Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Pada dasarnya kesehatan merupakan kebutuhan mendasar manusia

dalam menjalani kehidupannya guna mencapai taraf kehidupan yang lebih baik.

Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik endogen yang berkaitan

dengan diri sendiri seperti pola hidup sehat dan bersih, daya tahan tubuh, genetik,

dan lain sebagainya, kemudian faktor eksogen seperti asupan nutrisi, ketersediaan

sarana dan prasarana air bersih, tempat tinggal yang layak sesuai rumah sehat,

kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.

Lingkungan memegang peranan penting dalam perjalan penyakit terutama

demam berdarah dengue (DBD). Peran serta masyarakat merupakan komponen

utama dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti

jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa

sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah

peran serta dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin

seminggu sekali. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin dapat

membantu menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak

antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.


1
Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) belum optimal, masih banyak masyarakat yang belum

melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin. Banyak faktor

yang menjadi penyebab rendahnya peran masyarakat dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), di antaranya adalah terbatasnya biaya kampanye

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

DBD masih menjadi ancaman kesehatan di Tampieng Tunong. Setiap

tahun selalu ada kasus DBD di Gampong Tampieng Tunong. Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan peneletian tentang “Peran

Pelatihan dan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Untuk

Menurunkan Kasus DBD di Gampong Tampieng Tunong” dalam bentuk mini

project.

B. Rumusan masalah

Dari data yang ada pada Puskesmas Indrajaya tentang keberedaan jentik

nyamuk dan kasus DBD maka dapat dirumuskan masalah pada mini project ini

adalah Bagaimana Peran Pelatihan dan Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dalam Menurunkan Kasus DBD di

Gampong Tampieng Tunong.

2
C. Tujuan

1. Umum

Meningkatkan peran dalam pelaksanaan G1R1J di lingkungan Puskesmas

Indrajaya

2. Khusus

a. Memutuskan mata rantai penyakut DBD

b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit DBD

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemeberantasan DBD di

lingkungan rumah.

d. Terbentuknya program G1R1J yang aktif dan berjalan continue di

Gampong Tamping Tunng dengan penuh pengawasan dari puskesmas.

e. Mendukung upaya penurunan kasus DBD di lingkungan tempat tinggal

dan di Indonesia.

D. Manfaat

1. Penulis

a. Berperan serta dalam pembentukan Jumantik di lingkungan puskesmas

Indrajaya terutama Gampong Tampieng Tunong

b. Membantu menurunkan angka kejadian DBD khususnya di lingkungan

Gampong Tampieng Tunong.

c. Melatih menemukan masalah, identifikasi, perencanaan, serta mengatasi

dan mengevaluasi masalah yang ditemukan dilapangan.

d. Dapat melengkapi salah satu tugas dokter internship.


3
2. Puskesmas

a. Menjadi salah satu program unggulan puskesmas Indrajaya dalam

pemberantasan DBD.

b. Mendapatkan data hasil rekapitulasi tiap minggu dari Gampong

Tampieng Tunong.

c. Menurunkan angka kejadian DBD di Gampong Tampieng Tunong.

3. Masyarakat

a. Meningkatkan kesadaran warga tentang perilaku dan gaya hidup sehat,

serta pentingnya menciptakan suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik

nyamuk.

b. Jumantik berperan dalam kegiatan usaha kesehatan dalam rangka

menciptakan “Gampong Bebas Jentik”.

c. Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan gampong tersebut

d. Meningkatkan produktifitas masyarakat dalam belajar dan bekerja

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang

ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang

jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit

berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis,

melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.1

2. Agent Infeksius

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup

B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family

flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3,

DEN 4. Masing masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat

menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di

berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering

ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN

4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan

5
dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat

dan penderita banyak yang meninggal.2

3. Vektor Penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan

vektorpenularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui

gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah

perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pegampongan (daerah rural) kedua

spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.3

B. PENULARAN VIRUS DENGUE

1. Mekanisme Penularan

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan

manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat

ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam

kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus

ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk1,3.

Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue,

yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.3 Virus dengue masuk ke dalam

tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius. Seseorang yang di dalam

darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. 4


6
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum

demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular,

maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah

menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap

untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh

nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah

menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.

Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum

menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya

(probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah

virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. 6

Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue.

Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada

darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-

10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan

menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu

lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang

menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif

bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang

7
sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan

penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.6

2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD

adalah :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)

b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang

yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya

pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat

umum itu antara lain :

1) Sekolah

Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan

kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.

2) Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :

Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya

adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus dengue.

3) Tempat umum lainnya seperti :

Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan lain-lain.

c. Pemukiman baru di pinggiran kotaKarena di lokasi ini, penduduk

umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya

8
terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang

berlainan dari masing-masing lokasi awal.7

C. TANDA DAN GEJALA DBD

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus

berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. 5

2. Tanda-tanda perdarahan

Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni dan gangguan fungsi

trombosit. Perdarahan ini terjadi di semua organ. Perdarahan ini dapat berupa

uji tourniquet (Rumple leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih

manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis,

Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena

dan Hematuri. 5

Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini

dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Petekie sering sulit

dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, maka

regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Epistaksis atau perdarahan

gusi lebih jarang ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya

menyertai renjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva

serta hematuri. 5

Uji tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai

presumptive test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquet positif pada hari-

9
hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Uji

tourniquet dinyatakan positif jika terdapat 10 atau lebih petekie seluas 1 inci

persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan dekat lipat siku. Namun

uji tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak,

demam, chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis) dan lain-lain. 5

3. Hepatomegali (pembesaran hati)

Pembesaran hati berkaitan dengan strain serotipe virus Dengue. Sifat

pembesaran hati:

a. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit

b. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

c. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa disertai dengan ikterus.

4. Renjatan (shock)

Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah

ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan adalah:

a. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki

b. Penderita menjadi gelisah

c. Sianosis di sekitar mulut

d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

e. Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang)

f. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg atau

kurang)9

10
5. Trombositopeni

Jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 biasanya ditemukan diantara hari

ketiga sampai ketujuh sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai kita

yakin trombosit dalam batas-batas normal atau menyokong ke arah

penyakit DBD. Pemeriksaan dilakukan minimal 2 kali. Pertama pada waktu

pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima sakit. Bila perlu

diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.5

6. Hemokonsentrasi

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka

terhadap akan terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan

berulang secara periodik. 5

7. Gejala klinik lain

a. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD

adalah anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi

dan kejang.

b. Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan

penurunan kesadaran sehingga sering diduga sebagai ensepalitis.

c. Keluhan sakit yang hebat sering kali timbul mendahului

perdarahan gastrointestinal dan renjatan. 5

11
D. PENGENALAN NYAMUK PENULAR (VEKTOR) DBD

1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes

Nyamuk Aedes memiliki siklus hidup (tahapan kehidupan) secara sempurna,

antara lain telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Masa pertumbuhan

dari telur, jentik, kepompong hingga menjadi nyamuk sekitar 8-12 hari,

tergantung dari suhu dan kelembaban. Semakin tinggi suhu dan kelembaban

semakin cepat masa pertumbuhan nyamuk.9

2. Ciri-ciri Nyamuk Aedes

a. Telur

Telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada

dinding bagian dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk

untuk sekali bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran ± 5 mm.

Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang

lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi musim kering yang lama),

telur dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur akan menetas

menjadi jentik setelah 1-3 hari terendam air.4

b. Jentik

Setelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik.

Jentik mengalami 4 tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu

instar I, II, III dan IV. Waktu pertumbuhan dari masing-masing stadium

adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik instar II selama 1-2 hari, jentik

instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3 hari. Jentik Aedes di
12
dalam air dapat dikenali dengan ciri–ciri berukuran 0,5–1 cm dan selalu

bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak

lurus dengan permukaan air untuk bernapas (mendapatkan oksigen).

Selanjutnya jentik berkembang menjadi kepompong.8

c. Kepompong

Kepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2 hari.

Kepompong berbentuk seperti koma dan lebih pendek dibandingkan

jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu. Pada tingkat

kepompong ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu udara. Dalam

waktu 1-2 hari perkembangan kepompong sudah sempurna, maka kulit

kepompong pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang.

Pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk

betina.8

d. Periode Dewasa

Secara umum nyamuk Aedes terdiri tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan

abdomen, mempunyai dua pasang sayap dan tiga pasang kaki. Nyamuk

Aedes dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam

bercak putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan bercak putih.

