Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pakaian merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia, namun seiring
perkembangnya waktu model-model pakaian pun berubah. Mengapa demikian?
karena gaya dan model pakaian setiap zamannya menjadikan gaya serta style
sehingga membuat masyaratkat tergiur untuk memilikinya. Masyarakat
berperadaban modern pada umumnya sangat menyukai model-model pakaian
yang memamerkan serta tidak menutupi aurat wanita. Misalnya saja pakaian ketat
bagi tenaga medis yang tidak sesuai. Sesungguhnya kecendrungan terhadap
model-model pakaian yang tidak sembrono itu menunjukan kelemahan moral
masyarakat. Pada hakikatnya model busana mini dan ketat itu dapat merusak
kesehatan serta pertumbuhan mental masarakat tidak mempunya nilai tambah
sama sekali.
Islam menjaga hak kebebasan yang pertama adalah kebebasan berkeyakinan
dan beribadah setiapa agama bebas memeluk agama tidak boleh dipaksa untuk
meniggalnya menuju kepercayaan lainya juga tidak boleh ditekan untuk berpisah
dari kenyakinan masuk Islam. Islam juga memperhatikan perlindungan terhadap
individu yakni melalui perlindunganya yang bersifat materi dan beretika serta
moral yang tinggi. Islam menjaga kehidupan yang aman, damai dan tentram bagi
setiap individu yang menjaga sandaran hidupnya yang paling dasar menjaga
kehormatan,melalui pakaian syar’i. Selain itu manusia dihiasi dengan kemampuan
ruhiyah (spiritual) yang hanya menjadi ciri khususnya tidak untuk makhluk lain
yang bisa menjadikan menerima kebebasan tanggung jawab agama agar dapat
membedaka antara keji dan baik. Melalui menjaga agama tabiat spiritual ini ia
menjadi hak untuk tetap menjaga agama yang dianutnya. Manusia hanya tidak
dituntun untuk menjaga roh saja yang hanya bisa beribadah. Seperti mempercayai
adanya malaikat. 4 Namun,dibeberapa tempat layanan kesehatan seperti Rumah
Sakit serta klinik di perlakukan pakaian kerja khusus bagi tenaga kerja medis
perempuan dengan membuka lengan pakaian bagian tangan dengan alasan bahwa
pakaian yang berlengan panjang maka akan berpotensi tertular (menular penyakit)
nah, bagaimana dengan tenaga medis perempuan yang memakai pakaian syar‟i
yang di pahami bahwa menutup aurat adalah kewajiaban bagi muslim perempuan
yang harus ditutupi namun, penetapan seragam yang tidak sesuai telah
menimbulkan pertanyaan dan penolakan bagi para wanita yang telah melakukan
proses hijrah.5 Allah swt. telah menetapkan pakaian indah yaitu pakaian yang
menutup aurat. Pakaian indah tersebut telah dijelaskan dalam QS Al-A‟araf/7: 26
‫ّللا لَعَلَّ ُه ْم‬ ِ ‫اس التَّ ْق َو ٰى ٰذَلِكَ َخي ٌْر ۚ ٰذَلِكَ ِم ْن آيَا‬
ِ َّ ‫ت‬ ً ‫س ْوآتِ ُك ْم َو ِري‬
ُ َ‫شا ۖ َو ِلب‬ ً ‫يَا بَنِي آ َد َم قَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم ِلبَا‬
َ ‫سا ي َُو ِاري‬
‫يَ َّذ َّك ُرون‬
Terjemahnya:
“Hai anak adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepada kalian dan
pakaian yang indah untuk perhiasaan pakaian takwa itulah yang terbaik yang
demikian itu adalah sebagai dari tanda-tanda kekuasan Allah mudahmudahan
dia selalu ingat.”
Seorang perawat, bidan dan dokter yang mengunakan pakain muslimah yang
dipakai saat berada di Rumah Sakit dan pada saat itu ada pasien yang ingin di
operasi dan pada saat itu pula dokter tersebut mengunakan pakain tertutup dan
sekaligus yang melihatnya bukan muhrimnya apakah boleh mengulung lengan
tersebut agar tidak terkena bakteri bagimana pandangan hukum Islam
menanggapinya. Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonsia (MUI) sendiri
menanggapi hal tersebut hukumnya boleh tapi dalam keadaan terpakasa “Kaidah
Fiqhiyah mengnyakan bahwa kebutuhan mendesak bisa sama posisinya dengan
keadaan terpaksa atau darurat, baik umum maupun khusus. Namun ada larangan
yang harus dihilangkan. Dilarang ada yang harus dihindarkan semaksimalnya.
Ketika terjadi kesempitan, namun perkara itu menjadi longgar. Mencegah
mafsadat atau kerusakan lebih diutamakan dari pada mengambil kemaslahatan.
Dalam aturan Hukum Islam mewajibkan menutup aurat kecuali muka dan telapak
tangan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan yaitu
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Perilaku Islami
1. Definisi Perilaku Islami
Pengertian perilaku keagamaan dapat dijabarkan dengan cara mengartikan
perkata. Kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan. Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata
dasar agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Kata
keagamaan itu sudah mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang
mempunyai arti sesuatu (segala tindakan) yang berhubungan dengan agama.
Dengan demikian, perilaku Islami berarti segala tindakan perbuatan atau
ucapan yang dilakukan seseorang sedangkan perbuatan atau tindakan serta
ucapan tadi akan ada kaitannya dengan agama Islam, semuanya dilakukan
karena adanya kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran, kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan.
Di dalam agama ada ajaran-ajaran yang dilakukan bagi pemeluk-
pemeluknya, bagi agama Islam, ada ajaran agama yang harus dilakukan dan
ada pula yang berupa larangan. Ajaran-ajaran yang berupa perintah yang
harus dilakukan di antaranya adalah sholat, zakat, puasa, haji, menolong orang
lain yang sedang kesulitan dan masih banyak lagi. Sedangkan yang kaitannya
dengan larangan itu juga banyak seperti minum-minuman keras, judi, korupsi
dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak aktivitas yang
telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara makhluk dengan
sang Pencipta, maupun antara makhluk dengan makhluk, itu pada dasarnya
sudah diatur oleh agama. Sedangkan pengertian perilaku Islami adalah
perilaku normatif manusia yang normanya diturunkan dari ajaran Islam dan
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Aspek-aspek pembentukan
perilaku Islami di antaranya; a) bersihnya akidah, b) lurusnya ibadah, c)
kukuhnya akhlak, d) mampu mencari penghidupan, e) luasnya wawasan
berfikir, g) teratur urusannya, h) perjuangan diri sendiri, i) memperhatikan
waktunya, j) bermanfaat bagi orang lain. (Muhaimin, 2002)
Adapun tujuan pembentukan perilaku Islami yaitu; terbentuknya
kedisiplinan, mampu mengendalikan hawa nafsu serta memelihara diri dari
perilaku menyimpang.3 Seorang muslim haruslah mampu berperilaku Islami
terhadap Allah SWT, sesama manusia dan alam.
