Anda di halaman 1dari 8

Alodokter  |  Informasi Kesehatan Terlengkap dan

Terpercaya
Login | Daftar

 Penyakit A-Z
o Virus
o Kanker
o Jantung
o Otak
o Psikologi
o Defisiensi
o Infeksi
o Mata
o Pencernaan
o Semua Penyakit
 Obat A-Z
 Hidup Sehat
 Keluarga
 Tanya Dokter

BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Pengertian BPH (Benign Prostatic


Hyperplasia)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu kondisi yang
menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat kanker.
Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga
pinggul antara kandung kemih dan penis.
Karena kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita BPH
adalah pria. Umumnya pria yang terkena kondisi ini berusia di atas 50 tahun.

Gejala BPH

Berikut ini gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak
(BPH):

 Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.


 Inkontinensia urine atau beser.
 Sulit mengeluarkan urine.
 Mengejan pada waktu berkemih.
 Aliran urine tersendat-sendat.
 Mengeluarkan urine yang disertai darah.
 Merasa tidak tuntas setelah berkemih.

Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra
ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.

Disarankan untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis
sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan BPH, di
antaranya:

 Prostatitis atau radang prostat.


 Infeksi saluran kemih.
 Penyempitan uretra.
 Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.
 Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.
 Kanker kandung kemih
 Kanker prostat.
 Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.

Penyebab BPH

Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui, namun
diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual akibat
proses penuaan.

Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar dari
tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara
kebetulan melewati kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada kelenjar prostat, maka
secara bertahap akan mempersempit uretra dan pada akhirnya aliran urine mengalami
penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat otot-otot pada kandung kemih membesar dan
lebih kuat untuk mendorong urine keluar.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:

 Kurang berolahraga dan obesitas.


 Faktor penuaan.
 Menderita penyakit jantung atau diabetes.
 Efek samping obat-obatan penghambat beta.
 Keturunan

Diagnosis BPH

Dalam mendiagnosis pembengkakan prostat jinak (BPH), dokter akan menanyakan gejala
yang dirasakan oleh pasien terlebih dahulu:

 Apakah aliran urine pasien sering lemah atau tersendat-sendat?


 Seberapa sering pasien merasa berkemih yang tidak sepenuhnya tuntas?
 Seberapa sering pasien terbangun di malam hari untuk berkemih?
 Dan seberapa sering pasien mengejan untuk mulai berkemih?
 Apakah pasien sering sulit menahan keinginan untuk berkemih?
 Apakah pasien berkemih lebih dari satu kali dalam kurun waktu dua jam?

Untuk memeriksa ukuran kelenjar prostat secara fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan
colok dubur.

Tes lebih lanjut

Ada beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit BPH, antara lain:
 Tes urine. Tes ini dilakukan jika dokter mencurigai gejala yang dirasakan oleh pasien
bukan disebabkan oleh BPH, melainkan oleh kondisi lainnya, seperti infeksi saluran
kemih atau batu ginjal.
 Tes darah. Komponen yang diperiksa dalam tes ini adalah protein prostat spesifik
antigen (PSA), yaitu suatu protein yang dihasilkan prostat. Jika kadar PSA pasien
tinggi, maka kemungkinan pasien menderita BPH juga besar. Jika kenaikan tersebut
terjadi secara signifikan, maka peluang pasien untuk terkena kanker prostat juga ada.
 Tes kelancaran aliran urine. Dalam pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan
kateter yang dilengkapi kamera ke dalam saluran kemih pasien. Melalui monitor,
dokter akan dapat melihat besarnya tekanan di dalam kandung kemih dan seberapa
baik kinerja organ tersebut saat pasien berkemih.
 CT urogram. Metode pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan saluran
kemih pasien, misalnya apakah ada kerusakan pada saluran tersebut, atau apakah ada
penyumbatan yang disebabkan kondisi selain BPH, seperti penyakit batu kandung
kemih atau batu ginjal.
 USG transrektal atau USG melalui dubur. Melalui pemeriksaan yang
menggunakan gelombang suara ini dokter akan mendapatkan gambar kelenjar prostat
dan bagian di sekelilingnya secara lebih rinci, guna mengetahui apakah pasien
menderita BPH atau kondisi lainnya seperti kanker.

Selain untuk memastikan bahwa gejala yang dirasakan oleh pasien adalah akibat BPH dan
bukan disebabkan oleh kondisi-kondisi lainnya, tes-tes lebih lanjut juga dapat membantu
dokter memberikan pengobatan yang tepat.

Pengobatan BPH

Penanganan pembesaran prostat jinak (BPH) dikelompokan menjadi dua, yaitu penanganan
BPH dengan gejala ringan dan penanganan BPH dengan gejala menengah hingga parah.

Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan, terapi menahan
berkemih, dan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah dengan:

 Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap hari.
 Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.
 Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau
meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.
 Mulai membiasakan diri untuk tidak minum apa pun dua jam sebelum waktu tidur
agar terhindar dari nokturia atau berkemih sepanjang malam.

Obat BPH yang sering digunakan adalah dutasteride dan finasteride. Obat yang mampu
menurunkan ukuran prostat dan meredakan gejala BPH ini bekerja dengan cara menghambat
efek dari hormon dihidrotestosteron. Namun penggunaan kedua obat ini tidak boleh
sembarangan dan harus melalui petunjuk dari dokter karena memiliki efek samping yang
cukup serius. Beberapa efek samping dari dutasteride dan finasteride adalah turunnya
kuantitas sperma, impotensi, dan risiko cacat bayi jika Anda menghamili perempuan saat
sedang menjalani pengobatan dengan kedua obat ini.

Selain dutasteride dan finasteride, obat BPH lainnya yang juga sering digunakan adalah
golongan penghambat alfa, seperti alfuzosin dan tamsulosin. Obat penghambat alfa ini
biasanya dikombinasikan dengan finasteride. Obat ini mampu memperlancar laju urine
dengan cara melemaskan otot-otot kandung kemih. Efek samping yang mungkin terjadi
setelah mengonsumsi alfuzosin dan tamsulosin adalah badan lemas, sakit kepala, dan
turunnya kuantitas sperma. Untuk efek samping yang lebih serius, kedua obat ini berisiko
menyebabkan hipotensi atau tekanan darah rendah, bahkan pingsan.

Terapi menahan berkemih

Terapi ini dilakukan di bawah bimbingan medis. Di dalam terapi ini pasien akan diajarkan
bagaimana cara menahan keinginan berkemih setidaknya dalam jeda waktu dua jam antara
tiap berkemih, termasuk diajarkan bagaimana cara mengatur pernapasan, mengalihkan
pikiran ingin berkemih, serta relaksasi otot.

Penanganan BPH dengan gejala parah

Satu-satunya cara menangani BPH dengan gejala menengah hingga parah adalah melalui
operasi, yaitu:

 Operasi prostatektomi terbuka. Di dalam prosedur ini, dokter akan mengangkat


prostat secara langsung melalui irisan yang dibuat pada perut. Prosedur ini awalnya
dianggap sebagai prosedur paling efektif untuk mengobati kasus BPH parah. Namun
seiring munculnya metode lain, seperti operasi transuretra prostat, prostatektomi
terbuka jarang lagi digunakan pada saat ini.
 Operasi reseksi transuretra prostat (TURP). Prosedur yang dilakukan dengan
bantuan alat yang disebut resektoskop ini bertujuan untuk menurunkan tekanan pada
kandung kemih dengan cara menghilangkan kelebihan jaringan prostat. Efek samping
operasi TURP adalah pembengkakan uretra. Karena itu pasien yang menjalani TURP
biasanya tidak akan bisa berkemih secara normal selama dua hari dan harus dibantu
dengan menggunakan kateter. Alat ini akan dilepas dokter setelah kondisi uretra pulih
kembali. Selain efek samping, operasi TURP juga dapat menimbulkan komplikasi
berupa ejakulasi retrograde, yaitu sperma tidak akan mengalir melalui penis
melainkan masuk ke dalam kandung kemih.
 Insisi transuretra prostat (TUIP). Prosedur ini menggunakan alat yang sama
dengan TURP, yaitu resektoskop. Namun pada TUIP, dokter akan memperluas
saluran uretra agar urin bisa mengalir secara lancar dengan cara membuat irisan pada
otot persimpangan antara kandung kemih dan prostat. Efek samping prosedur ini sama
dengan TURP, yaitu pasien tidak akan bisa berkemih secara normal selama waktu
tertentu dan harus dibantu dengan menggunakan kateter. Prosedur ini berisiko lebih
rendah dalam menyebabkan ejakulasi retrograde.

Komplikasi BPH

Pembesaran prostat jinak (BPH) kadang-kadang dapat mengarah pada komplikasi akibat
ketidakmampuan kandung kemih dalam mengosongkan urin. Beberapa komplikasi yang
mungkin dapat timbul antara lain:

 Infeksi saluran kemih.


 Penyakit batu kandung kemih.
 Retensi urin akut atau ketidakmampuan berkemih.
 Kerusakan kandung kemih dan ginjal.
Komplikasi-komplikasi tersebut dapat muncul apabila pembesaran prostat jinak yang terjadi
tidak diobati secara efektif.

Pencegahan BPH

Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat dicegah melalui
konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak. Hindari juga
konsumsi daging merah. Berikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar serat tinggi:

 Kacang hijau
 Beras merah
 Gandum
 Brokoli
 Kubis
 Lobak
 Bayam
 Apel

Berikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar protein tinggi:

 Ikan
 Telur
 Kacang kedelai
 Susu rendah lemak
 Dada ayam
 Keju

Artikel Terkait

Kesehatan Susah Buang Air Kecil Jangan Dibiarkan

Ingin bertanya kepada dokter?

Atau ingin berbagi pengalamanmu?

Tanya
Diskusi Terkait

Ingin bertanya kepada dokter? Atau ingin berbagi pengalamanmu?


Kunjungi Komunitas

Penyebab urin tetap keluar meski sudah buang air kecil

By argian emje

Slamat sore dokter, saya mau tanya dok, saya laki2 umur 30 thn. Yg saya tanyakan
adalah sering saya alami setelah saya kencing dan merasa...

 4 Balasan

1 bulan yang lalu

Dijawab oleh Dokter

penyakit prostat

By febrizqie

apakah umur 14 tahun bisa terkena penyakit prostat? soalnya saya mengalami
beberapa gejala penyakit prostat...

 4 Balasan

8 bulan yang lalu

Dijawab oleh Dokter

masalah pada kemaluan...!


By Eka Saputra Himssi

slamt siang dok.. dok saya maw tanya.. kenapa terkadang saya ngrasa nyeri d area
slangkangan d antara dubur & kantg kemih..! dlm 2 hari blakangan ini...

 1 Balasan

10 bulan yang lalu

Dijawab oleh Dokter

Lebih Lanjut

 Kesehatan
 Hidup Sehat
 Keluarga





 Tentang Kami
 Apakah anda seorang dokter?
 Advertise with us
 Syarat dan Ketentuan
 Privasi
 Kontak Kami

© 2015 Alodokter.com All Rights Reserved...

Anda mungkin juga menyukai