Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Eksperimen Fisika

Modul III

Hukum Beer-Lambert

Dian Permana
1211703011

Fisika
Sains dan Tekhnologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, Indonesia
2013
email:permana.dian2012@gmail.com
Abstact
Beer’s law states light absorbance is directly proportional to the con-
centration and thickness of the material / medium, to prove the theory
berlamber then conducted experiments using two variations of the plas-
tic and the sugar solution (C12 H22 O11 ) one practical purposes this is
done Observing relationship transmittance and absorbance of the ab-
sorber thickness, plastic absorption values obtained using the red filter
linearity dengna 4379.73 99.6 % and the sugar solution is absorpsivitas
ie 190172399.6 with determination coefficients obtained are 78 % is still
a didpat mistake one of them is on the weighing of sugar because the
concentration is very influential
key word : Beer Lambert law, concentration, absorpsivitas, color
filters

Abstact
Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus de-
ngan dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium, untuk mem-
buktikan teori beer lamber maka dilakukan eksperimen dengan meng-
gunakan 2 variasi yaitu plastik dan larutan gula (C12 H22 O11 ) salah satu
tujuan dilakukan praktikum ini yaitu Mengamati hubungan transmitan-
si dan absorbansi terhadap ketebalan penyerap, didapat nilai koefisien
absorsi plastik dengan menggunakan filter merah yaitu 4379.73 deng-
na kelinieran 99,6% dan dengan larutan gula yaitu absorpsivitas yaitu
190172399.6 dengan koefisien determinasi yang didapat yaitu 78 % ma-
sih adanya kesalah didpat salah satunya yaitu pada penimbangan berat
gula karena Konsentrasi sangat berpengaruh
Kata kunci : Hukum Beer lambert, konsentrasi, absorpsivitas, filter
warna

1
Daftar Isi
1 Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.2 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2 Tinjauan Pustaka 5

3 Metode Eksperimen 7
3.1 Waktu Dan Tempat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.2 Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.3 Prosedur percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.4 Prosedur percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

4 Data dan Analisis 10


4.1 Filter plastik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
4.2 Larutan Air Gula . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

5 Penutup 20
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

Daftar Gambar
1 prinsip penyerapan cahaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2 set-up peralatan untuk variasi konsentrasi larutan . . . . . . . . 8
3 set-up peralatan untuk variasi plastik . . . . . . . . . . . . . . . 8
4 Diagram Alir dengan Variasi Plastik . . . . . . . . . . . . . . . 9
5 Diagram Alir dengan Variasi Larutan Gula . . . . . . . . . . . . 9
6 grafik T terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
7 grafik A terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
8 grafik ln p, /p0 terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . 12
9 grafik T terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
10 grafik A terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
11 grafik ln p, /p0 terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . 14
12 grafik T terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
13 grafik A terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
14 grafik lnp, /p0 terhadap Ketebalan . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
15 grafik T terhadap c(m) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
16 grafik A terhadap c(m) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

2
Daftar Tabel
1 Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Merah) . . . . . . 10
2 Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Hijau) . . . . . . 12
3 Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Biru) . . . . . . . 14
4 Tabel Perhitungan Dengan Variasi Larutan Air Gula . . . . . . 17

3
BAB I
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Beer dan lambert menemukan hukum yang menerangkan interaksi bahan kimia
dengan gelombang cahaya (elektromagnetik), yang disimpulkan dalam hukum
Beer- Lambert menyebabkan berkembangnya analisis kimia dengan menggu-
nakan alat instrumentasi yakni spektrofotometer. Pengujian kimia sebelum
ditemukan spektrofotometer hanya mengandalkan gravimetri dan titrimetri
yang membutuhkan waktu lama dapat diganti pengujian yang lebih cepat
dan akurat dengan spektrofotometer. Hukum Beer-Lambert menjadi revo-
lusi analitical chemistry. Hukum Lambert menyatakan proporsi berkas cahaya
datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada inten-
sitas berkas cahaya yang datang. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium.
Dalam praktikum yang dilakukan akan menggunakan dua variasi data yaitu
dengan filter plastik berwana dan larutan (C12 H22 O11 ) aplikasi dari hukum
beer lambert salah satunya yaitu bisa menentukan kadar zat, aplikasi hukum
beer lamber banyak digunakan dalam Kimia, dan Fisika Material. maka da-
ri itu perlunya diadakan eksperimen untuk mempelajari bagaimana hukum
berlambert bekerja dengan baik agar memahami lebih baik.