2. Nilai – Nilai Perilaku Islami
Setiap aspek pendidikan Islam mengandung beberapa unsur pokok yang
mengarah kepada pemahaman dan pengalaman agama Islam secara
menyeluruh. Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam pendidikan agama
Islam mencakup:
a. Tauhid/Aqidah
Kata aqoid jamak dari aqidah berarti “kepercayaan” maksudnya ialah hal-
hal yang diyakini orang-orang Islam, artinya mereka menetapkan atas
kebenarannya seperti disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad saw. (Chatib Toha, dkk, 2004)
Aspek pengajaran tauhid dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya
merupakan proses pemenuhan fitrah bertauhid. Fitrah bertauhid
merupakan unsure hakiki yang melekat pada diri menuasia sejak
penciptaannya. Ketika berada di alam arwah, manusia telah menikrarkan
ketauhidannya. Hal ini sejalan dengan surat Al-A’raf ayat 172 sebagai
berikut:
ْ‫ور ِه ْم ذ ُ ِ ِّريـَّتـ َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَ ُه ْم َع َل ى أَنـْفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ بِ َربِ ُك ْم ۖ◌ قـَلُوا‬ ِ َ‫َوإِذْ أ َ َخذَ َربُّكَ ِم ْن ب‬
ُ ‫نى َءادَ َم ِم ْن‬
ِ ‫ظ ُه‬
۷۲( َ‫ش ِهدْنَا؞ أ َ ْن تـَقُولُواْ يـ َ ْو َم ْال ِقيَا َم ةِ إِنَّا ُكنَّا َع ْن َهذَا غَافِلِين‬ َ ‫بـَلَى؞‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. “mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi”. (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”.6 Dari uraian di atas dapat dikemukakan
bahwa pendidikan agama Islam pada akhirnya ditujukan untuk menjaga
dan mengaktualisasikan potensi ketauhidan melalui berbagai upaya
edukatif yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam
b. Ibadah
Menurut Chatib Toha, dkk., ibadah secara bahasa berarti“taat, tunduk,
turut, mengikut dan do’a.” Bisa juga diartikan menyembah Allah SWT.
Ibadah adalah pengabdian ritual sebagaimana diperintahkan da diatur
dalam Al-Qur’an dan sunnah. Aspek ibadah ini disamping bermanfaat
bagi kehidupan duniawi, tetapi yang paling utama adalah sebagai bukti
dari kepatuhan manusia memenuhi perintah- perintah Allah.8 Dari uraian
di atas dapat dikemukakan bahwa aspek ibadah dapat dikatakan sebagai
alat untuk digunakan oleh manusia dalam rangka memperbaiki akhlak dan
mendekatkan diri kepada Allah.
c. Akhlak
Akhlak menjadi masalah yang penting dalam perjalanan hidup manusia.
Sebab akhlak memberi norma-norma baik dan buruk yang menentukan
kualitas prinadi manusia. Menurut Chatib Toha, dkk., kata “akhlak”
berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.” Menurut Al-
Ghazali yang dikutip Chatib Toha, dkk., “Akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”. Sedangkan menurut (Abuddin Nata, 2006) “akhlak Islami ialah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan
sebenarnya didasarkan pada ajaran Islam.” Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah perbuatan yang timbul dan tumbuh dari
dalam jiwa, kemudian berbuah ke segenap anggota yang menggerakkan
amal-amal serta menghasilkan sifat-sifat yang baik serta menjauhi segala
larangan terhadap sesuatu yang buruk yang membawa manusia ke dalam
kesesatan
3. Macam-Macam Perilaku Islami
Jika dilihat dari perpaduan antara iman, ibadah, pengetahuan dan akhlak,
maka perilaku Islami seorang muslim dapat dikategorikan menjadi tiga
komponen antara lain:
a. Perilaku Islami terhadap Allah SWT
Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam
bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan
Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan
hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau
ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah,
sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat ayat 56:
ِ ‫س إِالَّ ِليـ َ ْعبُد‬
۵٦( ‫ُون‬ َ ‫اإل ْن‬ ِ ‫َو َما َخلَ ْقتُ الج‬
ِ ‫ْ◌ َّن َو‬
Artinya:“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada ku.”
Jadi, perilaku manusia terhadap Allah SWT bisa dikatakan bahwa
manusia harus taat pada-Nya. Manusia adalah sebagai Abdullah, yang
artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia
harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang pada-
Nya. Jika kita membangkang maka kita akan terkena konsekuensi yang
sangat berat. Kita adalah budak Allah, karenanya setiap perilaku kita harus
direstui oleh- Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya.
Kita ini memang budak dihadapan Allah, namun dengan inilah kita
menjadi mulia, kita menjadi mempunyai harga diri, kita menjadi
mempunyai jiwa, kita menjadi mempunyai hati, kita menjadi mempunyai
harapan cerah yang akan diberikan Allah, karena ketaatan kita itu.
Perilaku manusia terhadap Allah SWT dapat dinyatakan dalam bentuk
ketaatan. Dan ketaatan bisa diwujudkan melalui ibadah. Secara garis
besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk
dan tata caranya telah di tentukan oleh Allah SWT, dan ibadah dan bentuk
tata caranya yang tidak di tentukan oleh Allah SWT. Ibadah jenis pertama
adalah mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa
diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji:
cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca
dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT. ( Gea,
Antonius, 2006)
Demikian pula cara melakukan thawaf dan sa’i dalam haji beserta lafal
bacaannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Inti ibadah jenis ini
sebenarnya adalah permohonan ampun dan mohan pertolongan dari Allah
swt. Jenis ibadah yang kedua disebut ibadah ghairu mahdoh atau ibadah
dalam pengetahuan umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan
untuk kemaslahatan, kesuksesan, dan keuntungan. Contoh dari ibadah
semacam ini adalah menyingkirkan duri dari jalan, membantu orang yang
kesusahan, mendidik anak, berusaha, bekerja, menjenguk orang sakit,
memaafkan dan sebagainya. Semua perbuatan tersebut, asalkan diniatkan
karena Allah SWT dan bermanfaat bagi kepentingan umum, adalah
pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT. (TPJIC, 2005)
Jika inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau
ibadah, maka inti hubungan Tuhan dengan manusia adalah aturan, yaitu
perintah dan larangan. Manusia diperintahkan berbuat menurut aturan
yang telah ditetapkan Allah. Jika manusia menyimpang dari aturan itu,
maka ia akan tercela, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Aturan itupun ada dua macam, pertama aturan yang dituangkan dalam
bentuk hukum-hukum alam (sunnatullah) dan aturan yang dituangkan
dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw.
