PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan dalam berbagai
aspek diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu
bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena
secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi dan umur harapan hidup.Semua itu lebih mudah dicapai bila
status kesehatan dan gizi baik.Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi
dalam keluarga maupunpelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka
harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya Rumah Sakit (RS).
1
B. VISI DAN MISI
1. Visi
Memberikan pelayanan gizi yang profesional.
2. Misi
1. Memberikan pelayanan gizi yang profesional terhadap seluruh pasien.
2. Mengutamakan kepuasan dan keselamatan pasien.
3. Mengikuti perkembangan ilmu dalam rangka meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petugas Instalasi Gizi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan pelayanan gizi profesional kepada klien / masyarakat yang
mempercayakan upaya kesehatannya, khususnya pelayanan gizi pada Rumah
Sakit Sahabat.
2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan petugas InstalasiGizi dalam melaksanakan tugasnya dalam
memberikan pelayanan gizi.
b. Memberikan pedoman agarsemua petugas InstalasiGizidapat bekerja
berdasarkan Visi, Misi, dan Tujuan Instalasi Gizi Rumah Sakit Sahabat.
c. Memenuhi kebutuhan tenaga gizi profesional dalam pelayananRumah Sakit
Sahabat.
d. Memenuhi sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanangizi Rumah
Sakit Sahabat.
e. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan semua unit terkait yang ada di
Rumah Sakit Sahabat
f. Memperoleh pengakuan standar nasional dan internasional dalam hal
kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Sahabat.
2
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan gizi di Rumah Sakit Sahabat meliputi tiga (3) kegiatan
pokok, yaitu :
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
E. BATASAN OPERASIONAL
3
5. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap dan pengunjung poliklinik.
6. Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien/pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan agar
klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah
disusun.
7. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
9. Prekripsi Diet atau Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya.Prekripsidiet dibuat oleh dokter, sedangkan rencana dietdibuat
olehnutrisionis / dietisien.
10. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua)
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah
gizi,dilaksanakan oleh nutrisionis / dietisien.
11. Nutritionisadalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenanguntuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat
maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar
akademi gizi.
12. Dietisien adalah seseorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun atau yang mendapat
sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit
pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
13. Food Model adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari
sintetis atau asli yang diawetkan dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
4
14. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.
15. Nutrition Related Disease adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
16. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standard memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
F. LANDASAN HUKUM
6
BAB II
KETENAGAAN PGRS
Pelayanan gizi di rumah sakit harus mengacu pada standar The Join Comission
International (JCI) for Hospital Accreditation.Semakin baik pelayanan gizi yang diberikan,
maka semakin baik pula standard akreditasi rumah sakit tersebut.Hal ini dapat terlaksana
bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan pelayanan seperti yang
diatur dalam Permenkes No.26 Tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktek Tenaga Gizi.Selain itu, juga dibutuhkan tenagapendukung meliputi tenaga jasa
boga, logistik,pranata komputer, tenaga administrasi maupun tenaga lainnya dalam
kualitas dan kuantitas yang memadai.
7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN DAN JOB DISCRIPTION
1. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kerja di Instalasi Gizi Rumah Sakit Sahabat sebanyak5 orang, terdiri dari
:
a. Tenaga Fungsional Gizi berjumlah 2 orang
b. Tenaga Non Fungsional berjumlah 4 orang (juru masak dan distribusi)
Distribusi tenaga fungsional gizi sebanyak 1 orang adalah sebagai berikut :
No Jabatan Jumlah Keterangan
1 Kepala Instalasi Gizi 1 Koordinator Pelayanan Gizi Klinik
Koordinator Penyelenggaraan
Makanan
2. Job Discription
a. Tenaga Fungsional
1) Kepala Instalasi Gizi : memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di
Rumah Sakit Sahabat dan bertanggung jawab kepada Kepala Rumah
Sakit.
2) Koordinator : mengkoordinir kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Gizi.
3) Dietesien : melaksanakan kegiatan gizi klinik dan menejemen yang ada
dalam pelayanan gizi dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi
Gizi.
8
b. Tenaga Non Fungsional
1) Juru Masak Pagi : Memasak untuk makan pagi dan melakukan
persiapan untuk makan siang.
2) Juru Masak Siang : Memasak untuk makan siang dan melakukan
persiapan untuk makan sore.
3) Juru Masak Sore : Memasak untuk makan sore dan melakukan
persiapan untuk makan pagi esoknya.
