MODUL
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
A. DESTILASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 8
B. PEMISAHAN DENGAN PENGENDAPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
C. KROMATOGRAFI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1. ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
1
Dengan dua analisis ini (kualitatif dan kuantitatif) lengkaplah pengetahuan kita
tentang zat tersebut. Jadi analisis kimia dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur dan
senyawa serta mengukur konsentrasinya. Pada dasarnya, sebelum suatu bahan dianalisis
secara kuantitatif, perlu dilakukan terlebih dahulu analisis kualitatif, terutama bila sampel
yang akan diperiksa sama sekali belum diketahui sebelumnya. Baik dalam analisis kualitatif
maupun analisis kuantitatif, reaksi-reaksi kimia memegang peranan penting. Banyak reaksi-
reaksi kimia yang berguna dalam analisis kualitatif dapat digunakan untuk keperluan
analisis kuantitatif, tetapi ada pula reaksi-reaksi kimia yang penting dalam analisis
kuantitatif namun tidak dapat digunakan untuk keperluan analisis kualitatif.
Pada bagian A sudah disebutkan bahwa analisis kimia dapat berupa analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif serta dapat diterapkan pada kimia anorganik maupun kimia organik.
Salah satu contoh yang termasuk ke dalam analisis kualitatif adalah analisis kualitatif
anorganik dengan cara H2S. Analisis kualitatif anorganik dapat dilakukan pada skala makro,
semi mikro atau mikro. Pada analisis makro, jumlah zat yang dianalisis adalah 0,5 – 1 gram
dengan volume larutan sekitar 20 mL. Dalam analisis semi mikro, jumlah zat yang dianalisis
dikurangi faktor 0,1 − 0,05, yaitu sekitar 0,05 gram dengan volume larutan sekitar 1 mL.
Selain itu analisis kualitatif dapat menggunakan dua macam uji yaitu reaksi kering dan
reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan dilakukan dalam
keadaan kering yaitu tanpa melarutkan sampel, contohnya: uji nyala, dan uji mutiara
boraks. 2
Sedangkan reaksi basah diterapkan untuk zat-zat dalam larutan di mana suatu reaksi
berlangsung ditandai dengan terbentuknya endapan, pembebasan gas, atau adanya
perubahan warna. Pada umumnya analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah.
Seperti halnya dalam analisis kualitatif, pada analisis kuantitatif pun tipe analisis dapat
dikelompokkan antara lain berdasarkan sifat informasi yang dicari, ukuran sampel yang ada
dan proporsi konstituen yang akan ditetapkan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, tipe analisis kimia dapat digolongkan sebagai
berikut:
d. Analisis lengkap (”complete analysis”), bila proporsi tiap komponen dalam sampel
ditetapkan
2. Ukuran sampel
a. Analisis makro, bila sampel yang dianalisis adalah lebih dari 0,1 gram. 1.6 Kimia Analitik
1
b. Analisis semi mikro (meso), bila jumlah sampel antara 0,01 gram sampai 0,1 gram.
3
c. Analisis mikro, bila jumlah sampel antara 1 mg sampai 10 mg.
d. Analisis ultra mikro, bila jumlah sampelnya kurang dari 1 mg (setingkat mikrogram)
3. Proporsi sampel
Selain berdasarkan sifat informasi yang dicari dan ukuran sampel dapat juga
dikelompokkan pada konstituen penyusunnya. Zat yang ditetapkan dapat merupakan
konstituen utama, konstituen kecil atau konstituen runutan. Jadi dapat merupakan
sebagian besar atau sebagian kecil dari sampel yang dianalisis. Apabila konstituen yang
ditetapkan dalam analisis kadarnya lebih besar dari 1% maka disebut analisis konstituen
utama (major), tetapi apabila kadarnya antara 0,01 – 1% disebut analisis konstituen kecil
(minor), serta bila kadarnya kurang dari 0,01% disebut analisis konstituen runutan (trace).
Teknik utama yang digunakan dalam analisis kuantitatif anorganik didasarkan pada:
Pelaksanaan kuantitatif reaksi kimia merupakan dasar dari analisis kimia metode
konvensional yaitu gravimetri, titrimetri atau volumetri.