Aturan yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi,
misalnya tentang perintah sholat, perintah zakat, perintah puasa, perintah
haji, larangan berzina, larangan mencuri, larangan meminum arak,
larangan memakan daging babi, dan lainlain. Dalam hal ini, manusia
diperintahkan menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan.
Adapun aturan yang dituangkan dalam hukum alam adalah, misalnya, api
itu bersifat membakar. Oleh karena itu, jika orang mau selamat, maka ia
harus menjauhkan dirinya dari api. Sebagai contoh lain, benda yang berat
jenisnya lebih berat dari air akan tenggelam dalam air. Dengan demikian,
manusia akan celaka (tenggelam) jika masuk ke dalam air laut tanpa
pelampung, sebab berat jenisnya lebih berat dari air. Demikianlah aturan
yang dituangkan dalam kitab suci (āyah qur’āniyah) dan yang dituangkan
dalam hukum alam (āyah kawniyah). Keduanya harus dipatuhi agar orang
dapat hidup selamat dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
Begitulah prinsip dasar ajaran Islam mengenai hubungan manusia
dengan Tuhannya. Intinya adalah pengabdian dan penyembahan kepada
Allah (ibadah). Berpegang teguh pada tali agama Allah, lebih tepatnya
menyelamatkan diri dari kemunafikan. Memegang tali agama Allah berarti
kesetiaan melaksanakan semua ajaran agama dan mendakwahkannya.
Selalu meningkatkan amal saleh, mengikatkan hati kepada Allah, serta
ikhlas dalam beribadah. ( Sholikin, 2008)
b. Perilaku Islami terhadap Sesama Manusia
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa
berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup
berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain.16 Karena pada dasarnya,
setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda dan
memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar
menukar pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengahtengah manusia. Selain saling
mengenal, manusia juga sangat dianjurkan agar dapat menjalin hubungan
yang baik antar sesamanya. Sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-
Hujuraat ayat 13 sebagai berikut:
َّ َ‫ارفُواْ ۚ◌ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِ ِّم ْن ذِّك ٍَر َوأُنـْثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫ش عُوبًا َوقـَبَائِ َل ِلتـَع‬ ُ َّ‫يَأَيـ ُّ َهاالن‬
۱۳( ‫ير‬ ٌ ِ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخب‬ َّ ‫أَتـْقَا ُك ْم ۚ◌ إِ َّن‬
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi
lagi Maha Mengenal.”
Setelah memberi petunjuk tata karma pergaulan dengan sesama
muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan
antar manusia. Ayat tersebut menegaskan bahwa semua manusia derajat
kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku
dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara
laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan.
Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin
terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas
menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk
saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan
ketakwaan kepada Allah swt, yang dampaknya tercermin pada kedamaian
dan kesejahteraan hidup duniawi dan ukhrawi. Kita tidak dapat menrik
pelajaran, tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat bahkan
tidak dapat bekerja sama tanpa saling kenal mengenal. (Syihab, 2006)
Sebagai makhluk sosial, manusia dapat saling berinteraksi menjalin
hubungan yang baik saling menghormati dengan sesama, berkasih sayang
sebagai fitrah diri manusia. Interaksi manusia akan menghasilkan bentuk
masyarakat yang luas. Al-Quran, sebagai kitab suci umat Islam,
memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat
yang baik, walaupun semua itu memerlukan upaya penafsiran dan
pengembangan pemikiran. Di samping itu Alquran juga memerintahkan
kepada umat manusia untuk memikirkan pembentukan suatu masyarakat
dengan kualitas-kualitas tertentu. Dengan begitu, menjadi sangat mungkin
bagi umat Islam untuk membuat suatu gambaran masyarakat ideal
berdasarkan petunjuk Alquran.