Ae.aegypti di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung

vertikal di bagian kiri dan kanan berwarna putih, sedangkan

Ae.albopictus di bagian punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal

berwarna putih. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter

13
maksimal 100 meter, namun secara pasif karena faktor angin atau

terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat hidup

dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar 1.000 meter dari

permukaan laut, di atas ketinggian 1.000 meter dengan suhu udara terlalu

rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak, sehingga tidak

memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.8

3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Aedes

a. Buatan

Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang

dibuat oleh manusia dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang

kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk tempat berkembangbiak,

seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban bekas, pot/vas bunga,

kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan air tersebut berada di

sekitar pemukiman penduduk. Tempat nyamuk berkembangbiak yang

dibuat/disediakan oleh manusia, seperti tempat penampungan air bersih

(bak mandi, ember, dispenser, kulkas, dan lain-lain), maupun tempat-

tempat penampungan air lainnya yang ada disekitar pemukiman

penduduk.10

b. Alamiah

Tempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah segala suatu yang telah

tersedia di lingkungan pemukiman berupa tanaman yang dapat

menampung air jernih sebagai tempat perindukan nyamuk pada tempat

14
alami, seperti , ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu, ataupun

pada pelepah daun.10

4. Perilaku Nyamuk Aedes

a. Perilaku menghisap darah

Nyamuk Aedes betina mengisap darah manusia pada waktu siang hari,

dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00-

17.00. Nyamuk betina menghisap darah yang dipergunakan untuk

pematangan telur. Untuk mengenyangkan perutnya, nyamuk Aedes dapat

menghisap darah beberapa kali dari 1 orang atau lebih, sehingga potensi

untuk menularkan penyakit demam berdarah semakin banyak. Nyamuk

Aedes aegypti lebih banyak menghisap darah manusia di dalam rumah,

sedangkan nyamuk Aedes albopictus lebih banyak mengisap darah di luar

rumah.7

b. Perilaku istirahat

Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses

pematangan telur, setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian

menghisap darah kembali. Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai

beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam

rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar

mandi dan dapur. Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang

digantungkan seperti baju, tirai dan dinding. Walaupun jarang, bisa

ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat terlindung lainnya.

15
Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang ditemukan beristirahat di

dalam rumah. Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes albopictus beristirahat

dirumah seperti di tanaman kering, rerumputan dan lain lain.11

16
E. KERANGKA TEORI

1.
Pemberantasan DBD

Nyamuk
2. Dewasa Jentik

Dengan Insektisida
3.
Fisik Kimia Biologi

Penggerakkan Jumantik

4.
Surveilans: Preventif: Promotif:

Identifikasi5.sarang Pemberantasan Mengajarkan kepada


nyamuk Sarang Nyamuk murid tentang Perilaku
6. (PSN) (PSN) Hidup Bersih dan
Menghitung
dengan 3 M Plus Sehat (PHBS)
kepadatan jentik
7.
dengan rumus ABJ

Peningkatan Angka Bebas Jentik

DBD dapat dicegah

(Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2010; Soekidjo Notoatmodjo, 2007.

Gambar 2.1 Kerangka Teori


17
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang diamati atau di ukur melalui penelitian penelitian yang

akan dilakukan.

Pendidikan
Pengetahuan Masyarakat Tentang
DBD dan Pemberantasan Sarang
Usia
Nyamuk (PSN)

Pekerjaan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Hasil
No Variabel Definisi Operasional Skala
pengukuran
Penilaian tingkat
pengetahuan masyarakat
1 Pengetahuan Ordinal Rendah, Tinggi
terhadap DBD dan cara
pemberantasannya
Usia di antara 20-65 tahun
2 Usia yang tercatat di identitas Numerik Tahun
pada kolom tanggal lahir

18
Jenjang pendidikan
Tingkat SD, SMP,
3 terakhir yang ditempuh Ordinal
pendidikan SMA, D2, S1
oleh calon jumantik
Jenis pekerjaan yang saat
Ibu rumah
4 Pekerjaan ini dilakukan oleh calon Ordinal
tangga, petani,
jumantik

C. Skala Pengukuran Variabel

Variabel yang diteliti:

1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 8 pernyataan. Responden yang

menjawab benar diberi skor 1 sedangkan yang salah diberi skor 0 sehingga skor

tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 8.

