Anda di halaman 1dari 3

Bangsaku Merdeka

Namaku Kukuh Tri Manggolo, saat itu aku masih berumur 12


tahun dan tidak bersekolah karena semua sekolah diliburkan. Menurut
Bu Guru sekolah diliburkan karena akan ada acara yang sangat penting
bagi sejarah Bangsa Indonesia. Untuk itu sejak pagi-pagi hari sekali
kami sudah mempersiapkan semuanya. Sebagaimana yang diminta oleh
bapakku aku supaya bersiap-siap bersama dengan Ibu dan Adiku. Kami
tidak sarapan pagi karena saat itu adalah Bulan Ramadhan.

Kami berempat keluar dari rumah pukul 09.30 kami berjalan


menyusuri jalan-jalan yang saat itu kelihatan sangat sepi. Dalam hati aku
heran kemana semua orang-orang yang biasa lalu lalang? Kami terus
berjalan dan akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang terletak di
Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Tampak dari jauh
rumah tersebut bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu
yang berdiri di tengah halaman. Kami berdiri agak jauh dari rumah itu
karena saat itu jalanan sangat ramai oleh orang yang lalu lalang.

Aku heran mengapa banyak sekali orang berkumpul di halaman


rumah tersebut. Barisan pemuda berbaris dengan rapi, para undangan
juga duduk dengan rapi. Di bagian luar rumah berbagai lapisan
masyarakat, seperti petani, pedagang kelontong, nelayan, pegawai
negeri, tua, dan muda. Mereka datang berbondong-bondong membawa
bambu runcing, batu, sekop, tongkat, parang, golok, atau apa saja yang
dapat mereka bawa. Itu menunjukkan tekad berani mati demi
mempertahankan kemerdekaan.

Dari jauh aku mendengar mereka berteriak


"Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah
sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas".
Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir
karena ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan
amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Dai Nippon akan
menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan.

Setelah beberapa lama kami menunggu dari dalam rumah putih


tersebut keluar dua orang menggunakan stelan kemeja putih. Salah satu
dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan suara yang
tegas beliau membacakan isi dari kertas tersebut.

PROKLAMASI

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI


MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL
YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA
SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-
SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 Agustus 1945


ATAS NAMA
BANGSA INDONESIA
SOEKARNO-HATTA

Saya sangat terharu menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam


perjalanan bangsaku. Teks Proklamasi itu dibacakan di sebuah rumah
yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih.
Betapa bangga aku telah menjadi bagian dari kemerdekaan Tanah Airku.
Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan damai karena tidak ada
yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa,
Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa bangga
karena bangsaku sudah merdeka.

Anda mungkin juga menyukai