c. Perilkau Islami terhadap Alam
Perilaku Islami terhadap alam adalah bahwa bagaimana seorang
muslim berbuat terhadap alam. Yang dimaksud alam di sini adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun benda-benda tak bernyawa. Alam harus diperlakukan dengan baik
dengan selalu menjaga, merawat dan melestarikannya karena secara etika
hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta merupakan
nilai yang mutlak adanya. (Alim, 2006)
Berperilaku Islami terhadap alam adalah menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Pada
intinya, etika Islam terhadap alam semesta mengajarkan perintah yaitu
jangan membuat kerusakan di muka bumi. Perintah ini mempunyai arti
yang cukup luas mulai dari menjaga kebersihan bumi, tidak bersikap
sewenang-wenang terhadap alam, tidak mengeksploitasi sumber daya
alam untuk kepentingan sendiri, dan himbauan untuk memperbaiki
kembali sumber daya alam yang telah rusak oleh ulah pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Manusia sebagai salah satu unsur alam seharusnya selalu tunduk
terhadap aturan/ketentuan yang ada dalam ekosistem tersebut. Akan tetapi,
manusia yang memiliki fungsi sebagai khalifah Allah di bumi ini
dilengkapi kebebasan berkehendak, maka ia bebas untuk tunduk dan atau
tidak tunduk sama sekali. Dari sini, mulai tampak perbedaan antara
manusia (sebagai salah satu unsur alam) dengan alam lainnya, yakni
manusia bebas menentukan sedangkan alam tidak. Dengan demikian alam
memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Kelebihannya terletak pada
selalu tunduk atas aturan ketentan Allah, maka alam selalu berada pada
posisi yang selalu harmonis. Sedangkan kelemahannya terletak pada tidak
berdayanya menentukan sikap- sikap bila umpamanya manusia dengan
seleranya mencoba merusak ekosistemnya. 9Supadie, dkk, 2015)
Manusia disamping mempunyai status sebagai makhluk dari bagian
alam, ia juga mempunyai tugas sebagai khaifah atau penguasa di muka
bumi. Manusia dibebani tanggung jawab dan anugerah kekuasaan untuk
mengatur dan membangun dunia ini dlam berbagai segi kehidupan, dan
sekaligus menjadi saksi dan bukti atas kekuasaan Allah di alam jagad raya
ini. Tugas kekhalifahan bagi manusia adalah merupakan tugas suci, karena
merupakan amanah dari Allah, maka menjalankan tugas sebagai khalifah
di bumi merupakan pengabdian (ibadah) kepadaNya. Bagi mereka yang
beriman akan menyadari statusnya sebagai khalifah dibumi, serta
mengetahui batas kekuasaan yang dilimpahkan kepadanya. Seperti dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
ُ‫ض َخ ِليفَةً ۖ◌ قَا ُل واْأَت َج ْ◌ َع ُل فِي َها َم ْن يـ ُ ْف ِس دُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬ ِ ‫فى األ َ ْر‬
ِ ‫ى َجا ِع ٌل‬ َّ ‫َو ِإ ْذ َقا َل َربُّكَ ِل ْل َم الَ ئِ َك ِة ِإن‬
۳۰( َ‫نى أ َ ْعلَ ُم َماالَ تـ َ ْعلَ ُمون‬ِّ ِ ‫ِّس لَكَ ۖ◌ قَا َل ِإ‬
ُ ‫س ِِّب ُح بحِ◌َ ْم ِد كَ َونـُقَ ِد‬ َ ُ‫ال ِدِّما َ َء َون َح ْ◌نُ ن‬
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman” Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Kesadaran manusia sebagai khalifah seyogyanya mulai bertindak arif
dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam dan bumi, sehingga
terhindar dari kerusakan. Adapun tugas kekhalifahan yang dibebankan
kepada manusia itu banyak, tetapi dapat disimpulkan kedalam tiga bagian
pokok yaitu:
1) Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi menuntut ilmu yang
berguna dan menghiasi diri dengan akhlak mulia.
2) Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga dengan jalan
membentuk rumah tangga bahagia, menyadari dan melaksanakan
tugas dan kewajiban rumah tangga sebagai suami istri dan orangtua.
3) Tugas kekhalifahan dalam masyarakat, dengan mewujudkan persatuan
dan kesatuan, menegakkan kebenaran dan keadilan sosial, bertanggung
jawab dalam amar ma’ruf dan nahi munkar dan menyantuni golongan
masyarakat yang lemah.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Allah telah menurunkan
wahyu yang disampaikan melalui Rasulnya yaitu syari’at Islam sebagai
pedoman bagi manusia dan Allah juga memberikan kelengkapan yang
sempurna kepada manusia sehingga ia bisa dan mampu melaksanakan
tugas kekhalifahan tersebut dan akhirnya ia mampu
mempertanggungjawabkan tugas-tugas dan wewenang yang dikuasakan
kepadanya. (Darajat, dkk, 2011)
Manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan
bumi yang ada pada posisi sekarang. Pemikiran yang murni yang
berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah
memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang
semuanya diperuntukkan pada manusia. ( Budiman, dkk, 2007)
Segala keperluan manusia di bumi ini telah disediakan oleh Allah, dan
segalanya telah ditundukkan oleh Allah untuk kita. Semua itu adalah
amanah yang besar untuk dikelola dan dipergunakan dengan baik. Setiap
manusia adalah pemimpin, dan yang paling minim adalah memimpin diri
sendiri. Bahkan, mengendalikan hawa nafsu termasuk jihad yang terbesar.
Manusia memerlukan keseimbangan agar dengan adanya kelebihan berupa
otak mereka tidak zalim dan sombong, dan dengan nafsu mereka tidak
melampaui batas atau sewenang-wenang. Alam adalah kesatuan (sistem),
bahkan tubuh kita saja merupakan suatu sistem. Jika ada satu anggota
tubuh kita yang sakit maka seluruh tubuh akan sakit. Alam pun juga
begitu, misalnya ada tetangga kita membuang sampah sembarangan di
sungai dekat rumah, kita tidak mengingatkan maka kita juga akan kena
dampaknya, seluruh rumah di sekitar sungai akan terendam banjir. Maka
dari itu berusahalah untuk mencapai kesempurnaan hidup kita dengan
berbuat yang terbaik di dalam segala hal sesuai dengan aturan- aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah.
Selain sebagai khalifah yang baik, perilaku Islmai manusia terhadap
alam juga bisa ditunjukkan dengan cara mempelajari alam. Kita perlu
pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak pengenalan terhadapnya,
semakin banyak pula rahasia-rahasia yang terungkap, dan ini pada
gilirannya melairkan kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi serta
menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Sebagai
seorang muslim sudah sepatutnya kita selalu haus akan ilmu-ilmu Allah
swt dan mempelajarinya. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-
Ghasyiyah ayat 17 sebagai berikut:
َ ‫لى اْ ِإلبِ ِل َكي‬
ْ َ‫ْف ُخ ِلق‬
۱۷( ‫ت‬ ُ ‫أَفَالَ يـ َ ْن‬
َ ِ‫ظ ُرونَ إ‬
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan kepada unta bagaimana
ia diciptakan?”
Ayat ini mendorong setiap mansia melihat sampai batas akhir, dalam
hal ini unta. Sehingga agar manusia mantap menarik sebanyak mungkin
bukti kuasa Allah dan kehebatan ciptaan-Nya. Penciptaan unta yang
sungguh sangat luar biasa menunjukkan kekuasaan Allah dan merupakan
sesuatu yang perlu kita renungkan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan alam semesta.
Melestarikan alam dapat juga dilakukan dengan menjaga alam sekitar kita.
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk
kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan
memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan dan keharmonisan hidup dapat terjaga.
Menurut (Juhaya, 2010) berpendapat berakhlak dengan alam sekitar dapat
dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai
berikut:
1) Menanam pohon sebanyak-banyaknya
2) Membuang dan mengolah sampah dengan sebaik-baiknya
3) Menjaga kebersihan alam
4) Mengurangi polusi
5) Melarang perburuan binatang secara liar
6) Melakukan reboisasi
7) Membuat cagar alam dan suaka margasatwa
8) Mengendalikan erosi
9) Menetapkan tata guna lahan yang sesuai
10) Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh
lapisan masyarakat
11) Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar- pelanggarnya
Jadi, manusia di bumi sebagai khalifah mempunyai tugas dan
kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan
memeliharanya dengan baik.