1.2 Tujuan
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu:

a Mengamati hubungan transmitansi dan absorbansi terhadap konsentrasi


penyerap.

b Mengamati hubungan transmitansi dan absorbansi terhadap ketebalan


penyerap.

4
BAB II
2 Tinjauan Pustaka
Jika cahaya yang melintas melewati medium maka cahaya akan menembus
medium tersebut dan jika daya awalnya P0 maka setelah melewati medium
maka dayanya menjadi p,

Gambar 1: prinsip penyerapan cahaya

Pada saat melintas medium,fraksi cahaya tertentu ∆p hilang.

p0 − p, = ∆p (1)
Besarnya daya cahaya yang hilang sebanding dengan P0 , ketebalan medium
dan sebuah konstanta kesebandingan yang disebut absorpsivitas (α).

p0 − p, = −∆p = p0 α∆x (2)


Absorpsivitas atau koefisien absorpsi (α) merupakan karakteristik material,
dan juga fungsi panjang gelombang. Selanjutnya asumsikan medium dibuat
menjadi sangat tipis (infinitisimal), masing-masing dengan ketebalan dx. De-
ngan demikian, di dalam masing-masing irisan (slice) fraksi cahaya yang hilang
adalah dP, dan persamaan (2) menjadi:
dP
= −αdx (3)
p0
Untuk memperoleh kehilangan daya cahaya total di dalam medium dengan
ketebalan x, integrasikan persamaan (3) antara batas-batas P dan x.
Z
dp Z
= −α dx (4)
p0
sehingga diperoleh persamaan:

5
p,
= −αx (5)
p0
dan
p,
ln( ) = e−αx (6)
p0
Jika medium penyerap berupa larutan, konsentrasi larutan c (dalam gr
atau mol per liter) harus dilibatkan juga, sehingga persamaan (6) menjadi:

p, = p0 e−αxc (7)
persamaan (7) merupakan hukum eksponensial penyerapan, biasa juga di-
sebut hukum Beer-lambert. Untuk penggunaan praktis, lebih mudah menggu-
nakan logaritma berbasis 10 dari pada berbasis eksponensial.
Transmitansi (T) didefinisikan sebagai rasio daya radian yang ditransmisik-
an melewati sample terhadap daya cahaya dating, yang diukur pada panjang
gelombang yang sama.
p,
T = (8)
p0
Absorbansi (A) didefinisikan sebagai logaritma berbasis 10 dari kebalikan
transmitansi.
1
A = log10( ) (9)
T
Absorpsivitas (α) seperti pada persamaan (7), muncul dalam hukum eks-
ponensial sebagai logaritma alami,
p,
ln( ) = −αxc (10)
p0
sedangkan absorbansi (A) berbasis pada logaritma umum,
p0
A = log10( ) (11)
p,
untuk mengkonfersi dari salah satu menjadi yang lainnya, gunakan identita-
si ln(x) = 2.3026log10(x) = 0.4343ln(x).Set persamaan yang sering digunakan
adalah:

A = log10( pp0, )

A = 0.434axc

T = 10−A = 1
10A

A
α = 2.3026 xc

6
BAB III
3 Metode Eksperimen
3.1 Waktu Dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu, 16 april 2013
Waktu : 15.0017.00 WIB
Tempat : Laboratorium Eksperimen 1 Fisika, Sains dan Teknologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung

3.2 Alat dan Bahan


a . Sumber cahaya 1 buah

b . Power lightmeter 1 buah

c . Plastik berwarna 3 warna

d . micrometer 1 buah

e . neraca 1 buah

f . gula (C12 H22 O11 ) 10 konsentrasi (2 gr)

g . Lumpang dan Alu

h . Air

i . catu daya

i . Alat Tulis

3.3 Prosedur percobaan


lakukan percobaan untuk mencari koefisien absorpsi larutan dengan variasi
konsentrasi larutan. Ukur tebal bagian kosong dari puvet, lalu isi gelas de-
ngan 150 ml air. Arahkan sinar menembus gelas berisi air, ukur daya laser
yang melewati gelas menggunakan power meter. Ulangi langkah-langkah ter-
sebut dengan menambahkan gula kedalam air dan lakukan dengan 10 variasi
konsentrasi larutan.

7
Gambar 2: set-up peralatan untuk variasi konsentrasi larutan

Gambar 3: set-up peralatan untuk variasi plastik

3.4 Prosedur percobaan


percobaan untuk mencari koefisien absorpsi plastik dengan variasi ketebalan,
pertama-tama buat potongan plastik berwarna (biru, hijau, dan merah), lalu
ukur ketebalan plastik menggunakan micrometer. Tempatkan satu potongan
plastik pada lintasan cahaya, lalu ukur daya cahaya yang melewati potongan
plastik. Tambahkan jumlah potongan plastik dan ukur kembali daya caha-
ya yang dilewatkan, lanjutkan hingga 10 variasi ketebalan. Ulangi langkah-
langkah tersebut dengan plastik warna yang lainnya.

8
Diagram Alir

Gambar 4: Diagram Alir dengan Variasi Plastik

Gambar 5: Diagram Alir dengan Variasi Larutan Gula

9
BAB IV
4 Data dan Analisis
Dalam praktikum Hukum Beer Lambeert ini menggunakan 2 variasi pertama
yaitu dengan menggunakan plastik berwarna dan yang kedua yaitu dengan
menggunakan larutan air gula.
Dengan menggunakan plastik yaitu menggunakan 3 variasi warna plastik
yaitu merah, biru dan hijau dengan menambahkan banyaknya plastik hingga
10 lembar, sebelum menggunakan plastik sebagai penghalang dengan meng-
gunakan lux meter hitung daya p0 sebagai data awal dan didapat data untuk
W
P0 pada variasi plastik yaitu 188.2 m 2 . dari situ dengan menggunakan mik-

rometer mengukur ketebalan plastik, perhatikan mikrometer yang digunakan


karena dalam praktikum yang digunakan mikrometer yang digunakan yaitu
mengalami nilai eror sehingga perlu dilakukan kalibrasi, karena kalibrasi tidak
bisa dilakukan maka dengan inisiatif mengurangi jumlah data yang didapat
dengan nilai eror dari mikro meter tersebut dari situ penulisan data dilakukan
untuk data p0 didapat data yaitu 188.2.

4.1 Filter plastik


filter Merah

Tabel 1: Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Merah)


,
No P, T A Ketebalan(x) In PP0
1 170.3 0.905 1.105108632 0.0001 -0.099943639
2 140.4 0.746014878 1.34045584 0.0002 -0.293009736
3 89.3 0.474495218 2.1075028 0.0003 -0.745503739
4 53.5 0.284272051 3.517757009 0.0004 -1.257823573
5 36.1 0.191817216 5.213296399 0.0005 -1.651212362
6 22.8 0.121147715 8.254385965 0.0006 -2.110744691
7 14.8 0.078639745 12.71621622 0.0007 -2.542878046
8 9.1 0.048352816 20.68131868 0.0008 -3.029230814
9 6 0.031880978 31.36666667 0.0009 -3.445745758
10 3.7 0.019659936 50.86486486 0.001 -3.929172408

Dari serangkaian data yang didapat proses pengambilan data yang pasti
dilakukan yaitu pada pengukuran secara langsung yaitu P0 ,P, dan ketebalan
dari data tersebut diolah sehingga mendapatkan Transmitansi (T), Absorbansi
(A) dan In(P0 /P , ) didapat data seperti diatas. Dari data yang didapat kita
plot pada grafik yaitu T terhadap ketebalan, A terhadap Ketebalan dan In T
terhadap ketebalan.