4) Distribusi Pagi : Menata makan pagi, distribusi ke ruangan sampai ke
tangan pasien untuk makan pagi, snack pagi dan makan siang.
Mengambil alat makan sisa makan sore sebelumnya, makan pagi hari
itu, makan siang kemudian mencucinya. Membersihkan
ruangan,mengepel, membuang sampah dapur.
5) Distribusi Sore: Mengambil alat makan sisa makan siang dan
mencucinya. Menata makan sore, distribusi snack sore ke ruangan
sampai ke tangan pasien. Membersihkan ruangan, mengepel lantai dan
membersihkan troli makanan sebelum pulang.
C. PENGATURAN JAGA
9
4. Apabila oleh karena sakit karyawan tidak dapat masuk sesuai jadwal, maka
harus :
a. Membuat surat ijin (bila sakitnya 1 hari)
b. Menyertakan surat dokter (bila sakitnya ≥ 2 hari)
c. Pengganti diatur oleh Kepala Instalasi Gizi
5. Apabila oleh karena suatu hal karyawan tidak dapat masuk sesuai jadwal namun
masih bisa masuk pada hari itu (tukar jadwal), maka harus memberitahukan
sebelumnya kepada Kepala Instalasi Gizi minimal 2 jam sebelumnya.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Denah terlampir.
B. STANDAR FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap maupun penyelenggaraan makanan.
12
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari assesmen/ pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi, dan monitoring evaluasi pada klien/ pasien rawat jalan. Kegiatan ini
pada umumnya disebut konseling gizi dan dietetik atau edukasi/ penyuluhan gizi.
Proses komunikasi dilakukan dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian sikap serta perilaku sehingga membantu pasien mengatasi masalah
gizinya.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada klien atau pasien rawat jalan atau kelompok
dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai
jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, sesuai dengan
kondisi kesehatannya.
2. Sasaran
a. Pasien dan keluarga
b. Individu pasien yang datang atau dirujuk
13
3. Mekanisme Kegiatan
Konseling gizi : sesuai SPOPelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
assesmen / pengkajian gizi,diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, konseling gizi serta monitoring dan
evaluasi gizi.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
2. Sasaran
a. Pasien rawat inap
b. Keluarga atau penunggu pasien rawat inap
3. Mekanisme Kegiatan
a. Skrining Gizi
1) Skrining gizi awal dilakukan oleh perawat menggunakan MST
2) Bila terdapat resiko malnutrisi dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)oleh Ahli Gizi
b. Proses Asuhan Gizi Terstandar
1) Assesmen/ Pengkajian Gizi berdasarkan anamnesis riwayat gizi,biokimia,
antropometri, pemeriksaan fisik/klinis, dan riwayat personal.
2) Diagnosis Gizi dengan menentukan tiga (3) domain, yaitu :
a) Domain Asupan (Intake)
b) Domain Klinis
c) Domain Perilaku/ Lingkungan
3) Intervensi Gizi baik memenuhi kebutuhan gizinya maupun memberikan
edukasi sesuai dengan dietnya.
14
4) Monitoring dan Evaluasi Gizi, meliputi asupan makanannya dari rumah
sakit maupun dari luar rumah sakit, sisa makanannya, pemahaman
tentang dietnya terutama bagi pasien yang mau pulang.
4. Koordinator Pelayanan
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
b. Perawat
c. Dietisien
d. Farmasi
e. Tenaga Kesehatan lain
D. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Tujuan
Penyelenggaraan makanan dirumah sakit dilakukan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen
yang membutuhkannya.
2. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen/ pasien
maupun karyawan.Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar
masukan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode,
peralatan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan anggaran belanja
bahan makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan, persiapan bahan makanan serta pengolahan makanan dan
pendistribusian makanan. Sedangkan standar keluaran (output)meliputi mutu
makanan dan kepuasan konsumen.
15
3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi
gizi atau unit pelayanan gizi di Rumah Sakit.Sistem penyelenggaraan makanan
dilakukan oleh pihak Rumah Sakit sendiri secara penuh, dikenal juga sebagai
Swakelola.
Dengan memilih sistem Swakelola, maka instalasi atau unit pelayanan gizi
bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan
makanan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
17
c. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Pengertian :
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan bahan
makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan.
Tujuan :
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien
dalam satu tahun anggaran.