2.2 Berpakaian Secara Islami
1. Implementasi Pengunaan Pakaian Syar‟i bagi Tenaga Kerja Medis
Pakaian wanita itu di dalam syariat Islam mewujudkan dua maksud utama:
Pertama menutup aurat dan menjaga fitrah. Semacam perbedaan dan
penghormatan. Kami mengemukankan penjelasan dari keduanya. Yaitu
maksud yang pertama ia membangkitka pertanyaan bagi sebagian orang
modern. Sehingga mereka mengatakan apakah pakaian itu untuk menutup
aurat dan menjaga fitrah. Mengapa aurat wanita beda dengan aurat laki-laki
meskipun masing-masing menggoda dengan badannya.
Perbedaan derajat fitrah (godaan) pada keduannya sungguh Allah telah
memberikan kepada badan wanita kekhususan yang membedakan dari laki-
laki melekat tiap tempat dari badan fitnah yang khas. Sementara wanita yang
melihat secara keseluruhan tampa mempehatikan secara detail yakni bagian
beda laki-laki tidak membangkitkan wanita secara khusus. Berbeda dengan
badan wanita kara setiap bagian mempuyai keindahan yang khas godaan yang
khusus dan pengaruhnya khusus pula karena kelembutan dan kehalusan badan
wanita dan memugkinkan yang kemudian itu kembali kepada kekuatan dan
kekerasaa laki-laki.
Perbedaan medan kerja yang peneliti maksud perkerjaan sebagai yang
melekat pada keduannya misalya medan laki-laki di luar rumah untuk berkerja
sedangkan wanita di dalam rumah menjaga anak-anak yang dan sebagai
besarnya digunakan untuk tidak mentup aurat di dalam rumah. Namun beda
pula perempaun yang berkerja di luar atau pekerjaan sebagai seorang tenaga
medis baik itu dokter, perawat, maupun bidang yang melakasanakan hak dan
kewajibannnya di Rumah Sakit Ketentuan serta aturan hukumnya: (Amin,
dkk, 2011)
a. Adapun aurat perempuan yaitu seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya.
b. Adapun tenaga medis perempuan dalam poses menjalankan tugasnya bisa
membuka aurat di bagian tangannya, sampai sebatas siku, apabila ada
kebutuhan yang mendesak terkait dengan masalah dunia medis.
c. Adapun pakaian kerjanya harus terbuat dari bahan tidak tembus pandang
serta tidak menunjukkan lekuk tubuh
Jika wanita kerja dengan sebagian waktunya di luar rumah karena
keperluan pribadi dimaupun sosial maka dinamika merupakan kondisi yang
khusus untuk menutup aurat misalnya saja tenaga kerja medis ia harus
mengposisikan dirinya dalam menutup aurat di khalak umum sebab ada aturan
tersediri bagi wanita yang profesi sebagai bidan atau perawat dia diatur oleh
istansi yang sekarang ini dikeluti.
Maka demikan para mujtahid harus berijtihad yang menentukan batasbatas
yang mungkin, demikian pengenalan kaidah : Kesulitan mendatangkan
kemudaratan atau kaidah menempati kadaan darurat dalam membolehkan apa
yang dilarang. Apakah mujtahid akan membolehkan membuka sebagian dekat
pudak jika seorang wanita yang berkerja dalam menutut keterbukaan bagi
anggota badan ini demikian sebagai betis yang dekat dari betis untuk
memasukan air atau cairan melalui suntikan dalam dunia medis seperti itu.
1) Berkata Al Murgiani, pemengang Al Hidayah semua badan wanita yang
merdeka adalah aurat kecuali wajahya dan telapak tangannya. Bersabda
Nabi aurat wanita adalah aurat yang harus ditutupi dan pengecualian dua
anggota karena ibtila dan ibda pada keduannya.
2) Al Babarti di dalam kitab Syarah Al-Inayah terhadap al-hidayah berkata.
Al-Hasan meriwayatkan dari Abu Haifa bagi dia tumit bukan aurat itu
dikatankan oleh Al- Karkhi. Berkata seorang mengarang dan itu yang lebh
shahi sebab dia mengenalan ibtila dengan menampakkan tumit ketika
berjalan kaki atau dengan bersandar dan bahkan dia tidak mendapatkan
khuff (terompah). (Syuqqah, 2011)
3) Dalam kitab Al-Wajiz Al-Imam Al-Ghazzali menuturkan sebagai berikut:
Menutup aurat itu hukumnya wajib (meski) di selain waktu shalat;
sedangkan aurat wanita dewasa adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah
dan kedua telapak tangannya sampai kepada kedua pergelangan
tangannya. Adapun penutupnya, boleh apapun asalkan dapat menghalangi
pandangan seseorang dari kulit wanita yang ditutupi. Maka tidak cukup
jika hanya menggunakan kain yang tipis. (Al- Ghazzali, 2011)
4) Dalam kitab Syarh At-Tanbih Al-Imam As-Syuyuthi menuturkan sebagai
berikut: Aurat adalah merupakan anggota tubuh yang wajib ditutupi dari
setiap pandangan mata, berdasarkan Ijma. Begitu pula aurat tersebut wajib
ditutupi di saat ia seorang diri. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya, dari kakeknya yang
pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi
wa sallam, Wahai Rasulullah, bagian manakah dari aurat-aurat kami yang
boleh kami lihat, dan bagian manakah yang tidak boleh kami lihat?
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda.

َ‫احفضا عو ر تك إآل من زو َجتك أو ما ملكت يمىنك‬


Artinya:
Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budak yang kau miliki.