10
Gambar 6: grafik T terhadap Ketebalan

grafik ini memunjukkan bahwa nilai Eror dari 148.76 da kemiringannya


yaitu -956.62 . dan plot lagi A terhadap Ketebalan.

Gambar 7: grafik A terhadap Ketebalan

grafik kedua yaitu pada A terhadap ketebalan dapat dilihat bahwa nilai
eror yang didapat kemiringannya yaitu 47365.26233 dan standar Erornya yaitu
9073.04947

11
Gambar 8: grafik ln p, /p0 terhadap Ketebalan

Dan pada grafik ketiga yaitu In T terhadap Ketebalan dapat dilihat digrafik
bahwa nilai standar eror 80.92348 dan nilai kemiringannya yaitu sebesar -
4379.72983
untuk menghitung absorpsivitas (α)

p,
ln( ) = −αxc
p0
slope = −α
α = −slope = −(−4379.72983)
= 4379.73

Filter hijau

Tabel 2: Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Hijau)


,
No P, T A Ketebalan(x) In PP0
1 177.5 0.943 1.060 0.00009 -0.059
2 109.6 0.582 1.717 0.00018 -0.541
3 77.2 0.410 2.438 0.00027 -0.891
5 35 0.186 5.377 0.00045 -1.682
6 21.4 0.114 8.794 0.00054 -2.174
7 16.2 0.086 11.617 0.00063 -2.452
8 10.4 0.055 18.096 0.00072 -2.896
9 7.5 0.040 25.093 0.00081 -3.223
10 5.2 0.028 36.192 0.0009 -3.589

12
dari situ plot kembali T terhadap ketebalan

Gambar 9: grafik T terhadap Ketebalan

dan didapat data grafik untuk kemiringannya yaitu sebesar -975.21442 dan
standar erornya yaitu 171.97085, seperti pada grafik berikut

Gambar 10: grafik A terhadap Ketebalan

grafik kedua yaitu plot gambar A terhadap ketebalan didapat nilai standar
Erornya yaitu 6013.33729 dan kemiringannya yaitu sebesar 39452.40939

13
Gambar 11: grafik ln p, /p0 terhadap Ketebalan

Dan Grafik filter hijau dengan bagian ketiga yaitu Ln p, /p0 terhadap ke-
tebalan nilai kemiiringannya yaitu -4353.97165 dan standar Errornya yaitu
62.34178

p,
ln() = −αxc
p0
slope = −α
α = −slope = −(−4353.97165)
= 4353.97

Filter Biru

Tabel 3: Tabel Perhitungan Dengan Variasi ketebalan (Biru)


,
No P, T A Ketebalan(x) In PP0
1 77.2 0.410 2.438 0.00007 -0.891
2 21.3 0.113 8.836 0.00014 -2.179
3 8.2 0.044 22.951 0.00021 -3.133
4 2.4 0.013 78.417 0.00028 -4.362
5 0.8 0.004 235.250 0.00035 -5.461
6 0.3 0.002 627.333 0.00042 -6.441
7 0.1 0.001 1882.000 0.00049 -7.540
8 0.1 0.001 1882.000 0.00056 -7.540
9 0.1 0.001 1882.000 0.00063 -7.540
10 0.1 0.001 1882.000 0.0007 -7.540

dapat dilihat pada data yang didapat P , yang didapat pada lapis ketu-

14
juh konstan sampai pada lapis ke 10 ini karena begitu gelap warna dari biru
sehingga sinar laser yang diarahkan menjadi kecil.

