Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Tindakan Transurethral Resection of The Prostate 

(TURP) untuk Penanganan


Pembesaran Prostat Jinak

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dikenal dengan pembesaran prostat jinak


adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran yang mengakibatkan
aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Belum diketahui apa
yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan
perubahan pada keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena pembesaran prostat
jinak, yaitu :

1.      Berusia di atas 60 tahun.

2.      Kurang berolahraga

3.      Memiliki berat badan berlebih.

4.      Menderita penyakit jantung atau diabetes.

5.      Rutin mengkonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta.

6.      Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat.

Gejala utama benign prostatic hyperplasia antara lain :


1.      Urine sulit keluar di awal buang air kecil.

2.      Perlu mengejan saat buang air kecil.

3.      Aliran urine lemah atau tersendat-sendat.


4.      Urine menetes di akhir buang air kecil.

5.      Buang air kecil terasa tidak tuntas.

6.      Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering.

7.      Beser atau inkontinensia urine.


Tatalaksana pembesaran prostat terdiri dari pemberian obat-obatan dan tindakan
operatif. Pemberian obat-obatan menggunakan obat-obatan jenis alfa-blocker, 5-alfa
reductase inhibitor, dan fitofarmaka. Tatalaksana operatif ditujukan bagi seseorang yang
mengalami pembesaran prosat jinak yang tidak respon terhadap obat-obatan, adanya riwayat
pemasangan kateter berulang, adanya infeksi saluran kemih berulang, adanya darah dalam
urine (hematuria), adanya batu kandung kemih, dan adanya gangguan ginjal yang diakibatkan
oleh pembesaran prostat jinak.
Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa dilakukan oleh dokter urologi untuk
mengatasi pembesaran prostat jinak, salah satunya adalah Transurethral Resection of The
Prostate (TURP). TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan untuk
mengangkat jaringan prostat. Metode ini diperuntukan untuk pasien yang tidak mengalami
penyempitan saluran kencing bawah, pembesaran prostat yang bersifat jinak, tidak ada
gangguan fungsi jantung dan pernapasan, serta kondisi pasien yang dapat mobilisasi. Oleh
karena itu, pasien harus menjalani pemeriksaan awal untuk mendeteksi kondisi-kondisi
tersebut.

Risiko dan Komplikasi Tindakan TURP


Walaupun tindakan TURP termasuk tindakan minimal invasif (tindakan yang
menimbulkan kerusakan jaringan yang minimal), tindakan TURP memiliki beberapa risiko,
antara lain :
- Infeksi
- Pendarahan
- Trauma kandung kemih
- Trauma saluran kencing bawah
- Gangguan elektrolit
- Gangguan fungsi jantung
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
- Sindrom TURP yaitu kondisi yang mengancam jiwa dikarenakan prosedur TURP
yang terlalu lama
- Infeksi dan pendarahan
- Penyempitan saluran kencing bagian bawah dan leher kandung kemih
Pelaksanaan tindakan TURP
Persiapan tindakan TURP hampir serupa dengan tindakan operasi terbuka. Beberapa
hari sebelum operasi, dokter akan menyarankan pasien untuk menghentikan obat yang
meningkatkan risiko pendarahan seperti pengencer darah. Selain itu dokter akan
mengintruksikan beberapa pemeriksaan laboratorium dan beberapa pemeriksaan penunjang
sesuai kebutuhan. Untuk keperluan pembiusan, pasien umumnya dipuasakan 8 jam sebelum
operasi.
Prosedur TURP membutuhkan waktu sekitar 60 hingga 90 menit dalam kondisi
pasien dilakukan pembiusan. Pembiusan dapat berupa anestesi umum atau anestesi regional
sesuai dengan penilaian dokter spesialis anestesi. Pasien juga diberikan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Dalam prosedur ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit
demi sedikit menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui lubang kencing. Saat
potongan kecil jaringan diangkat dari dalam prostat, cairan irigasi membawanya ke kandung
kemih dan akhirnya dikeluarkan. Potongan jaringan yang diambil akan dilakukan
pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya keganasan. Seluruh proses ini
menggunakan alat kamera khusus (endocam) sehingga dapat dilihat melalui layar monitor.
Setelah tindakan TURP selesai, dokter akan memasang kateter urin setidaknya selama
3 hari. Bila pasien sudah dalam kondisi stabil dan dapat kencing secara spontan, dokter akan
memperbolehkan pulang dan menjelaskan apa yang harus dilakukan selama perawatan di
rumah.

Perawatan di rumah pasca tindakan TURP


Setelah dipulangkan oleh dokter, pasien disarankan :
- Mengusahakan asupan cairan 2 – 2.5 liter per harinya
- Pasien membatasi aktivitas fisik seperti naik-turun tangga, berjalan jauh dan lama,
berkendara menggunakan motor, naik sepeda, serta mendorong dan mengangkat
barang berat
- Tidak berhubungan seksual untuk selama 1 bulan pasca tindakan
- Tidak mengejan saat buang air besar
- Makan makanan kaya akan serat

Selanjutnya pasien perlu kontrol kembali ke rumah sakit setelah 6 - 7 hari dari
kepulangan untuk penilaian pasca tindakan TURP dan untuk mengetahui hasil pemeriksaan
jaringan prostat. Bila hasil jaringan tidak ditemukan adanya keganasan, maka tidak
diperlukan penanganan lanjutan. Namun, bila terdapat keganasan perlu dilakukan tatalaksana
khusus keganasan prostat.

Anda mungkin juga menyukai