(Sulaiman Abu Dawwud, 1997 M)
Dalam kitab Aunu Al-Ma‟bud syarah sunan Abi Dawud menjelaskan
bahwa tutupilah seluruhnya kecuali dari istri dan budak yang kamu miliki
karena mereka kemungkinan melihatnya dari dia dan memastikan bahwa dia
dapat mempertimbangkan apa yang dilihatnya. Syukuti berkata bahwa ini juga
menunjukkan bahwa tidak diperbolehkan untuk melihat siapa saja yang tidak
disarankan dan dari itu pria ke pria dan wanita ke wanita itu. Seperti
diindikasikan oleh konsep menyendiri Itu ditunjukkaan oleh kata-kata
menolong. Jika orang beberapa dibeberapa tempat. Itu menujukkan bahwa
memperhatikan aurat tidak diperbolehkan sama sekali. Diriwayatkan bahwa
Bukhari mengatakan diperbolehkan memakai pakaian pada saat mandi serta
memperhatikan aurat diukur dari riwayat tentang Musa dan Ayub. (Abu
Thayyib, 2005 M)
Aurat wanita dewasa adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya sampai kepada kedua pergelangan tangannya. Allah swt
Berfirman: Dan janganlah mereka menampakkan hiasan (pakaian, atau bagian
tubuh) mereka kecuali yang (biasa) nampak darinya QS An-Nur/24:31 yaitu
wajah dan kedua telapak tangan. (As Syuyuti, 2011)
Dalam Kitab Fashlul Khitab fi Mas’alatil Hijab wan-Niqab disebutkan
pendapat tiga Imam Mazhab Islam beserta redaksi pernyataan mereka berikut
ini:
a) Pandangan ulama pengikut Mazhab Hambali, antara lain dalam kitab
almubdi‟ syarh al-Muqni‟ “Tubuh wanita dewasa (baligh) seluruhnya
„aurat sampai kepada kukunya (meski) di selain waktu shalat, kecuali
wajah, karena ia bukanlah merupakan aurat”.
b) Pandangan ulama Mazhab Abu Hanifah, dalam Hasyiyah Abi Mas‟ud
disebutkan bahwa “Tubuh wanita dewasa merdeka seluruhnya „aurat
kecuali wajah dan kedua telapak tangan dan kakinya”.
c) Pandangan para ulama Mazhab Maliki, dalam kitab Bulghat As-Salik
disebutkan, aurat wanita di hadapan seorang laki-laki asing yang bukan
muhrimnya adalah (seluruh anggota tubuhnya) selain wajah dan kedua
telapak tangannya. Keduanya bukan merupakan aurat meskipun wajib
ditutupi karena dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah jika keduanya
dibiarkan terbuka.41
Syarat-syarat penutup aurat, Islam telah memberikan tata aturan atau
sejumlah ketentuan bagi wanita muslimah dalam hal kewajban menutup aurat
mereka. Pertama : menutup aurat harus menutup dengan sempurna,tidak boleh
sedikit pun memperhatikan aurat meskipun hanya selembar rambut. Kedua
menutup aurat dapat menutup kulit tidak diketahui warna kulit pemakaianya,
apakah kulitnya putih merah, kuning, hitam dan lainnya. Apabilah tidak
memenuhi syarat-syarat demkian maka pakaian tersebut tidak dapat dianggap
menutup aurat. Jika pakaian menutup aurat tipis semisal brokat, kerudung
tipis, kaoskaki tipis dan lainnya sehingga kelihatan warna kulit (rambut) si
pemakai pakaian tersebut dianggap tidak menutup auratnya. (Iskandar, 2013)
Awrat (aurat) adalah Mazhab dari ara-ya’uu-awa [an] wa’awrat [an] ;
jamakyaauat memiliki beberapa arti: aib, cacat atau cela : sela-cela disuatu
tempat semua hal yang dirasa malu (jika tampak atau terlibat) Iman al-razi
mengatakan aurat adalah semua perkara yang dirasakan malu jika tampak. (
Ar- Razi, 1995)
Menurut pengertian bahasa aurat adalah an-nuqsh [an] wa asy-syay
almustaqabbih (kekurang suatu yang mendatangkan tercela) yaitu semua yang
dapat menimbulkan rasa malu disebut aurat karena tercela bila tampak
(terlihat). (Ishaq, 2012)
Namun Adapun aurat sebagai perhiasahan yang dapat dilihat oleh
beberapa orang tertentu dijelaskan dalam QS An-Nur /24:31
‫َاء بُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو‬
ِ ‫اء بُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبنَائِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبن‬
ِ َ‫َو َال يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن إِ َّال ِلبُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو آبَائِ ِه َّن أ َ ْو آب‬
َ‫ت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أ َ ِو التَّابِعِين‬
ْ ‫سائِ ِه َّن أ َ ْو َما َملَ َك‬ َ ِ‫إِ ْخ َوانِ ِه َّن أ َ ْو بَنِي إِ ْخ َوانِ ِه َّن أ َ ْو بَنِي أَخ ََواتِ ِه َّن أ َ ْو ن‬
‫اء ۖ َو َال‬
ِ ‫س‬َ ِّ‫ت ال ِن‬
ِ ‫ع ْو َرا‬ َ ‫علَ ٰى‬ ْ َ‫الط ْف ِل الَّذِينَ لَ ْم ي‬
َ ‫ظ َه ُروا‬ ِّ ِ ‫الر َجا ِل أ َ ِو‬
ِّ ِ َ‫اإل ْربَ ِة ِمن‬ ِ ْ ‫غي ِْر أُو ِلي‬ َ
‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّهَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَلَّ ُك ْم‬
َّ ‫يَض ِْربْنَ بِأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا إِلَى‬
َ‫ت ُ ْف ِل ُحون‬
Terjemahnya:
“Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak
yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”
Adapun beberapa aturan serta ketentuan umum bagi pakaian tenaga medis
Dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dimaksud adalah :
a. Adapun ketentuannya, Pakaian kerja yaitu busana yang digunakan ketika
tenaga medis perempuan sedang bertugas di bagian klinis atau pun di
Rumah Sakit, yang berhubungan langsung dengan pasien.
b. Adapun ketentuannya, bagi Tenaga medis perempuan adalah tenaga medis
yang bertugas di bagian klinis, yang berhubungan langsung dengan
pasiennya yang antara lain dokter, bidan serta perawat.
2. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Pengunan Pakaian Medis
a. Pengertian Fatwa
Secara Etimologi, kata fatwa berasal dari bahasa Arab al-Fatwa. Menurut
Ibnu Manshur, kata fatwa merupakan bentuk mashdar dari kata fata, yaftu,
fatwan, yang bermakna muda, baru, penjelasan, penerangan. Fatwa secara
etimologi berarti jawaban terhadap sesuatu yang musykil dalam masalah
syariat dan perundang-undangan Islam atau penjelasan tentang sesuatu
masalah hukum. Ibrahim al-Fayumi yang mengartikulasikan fatwa itu
sebagai pemuda yang kuat sehingga orang yang mengeluarkan fatwa dapat
dikatakan sebagai mufti, karena orang tersebut diyakini mempunyai
kekuatan dalam memberikan penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan yang dihadapinya. ( Haddade, 2013)
b. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang aturan pengunan Pakaian Kerja
Bagi Tenaga Medis Perempuan.
