Anda di halaman 1dari 3

Nama: Risty Anggita

Kelas: XII MIPA 2


Cerita sejarah

INDONESIA MERDEKA

Namaku Risty, saat itu umurku masih sekitar 17 tahun. Tepat di


tanggal 17 Agustus 1945, saat itu juga bertepatan dengan bulan
Ramadhan, sehingga aku, ayah dan adikku keluar rumah tidak
sarapan karena kami sedang menjalankan ibadah puasa. Kami keluar
rumah pukul 09.00 pagi, namun tidak seperti biasanya jalan-jalan di
sekitar rumahku sepi dari lalu lalang warga. “Apa alasan Belanda dan
Jepang menjajah Indonesia?” Tanya adikku. “Alasan Belanda datang
ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah, dan alasan Jepang
datang ke Indonesia untuk mendapatkan cadangan logistik dan
bahan industri. Karena Indonesia ini memiliki kekayaan alam yang
sangat berlimpah” jawab ayahku

Sebenarnya aku merasa heran, namun aku diam saja dan terus
berjalan mengikuti ayahku dan ternyata ayahku membawa aku dan
adikku ke sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Dari
jauh saja sudah terlihat bahwa di sekeliling rumah bercat putih
dengan sebuah tiang bendera dari bambu itu sudah ramai dipenuhi
banyak orang.

Melihat banyak orang berkumpul seperti itu tentu saja semakin


menambah rasa penasaran dalam diriku. Ada banyak pemuda yang
berbaris rapi, serta banyak pula tampaknya tamu undangan yang
duduk dengan rapi di deretan kursi yang telah disediakan. Sementara
itu, pada bagian luar rumah sudah berkumpul masyarakat dari
berbagai kalangan. “Ayah ada apa ini?” Tanyaku. “Hari ini Indonesia
akan memproklamasikan kemerdekaannya” jawab ayah. “Jadi hari ini
Indonesia tidak akan dijajah lagi?” Tanyaku kembali. “Iya nak,
sekarang Indonesia akan merdeka” jawab ayahku.

Hampir semua masyarakat yang berkumpul di sekitar rumah tersebut


membawa bambu runcing, batu, sekop, parang, golok dan berbagai
barang yang bisa dijadikan sebagai senjata. Segala benda yang
dibawa oleh mereka seakan menggambarkan tekad mereka untuk
berani mati demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Ayah,
untuk apa mereka membawa benda seperti itu?” tanya adikku, “Itu
senjata untuk berjaga-jaga jika nanti ada penjajah datang, mereka
akan langsung menyerang penjajah itu” jawab ayah.

Saat aku, ayah dan adikku semakin berjalan mendekat ke area rumah
itu, semakin terdengar seruan masyarakat yang berteriak-teriak
“Sekarang, Bung, Sekarang! Segera nyatakan sekarang”.Masyarakat
tampaknya memang sudah tidak sabar menunggu dan tentu saja
seruan itu juga menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap tentara
Jepang. Mereka khawatir Jepang akan menghalangi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Tak seberapa lama kami menunggu, akhirnya dari dalam rumah


tersebut keluar dua orang berkemeja putih, mereka adalah Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta. Salah satu di antara dua orang yang keluar
itu membawa selembar kertas dan dengan tegas, beliau
membacakan isi dari kertas yang berisi pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Setelah pembacaan teks proklamasi
disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah
Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan sambil
menyanyikan lagu Indonesia raya, disusul dengan sambutan oleh
Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan
Barisan Pelopor.

Mendengar teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu aku sangat


terharu. Aku tidak menyangka di usiaku yang baru 17 tahun waktu
itu, aku menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam perjalanan
Indonesia. Aku sangat bangga dapat menjadi bagian dari
kemerdekaan bangsaku yang tercinta ini.

Aku berharap semoga rakyat Indonesia bisa terus bersatu seperti


saat masa-masa perjuangan Indonesia melawan penjajah. Semoga
satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia akan terus
bertahan selamanya. Setelah Proklamasi dibacakan, aku, ayah dan
adikku pulang dengan rasa bahagia dan bangga sebab Indonesia
sudah merdeka.

Anda mungkin juga menyukai