Persyaratan :
1) Adanya kebijakan rumah sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya siklus menu
6) Tersedianya data jumlah konsumen atau pasien yang dilayani
Langkah Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
1) Menentukan jumlah pasien dengan mengacu pada DPMP
2) Menentukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat berat kotor
3) Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu
4) Menghitung dengan menggunakan rumus:
∑ Pasien X Berat Kotor X Kerap Pemakaian
d. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pengertian :
Pemesanan adalah penyusunan permintaan atau order bahan makanan
berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen atau
pasien yang dilayani.
Tujuan :
Tersedianya daftar belanja bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi
yang ditetapkan.
Persyaratan :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
2) Adanya surat perjanjian dengan bagian rekanan
3) Adanya spesifikasi bahan makanan
4) Adanya daftar belanja bahan makanan
5) Tersedianya dana
18
Langkah Pemesanan Bahan Makanan :
1) Petugas Instalasi Gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan
untuk esok hari dengan cara standar porsi dikali jumlah pasien
2) Petugas Instalasi Gizi memesankan bahan makanan basah ke rekanan
sesuai dengan permintaan juru masak (harian)
3) Petugas Instalasi Gizi merekap kebutuhan bahan makanan kering
(mingguan) dan menyerahkan ke Bagian Manage untuk pengadaan
4) Juru masak mengambil bahan makanan kering yang telah disediakandan
bahan makanan basah yang telah dipesankan
e. Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan
1. Penerimaan Bahan Makanan
Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan / penelitian, pencatatan
pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesananserta spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tujuan :
Untuk mendapatkan bahan makanan sesuai dengan daftar belanja, waktu
pesan dan spesifikasi yang ditetapkan.
Persyaratan :
1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam
dan jumlah bahan makanan yang akan diterima
2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan
Langkah Penerimaan Bahan Makanan :
1) Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan
2) Bahan makanan dimasukkan ke lemari penyimpanan sesuai dengan
jenis barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Pengertian :
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah kualitas dan
keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan makanan
kering, dingin atau beku.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai kebutuhan.
19
Persyaratan :
1) Adanya sistem penyimpanan bahan makanan
2) Tersedianya tempat penyimpanan bahan makanan kering dan basah
Langkah Penyimpanan Bahan Makanan :
1) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima segera dibawa
ke tempat penyimpanan atau tempat pendingin
2) Apabila bahan makanan akan langsung digunakan, setelah ditimbang
dan periksa oleh juru masak setempat, langsung diolah sesuai
kebutuhan
Syarat Ruang Penyimpanan Bahan Makanan (Gudang) :
1) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam,
golongan, ataupun urutan pemakaian bahan makanan
2) Menggunakan bahan yang diterima terdahulu (FIFO=First In First Out),
untuk mengetahui bahan yang diterima diberi tanda tanggal
penerimaan
3) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat, dan tidak berlubang.
4) Diletakkan dalam lemari bahan makanan yang cukup kuat dan tidak
menempel pada dinding
5) Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-21°C
6) Pembersihan ruangan secara periodik dua kali seminggu
Syarat Penyimpanan Bahan Makanan Segar :
Karena bahan makanan segar mudah sekali rusak dalam suhu tinggi atau
sinar matahari, maka bahan makanan ini harus disimpan dalam tempat
yang dingin sesuai dengan suhu yang diperlukan.
Adapun beberapa syarat penyimpanan di ruangan atau lemari pendingin :
1) Suhu tempat harus benar-benar sesuai dengan keperluan bahan
makanan agar tidak menjadi rusak
2) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan
lemari es/ ruangan pendingin dilakukan sekali seminggu
3) Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi
pengerasan. Pada beberapa tipe lemari es tertentu pencairan terdapat
alat otomatis di dalam alat pendingin tersebut
4) Semua bahan makanan yang akan dimasukkan ke lemari/ ruangan
pendingin sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah
20
5) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama
bahan makanan yang tidak berbau
6) Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul
diperhatikan. Untuk buah-buahan ada yang tidak memerlukan
pendingin, perhatikan sifat buah tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam ruang atau lemari pendingin.
Suhu dan Lama Penyimpanan BahanMakanan Mentah / Segar
Lama Waktu Penyimpanan
No Jenis Bahan Makanan
<3 hari ≤1 minggu > 1 minggu
1 Daging, Ikan, Udang dan hasil -5 - 0C -10 – (-5)C <-10C
olahnya
2 Telur, Buah dan hasil olahnya -5 - 7C -5 - 0C <-5C
3 Sayur, Buah dan Minuman 10C 10C 10C
4 Tepung dan Biji-bijian 25C 25C 25C
Sumber : Depkes RI. Penyehatan Makanan/Minuman, Dalam Seri Sanitasi Rumah Sakit.