4
a. Gravimetri
Dalam analisis gravimetri, zat yang akan ditetapkan diubah terlebih dahulu menjadi
suatu endapan yang tidak larut kemudian dikumpulkan dan ditimbang, misalnya
konsentrasi perak dalam sampel logam dapat ditetapkan secara gravimetri dengan cara
mula-mula melarutkan sampel tersebut dalam asam nitrat kemudian ke dalam larutan
tersebut ditambahkan ion klorida secara berlebihan sehingga semua ion perak yang ada
dalam larutan mengendap sebagai perak klorida. Setelah dilakukan pencucian, endapan
perak klorida dikeringkan dan akhirnya ditimbang.
b. Titrimetri
Dalam analisis titrimetri (sampai sekarang sering disebut analisis volumetri), zat yang
akan ditetapkan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang ditambahkan sebagai
larutan standar, kemudian volume larutan standar yang diperlukan diukur. Tipe reaksi
yang biasa digunakan dalam titrimetri adalah:
2) Reaksi pembentukan kompleks Contoh: reaksi antara ion perak dengan sianida Ag+ +
2CN- → Ag(CN)2 –
4) Reaksi oksidasi-reduksi Contoh: besi(II) dalam larutan asam dititrasi dengan larutan
kalium permanganat (KMnO4) reaksinya adalah: 5Fe2+ + MnO4 - + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+
+ 4H2O
5
Karena pada dasarnya pekerjaan titrimetri diakhiri dengan menentukan volume zat
yang bereaksi, maka titrimetri sering juga disebut dengan volumetri. Sedangkan
volumetri atau gasometri didasarkan pada pengukuran volume gas yang dibebaskan
atau diserap dalam suatu reaksi kimia
a. Voltametri (pengukuran arus pada suatu mikro elektroda pada voltase yang
ditentukan).
6
Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar analisis kuantitatif dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu gravimetri, titrimetri (volumetri), dan instrumentasi
(misalnya potensiometri dan spektrofotometri). Walaupun pada saat ini analisis lebih
sering dilakukan dengan cara-cara instrumen, namun penetapan dengan cara gravimetri
dan volumetri masih tetap penting. Hal ini disebabkan karena:
1. Peralatan untuk prosedur konvensional atau klasik murah dan mudah didapat
dalam semua laboratorium, sedangkan instrumen umumnya mempunyai harga
yang mahal.
2. Instrumen umumnya memerlukan kalibrasi menggunakan zat pembanding. Zat
pembanding ini biasanya ditentukan dengan metode konvensional.
3. Metode instrumen lebih cocok untuk penetapan rutin yang jumlahnya besar
7
BAB 2. PEMISAHAN ANALITIK
A. Destilasi
1. Pengertian Destilasi
Sejarah menunjukkan bahwa destilasi pertama kali berasal dari peralatan (Terracotta
Distillation) pada tahu 3000 Sebelum Masehi di Lembah Indus Pakistan, kemudian destilasi
digunakan oleh orang-orang abilonia di Mesopotamia. Awalnya destilasi digunakan untuk
membuat parfum. Destilasi untuk minuman dan alkohol muncul kemudian ketika Ahli Kimia
Arab Al-Kindi mendistilasi alkohol pada abad ke-9 di Irak, kemudian muncul destilasi alkohol
sebagai minuman pada abad ke-12 di Italia dan China (Allchin, 1979; Forbes, 1970).
8
Komponen-komponen dalam campuran hanya bisa di destilasi apabila ada
keseimbangan fasa gas dan fasa cair. Diagram titik didih pada gambar 13 menunjukkan
bagaimana komposisi kesetimbangan dari komponen– komponen dalam suatu campuran
liquid berdasarkan variasi temperatur pada tekanan tetap. Misalkan suatu campuran liquid
yang mengandung 2 komponen (A dan B) sebuah campuran biner.
Titik didih komponen A adalah titik di mana fraksi mol A adalah 1. Titik didih
komponen B adalah di mana fraksi mol A adalah 0. Dalam contoh ini, A adalah komponen
yang lebih mudah menguap karena memiliki titik didih yang lebih rendah titik dari B. Kurva
bagian atas pada diagram disebut kurva titik embun (dew point curve), sedangkan kurva yang
lebih rendah disebut kurva titik gelembung (buble point curve). Titik embun adalah suhu di
mana uap jenuh mulai mengembun sedangkan titik gelembung adalah suhu di mana cairan
mulai mendidih.
Misalnya, ketika cairan subcooled dengan fraksi mol A = 0,4 (titik A) dipanaskan,
konsentrasinya tetap konstan hingga mencapai titik gelembung (titik B), ketika mulai
mendidih.