Kriteria Objektif

Baik : Jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 76-100%.

Cukup : Jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 51-75%.

Kurang : Jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar ≥ 50%.

2. Usia

Usia responden di ukur dari usia 20 tahun sampai 65 tahun. Menurut usia,

responden di bagi menjadi 3 kelompok. Kelompok usia 20 tahun sampai 34 tahun,

kelompok usia 35 tahun sampai 49 tahun dan usia 50 tahun sampai 65 tahun.

19
3. Pendidikan

Pendidikan responden di bedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

menengah awal dan menengah akhir. Kelompok menengah awal jika pendidikan

terakhir responden adalah SMP dan kelompok menengah akhir jika pendidkan

terakhir responden adalah SMA.

4. Pekerjaan

Pekerjaan responden di bedakan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Ibu

Rumah Tangga (IRT) dan petani.

20
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam kegiatan intervensi mini project kali ini adalah dengan menggunakan

metode pendekatan secara berkelompok. Masyarakat yang sesuai dengan kriteria

kaderisasi diberikan materi pembekalan sebelum pada akhirnya calon kader

jumantik melakukan simulasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M

digampongnya. Pemberian materi dilakukan dengan suasana santai dan relax dan

terbuka untuk berdiskusi. Dengan ini diharapkan materi yang diberikan dapat

lebih diingat oleh masyarakat calon kader jumantik.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas Indrajaya kabupaten Pidie.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei - Juni 2019.

C. Sampel Pengumpulan Data

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi sebagai perangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari ( Sugiyono,

2007). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah masyarakat gampong tampieng

tunong yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

21
Kriteria :

1. Masyarakat yang bisa baca dan tulis

2. Masyarakat yang bersedia menjadi Jumantik

3. Masyarakat yang mempunyai sehat jasmani

D. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh penulis dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dengan menggunakan kuesioner.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan

sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti lembar check list,

buku catatan, proyektor, materi power point, pedoman observasi, kamera foto dan

sebagainya.

E. Pengumpulan data

Data primer berasal dari Non Participant merupakan observasi yang

penulisnya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang

diamati. Penulis menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai

peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penulisan. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari penelitian langsung oleh peneliti.

22
F. Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat

presentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi kemudian

dicari besarannya presentase jawaban masing-masing responden dan selanjutnya

dilakukan pembahasan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai

berikut. P=F/N × 100%

Keterangan :

P: presentase

F: frekuensi variabel

N: Jumlah sampel

G. Prosedur Penelitian

Berikut adalah prosedur yang dilakukan dalam penelitian:

1. Memperoleh izin untuk melakukan penelitian.

2. Pemilihan pasien yang memenuhi kriteria.

3. Pengambilan sampel melalui pengisian kuisioner, dilakukan sambil

melakukan pelayanan,edukasi dan pengobatan.

4. Pengumpulan dan pengolahan data kuesioner dan kontrol ulang dengan

menggunakan Microsoft Excel.

5. Penulisan laporan hasil penelitian.

23
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL KOMUNITAS UMUM

Indrajaya merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang ada di

kabupaten Pidie. Jumlah penduduk di kecamatan Indrajaya pada tahun 2018

tercatat 21.602 jiwa dengan luas wilayah kecamatan 3.402 km2 yang terbagi

menjadi 49 desa.

1. Data Geografis

Gambar `5.1 Peta Desa Tampieng Tunong

24
Batasan – batasan daerah Tampieng Tunong :

Sebelah utara berbatasan dengan Gp. Dayah Muara, sebelah selatan

berbatasan dengan Gp. Keutapang, sebelah selatan berbatasan dengan Gp.

Uleu Birah dan sebelah selatan berbatasan dengan Gp. Tampieng Baroh

2. Data GampongTampieng Tunong

Gampong Tampieng Tunong terdiri dari luas wilayah o,86 km2 dengan

jumlah dusun sebanyak 3 dusun, yaitu : Dusun Mulia, Dusun Makmur, dan

Dusun Bahagia. Jumlah Rumah di Gampong Tampieng Tunong adalah 89

rumah. Jumlah KK real di Desa Tampieng Tunong sebanyak 117 KK dengan

jumlah penduduk 382 jiwa, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 175 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 207 jiwa.

Jumlah Wanita Usia Subur di Gampong Tampieng Tunong adalah 59 jiwa

dan jumlah Pria Usia Subur adalah 65 jiwa. Jumlah bayi sebanyak 8 jiwa,

jumlah balita 42 jiwa, jumlah Ibu Hamil sebanyak 10 jiwa, jumlah Ibu Bersalin

9 jiwa dan jumlah Ibu nifas sebnayak 9 jiwa.

Jumlah petani pada Gampong Tamppieng Tunong sebanyak 120 jiwa,

jumlah nelayan sebanyak 1 jiwa, jumlah pengrajin 7 jiwa, jumlah pedagang

sebanyak 10 jiwa, jumlah buruh sebanyak 10 jiwa, jumlah PNS sebnayak 24

jiwa, jumlah pegawai swasta sebanyak 6 jiwa, jumlah supir sebanyak 3 orang

dan jumlah honorer sebanyak 12 jiwa.

25
B. HASIL PENELITIAN

Mini project ini dilakukan di 10 rumah yang berada di Tampieng Tunong.

Pelaksanaan mini project mulai tanggal 14 April sampai dengan 16 Mei 2015.

1. Karakteristik Sosiodemografi Sampel Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada

responden di Poskesdes desa Tampieng Tunong di wilayah kerja Puskesmas

Indrajaya, Pidie, Aceh, diperoleh gambaran karekteristik sosiodemografi

responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir, serta pekerjaan.

Tabel 5.1.Karakteristik Sosidemografi Sampel Penelitian

Calon Jumantik
Variabel Presentase
N
(n=20)
Usia (tahun)
13 65%
20-34
5 25%
35-49
2 10%
50-65
Pendidikan terakhir
SMP 8 40%
SMA 12 60%
Pekerjaan
IRT 15 75%
Petani 5 25%

Responden berdasarkan data usia, responden terbanyak berada pada rentang

usia 20-34 tahun berjumlah 13 orang dengan presentase 65%. Pendidikan

terkahir responden yang terbanyak adalah SMA berjumlah 12 orang dengan

26
presentase 60%. Sementara berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak bekerja

sebagai ibu rumah tangga berjumlah 15 orang dengan presentase 75%.

2. Pemantauan Jentik

Pemantauan jentik merupakan kegiatan pemeriksaan tempat-tempat

perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan oleh jumantik dan

penulis dengan menggunakan alat senter sebagai alat penerangan dan hasil

pemantauannya dicatat ke dalam formulir JPJ-1, JPJ-2. Pada minggu pertama

pemeriksaan jentik dilakukan oleh jumantik dan penulis, pada minggu

kedua dan selanjutnya hanya dilakukan oleh jumantik. Pemantauan jentik

dilakukan setiap seminggu sekali selama 4 minggu. dapat dilihat pada tabel

5.2 sebagai berikut :

Minggu pemantauan jentik


No Nama Gampong
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
1 Gampong 22 Mei 29 Mei 14 Juni 21 Juni
Tampieng Tunong 2019 2019 2019 2019
Tabel 5.2 Waktu Pelaksanaan Pemantauan Jentik

Hasil pemeriksaan jentik akan dihitung ABJ DBD pada akhir minggu oleh

penulis. Pada minggu kedua pemeriksaan jentik hanya dilakukan oleh

jumantik. Apabila masih ditemukan jentik maka jumantik memberikan

abate dan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. Setelah

didapatkan data ABJ pada minggu ke I, II, III, dan IV maka hasilnya

dilaporkan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat program yang

melibatkan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

27
3. Penyajian Hasil intervensi

Dari hasil intervensi ini disajikan dengan menampilkan dalam bentuk tabel

dan penjelasaanya berikut ini penjelasannya lebih rinci sebagai berikut:

a. Hasil intervensi

1) Status Keberadaan Jentik di Rumah Masyarakat

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa tempat

penampungan air yang ada airnya disekolah dasar kelompok responden

berupa bak wc, bak mandi, ember, dispenser, penampungan air kulkas,

pot/vas bunga, kolam, botol atau kaleng bekas. Berikut distribusi

responden berdasarkan status keberadaan jentik nyamuk di rumah

responden dan di sekolah dapat dilihat pada tabel 5.3 dan 5.4 sebagai

berikut:

Distribusi masyarakat berdasarkan status keberadaan jentik

nyamuk di rumah dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut:

Pemeriksaan Jentik
Jumlah
NO RUMAH
Rumah Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
 %  %  %  %
1 Gampong
Tamping 10 5 50 3 30 2 20 2 20
Teunong
Tabel 5.3 Distribusi Status Keberadaan Jentik di Rumah

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pada pemeriksaan

jentik minggu pertama, rumah responden masyarakat gampong

Tampieng Tunong di dapat jentik pada 5 rumah denga persentase sebanyak

28
50%. Pada pemeriksaan jentik minggu kedua terjadi perubahan dengan

berkurangnya 1 rumah yang tidak ditemukan jentik, jadi total di temukan

jentik 3 rumah dengan persentase 30%. Pada minggu ke 3 dan ke 4 di

temukannya hanya 2 rumah yang terdapat jentik dengan persentase 20%.

Menurut WHO, suatu wilayah dikatakan mempunyai kepadatan dan

penyebaran vector yang tinggi serta berisiko tinggi untuk penularan DBD

jika CI ≥ 5% dan HI ≥ 10%. Pada Gampong Tampieng Tunong ini dari

mulai minggu pertama sampai dengan minggu terakhir masih di dapatkan

HI ≥ 10% dan CI ≥ 5%. Dengan demikian kepadatan dan penyebaran

vector DBD di Tampieng Tunong tergolong resiko tinggi untuk

penularan DBD sehingga diharapkan dengan adanya pemantauan

jumantik yang lebih signifikan agar bisa tercapai gampong bebas jentik.

2) Distribusi hasil pretest jumantik gampong Tampieng Tunong

Pretest jumantik sekolah diadakan sebelum dilaksanakannya kegiatan

intervensi dan pelatihan jumantik sekolah dengan penilaian hasil pretest

sebagai berikut :

4. kurang = <50%

5. cukup = <51% - 75%

6. Baik = >76%

29
Tabel 5.4 distribusi pretest jumantik di gampong Tampieng Tunong

Sebelum
Intervensi
No Pengetahuan
N %
1. Yang mengetahui vektor penular demam berdarah 12 60
2. Yang mengetahui jenis kelamin nyamuk penular DBD 0 0
3. Yang mengetahui waktu aktif nyamuk penular DBD 0 0
4. Yang mengetahui ciri nyamuk aedes aegypti 16 80
5. Yang mengetahui tempat perkembangbiakan jentik
19 95
nyamuk
6. Yang mengetahui tujuan dilaksanakannya jumantik 20 100
7. Yang mengetahui waktu pelaksanaan Pemberantasan
2 10
Sarang Nyamuk (PSN) 3M
8. Yang mengetahui pengertian 3M dalam kegiatan
12 60
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Dari pretest yang dilakukan didapatkan bahwa pengetahuan

masyarakat jumantik kurang pada soal jenis kelamain nyamuk yang

menginfeksi DBD, kapan waktu aktif nyamuk DBD dan pada

pertanyaan kapan waktu yag tepat untuk dilaksanakannya

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Tabel 5.5 distribusi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah

dilakukannya intervensi

Sebelum Setelah
Kenaikan
No Pengetahuan Intervensi Intervensi
N % N % %
1. Yang mengetahui vektor
12 60 19 95 35
penular demam berdarah
2. Yang mengetahu jenis
kelamin nyamuk penular 0 0 15 75 75
DBD
3. Yang mengetahui waktu 0 0 15 75 75
30
aktif nyamuk penular
DBD
4. Yang mengetahui ciri
16 80 19 95 15
nyamuk aedes aegypti
5. Yang mengetahui tempat
perkembangbiakan jentik 19 95 19 95 0
nyamuk
6. Yang mengetahui tujuan
dilaksanakannya 20 100 20 100 0
jumantik
7. Yang mengetahui waktu
pelaksanaan
2 10 10 50 40
Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) 3M
8. Yang mengetahui
pengertian 3M dalam
12 60 19 95 35
kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN)

Setelah dilakukannya intervensi berupa pemberian materi kepada

calon jumantik didapatkan bahwa tingkat pengetahuan kader jumantik di

gampong Tampieng Tunong terhadap DBD dan peran jumantik di

gampong tampieng meningkat tajam untuk beberapa point yang

sebelumnya masuk kriteria kurang sekarang semua soal masuk dalam

kriteria bagus. Peningkatan tertinggi didapat dari soal jenis kelamin

nyamuk dan menginfeksi DBD dan oal kapan waktu aktif nyamuk

pengifeksi DBD, peningkatan terjadi sebanyak 75% meningkat dari

pretest.

31
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang Peran Pelatihan

dan Kegiatan Pemberantasana Sarang Nyamuk Untuk Meningkatkan Pengetahuan

Dalam Menurunkan Kasus DBD Di Gampong Tampieng Tunong dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembentukan dan pelatihan masyarakat pemantau jentik di gampong

tampieng tunong belum dapat secara maksimal memutuskan mata rantai

DBD karena pada minggu ke empat masih di temukannnya jentik

nyamuk pada 2 rumah.

2. Pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD meningkat hingga

persentase tertinggi mencapai 75%.

3. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) di gampong Tampieng Tunong mengalami peningkatan

dikarenakan menurunya persentase di temukannya jentik mencapai 30%.

4. Penurunan angka kasus di Tampieng Tunong pada bulan mei dan juni

saat ini belum memenuhi standart dari WHO dimana HI (House Index)

harus ≤10% akan tetapi di harapkan pemutusan mata rantai ini dapat di

lanjutkan oleh program puskemas yaitu “Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik”.

32
B. SARAN

1. Untuk Gampong Tampieng Tunong

a. Segera melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD secara

rutin minimal seminggu sekali agar terhindar dari penyakit DBD.

b. Aktif mengikuti penyuluhan dan kegiatan-kegiatan Pencegahan

Penyakit DBD lainnya untuk meningkatkan pengetahuan tentang DBD.

c. Jumantik terus melaksanakan pemantauan jentik secara rutin,

memberikan penyuluhan dan mengajak masyarakat secara keseluruhan

untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

2. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie

Diharapkan untuk membuat metode yang lebih efektif (dilihat dari

jumlah kasus, lamanya waktu yang diperlukan, dan jumlah biaya yang

dikeluarkan) dalam menurunkan kasus DBD sebagai upaya pencegahan

kasus di Indrajaya khususnya di Tampieng Tunong.

3. Untuk Petugas Puskesmas Indrajaya

a. Diharapkan pembinaan pemegang program tetap berkesinambungan dan

mendapatkan hasil rekapitulasi setiap minggunya.

b. Meningkatkan pelatihan jumantik di gampong Tampieng Tunong.

c. Merekrut masyarakat pemantau jentik baru di kelurahan-kelurahan yang

belum memiliki masyarakat jumantik agar dapat menurunkan kasus DBD

di wilayah kerja Indrajaya.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdoerachman, A., H. Et,all. 2015., Dengue in buku ajar Ilmu Kesehatan


Anak 2. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia: jakarta.

2. Suroso, U. 2015., Epidemiologi dan penanggulangan penyakit DBD di


indonesia saat ini. In Naskah lengkap demam berdarah dengue. Balai
penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia: jakarta.

3. Supriatna, M.S., Istanti, Y. 2016., Patogenesis demam berdarah dengue in


update demam berdarah dengue pada anak. Balai penerbit bagian ilmu
kesehatan anak RSUP: Semarang.

4. Suwinto, T., Et all. 2015., Petunjuk teknis jumantik-PEMBERANTASAN


SARANG NYAMUK (PSN) Kementerian kesehatan republik Indonesia:
diakses 30 mei 2019. http://pppl.depkes.go.id/

5. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. 2015., Menggerakkan Masyarakat


dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue
(PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN)- DBD). Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. diakses 30 mei 2019. http://PSN-
BDB.Pusat.Kesehatan/

6. Mubarak, WI., Chayatin, N. 2016., Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan


Aplikasi. Salemba Medika: Jakarta.

7. Nasry, NN. 2017., Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta:


Jakarta.

8. Notoatmodjo, S. 2015., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,


Jakarta.

9. Yatim, F. 2017., Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya


Jilid 2. Pustaka Obor Populer: Jakarta.

10. Widoyono. 2018., Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai