Anda di halaman 1dari 8

LUKA BAKAR

A. DEFINISI
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan
sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi
dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung
jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat
luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan
epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir
sistem persarafan.

Luka bakar pada awalnya biasanya steril, namun kematian yang timbul dari luka bakar
yang luas biasanya disebabkan oleh infeksi pada luka dan septikemia karena status
immunocompromised pada pasien dengan luka bakar. Selain terjadinya infeksi dan sepsis, pada
luka bakar yang luas juga dpat menyebabkan syok karena terjadinya peningkatan permeabilitas
kapiler1.

B. ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal:

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya. Luka bakar termal yang disebabkan oleh kobaran api dan air panas adalah penyebab
terbanyak, dengan presentase 80% di antara penyebab-penyabab luka bakar suhu tinggi yang
lain. Pada luka bakar suhu tinggi dengan luas 20% dari TBSA atau lebih dapat menyebabkan
komplikasi berupa respon sistemik berupa burn shock2.

2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)


Luka bakar kimia adalah luka bakar yang disebabkan oleh paparan dari bahan kimia yang biasa
ditemukan di rumah, tempat kerja atau lingkungan sekitar. Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali. Berikut bahan kimia yang dapat menyebabkan luka
bakar kimia3,4:
Asam : sulfur, nitrit, hidroklorik, asam sestat, forfor
Basa : sodium dan potasium hidroksida, kalsium hidroksida, fosfat, salisilat, sodium karbonat
Oksidan : pemutih seperti klorit, peroksida, kromat,
Lain -lain : fosfor, logam, zat pewarna rambut

3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan
terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan
sumber arus maupun grown5.

Luka bakar elektrik dibedakan menjadi voltase tinggi (v>1000), voltase rendah (v<1000)
dan luka bakar sengatan listrik. Luka bakar voltase tinggi biasanya terjadi pada pekerja seperti
pekerja di bidang industri. Sedangkan luka bakar voltase rendah buasanya terjadi pada
lingkungan rumah6.

4. Luka bakar radiasi


Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi7.

Efek dari radiasi tergantung pada faktor host dan faktor dari radiasi itu sendiri. Host factor
meliputi umur, faktor komorbid seprti diabetes mellitus dan obesitas, abnormalitas genetik.
Sedangkan faktor yang berhubungan dengan radiasi adalah tipe radiasi, kuatnya energi radiasi,
penetrasi dan power dari ion, serta dosis radiasi8.

C. PATOFISIOLOGI
Secara umum berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar,
area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit
sebelumnya. Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi, atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan
luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya.
Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.

Luka bakar yang luas akan menginduksi respon sistemik. Di antaranya inflamasi,
hipermetabolik, musle wasting, resisten insulin. Terdapat dua tahap dalam resusitasi luka bakar
yaitu fase hipodinamik dan fase hiperdinamik. Pada fase hipodinamik terjadi peningkatan
permeabilitas vaskular, ekstravasasi cairan ekstravaskular, dan edema. Tujuan pada fase ini
adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan perfusi jaringan dan mencegah terjadinya
iskemia, hipovolemi dan syok seluler. Fase hiperdinamik dan hipermetabolik dimulai pada 24
hingga 72 jam setelah onset luka. Fase ini ditandai dengan adanya penurunan permeabilitas
vaskular, peningkatan denyut jantung, penurunan resistensi vaskular perifer yang
meningkatkan cardiac output. Pada fase ini interitas mikrovaskular mulai membaik dan aliran
darah perifer bertambah karena adanya penurunan resitensi vaskular sistemik dengan
pengaliran kembali darah ke area luka bakar9.

Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara
massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler,
yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam
jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan
hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan cairan10.

Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon
dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik.
Takikardia dan takipnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi
filtrasi glomerulus dan oliguri. Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ
vital dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital10.

Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme dimana terjadi peningkatan
temperatur dan metabolisme. Hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk
kebutuhan metabolik, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan
injury jaringan.
Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian
akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat
terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang
rusak. Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat
yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam
kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana
secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.

D. LUAS LUKA BAKAR


Wallace membagi tubuh atas 9 % atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine
atau rule of Wallace. Telapak tangan penderita dianggap luas 1%. Bila ditemukan luas luka
bakar yang luasnya tidak sampai seluas telapak tangan penderita dilaporkan sebagai luas 1%11.

1. Kepala dan leher 9%


2. Lengan kiri 9%
3. Lengan kanan 9%
4. Perut 9%
5. Bokong/pinggang 9%
6. Dada 9%
7. Punggung 9%
8. Tungkai atas kiri 9%
9. Tungkai atas kanan 9%
10. Tungkai bawah kiri 9%
11. Tungkai bawah kanan 9%
12. Genitalia 1%

Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder
untuk anak.

Luas luka bakar menurut Lund dan Browder12:


Area luka bakar 0-1 1-4 5-9 10-14 15
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Kepala 19 17 13 11 9

Leher 2 2 2 2 2

Dada 13 13 13 13 13

Punggung 13 13 13 13 13

Lengan kanan atas 4 4 4 4 4

Lengan kiri atas 4 4 4 4 4

Lengan kanan
3 3 3 3 3
bawah

Lengan kiri bawah 3 3 3 3 3

Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genetalia 1 1 1 1 1

Bokong kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Bokong kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9

Tungkai kanan 5 5 5,5 6 6,5

Tungkai kiri 5 5 5,5 6 6,5

Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Tabel 1. Luas luka bakar menurut umur

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:

1. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh


2. Kedalaman luka bakar
3. Anatomi/lokasi luka bakar
4. Umur penderita
5. Riwayat pengobatan yang lalu
6. Trauma yang menyertai atau Bersama
DAFTAR PUSTAKA
1. Tiwari VK. 2012. Burn wound : How it differs from other wounds?. Indian journal of
plastic surgery : 45(2): 364-373

2. Rowan MR et al. 2015. Burn wound healing and treatment : a review and advancements.
Critical care : page 1-8

3. Stone Ii R, Natesan S, Kowalczewski CJ, Mangum LH, Clay NE, Clohessy RM, Carlsson
AH, Tassin DH, Chan RK, Rizzo JA, Christy RJ. Advancements in Regenerative Strategies
Through the Continuum of Burn Care. Front Pharmacol. 2018;9:672. [PMC free article]
[PubMed]

4 Malisiewicz B, Meissner M, Kaufmann R, Valesky E. [Physical and chemical


emergencies in dermatology]. Hautarzt. 2018 May;69(5):376-383. [PubMed]

5. Waldmann, V., Narayanan, K., Combes, N., & Marijon, E. (2017). Electrical injury.
BMJ, j1418. doi:10.1136/bmj.j1418
6. Aghakhani, K., Heidari, M., Tabatabaee, S. M., & Abdolkarimi, L. (2015). Effect of
current pathway on mortality and morbidity in electrical burn patients. Burns, 41(1), 172–
176.
7. Thompson AE. 2015. Suntan and Sunburn. Jama : 314(6), 638

8. Waghmare, C. M. (2013). Radiation burn—From mechanism to management. Burns,


39(2), 212–219. doi:10.1016/j.burns.2012.09.012

9. Nielson CB et al. (2017). Burns : Pathophysiology of Systemic Complications and Current


Management. American Burn Association

10. Sojka J. (2019 ). Burn Shock and Resuscitation : Many Priorities, One Goal. Intech Open

11. Bolenbaucher R et al. 2016. Burn Clinical Practice Guideline. TETAF

12. Murari, A. (2017). A mi=odified Lund and Browder chart. Indian Journal of Plastic
Surgery, 50(2), 220

Anda mungkin juga menyukai