Ditjen PPM & PLP dan Ditjen Yanmed, Depkes RI, Jakarta, 1998
Tujuan :
21
1) Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
2) Meningkatkan nilai cerna
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan
4) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh
Persyaratan :
1) Tersedianya siklus menu
2) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
3) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
4) Tersedianya prosedur tetap pengolahan
Macam Proses Pemasakan :
1) Pemasakan dengan Medium Udara, seperti :
a) Membakar/mengepan yaitu memasak bahan makanan dalam oven
sehingga menjadi kering atau kecoklatan.
b) Memanggang yaitu memasak bahan makanan langsung di atasbara api
sampai kecoklatan dan mendapat lapisan yang kuning.
2) Pemasakan dengan Menggunakan Medium Air, seperti :
a) Merebus yaitu memasak dengan banyak air, pada dasarnya ada 3 cara
dalam merebus, yaitu :
- Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk
merebus sayuran
- Api sedang untuk memasak santan dan berbagai masakan sayur
- Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang
memerlukan waktu lama
b) Menyetup yaitu memasak dengan sedikit air.
- Mengetim : memasak dalam tempat yang dipanaskan dengan air
mendidih
- Mengukus : memasak dengan uap air mendidih. Air pengukus tidak
boleh mengenai bahan yang dikukus
- Menggunakan tekanan uap yang disebut steam cooking. Panasnya
lebih tinggi daripada merebus
22
3) Pemasakan dengan Menggunakan Lemak, seperti :
Menggoreng : memasukkan bahan makanan dalam minyak banyak atau
dalam mentega/margarine sehingga bahan menjadi kering dan dapat
warna kuning kecoklatan.
4) Pemasakan Langsung melalui Dinding Panci
a) Dinding alat langsung dipanaskan seperti membuat kue wafel
b) Menyangrai : Menumis tanpa minyak, biasanya dilakukan untuk
kacang, kedelai, dsb.
5) Pemasakan dengan Kombinasi, seperti :
Menumis : memasak dengan sedikit minyak / margarine untuk membuat
layu atau setengah masak dan ditambahkan air sedikit dan ditutup.
6) Pemasakan dengan Elektromagnetik :
Memasak dengan menggunakan energi dari gelombang elektromagnetik
misalnya memasak dengan menggunakan oven microwave.
h. Pendistribusian
Pengertian :
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani
(makanan biasa maupun makanan khusus).
Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Persyaratan :
1) Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut
standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika
2) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3) Adanya peraturan pengambilan makanan
4) Adanya form permintaan makan
5) Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien / kebutuhan
konsumen
6) Tersedianya peralatan makanan
7) Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8) Tersedianya tenaga pramusaji
9) Adanya jadwal pendistribusan makanan di dapur utama
23
BAB V
LOGISTIK
A. TUJUAN
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan jumlah yang tepat
sesuai dengan pencernaan, menghemat waktu dan biaya pada saat pembelanjaan.
1. Penentuan Kebutuhan
a. Bahan Makanan Basah
Penentuan kebutuhan bahan makanan basah dilakukan setiap hari sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan jumlah dan jenis pasien pada hari itu
(pemesanan hari ini adalah untuk kebutuhan esok siang, sore dan lusa pagi).
24
b. Bahan Makanan Kering
Penentuan kebutuhan bahan makanan kering dilakukan setiap 10 hari sekali
dengan memperhitungkan stok (persedian bahan).
Peralatan yang ada di Instalasi gizi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan benda modal mahal, menengah, dan murah, serta disposable. Di Insatalasi
Gizi barang-barang tersebut antara lain :
1. Peralatan mahal : freezer box, refrigerator, troli makan, komputer
2. Peralatan menengah : peralatan masak dan peralatan makan
3. Peralatan murah : peralatan tradisional
4. Peralatan disposible : sendok plastik, plastik wrapping
Perencanaan dilakukan setahun sekali dengan mempertimbangkan golongan
tersebut, karena untuk alat makan lebih mudah rusak sehingga perlu dilakukan
peremajaan, dan hal ini harus diperhitungkan.
25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum
makan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
konsumen (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular).