9
Uap yang berevolusi selama pendidihan memiliki komposisi kesetimbangan yang
diberikan oleh titik C, kira-kira 0,8 fraksi mol A. Ini kira-kira 50% lebih kaya A daripada cairan
aslinya. Perbedaan antara komposisi cairan dan uap inilah yang menjadi dasar untuk Teknik
Distilasi (Tham, 1997) . Jadi jika kita mempunyai campuran dua larutan biner, tekanan uap
komponen A merupakan fungsi dari fraksi mol komponen A di dalam campuran. Demikian
pula tekanan uap komponen B merupakan fungsi fraksi mol komponen B, yang menurut
Hukum Raoult digambarkan sebagai:
Jadi misalkan kita mempunyai dua campuran heksanaq (A) dan heptane (B) di mana
masing-masing memiliki PA o dan PB o , maka tekana uap campuran adalah :
P = PA +PB
P = xA.PA o + xB.PB o
• Interaksi komponen sejenis sama dengan interaksi antar komponen yang tak sejenis
• Homogen pada semua sistem mulai dari mol fraksi 0 sampai mol fraksi 1
• Tidak ada beda volume pencampuran, artinya volume larutan sama dengan jumlah volume
komponen yang dicampurkan (∆V percampuran =0)
10
Sebagai ilustrasi lain dapat dilihat pada Merkuri (Hg) yang memiliki tekanan uap yang
sangat besar sehingga mempunyai titik didih yang sangat kecil
Selanjutnya, apabila kita telaah lebih lanjut tentang campuran heksana dan heptana,
Gambar 3 memberikan gambaran hubungan antara tekanan, suhu dan komposisi
(heptana), di mana pada tekanan total 760 Torr, maka:
• Bila campuran mendidih pada 70o C, maka yang akan mendidih naik ke fase uap adalah
2,5% mol heptana
• Bila campuran mendidih pada 80o C, maka yang akan mendidih naik ke fase uap adalah
46% mol heptana
• Bila campuran mendidih pada 90o C, maka yang akan mendidih naik ke fase uap adalah
78% mol heptane
11
Gambar 3. Ilustrasi hubungan antara tekanan suhu dan fraksi mol, contoh campuran
heksana dan heptana
Jika heksana pada fase cair adalah xA dan pada fase uap adalah yA, sedangkan heptana
pada fase cair adalah xB dan pada fase uap adalah yB, banyaknya komponen A dalam fase
uap adalah perbandingan PA dan PT pada tekanan dan suhu yang ditentukan.
12
Atau
Sehingga, bila tekanan uap A lebih besar dari tekanan uap B, maka perubahan
komponen A dan komponen B dalam fase uap lebih besar dari fasa cair. Akibatnya, fase
uap dalam kesetimbangan di atas fase cair akan lebih kaya mengandung komponen uap
yang lebih volatil. Fenomena ini kemudian menjadi Prinsip dasar Destilasi Fraksinasi. Bila
proses pendidihan tetap berlangsung untuk fase uap akan lebih diperkaya oleh komponen
yang lebih volatile
2. Penerapan Destilasi
Aplikasi destilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala laboratorium dan skala
industri. Perbedaan utama destilasi skala laboratorium dan industri adalah sistem
berkesinambungan. Pada skala laboratorium, destilasi dilakukan sekali jalan. Dalam artian
pada destilasi skala laboratorium, komposisi campuran dipisahkan menjadi komponen fraksi
yang diurutkan berdasarkan volatilitas, dimana zat yang paling volatil akan dipisahkan
terlebih dahulu. Dengan demikian, zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian
bawah. Proses ini dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses destilasi
dari awal.
Pada destilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan destilat tetap dalam
kondisi konstan. Fraksi yang diinginkan akan dipisahkan dari sistem secara hati-hati, dan
ketika bahan awal habis maka akan ditambahkan lagi tanpa menghentikan proses detilasi.
13
Destilasi mepunyai peranan yang sangat banyak dalam kehidupan manusia. Destilasi
adalah kunci utama dalam pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi. Minyak bumi dipisahkan
menjadi fraksi-fraksi tertentu didasarkan pada perbedaan titik didih. Alkohol yang terbentuk
dari proses fermentasi juga dimurnikan dengan cara destilasi.
Minyak-minyak atsiri alami yang mudah menguap dapat dipisahkan melalui destilasi.
Banyak sekali minyak atsiri alami yang dapat diperoleh dengan cara destilasi, yakni minyak
serai, minyak jahe, minyak cengkeh, dan sebagainya. Minyak kayu putih juga didapatkan
dengan cara destilasi. Selain itu, destilasi juga dapat memisahkan garam dari air laut.
3. Destilasi Bertingkat
a. Pengertian Destilasi Bertingkat
Prinsip dasar pemisahan destilasi bertingkat adalah perbedaan titik didih di antara
fraksi-fraksi minyak mentah. Jika selisih titik didih tidak berbeda jauh maka penyulingan
tidak dapat diterapkan Hidrokarbon yang memiliki titik didih paling rendah akan terpisah
lebih dulu, disusul dengan hidrokarbon yang memiliki titik didih lebih tinggi.
14
Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif
kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra
Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu
destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran
senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya
penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-
sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya
mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi,
jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke
dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga
titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai
destilat.
15
d. Penerapan Destilasi Bertingkat
Minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan gas alam. Minyak bumi yang telah
dipisahkan dari gas alam disebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat
dibedakan menjadi:
1. Minyak mentah ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang rendah,
berwarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah).
2. Minyak mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang tinggi,
memiliki viskositas tinggi sehingga harus dipanaskan agar meleleh.
Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana
dan sebagian kecil alkena, alkuna, siklo-alkana, aromatik, dan senyawa anorganik. Meskipun
kompleks, untungnya terdapat cara mudah untuk memisahkan komponen-komponennya,
yakni berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini disebut distilasi bertingkat. Untuk
mendapatkan produk akhir sesuai dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi
bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan pengotor dalam fraksi,
dan pencampuran fraksi.
Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang
dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.Aplikasi dari
distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, Alkohol, dan lain-lain (Fauzanariq,
2012)
Perbedaan distilasi fraksinasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.
Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
16
5. Syarat Terjadinya Destilasi
✓ Syarat utama agar terjadinya proses destilasi adalah adanya perbedaan komposisi antara
fase cair dan fase uap.
✓ Destilasi dilakukan secara pengolahan secara fisika yang primer
✓ Harus homogen
✓ Zat yang di campurkan atau bercampur tidak boleh menghasilkan panas, warna, ataupun
tanda-tanda reaksi kimia lainnya, karena destilasi ini merupakan pengolahan/pemisahan
secara proses fisika bukan secara proses kimia
✓ Destilasi dilakukan dengan paling banyak sebagai pelarutnya
✓ Zat yang titik didihnya rendah akan memiliki fraksi pada fase uap yang lebih banyak/baik
dari pada fraksi pada fase cair, ataupun sebaliknya.
a. Campuran Ideal
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Sebenarnya
tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan kondisinya
benar-benar mendekati keadaan yang idea. Dalam sebuah larutan, beberapa molekul
yang berenergi besar dapat menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik
intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap.
Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri
pada suhu tertentu. Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan
mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan.
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan dari dua
macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah. Jadi, apabila proporsi
dari tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama maka hanya ada separuh dari tiap
jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu
tertentu.
17
Apabila komposisi tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan
diri juga akan berubah. Oleh karena itu, campuran yang disebut larutan ideal biasanya
adalah campuran dua jenis zat yang memiliki besar molekul yang hampir sama dan
mempunyai daya tarik Van der Waals yang sama. Namun besar molekul keduanya tidak
persis sama sehingga walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan
merupakan campuran ideal. Campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai energi
entalpi sebesar nol. Jadi, apabila suhu campuran naik atau turun pada saat keduanya
dicampur berarti campuran tersebut bukan campuran ideal.
✓ Penyimpangan positif
✓ Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam campuran zat
lebih kuat daripada interaksi dalam masing–masing zat ( A – B > A – A, B – B). Penyimpangan
ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) negatif (eksotermik) dan mengakibatkan
terjadinya pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0). Larutan menghasilkan titik didih
minimum pada sistem campuran.
18
B. Pemisahan dengan Pengendapan
pengendapan adalah suatu metode klasik untuk pemisahan logam, biomolekul seperti
protein, polisakarida, dan enzim. Jika dikombinasikan dengan pengukuran massa endapan,
metode analisis kuantitatif ini disebut dengan gravimetri . Zat pengendap (presipitan)
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung logam yang akan dipisahkan sehingga
bereaksi dengan logam tersebut membentuk padatan yang tidak larut.
1. pengaturan pH;
19
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1
Kebanyakan ion-ion logam membentuk senyawa sulfida yang tak larut kecuali
logam-logam alkali dan alkali tanah. Karena konsentrasi ion sulfida dalam larutan
mudah dikontrol dengan pengaturan pH maka pemisahan berdasarkan pengendapan
sulfida banyak dilakukan. Pemisahan ion-ion logam dengan hidrogen sulfida pada
pengontrolan pH dapat dilihat pada Tabel 2
1 : HCl 3M;
2 : HCl 0,3M
3 : dibuffer hingga pH 6
4 : dibuffer hingga pH 9
20
3. Pemisahan Berdasarkan Penambahan Pereaksi Anorganik
Ion-ion posfat, karbonat dan oksalat sering digunakan sebagai presipitan untuk
kation tetapi tidak selektif, oleh karena itu pemisahan biasanya dipakai sebagai tahap
pendahuluan. Klorida dan sulfat digunakan karena selektivitasnya tinggi. Ion-ion ini
dapat digunakan untuk memisahkan ion perak dari ion-ion logam lainnya, sedangkan
ion sulfat dapat digunakan untuk isolasi kation timbal, barium, dan stronsium.
Pereaksi organik terseleksi untuk isolasi berbagai ion anorganik telah dibicarakan
pada gravimetri seperti dimetilglioksima selektivitasnya sangat baik dalam
pembentukan endapan dengan sedikit ion. Lainnya 8-hidroksikuinolin, dan Na-
tetrafenilboron.
C. Kromatografi
1. Pengenalan Kromatografi
Istilah kromatografi pada awalnya berasal dari dua kata yaitu cromatos yang berarti
warna dan graphien yang berarti menulis yang jika diterjemahkan bebas dapat diartikan
dengan “menulis dengan warna”.
21
Istilah ini tentu tidak terlepas dari penelitian dan penemuan oleh Michael Tsweet (atau
Mikhail Semyonovich Tsvet) pada tahun 1903, seorang botanis Russia-Italia, pada saat
melakukan riset terkait pigmen tanaman. Tsweet menggunakan kromatografi kolom dengan
kalsium karbonat sebagai adsorben dan campuran petroleum eter/etanol sebagai eluen untuk
memisahkan klorofil dan karotenoid.
Berbeda dengan metode ekstraksi pada Metode Craig, pada kromatografi, ada fase diam
(stasioner) dan ada fase mobil (gerak). Komponen akan bermigrasi karena adanya fase mobil
yang terus menerus bergerak (oleh Craig, hanya bergerak jika dipindahkan) sehingga cocok
atau relevan dengan ekstraksi counter current oleh Craig. Kromatografi adalah istilah yang
umum untuk teknik pemisahan yang didasarkan pada partisi atau distribusi sampel (terlarut)
di antara fase gerak (fase mobil) dan fase diam (fase stasioner).
22
Fase mobil dapat berupa gas (Gas Chromatography/GC), atau liquid (Liquid
Chromatography/LC) ataupun berupa Supercritical Fluid (Supercritical Fluid
Chromatography/SFC). Sementara fase mobil dapat berupa liquid dan lebih sering berupa
padatan.
Pada kromatografi dikenal istilah jumlah plat (plate number) yaitu suatu segmen
imajiner tempat terjadinya migrasi. Pada kromatografi, harga K dan D tergantung pada: (1)
perbedaan kelarutan, (2) perbedaan adsorpsi, dan (3) perbedaan volatilitas. Komponen yang
akan dipisahkan berada dalam sistem yang dinamis dengan melakukan pengaliran dan selama
itu akan terjadi proses pelarutan, adsorpsi, dan penguapan.
Proses pelarutan terjadi akibat adanya perbedaan atau distribusi terlarut dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur (ingat Hukum Nernst). Dalam hal ini terjadi peristiwa
partisi selama proses ini. Proses Adsorpsi dapat terjadi misalnya bila suatu senyawa yang ada
di dalam larutan dimasukkan adsorben (misalnya arang aktif), sebagian komponen dalam
larutan akan teradsorp dan sebagian yang lain tidak teradsorp. Dalam hal ini, peristiwa yang
terjadi adalah peristiwa pelarutan dan peristiwa adsorpsi.
Selanjutnya, proses penguapan (volatilitas) dapat terjadi jika suatu senyawa volatile
dimasukkan ke dalam larutan, kemudan dituangkan ke dalam lempeng lalu diberi adsorben
berupa lapisan tipis. Pada keadaan ini sebagian komponen akan diadsorb, sebagian dalam
larutan dan sebagian lainnya yang volatile akan menguap. Dalam hal ini terjadi peristiwa
pelarutan, adsorpsi dan volatilitas.
Tujuan dari penggunaan kromatografi setidaknya ada dua: pertama untuk keperluan
analisis, yaitu penentuan komposisi kimia dari suatu sampel dan kedua untuk keperluan
preparatif, yaitu pemurnian dan pengambilan satu atau lebih komponen dari suatu sampel.
Jadi kromatografi memiliki kemampuan untuk memisahkan molekul–molekul dengan cara
menahannya pada fase diam (stasioner) yang dibawa oleh arus fase gerak. Sekali molekul
tersebut terpisahkan dari campuran maka molekul tersebut dapat diidentifikasi (kualitatif),
diisolasi (preparative) dan di kuantifikasi (kuantitatif).
23
2. Klasifikasi Kromatografi Jenis-jenis
a. Berdasarkan fase mobil dan fase diam yang terlibat, maka kromatografi diklasifikasikan
menjadi 4 bagian masing-masing sebagaimana tercantum pada tabel 3 berikut :
- Patisi adalah fenomena yang terjadi di mana dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan terlarut maka terlarut akan terdistribusi di antara dua fasa yang tidak saling
bercampur. Perbedaan distribusi yang terjadi berdasarkan pada kelarutan terlarut
terhadap dua fasa tersebut. Gambar 5 menunjukkan fenomena partisi di mana proses
pemisahannya berdasakan kemampuan adsorpsi analit (partikel terlarut) pada lapisan
tipis cairan yang dilapiskan pada partikel padatan inert fase diamnya.
24
Prinsip utama pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan antara komponen
sampel pada fase diamnya (gas chromatography), atau berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam fase gerak dengan fase diamnya (liquid chromatography).
Keuntungan metode kromatografi partisi ini adalah distribusinya tidak bergantung pada
konsentrasi sehingga pemisahan dapat terjadi lebih baik
- Adsorpsi yaitu fenome-na di mana larutan yang mungkin terdiri atas lebih dari satu
komponen yang homogen, kemudian dimasukkan adsor-ben, maka komponen-
komponen tersebut akan teradsorb tergantung pada kecenderungan komponen-
komponen tersebut. Pemisahan didasarkan pada perbedaan sifat afinitas adsorpsi dari
komponen sampel pada permukaan padatan aktif. Kromatografi adsorpsi menggunakan
fase gerak cairan maupun padatan yang mampu teradsorp pada permukaan fase
diamnya. Pada gambar 6 ini ditunjukkan interaksi adsorpsi antara analit pada fase gerak
dengan permukaan fase diamnya.
- Eksklusi yaitu fenomena pemisahan yang didasarkan pada ukuran partikel. Biasanya
digunakan untuk memisahkan molekul-molekul yang besar (makromolekul) seperti
protein. Tipe ini tidak banyak dipengaruhi oleh interaksi antara fase diam dengan zat
terlarutnya
25
Gambar 7. Ilustrasi fenomena eksklusi dalam kromatografi
- Affinitas kromatografi bekerja berdasarkan pada interaksi spesifik antara satu jenis
molekul zat terlarut dengan jenis molekul lain yang terimmobilisasi dalam fase diam.
Sebagai contoh, molekul yang terimmobilisasi dapat menjadi antibodi untuk beberapa
protein yang spesifik. Saat zat terlarut yang me-ngandung campuran protein melewati
molekul ini, hanya protein tertentu saja yang akan bereaksi dengan antibodi yang
terimmobilisasi pada fase diam. Gambar 9 memberikan ilustrasi sederhana terkait
fenomena afinitas tersebut.
27
Gambar 9. Ilustrasi fenomena affinitas dalam kromatografi
c. Berdasarkan teknik pemisahan, kromatografi terdiri atas kromatografi kolom dan
kromatografi planar (kertas dan lapis tipis).
- Kromatografi kolom, adalah kromatografi di mana fase diamnya terdeposisi pada pipa
yang berbentuk kolom, kemudian komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama
fase gerak melalui kolom tersebut dan kemudian setiap komponen akan terpisahkan
pada fase diamnya. Oleh fase mobil membuat setiap komponen yang keluar dari kolom
dengan waktu yang berbeda dan kemudian akan masuk ke detektor untuk dideteksi dan
dianalisis lebih lanjut.
- Kromatografi Planar (biasanya berupa kromatografi lapis tipis) merupakan jenis
kromatografi di mana fase diamnya berupa film atau lapisan tipis dengan partikel padat
yang terikat bersama melalui kekuatan mekanik pada senyawa pengikat seperti kalsium
sulfat. komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak dalam sebuah
bidang datar (planar). Senyawa yang bergerak terlihat seperti noda (spot) yang dapat
diidentifikasi. Posisi noda menunjukkan identitas suatu komponen/senyawa (kualitatif),
sedangkan besar atau intensitas noda menunjukkan konsentrasinya (kuantitatif).
Jika Ka < KB, A terelusi lebih dahulu, A kemudian akan bergerak lebih cepat daripada
B, hal ini kita sebut migrasi differensial. Semakin panjang kolom, A semakin jauh akan
meninggalkan B. Semakin besar perbedaan K, A dan B semakin mudah terpisah karena
akan semakin pendek transfer yang diperlukan. Jika panjang kolom, fasa diam dan laju alir
tetap, komponen A akan keluar dari kolom dalam waktu yang selalu sama, atau waktu
retensi selalu sama. Letak puncak pada waktu retensi tertentu akan menentukan atau
spesifik untuk suatu komponen (kualitatif), sedangkan secara kuantitatif tergantung pada
luas segitiganya (peak/puncak).
- Cara Frontal
Metode frontal analisis sangat jarang digunakan secara umum, dan kemungkinan
hanya digunakan pada studi akademis atau riset saja. Cara inipun hanya secara efektif
dapat digunakan dalam sistem kromatografi kolom. Sampel dimasukkan secara terus-
menerus ke dalam kolom dalam bentuk larutan encer dalam fase gerak. Hal ini berbeda
dengan cara elusi, di mana sampel yang akan dipisahkan ditempatkan dalam sistem
kromatografi dan pemisahan berlangsung secara bergantian. Pada analisis frontal, kita
dapat memisahkan suatu campuran sampel dengan hasil yang relatif murni hanya untuk
komponen sampel yang pertama kali keluar dari sistem kromatografi, sedangkan setiap
komponen sampel berikutnya tercampur dengan komponen yang terelusi didepannya.
30
Gambar 11. Ilustrasi Cara Frontal dalam kromatograf
Gambar 11 memberikan ilustrasi terkait cara frontal ini, dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Sampel A dan B (A+B) dimasukkan pada ujung atas kolom secara terus menerus
b. Bila perbandingan Kd antara A dan B sangat besar, maka A yang berada pada sampel
akan bergerak lebih cepat
c. Semakin besar harga Kd komponen B maka makin lambat pergerakanya. Biasanya
cara ini digunakan untuk menyaring unsur/senyawa tertentu dan diaplikasikan dalam
kromatografi Gas-Padat (GSC)
- Cara Displacement
Suatu senyawa atau analit biasanya teradsorbsi ke fase diam atau adsorben. Untuk
analit yang teradsorbsi lebih kuat dapat mendesak keluar atau mengusir senyawa yang
teradsorbsi lebih lemah. Metode ini disebut cara desakan atau pergeseran (cara
displacement). Pita senyawa yang teradsorbsi paling lemah akan meninggalkan kolom
lebih dahulu, kemudian diikuti dengan senyawa berikutnya, hingga senyawa paling akhir
didesak oleh suatu senyawa tertentu yang sengaja dipilih untuk mendesak (misalnya
fenol untuk peptide, efedrin untuk polisakarida).
31
Cara displacement ini hanya efektif pada fase gerak di mana sampel teradsorbsi
pada permukaan fase diam padat. Jika campuran sampel ditempatkan pada ujung sistem
kromatografi, setiap sampel akan bersaing untuk segera menempati tempat adsorbsi
yang ada. Pada awalnya, semua tempat adsorbsi akan terjenuhi dengan komponen
sampel yang terikat paling kuat terlebih dahulu. Pada saat pita sampel bergerak
melewati sistem, tempat adsorbsi yang ada berikutnya akan dijenuhi dengan komponen
sampel yang teradsorbsi paling kuat berikutnya. Oleh karena itu, komponen-komponen
sampel akan mengatur diri mereka masing-masing sepanjang sistem kromatografi
sesuai dengan kekuatan adsorbsi yang menurun berturut-turut. Jadi komponen yang
teradsorpsi paling lemah, akan bergerak paling jauh.
Komponen-kompunen sampel biasanya terikat sangat kuat pada permukaan fase
diam sehingga mereka akan terelusi sangat lambat atau bahkan tidak terelusi sama
sekali. Akibatnya, sampel harus didesak oleh suatu senyawa yang lebih kuat terikat
daripada sampel-sampel yang diuji (disebut sebagai pendesak). Pendesak, terkandung
dalam fase gerak pada konsentrasi yang rendah, pertama kali akan mendesak komponen
sampel yang paling kuat terikat pada fase diam. Pada gilirannya komponen sampel ini
akan mendesak komponen sampel yang terikat kurang kuat yang berada tepat di
depannya. Jadi, pendesak mendorong komponen-komponen yang teradsorbsi secara
progresif sepanjang sistem kromatografi, setiap komponen akan mendesak satu
komponen lain yang berada di depannya sampai mereka semua melewati sistem
kromatografi.
Setiap sampel akan terkarakterisasi sesuai dengan urutan mereka terelusi serta
jumlah setiap sampel yang ada akan proporsional dengan panjang setiap pita (bukan
pada tingginya). Pada cara displacement ini, sampel tidak pernah benar-benar terpisah
satu sama lain. Sampel meninggalkan sistem berurutan dan bersambung satu sama lain,
masing-masing masih tercampur dengan komponen sampel yang ada di depan dan di
belakangnya. Tipe pengembangan ini sangat jarang digunakan dalam kromatografi cair.
32
Gambar 12. Ilustrasi cara displacement dalam kromatograf
Gambar 12 menunjukkan secara sederhana ilustrasi bagaimana cara displacement
ini bisa berlangsung dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Mengandung displacer (kompo-nen pendorong)
b. Digunakan apabila komponen yang akan dipisahkan mempunyai harga K yang besar
c. Sampel a dan B di-masukkan di ujung kolom
d. Kemudian dialiri pelarut yang mengandung komponen D
e. Cara ini dilakukan bila cara elusi dan frontal mempunyai masalah
Tujuan aplikasi kromatografi adalah untuk analisis kuantitatif sebagai bagian dari
proses pemisahan. Diharapkan diperoleh pemisahan yang memuaskan dari proses
kromatografi berdasarkan interval waktu yang sesuai. Saat ini berbagai macam metode
kromatografi telah dikembangkan, di antaranya adalah (Coskun, 2016):
• Kromatografi Kolom
• Kromatografi Penukar Ion
• Kromatografi Permeasi Gel (Gel-Permeation/Molecular sieve)
• Kromatografi Affinitas
• Kromatografi Kertas
33
• Kromatografi Lapis Tipis
• Kromatografi Gas
• Kromatografi Dye-Ligand
• Kromatografi Interaksi Hidrofobik
• Kromatografi Pseudo-Affinitas
• Kromatografi Cair Tekanan Tinggi (HPLC)
3. Teori Kromatografi
a. Proses Isotermal pada Kolom (Sistem Elusi)
Apabila suatu komponen atau analit dimasukkan ke dalam kolom, kemudian
digerakkan oleh fasa mobil di mana di dalam kolom terisi fasa diam, maka dala kolom
akan terdiri atas dua fasa (fm dan fs ). Selama elusi terjadi, di setiap segmen akan terjadi
proses keseimbangan, tetapi segmen tersebut imajiner yang sering disebut Plat.
Pada segment tersebut, kita mempunyai harga koefisien distribusi K = Cs /Cm. Jika
diketahui bahwa pada suatu suhu tetap, harga K tetap, dan untuk suatu keadaan apabila
keseimbangan terjadi antara satu plat ke plat berikutnya, bila pemindahan berlangsung
secara ideal, maka akan terjadi kromatografi ideal yang linier
2. Bila konsentrasi terlarut sangat kecil pada fasa mobil dan lebih besar tertinggal pada
fasa diam/stasioner sehingga yang terjadi adalah keadaan sebaliknya. Semakin tinggi
konsentrasi dalam fase diam/ stasioner, dan konsentrasi fase mobil yang mengandung
sedikit analit semakin besar, maka akan menghasilkan pita serapan cekung yang
disebut fronting, seperti diilustrasikan pada Gambar 15
36