, parang, golok, atau apa saja yang dapat mereka bawa. Itu menunjukkan tekad berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.
Dari jauh aku mendengar mereka berteriak
"Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas". Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir karena ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Dai Nippon akan menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan.
Setelah beberapa lama kami menunggu dari dalam rumah putih
tersebut keluar dua orang menggunakan stelan kemeja putih. Salah satu dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan suara yang tegas beliau membacakan isi dari kertas tersebut.
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI
MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT- SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA SOEKARNO-HATTA
Saya sangat terharu menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam
perjalanan bangsaku. Teks Proklamasi itu dibacakan di sebuah rumah yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih. Betapa bangga aku telah menjadi bagian dari kemerdekaan Tanah Airku. Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan damai karena tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa bangga karena bangsaku sudah merdeka.