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan
minuman.Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor tersebut
berasal dari proses penanganan makanan, minuman yang disajikan rumah sakit tidak
menjadi rantai penularan penyakit (Ditjen PPM & PLP dan Ditjen Yanmedik, Depkes RI.
Jakarta 1988).
A. TUJUAN
2. Bangunan
a. Pintu-pintu tempat ruang persiapan dan masak harus dibuat membuka /
menutup sendiri (self closing door), dilengkapi peralatan anti lalat seperti
kasa, tirai pintu rangkap, dll.
b. Fasilitas cuci tangan :
- Terletak diluar ruang ganti pakaian, WC/ kamar mandi
- Tersedia air yang mengalir
- Tersedia sabun dantissue towel
- Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, anti karat dan
permukaan halus
c. Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang
aman dari binatang pengganggu.
27
d. Peralatan yang kontak dengan makanan, harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
- Permukaan utuh (tidak cacat dan mudah dibersihkan)
- Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat asam/basa, atau garam-
garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
- Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan,
misalnya Timah hitam (Pb), Arsenium (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Cadmium (Cd) dan Antimony (Stibium)
- Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup
Prinsip penyehatan makanan meliputi bahan makanan, penjamah makanan dan cara
kerja yang dilakukan serta upaya pengendalian pertumbuhan kuman berbahaya.
28
Untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam
penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga penjamah yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
1) Bukti sehat diri dan bebas penyakit
2) Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular scabies ataupun luka
bakar
3) Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
4) Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodik
5) Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat
6) Mengetahui tehnik dan cara menerapkan higiene dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan
7) Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
b. Perilaku, kebiasaan dan sikap bekerja
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan adalah :
1) Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja, setiap
keluar dari WC, sesudah menjamah bahan yang kotor
2) Sebelum dan selama bekerja tidak menggaruk kepala, muka, hidung dan
bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan kuman
3) Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minum bila batuk
atau bersin
4) Pergunakan masker/tutup hidung dan muka bila diperlukan
5) Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang
ditetapkan, sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun
tingkat pemasakan
6) Jangan sekali-kali menjamah makanan yang sudah masak,
menggunakan sendok, garpu atau alat lainnya
7) Makan di ruang makan yang disediakan
8) Merokok tidak boleh diruang kerja
9) Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian, kamar mandi
dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap waktu
10) Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan
c. Prosedur kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh
perilaku si penjamah makanan selama bekerja.Hal ini disebabkan karena
pegawai tidak bekerja sesuai prosedur kerja yang ada.
29
Contoh bekerja sesuai prosedur, misalnyasehabis bekerja, pegawai harus
mencuci alat (panci sebagaimana mestinyadan alat tersebut langsung
diletakkan dalam rak penyimpanan alat). Bila panci tersebut akan dipakai lagi
pegawai harus yakin bahwa panci tersebut bersih. Bila kotor dengan
sendirinya pegawai akan mencuci dulu sebelum digunakan.
d. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada
makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan
pada jalur penanganan makanan dan minuman yang diperkirakan
memudahkan timbulnya bakteri dan fungsi. Titik-titik rawan dalam proses
penanganan makanan dan minuman adalah:
1) Proses pembersihan
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman yang
membusuk setelah proses pembersihan bahan.
2) Proses persiapan bahan makanan
Pada proses ini hendaknya :
- Tersedia air bersih yang cukup
- Kran-kran air dan saluran ruangan persiapan dalam keadaan bersih
- Tersedianya tempat penampungan sampah sementara yang kuat dan
mudah dibersihkan/dilapisi kantong plastik
3) Proses penyimpanan
Proses ini tidak akan mengalami kerawanan pada :
a) Penyimpanan bahan mentah
Bahan mentah disimpan dalam ruang/tempat yang terpisah dari ruang
makanan terolah yang suhunya diatur sesuai dengan yang seharusnya.
b) Penyimpanan bahan terolah
Bahan terolah disimpan dalam ruang/tempat yang terpisah dari ruang
makanan terolah yang suhunya diatur sesuai dengan yang seharusnya.
- Penyimpanan makanan terolah yang tidak cepat membusuk dan
dalam keadaan tertutup dilakukan pada suhu 10C
- Penyimpanan makanan terolah yang cepat membusuk harus
disimpan pada suhu 4C selama 6 jam, jika > 6 jam harus disimpan
pada suhu -5C sampai 0C
4) Proses pemasakan dan penghangatan makanan
30
Untuk kepentingan pengolahan biasanya bahan makanan diproses
dengan bantuan panas sesuai dengan tehnik/cara
pemasakannya,sehingga tidak memungkinkan kuman tumbuh dan
berkembang biak.
5) Proses pembersihan ruang dan pencucian alat masak
a) Pembersihan ruang dilakukan segera setelah proses
pekerjaan/penanganan selesai yang sesuai dengan prosedurnya.
Proses pembersihan meliputi ruang, lantai, dan langit-langit.
b) Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan
langkah sebagai berikutmembuang sisa makanan yang melekat pada
alat, bila perlu direndam air panas, disabun, dibilas dengan air/air
panas dan dikeringkan.
6) Proses pengangkutan makanan ke ruangan
Alat pengangkut makanan dan minuman yang dipakai dilengkapi dengan
tutup untuk menghindari debu diluar gedung dapur.Alat dibersihkan
secara periodik.
7) Proses penyajian makanan di ruang rawat
a) Alat-alat makanan yang akan dipakai untuk menyajikan makanan harus
dalam keadaan bersih (sudah dicuci dengan sabun/desinfektan dan
dibilas/direbus dengan air panas)
b) Tidak ada tanda-tanda vector (lalat, lipas, tikus) ataupun bekas jejaknya
diruangan dapur
c) Penyajian makanan kepada pasien harus dalam keadaan tertutup
31
4. Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan, misalnya uji
sanitasilantai, dinding, dsb.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan
erat dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain, karena
pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman
dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan
sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak
diharapkan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat makanan dan
“melukai”karyawan/pengawas.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerjapetugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. TUJUAN
33
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja,
karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam
5. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap
dalam kondisi yang layak pakai
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7. Adanya pendidikan mengenai keselamatan bagi pegawai
8. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan pertolongan pertama yang cukup
9. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
34
a. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya
gunakan pisau, golok, parutan kelapa dengan baik, dan jangan bercakap-
cakap selama menggunakan alat tersebut
b. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan / mengolah bahan makanan
c. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya
d. Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya
e. Menggunakan serbet sesuai macam dan peralatan yang akan dibersihkan
f. Berhati-hatilah jika membuka dan menutup menyalakan atau mematikan
mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya
g. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
h. Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya
i. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi
yang ditetapkan
j. Tidak memuat kereta makan melebihi kapasitasnya
k. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
l. Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan
pengisiannya
m. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh
n. Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah
atau makanan tersebut tercampur
o. Perhatikan porsi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
35
a. Baju kerja, celemek dan tutup kepala terbuat dari bahan yang tidak panas,
tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai
sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur(jangan
menggunakansepatu yang berhak tinggi)
c. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dsb.
d. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baikdi tempat yang
mudah dijangkau
e. Tersedia alat/obat P3K
36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU, MONITORINGDAN EVALUASI PELAYANAN GIZI
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi,
pedoman,standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang
ditetapkan.Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama.
Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan
administratif, sedangkan pengendalian tidak.
3. Evaluasi / Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen.Evaluasi ini
bertujuan untukmenilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki.Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu
bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
B. TUJUAN
39
d. Untukmemudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan kontainer/panci
yang standar dan bentuk sama
e. Untukmendapatkan porsi yang tetap (tidak berubah-ubah) harus digunakan
standar porsi dan standar resep
3. Pengawasan Harga
a. Tetapkan policy/kebijakan keuangan yang ingin dicapai
b. Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk
pengawasan
1) Pencatatan pemasukan, penerimaan bahan makanan harian setiap
putaran menu dan bulanan
2) Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan
makanan untuksetiap putaran menu dan bulanan
3) Perhitungan stok bahan makanan akhir
4) Rekapitulasi jumlah pasien yang menerima makan setiap putaran menu
c. Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai
rupiahnya setiap saat pada periode tertentu yang telah ditentukan
d. Hitung biaya per porsi atau biaya per orang per hari (unit cost)
5. Pengendalian Biaya
40
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola
mencoba mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dimaksud disini yaitu biaya makan.Biaya bahan
makanan dapat meningkat atau menurun dari harga yang diperkirakan. Oleh
karena itu, biaya makanan dapat dikendalikan melalui berbagai cara, seperti
menukar, dan mengubah atau mengganti bahan makanan dengan bahan
makanan lain. Pengendalian biaya ini merupakan proses yang berkelanjutan dan
melibatkan aktivitas-aktivitas seperti perencanaan menu, pembelian
(pemesanan), penerimaan, pengolahan, dan juga tenaga atau personelnya.
a. Tujuan Pengendalian Biaya Makanan
1) Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan
2) Menilai harga penawaran bahan makanan
3) Mencegah sisa bahan makananyang tidak efisien
4) Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi
5) Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan
makanan
b. Cara Pengendalian Biaya
1) Kembangkan kebijakan keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung pada
tujuan dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan persentase dari
makanan, tenaga dan biaya overhead lainnya yang dapat dicapai.
2) Kembangkan pengendalian secara rutin. Pengendalian kegiatan harus
mencakup prosedur kerja karyawan dan pemeriksaan menyeluruh mulai
dari perencanaan menu, pembelian, penerimaan, penyimpanan,
pengeluaran, produksi, distribusi serta penyajian/penjualan.
3) Pengendalian pada pos kegiatan. Hal ini berkaitan dengan laporan biaya
makan, perhitungan hasil, dan mengambil tindakan perbaikan jika
diperlukan.
c. Kendala dalam Pengendalian Biaya Makan
1) Banyak menggunakan bahan makanan yang mudah rusak
2) Banyaknya volume kegiatan yang tidak dapat diperkirakan sehingga sulit
membuat perkiraan jumlah makanan (secara tepat) yang harus disiapkan
3) Tidak stabilnya kondisi pasar sehingga dapat mempengaruhi harga bahan
makanan
4) Banyaknya variasi makanan yang harus diproduksi
41
d. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
1) Membuat standar untuk pelaksanaan, yaitu :
a) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan
b) Jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolak ukur) untuk
memudahkan pelaksanaan pengendalian, standar ini dapat berupa
peraturan, pembakuan instruksi yang dituangkan dalam bentuk
kebijaksanaan institusi
c) Standar kualitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk
d) Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mengukur biaya lain. Hal ini berguna dalam
menghitung daya guna dari suatu pelaksanaan yang dibandingkan
dengan biaya sebenarnya.
e) Juga merupakan petunjuk dari apa yang sedang dikerjakan
dibandingkan dengan apa yang seharusnya dikerjakan
f) Standar prosedur. Berkenaan dengan cara/teknik yang ditetapkan
sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari dalam proses
penyelenggaraan makanan.
2) Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan.
3) Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-
benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. Bila
terjadi ketidaksamaan atau penyimpangan-penyimpangan yang
merupakan umpan balik (feed back) yang harus diperbaiki.
4) Menetapkan tindakan perbaikan, koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan pada
kegiatan terdahulu.
42
Untuk lebih jelasnya proses pengendalian dapat dilihat pada gambar berikut :
Skema Proses Pengendalian
Menetapkan Standar
Performance
Mengukur Performance
Performance>
BandingkanPerformance
Dari Standar
Dengan Standar
Performance<
Dari Standar
Mengadakan Tindakan
Perbaikan
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai dan mengukur mutu
pelayanan gizi di Rumah Sakit Sahabat,adalah :
b. Rated Based
Misalnya :persentase pasien yang diare atau kurang gizi karena dukungan
makanan enteral, persentase diet yang dipesan sesuai dengan preskripsi.
44
2. Indikator Berdasarkan Pelayanan yang Diberikan
a. Indikator Proses
Misal :
persentase pasien beresiko gizi yang mendapat assesmen gizi,persentase
makanan yang tidak dimakan.
persentase pasien yang diassesmen gizi dan ditindaklanjuti dengan PAGT
oleh dietesien dalam waktu 48 jam.
b. Indikator Struktur
Misal :
persentase penilaian dan evaluasi status gizi oleh Ahli Gizi.
persentase higiene sanitasi, personal higiene dan keselamatan kerja yang
sesuai dengan standar.
c. Indikator Outcome
Misal :
persentase pasien obesitas yang turun berat badannya2 kg/bulan setelah
konseling gizi.
46
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit, dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap di
rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Sahabat bertujuan untuk memberikan acuan
yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah
sakit yang tepat dan aman bagi pasien dan karyawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Selain itu, Buku Pedoman akan bermanfaat bagi pengelola pelayanan gizi Rumah
Sakit Sahabat dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan, perkembangan
pelayanan gizi yang holistik.
Ditetapkan di : Watukosek
Pada Tanggal : Agustus 2017
47