Bahwa di beberapa tempat layanan kesehatan seperti Rumah Sakit dan
klinik diberlakukan pakaian kerja khusus bagi tenaga medis perempuan
dengan membuka sebagian tangannya dengan alasan jika pakaian
berlengan panjang maka akan berpotensi tertular atau menularkan
penyakit; Bahwa penetapan seragam sebagaimana di atas telah
menimbulkan perbandingan pandangan fatwa tentang pakaian kerja bagi
tenaga medis perempuan ketika menjalankan tugas di Rumah Sakit.
Menginga bahwa sumber dasar dari adanya aturan yang mewajibkan
seorang mulimah berpakainan syar‟i;
1) QS Al-Ahzab/33:59
َ َ‫اء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُدْنِين‬
ۚ ‫علَ ْي ِه َّن ِم ْن َج َال ِبي ِب ِه َّن‬ ِ ‫س‬َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬ ُّ ‫يَا أَيُّ َها النَّ ِب‬
ِ ‫ي قُ ْل ِأل َ ْز َو‬

ً ُ ‫غف‬
‫ورا َر ِحي ًما‬ َّ َ‫ٰذَلِكَ أ َ ْدن َٰى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ َال يُؤْ ذَيْنَ ۗ َو َكان‬
َ ُ‫َّللا‬

Terjemahnya: isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka


mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka
2) QS Al-Hajj/22: 78

ِ ‫علَ ْي ُك ْم فِي الد‬


ٍ‫ِِّين ِم ْن َح َرج‬ َ ‫َو َما َجعَ َل‬
Terjemahnya: Dan Allah swt sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan
3) QS Al-Baqarah/2: 195
َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
َّ ‫َو َال ت ُ ْلقُوا بِأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت َّ ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ ِسنُوا ۛ ِإ َّن‬
Terjemahnya Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan
4) Hadist Rasulullah
‫ىننضر الر ُج ُل ال عؤر الر جل و ال المر أة إ ال عورة المر أة‬
ُ
Artinya: Hadis-hadis Rasulullah.; antara lain: dari Abi Said al-Khudzri
berkata: Rasulullah saw. bersabda: “laki-laki jangan melihat aurat laki-
laki lain, dan perempuan jangan melihat aurat perempuan lain”
َ ‫الَ يَقبَ ُل هللا صل ة أمر أَة قد حا‬
‫ضت اآل بخما ر‬
Artinya: Dari Aisyah ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda: “Allah
swt. tidak menerima shalat perempuan dewasa (yang sudah haid)
kecuali dengan memakai kerudung”.
Pakaian terbuka sehingga terlihat aurat karena saya sedang
mengangkat batu maka saya tidak bisa menutupnya, sampai saya sampai
tempat batu tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda: kembalilah
kepada pakaianmu, ambillah dan janganlah kalian berjalan dengan
telanjang. Anas ra bercerita tentang Rasulullah saw ketika perang Khaibar
ia berkata: kami shalat dhuhur bersama di Khaibar, kemudian Nabi saw
naik (kuda) dan Abu Thalhah (juga) naik, sedang saya membonceng di
belakangnya. Kemudian Nabi saw memacunya di gang Khaibar, dan
kedua lutut saya menyerempet pahanya sehingga terlepas kainnya dari
paha Nabi saw, dan saya melihat pahanya yang putih. (Amin, dkk, 2013)
Kaidah Fiqhiyah hal yang mendesak bisa sama posisinya dengan
keadaan terpaksa atau darurat, baik umum atau khusus. Dilarang itu harus
dihilangkan. Dengan kata lain bahwa dilarang itu harus dihindarkan
semaksimal mungkin. Jika terjadi kesempitan, suatu perkara menjadi
longgar Mencegah mafsadat (kerusakan) lebih didahulukan dari pada
mengambil kemaslahatan.
Pendapat As-Syirazi dalam al-Muhazzab jika terpaksa untuk membuka
aurat, misalnya untuk alasan medis atau khitan, maka boleh membukanya,
dengan pendapat bahwa. Kutipan pendapat dari kitab al-Mabsuth Tetapi
walaupun begitu wajib menutup aurat jika, ada keperluan atau udzur boleh
melihat aurat orang lain, dengan alasan adanya keterpaksaan (dharurat).
Penjelasan team investigasi yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) menyatakan bahwa baju busana yang berlengan panjang bagi
tenaga medis perempuan dapat membahayakan dirinya serta orang lain,
sebab dapat menjadi penularan penyakit. (Amin, dkk, 20130
Beberapa rumah sakit, klinik, dan tempat layanan kesehatan, ada
kalanya pihak manajemen memberlakukan larangan mengenakan baju
lengan panjang. Alasannya, yakni pakaian berlengan panjang dapat
berpotensi menularkan penyakit yang ada di pasien. Anggap mereka
adapun dalam ayat yang lain, Allah swt pun mempertegas perintah untuk
menutup aurat. Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka
mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. (Amin, 2011)
Uraian yang mengungkapkan seluruh tubuh wanita adalah aurat
kecuali wajah, kedua telapak tangan, kedua telapak kaki, dan gelang kaki.
Pendapat itu dikatakan Al Qasim dalam salah satu pendapatnya, Abu
Hanifah dalam salah satu riwayatnya, Ats Tsauri dan Abul Abbas.
Sedangkan, Imam Ahmad bin Hanbal dan Azh Zhahiri mengungkapkan,
jika kalau seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah. Bagaimana
untuk tenaga medis yang harus menyingsingkan lengannya demi terhindar
dari kuman penyakit. Dijelaskan dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia
tahun 2009, disebutkan bahwa hukum dari penyebab ini yaitu harus dilihat
dari kaidah fikih. Jika terjadi kesulitan, suatu perkara bias jadi longgar.
Kaidah lain pun menjelaskan, yaitu kebutuhan kepepet bisa sama
posisinya dengan keadaan terpaksa, baik bersifat umum atau khusus.
Tak hanya itu, lewat tim investigasinya, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pun telah menemukan bahwa baju seragam berlengan panjang bagi
tenaga medis perempuan dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Alasannya, yakni dapat menjadi media penularan penyakit. Karena itu,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpendapat bahwa tenaga medis
perempuan boleh membuka aurat di bagian tangannya sampai sebatas
siku. Tenaga medis di sini, yakni tenaga kerja yang bertugas di bagian
klinis dan berhubungan langsung dengan pasien.Dengan catatan, jika ada
hajat (kebutuhan khusus) yang mendesak terkait dengan masalah medis. (
Amin, 2011).
3. Manfaat dan hikmah berbusana muslim bagi tenaga medis
Secara I’tiqadi, sebagian seorang muslim tentu kita menyakin, bahwa
setiap perintah Allah swt kepada manusia pasti mengandung kebaikan, dan
sebaiknya setiap larangan pasti datangkan keburukan inilah hikmah umumdari
syariah Allah swt yang diturunka kepada manusia, sebagai firman Allah swt.
a. Manfaat secara person a
1) Merasa dekat dengan Allah swt.
Dengan kerudung dan berjilbab syar‟i seorang muslim akan selalu
merasa dekat dengan Allah swt karena dengan itu dia sedang
melakukan ketaatan dan kepatuhan kepada allah.
2) Menciptakan ketangan batin
Selama berkerudung dan berjilbab dilandasi pada panggilan iman
(aqidah Islam), setidaknya seorang muslim akan merasakan
ketenangan batiniah atau kedamaian dari aspek rohaniyah sebab
dengan kerudung dan jilbab ia telah menjalankan salah satu peintah
Allah yang wajib ia laksanakan, sekaligus ia mampu melaksanakan
salah-satu ibadah Allah. Semua itu merupakan amat mengharapkan
keridhannya. Itulah yang akan menentramkannya.
3) Terhindar dari gangguan
Tentu saja hikmah ini akan betul-betul dirasakan oleh seorang muslim
yang memakai kerudung dan berjilbab secara syari sebuah busana
yang menutup Rapat setiap inci yang dapat menbangkitkan sahwat
laki-laki jika saja dibiarkan terbuka. Sebab sebagaimana pun terdapat
namanya kecendrungan seksual sebagai perwujudhan gharizaan-
naw’u. Bagaimana pun kecendrengan seksual itu tidak akan menutut
pemuasan sandainnya tidak ada ransangan dari luar. Hasilnya, jilbab
lebih melindungi wanita muslim membuat mereka lebuh aman
melindungi dari ganguan laki-laki usil menjaga dari objek pandangan
laki-laki dan objek sahwat laki-laki.
4) Menjadi wanita terhormat
Semangkin cantik dan seksinya wanita dan dia dianggap makin
terhormat karena lebih dihargai paling tidak secara materi. Padahal
sadar mampun tidak hal demikian hanya menjadikan wanita
dieksploitasi tubuhnya demi kepuasaan material segelintir orang. Tapi
beda pula yang berpakaian syar‟i dia terlihat anggun dimata orang-
orang disekitarnya. Sebagai wahana agar tidak digangu.
5) Berpeluang menjadi wanita solehah.
Bagi seoarng muslim kerudung dan berjilbab secara syari menjadii
pembuktian atas kesolehan dirinya jika keputsan berjilbab
berkerudung diladasi imanya dan ketaatan kepada Allah Syariat Islam.
Misalakan merasa malu jika akhlaknya buruk sementara ia adalah
wanita muslim yang kerudung.
6) Meraih pahala melimpah, terhindari dari asab api neraka yang
menyala-nyala.
Berkerung dan berjlbab sesuaituntutan syaiah tentusaja wanita muslim
akan meraih pahala yang berlimpah dan terhindar dari asab api neraka
yang menyala-nyala. Bayangkan pagi sampai malam menutup aurat
maka pahala yang di perolehnya pahala yang melimpah dan diridai
Allah swt begitu pula sebaliknya jika tidak mentup aurat dengan jilbab
dan kerudung maka maksiat yang diperolehya. (Khaanah & Fitri,
2013)
c. Manfaat secara social
1) Menjelaskan identitas diri dilingkup sosial. Dengan berkerung dan
berjilbab jelas seorang muslimah telah mempertegas identitas dirinya
sebagai penganut agama Islam.
2) Menyebar energy positif kepada orang lain. Seorang muslimah yang
menutup aurat rapat-rapat berkerudung dan berjilbab sesungguhnya
telah menyebar energi positif dilingkungan sekitarnya. Paling tidak ia
turun memberikan sumbansi bagi terciptanya suatu lingkungan Islam.
3) Memudahkan berintraksi dengan sama muslim lain karena kerudung
dan jilbab merupakan simbol seorang muslimah yang menyebabkan
mudahya berintraksi antara sesamanya.
4) Erkonotasi untuk selalu berada di lingkungan islam.seorang muslim
terkonotasi untuk mencari lingkungan yang kondusif bagi dirinya.
5) Termotivasi untukmencari seoang pendamping yang solehah. Seorang
muslimah berkerudung dan berjilbab masih lajang tentu dipahamiserta
kesadaran yang cukup tentu tidakakan mudah jatuh cinta kepada
sembang laki-laki saat dihadapkan calon pendamping hidup.
9Iskandar, 2013)
d. Dalam kacamata Islam
1) Apabila mengetahui pakaian syar‟i pakaian yang longgar dan
menutupi seluruh bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan maka
kita akan merasa nyaman. Angin yang berhembus akan berhembus dan
menyentuh pori-pori kita singga kulit menjadi sehat, tidak sesak
karena mengenakan pakaian yang ketat.
2) Menutup aurat dan mengenakan pakaian yang syar‟i dapat menjaga
dari gangguan dan pandangan yang bukan mahram.
3) Menutup aurat dan mengenakan pakaian yang syar‟i dapat
mendekatkan diri kepada Allah dan mempelajari ilmu-ilmu agama,
karena selalu penasaran dengan ilmu-ilmu baru dalam Islam, seperti
bagaimana menjadi wanita solehah dan sebagainya.
4) Mengenakan pakaian syar‟i maka orang-orang mudah mengetahui
bahwa anda adalah orang Islam. Karena pakaian syar‟i adalah
identitas bagi orang Islam.
5) Memakai pakaian syar‟i dapat merawat dan melindungi tubuh kita dari
gangguan cuaca. ( Khatima, 2006)

Anda mungkin juga menyukai