Gambar 12: grafik T terhadap Ketebalan

pada filter biru plot antara T terhadap Ketebalan didapat nilai kemiringan
yaitu sebesar -63.70774 dan nilai standar erornya yaitu sebesar 24.32748

Gambar 13: grafik A terhadap Ketebalan

grafik filter biru pada bagian dua yaitu A terhadap ketebalan, didapat
nilai Kemiringannya yaitu sebesar 3.90704 dan standar errornya yaitu sebe-
sar 614705.54912 grafik tersebut tidak linear karena memiliki nilai error yang
besar.

15
Gambar 14: grafik lnp, /p0 terhadap Ketebalan

Dan Grafik ketiga yaitu lnp, /p0 terhadap ketebalan didapat nilai kemiri-
ngannya yaitu -11248.35438 dan standar Error yaitu 1242.58187
untuk menghitung absorpsivitas (α)

p,
ln( ) = −αxc
p0
slope = −α
α = −slope = −(−11248.35438)
= 11248.35

pada percobaan pertama ini pada intinya ingin membuktikan apakah ada-
nya perbedaan jika warna yang digunakan berbeda karena seperti halnya dike-
tahui pada dasarnya perbedaan warna menjadikan panjang gelombang caha-
ya laser berbeda dan pada praktikum yang dilakukan sangat terbukti bahwa
warna yang digunakan berbeda ini ditandai dengan banyaknya lembar plastik
yang sama yaitu dari satu lembar sampai dengan 10 lembar data yang dida-
pat berbeda padahal daya (p0 ) yang digunakan sama tetapi daya (P , ) berbeda
sehingga nilai yang didapatpun berbeda dan perlu diketahui dari data yang
berbeda nilai eror dan kemiringanpun berbeda sehingga plot gambar yang di-
dapat berbeda antara satu warna dan yang lainnya. dan telah dikutip bahwa
absorsipitas merupakan karakteristik material dan fungsi panjang gelombang
pada praktikum ini dapat terbukti bahwa panjang gelombang mempengaru-
hi dan dari situ absorsivitas berbeda antara warna yang satu dengan yang
lainnya.
pada percobaan dengan variasi ketebalan penyerap dengan berbagai warna
di dapat kelinieran antara absorbensi (A) dan konsentrasi larutan (C) plas-
tik filter merah sebesar 99,6%, plastik kuning sebesar 99,6%,dan plastik biru
sebesar 99.8 % hal ini sesuai dengan hukum Beer-Lambert yang menyatakan

16
bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengan ketebalan bahan
atau medium.

4.2 Larutan Air Gula


Dalam praktikum kedua yaitu menggunakan larutan gula (C12 H22 O11 ) dengan
menghancurkan gula putih terlebih dahulu yaitu untuk mempermudah gula la-
rut dalam air. sehingga perlu diadakannya penumbukan. air yang digunakan
yaitu sekitar 2/3 dari besarnya kuvet yang digunakan dan jangan lupa ukur ke-
tebalan dengan menggunakan mikrometer kembali. dalam bagian dua ini kita
akan membuktikan Hukum Beer Lambeert yang menyatakan bahwa jumlah
radiasi cahaya tampak UV dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditrans-
misikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi
zat dan ketebalannya. dalam praktikum ini menggunakan gula dengan 10 kali
variasi menambahkan banyaknya gula 2 gram. absorbansi merupakan suatu
polarisasi cahaya yan diserap oleh suatu bahan (komponen kimia) tertentu pa-
da panjang gelombang tertentu terhadapa bahan atau secara matemais yaitu
logaritma berbasis 10 dari kebalikan Transmitansi, dan transmitansi itu sendi-
ri yaitu Nilai yang menunjukkan seberapa besar cahaya yang diteruskan oleh
suatu larutan, didapat data sebagai berikut ketebelan kupet yaitu 1.12 × 10−3
m, Volume air 150 × 10−3 L, Mr gula yaitu 180 dan p0 = 175.3.

