PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan dalam berbagai
aspek diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi dan umur harapan hidup.Semua itu lebih mudah dicapai bila
status kesehatan dan gizi baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi
dalam keluarga maupunpelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka
harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya Rumah Sakit (RS).
Rumah Sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang didalamnya
terdapat pelayanan gizi dalam wadah Instalasi Gizi.Instalasi Gizi merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan lainnya.Instalasi Gizi merupakan salah satu pelayanan penunjang
medis.
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yangsecara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prosespenyembuhan.
Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related
disease) memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus.Resiko kurang gizi juga
dapattimbul pada keadaan sakit yang disebabkan oleh intake makanan yang tidak
adekuat selama dirawat.Oleh karena itu, diperlukan pelayanan gizi yang bermutu
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal guna mempercepat
penyembuhan, memperpendek hari rawat, dan menghemat biaya
perawatan.Untukitu diperlukan suatu PEDOMAN PELAYANAN GIZI yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi di Rumah Sakit
Sahabat dengan baik.
1. Visi
Memberikan pelayanan gizi yang profesional.
2. Misi
1
1. Memberikan pelayanan gizi yang profesional terhadap seluruh pasien.
2. Mengutamakan kepuasan dan keselamatan pasien.
3. Mengikuti perkembangan ilmu dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petugas Instalasi Gizi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan pelayanan gizi profesional kepada klien / masyarakat yang
mempercayakan upaya kesehatannya, khususnya pelayanan gizi pada Rumah
Sakit Sahabat.
2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan petugas Instalasi Gizi dalam melaksanakan tugasnya dalam
memberikan pelayanan gizi.
b. Memberikan pedoman agarsemua petugas Instalasi Gizi dapat bekerja
berdasarkan Visi, Misi, dan Tujuan Instalasi Gizi Rumah Sakit Sahabat.
c. Memenuhi kebutuhan tenaga gizi profesional dalam pelayananRumah Sakit
Sahabat.
d. Memenuhi sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan gizi Rumah
Sakit Sahabat.
e. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan semua unit terkait yang ada di
Rumah Sakit Sahabat
f. Memperoleh pengakuan standar nasional dan internasional dalam hal
kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Sahabat.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan gizi di Rumah Sakit Sahabat meliputi tiga (3) kegiatan
pokok, yaitu :
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
E. BATASAN OPERASIONAL
2
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit, baik rawat inap maupun
rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan
maupun mengoreksi kelainan metabolisme,dalam rangka upaya preventif,
kuratif, rehabilitatif dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas, dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien atau pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan klien/pasien.
3. Tim Asuhan Giziadalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi, terdiri dari dokter umum /dokter spesialis, nutrisionis / dietisien
dan perawat dari setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi
(nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Panitia Asuhan Gizi adalahsekelompok petugas rumah sakit yang terdiri dari
dokter umum /dokter spesialis, nutrisionis / dietisien dan perawat yang ditunjuk
oleh pimpinan rumah sakit yang bertugas membantu tim asuhan gizi dalam hal
inventarisasi masalah penyusunan prosedur buku asuhan gizi, pemantapan tata
laksana gizi, serta penyelesaian masalah asuhan gizi.
5. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.
6. Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan agar
klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah
disusun.
7. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
9. Prekripsi Diet atau Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya.Prekripsidiet dibuat oleh dokter, sedangkan rencana dietdibuat
olehnutrisionis / dietisien.
10. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua)
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
3
sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi,dilaksanakan oleh nutrisionis / dietisien.
11. Nutritionisadalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenanguntuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat
maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar
akademi gizi.
12. Dietisien adalah seseorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun atau yang mendapat
sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit
pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
13. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari
sintetis atau asli yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
14. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.
15. Nutrition Related Disease adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
16. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standard memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
F. LANDASAN HUKUM
4
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
11. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
884/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 35
Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan
Angka Kreditnya.
12. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Nomor 23/Kep/M.PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
13. Hasil Pertemuan Berkelanjutan tentang Evaluasi Pedoman PGRS dari tahun
2002-2003.
BAB II
KETENAGAAN PGRS
Pelayanan gizi di rumah sakit harus mengacu pada standar The Join Comission
International (JCI) for Hospital Accreditation.Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan,
maka semakin baik pula standard akreditasi rumah sakit tersebut.Hal ini dapat terlaksana
bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan pelayanan seperti yang
diatur dalam Permenkes No.26 Tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktek Tenaga Gizi.Selain itu, juga dibutuhkan tenagapendukung meliputi tenaga jasa
boga, logistik,pranata komputer, tenaga administrasi maupun tenaga lainnya dalam
kualitas dan kuantitas yang memadai.
5
2. Koordinator Pelayanan Gizi Klinik
Koordinator pelayanan gizi klinik di Rumah Sakit Sahabat berijasah DIII Gizi,
telah bekerja sejak tahun 2016.
3. Koordinator Penyelenggaraan Makanan
Koordinatorpenyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Sahabat berijazah DIII
Gizi, telah bekerja sejak tahun 2016.
4. Pelaksana Gizi Klinik
Pelaksana gizi klinik ruang rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Sahabat
DIII Gizi, telah bekerja sejak tahun 2016..
5. Pelaksana Gizi Penyenggaraan Makanan
Pelaksana gizi penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Sahabat berijasah
DIII Gizi, telah bekerja sejak tahun 2016.
6. Pelaksana Distribusi
Pelaksanajuru masak dan distribusi di Rumah Sakit Sahabat berijasah sebagai
berikut :
a. SLTA sebanyak 2orang
b. SMP sebanyak 2 orang
1. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit Sahabat sebanyak 6 orang, terdiri dari
:
a. Tenaga Fungsional Gizi berjumlah 2 orang
b. Tenaga Non Fungsional berjumlah 4 orang (penyajian dan distribusi)
Distribusi tenaga fungsional gizi sebanyak 1 orang adalah sebagai berikut :
No Jabatan Jumlah Keterangan
1 Kepala Instalasi Gizi 1 Koordinator Pelayanan Gizi Klinik
Koordinator Penyelenggaraan
Makanan
2. Job Discription
a. Tenaga Fungsional
1) Kepala Instalasi Gizi : memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di
Rumah Sakit Sahabat dan bertanggung jawab kepada Kepala Rumah
Sakit.
2) Koordinator : mengkoordinir kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Gizi.
3) Dietesien : melaksanakan kegiatan gizi klinik dan menejemen yang ada
dalam pelayanan gizi dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Gizi.
b. Tenaga Non Fungsional
1) Distribusi Pagi dan Siang : Menata makan pagi dan distribusi ke ruangan
sampai ke tangan pasien untuk makan pagi. Mengambil alat makan sisa
makan pagi dan mencucinya. Menata makan siang dan distribusi ke
ruangan, membersihkan troli, membersihkan ruangan, mengepel,
membuang sampah dapur.
2) Distribusi Sore: Mengambil alat makan sisa makan siang dan
mencucinya. Menata makan sore dan distribusi ke ruangan sampai ke
tangan pasien untuk makan pagi. Mengambil alat makan sisa makan
sore dan mencucinya. Membersihkan ruangan, mengepel lantai dan
membersihkan troli makanan sebelum pulang.
C. PENGATURAN JAGA
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Denah terlampir.
B. STANDAR FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap maupun penyelenggaraan makanan.
1. Fasilitas Pelayanan Gizi Rawat Inap
Tersedia sarana yang terdiri dari :
a. Peralatan penyajian makanan yang terdiri dari piring melamin, piring lauk
melamin, mangkuk sayur melamin, nampan plastik, sendok, gelas kecil dan
troli makanan untuk pasien klas 3.
b. Peralatan penyajian makan yang terdiri dari piring makan beling, piring lauk
melamin, mangkuk sayur melamin sendok, garpu, gelas panjang dan troli
makanan untuk pasien VIP, klas 1 dan klas 2.
c. Peralatan untuk asuhan gizi yang terdiri dari form permintaan makan pasien,
form skrining, form asuhan gizi, alat pengukur antropometri (LILA dan
pengukur TL), dan leaflet diet.
2. Fasilitas Penyelenggaraan Makanan
Bangunan instalasi gizi terletak di lantai 3 dekat ruang laundry dan CSSD.
Sarana fisik instalasi gizi RS Sahabat:
a. Penerangan dalam instalasi gizi menggunakan lampu.
b. Langit-langit tertutup.
c. Lantai menggunakan keramik sehingga mudah dibersihkan, tidak
membahayakan, tidak licin, tidak menyerap air.
d. Kran pencucian yang ada di instalasi gizi terdapat 3 buah yaitu 2 kran air
dingin dan 1 kran air panas
e. Watafel
8
b. Setelah dilakukan pengecekan (oleh koordinator) dan diberi etiket makan
dikonfirmasi ke ruang rawat kemudian di masukkan ke troli / kereta makan
yang bersih untuk didistribusikan ke ruang rawat dan langsung ke pasien.
c. Setelah 60 - 90 menit kemudian petugas gizi mengambil alat makan yang
kotor ke ruang rawat inap untuk di bawa ke ruang instalasi gizi dan langsung
dicuci sampai bersih.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari assesmen/ pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi, dan monitoring evaluasi pada klien/ pasien rawat jalan. Kegiatan ini
pada umumnya disebut konseling gizi dan dietetik atau edukasi/ penyuluhan gizi.
Proses komunikasi dilakukan dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian sikap serta perilaku sehingga membantu pasien mengatasi masalah
gizinya.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada klien atau pasien rawat jalan atau kelompok
dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai
jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
2. Sasaran
a. Pasien dan keluarga
9
b. Individu pasien yang datang atau dirujuk
3. Mekanisme Kegiatan
Konseling gizi : sesuai SPO Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
assesmen / pengkajian gizi,diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, konseling gizi serta monitoring dan
evaluasi gizi.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
2. Sasaran
a. Pasien rawat inap
b. Keluarga atau penunggu pasien rawat inap
3. Mekanisme Kegiatan
a. Skrining Gizi
1) Skrining gizi awal dilakukan oleh perawat menggunakan MST
2) Bila terdapat resiko malnutrisi dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)oleh Ahli Gizi
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar
1) Assesmen/ Pengkajian Gizi berdasarkan anamnesis riwayat gizi,biokimia,
antropometri, pemeriksaan fisik/klinis, dan riwayat personal.
2) Diagnosis Gizi dengan menentukan tiga (3) domain, yaitu :
a) Domain Asupan (Intake)
b) Domain Klinis
c) Domain Perilaku/ Lingkungan
3) Intervensi Gizi baik memenuhi kebutuhan gizinya maupun memberikan
edukasi sesuai dengan dietnya.
4) Monitoring dan Evaluasi Gizi, meliputi asupan makanannya dari rumah
sakit maupun dari luar rumah sakit, sisa makanannya, pemahaman
tentang dietnya terutama bagi pasien yang mau pulang.
4. Koordinator Pelayanan
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
b. Perawat
c. Dietisien
d. Farmasi
e. Tenaga Kesehatan lain
D. PENYELENGGARAAN MAKANAN
10
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dimulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanankepada
konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat.Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan
dan evaluasi.
1. Tujuan
Penyelenggaraan makanan dirumah sakit dilakukan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen
yang membutuhkannya.
2. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen/ pasien
maupun karyawan.Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar
masukan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode,
peralatan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan anggaran belanja
bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan, persiapan bahan makanan serta pengolahan makanan dan
pendistribusian makanan. Sedangkan standar keluaran (output)meliputi mutu
makanan dan kepuasan konsumen.
11
1) Membentuk tim kerja (dietisien, tenaga pengolah, tenaga pengawas
makanan)
2) Menetapkan macam menu
3) Menetapkan lama siklus menu (siklus menu 10 hari)
4) Menetapkan pola menu
5) Menetapkan besar porsi
6) Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan malam pada satu
putaran menu termasuk jenis makanan selingan
7) Merancang format menu
8) Melakukan penilaian menu dan merevisi
BAB V
LOGISTIK
12
A. TUJUAN
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan jumlah yang tepat
sesuai dengan pencernaan, menghemat waktu dan biaya pada saat pembelanjaan.
Peralatan yang ada di Instalasi gizi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan benda modal mahal, menengah, dan murah, serta disposable. Di Insatalasi
Gizi barang-barang tersebut antara lain :
1. Peralatan mahal : refrigerator, troli makan, komputer
2. Peralatan menengah : peralatan masak dan peralatan makan
3. Peralatan murah : peralatan tradisional
4. Peralatan disposible : plastik wrapping
Perencanaan dilakukan setahun sekali dengan mempertimbangkan golongan
tersebut, karena untuk alat makan lebih mudah rusak sehingga perlu dilakukan
peremajaan, dan hal ini harus diperhitungkan.
13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
konsumen (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular).
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan
minuman.Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor tersebut
berasal dari proses penanganan makanan, minuman yang disajikan rumah sakit tidak
menjadi rantai penularan penyakit (Ditjen PPM & PLP dan Ditjen Yanmedik, Depkes RI.
Jakarta 1988).
A. TUJUAN
2. Bangunan
a. Pintu-pintu tempat ruang dilengkapi peralatan anti lalat seperti tirai pintu
plastik
14
b. Fasilitas cuci tangan :
- Tersedia air yang mengalir
- Tersedia sabun dantissue towel
- Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, anti karat dan
permukaan halus
c. Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang
aman dari binatang pengganggu.
Prinsip penyehatan makanan meliputi bahan makanan, penjamah makanan dan cara
kerja yang dilakukan serta upaya pengendalian pertumbuhan kuman berbahaya.
15
Harus diketahui asal lokasinya secara pasti, tidak tercemar dari sampah atau
pupuk yang dipakai, bebas dari insektisida, pestisida, atau bahan kimia
lainnya.
b. Mutu bahan makanan
Harus dipilih bahan makanan yang bermutu baik, yaitu bahan makanan
segar dan aman, utuh, baik dan bergizi, misalnyautuh, tidak
berlubang/berulat, besar dan bentuk seragam, tidak busuk, tidak kotor dan
tidak layu, cukup masak/matang (untuk buah).
c. Cara penanganan bahan makanan, harus memperhatikan cara penanganan
yang tepat dan baik, misalnya :
- Dengan menggunakan kemasan yang memenuhi syarat
- Memperhatikan pengangkutan yang layak,dsb
16
9) Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian, kamar mandi
dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap waktu
10) Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan
c. Prosedur kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh
perilaku si penjamah makanan selama bekerja.Hal ini disebabkan karena
pegawai tidak bekerja sesuai prosedur kerja yang ada.
d. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada
makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan
pada jalur penanganan makanan dan minuman yang diperkirakan
memudahkan timbulnya bakteri dan fungsi. Titik-titik rawan dalam proses
penanganan makanan dan minuman adalah:
1) Proses pembersihan ruang dan pencucian alat masak
a) Pembersihan ruang dilakukan segera setelah proses
pekerjaan/penanganan selesai yang sesuai dengan prosedurnya.
Proses pembersihan meliputi ruang, lantai, dan langit-langit.
b) Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan
langkah sebagai berikutmembuang sisa makanan yang melekat pada
alat, bila perlu direndam air panas, disabun, dibilas dengan air/air
panas dan dikeringkan.
2) Proses pengangkutan makanan ke ruangan
Alat pengangkut makanan dan minuman yang dipakai dilengkapi dengan
tutup untuk menghindari debu diluar gedung dapur.Alat dibersihkan secara
periodik.
3) Proses penyajian makanan di ruang rawat
a) Alat-alat makanan yang akan dipakai untuk menyajikan makanan harus
dalam keadaan bersih (sudah dicuci dengan sabun/desinfektan dan
dibilas/direbus dengan air panas)
b) Tidak ada tanda-tanda vector (lalat, lipas, tikus) ataupun bekas jejaknya
diruangan dapur
c) Penyajian makanan kepada pasien harus dalam keadaan tertutup
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan
erat dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain, karena
pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman
dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan
sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak
diharapkan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat makanan dan
“melukai”karyawan/pengawas.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerjapetugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. TUJUAN
20
e. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat
tersebut sampai penuh
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU, MONITORINGDAN EVALUASI PELAYANAN GIZI
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi,
pedoman,standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang
ditetapkan.Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama.
21
Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif, sedangkan pengendalian tidak.
3. Evaluasi / Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen.Evaluasi ini
bertujuan untukmenilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki.Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu
bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
B. TUJUAN
22
pada setiaplangkah kegiatan yang dilakukan.Pelaporan dilakukan berkala sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi :
a. Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makanan
1) Buku menu pasien baru/yang berdiet khusus
2) Buku menu pasien baru makanan biasa
3) Rekapitulasi jumlah pasien yang menerima makan setiap 7 hari
23
3. Pengawasan Pihak ketiga
a. Tetapkan policy/kebijakan mutu bahan yang ingin dicapai
b. Buat surat perjanjian (komitmen), meliputi :
1) Menu makanan
2) Harga yang disepakati untuk kurun waktu tertentu
3) Metode pengiriman sesuai dengan jenis barang meliputi :
- Waktu pengiriman
- Jumlah pengiriman
- Cara pengiriman
- Tempat (wadah) untuk mengirim
4) Cara mengatasi komplain atau keluhan terhadap bahan yang dikirim
4. Pengendalian
a. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
1) Membuat standar untuk pelaksanaan, yaitu :
a) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan
b) Jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolak ukur) untuk
memudahkan pelaksanaan pengendalian, standar ini dapat berupa
peraturan, pembakuan instruksi yang dituangkan dalam bentuk
kebijaksanaan institusi
c) Standar kualitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk
d) Juga merupakan petunjuk dari apa yang sedang dikerjakan
dibandingkan dengan apa yang seharusnya dikerjakan
e) Standar prosedur. Berkenaan dengan cara/teknik yang ditetapkan
sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari dalam proses
penyelenggaraan makanan.
2) Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan.
3) Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-
benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. Bila
terjadi ketidaksamaan atau penyimpangan-penyimpangan yang
merupakan umpan balik (feed back) yang harus diperbaiki.
4) Menetapkan tindakan perbaikan, koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan pada
kegiatan terdahulu.
24
Untuk lebih jelasnya proses pengendalian dapat dilihat pada gambar berikut :
Skema Proses Pengendalian
Menetapkan Standar
Performance
Mengukur Performance
Performance>
BandingkanPerformance
Dari Standar
Dengan Standar
Performance<
Dari Standar
Mengadakan Tindakan
Perbaikan
25
c. Penghematan Penggunaan Tenaga
1) Menu yang disajikan harus sederhana dan spesifik
2) Gunakan bahan makanan setengah jadi
3) Buat standar performance dan produktivitas
4) Perencanaan dan taksiran tenaga yang dibutuhkan
5) Perencanaan staf harus tepat
6) Jadwal harus ketat dan tepat
7) Gunakan tenaga paruh waktu atau secara kontrak
8) Awasi kelebihan waktu
9) Gunakan peralatan yang tepat dan cukup
10) Sederhana setiap prosedur
11) Latih tenaga kerja untuk meningkatkan performance
12) Tanamkan disiplin pada pegawai
13) Gunakan catatan dengan tepat
14) Awasi pertukaran pegawai
15) Lakukan reorganisasi bila perlu
16) Perbaiki lay-out fasilitas
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai dan mengukur mutu
pelayanan gizi di Rumah Sakit Sahabat,adalah :
b. Rated Based
Misalnya :persentase pasien yang diare atau kurang gizi karena dukungan
makanan enteral, persentase diet yang dipesan sesuai dengan preskripsi.
27
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit, dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap di
rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Sahabat bertujuan untuk memberikan acuan
yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah
sakit yang tepat dan aman bagi pasien dan karyawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Selain itu, Buku Pedoman akan bermanfaat bagi pengelola pelayanan gizi Rumah
Sakit Sahabat dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan, perkembangan
pelayanan gizi yang holistik.
28