Tabel 4: Tabel Perhitungan Dengan Variasi Larutan Air Gula


W
No M assagula(g) P , ( m 2) M ol M olalitas T A
1 2 153.6 0.011111111 0.07407407 0.876 1.141
2 4 96.2 0.022222222 0.14814815 0.549 1.822
3 6 57.6 0.033333333 0.22222222 0.329 3.043
4 8 27.4 0.044444444 0.29629630 0.156 6.398
5 10 16.6 0.055555556 0.37037037 0.095 10.560
6 12 10.2 0.066666667 0.44444444 0.058 17.186
7 14 8.1 0.077777778 0.51851852 0.046 21.642
8 16 6.1 0.088888889 0.59259259 0.035 28.738
9 18 3.9 0.1 0.66666667 0.022 44.949
10 20 2.4 0.111111111 0.74074074 0.014 73.042

17
Dari data yang didapat dibuat plot gambar yaitu antara Transmitansi ter-
hadap konsentrasi larutan

Gambar 15: grafik T terhadap c(m)

didapat nilai gradien yaitu sebesar : -1.08688 dan standar errornya yaitu
0.23956 nilai minus ada karena grafik turun dan nilai eror yang didapat sangat
kecil mendekati nol.

Gambar 16: grafik A terhadap c(m)

dari plot gambar didapat slope/kemiringannya yaitu 92.43937 dan standar


error sangat kecil yaitu 15.72198
Perhitungan absorpsivitas (α) berdasarkan yaitu

18
A = 0.434.α.x.c
slope = 0.434.α.x
92.43937
α =
0.434.x
92.43937
=
(0.434)(1.12 × 10−3 )
= 190172399.6

hukum Beer-Lambert yang menyatakan bahwa absorbansi cahaya berban-


ding lurus dengan dengan konsentrasi bahan/ medium, dan dapat dilihat keli-
nearan (koefisien determinasi) yang didapat yaitu 78 % masih adanya persen
kesalan, diantaranya ketika merubah jarak dari p, adanya perubahan data, ini
dikarenakan sinar yang datang melemah terhadap jarak dari benda yang di-
sinari, penggunaan penghancuran gula dengan air dingin akan menghambat
hancurnya gula, maka dari itu sebaiknya tumbuk gula dengan sangat halus,
selain dari itu takaran yang digunakan untuk menimbang gula tidak memiliki
nilai ketelitian yang sangat baik, nilai angkanya tidak memiliki beberapa ang-
ka diblakang koma sehingga penimbangan ketika variasi dua dan dipat 2 dari
situ dianggap dua pasti karena tidak adanya kelebihan 2 koma berapa, pa-
dahal kalau ada pengukuran timbangan akan lebih baik ketelitiannya. secara
keseluruhan dengan

19
BAB V
5 Penutup
5.1 Kesimpulan
Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengan
konsentrasi dan ketebalan bahan/medium. setelah melakukan eksperimen ma-
ka didapat kelinieran dari plot data sangat baik yaitu berada diatas 70 %
yaitu untuk plastik filter merah didapat sebesar 99,6%, plastik kuning sebe-
sar 99,6%,dan plastik biru sebesar 99.8 % Dengan Nilai absorpsivitas yaitu
filter biru 11248.35, filter merah 4379.73 dan filter hijau 11248.35 dan untuk
dengan menggunakan larutan (C12 H22 O11 ) didapat nilai absorpsivitas yaitu
190172399.6 dengan koefisien determinasi yang didapat yaitu 78 %

Pustaka
[1] P. Tippler, Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid I. Jakarta:
Erlangga.

[2] M. imamal, Asti s. dkk.(2013) Modul Ekspeimen Fisika I. Jurusan Fisika,


UIN Sunan Gunung Djati Bandung

[3] Sawitri.Asti.2010. Laporan praktikum Hukum Beer-Lambert.Bandung:


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai