Anda di halaman 1dari 22

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Menengah 1

Dosen pengampu: Adeng Pustikaningsih, M.Si.

Disusun oleh:

1. Arief Nurrahman (12803241005)


2. Karyati (12803241023)
3. Sariyatul Ilyana (12803241025)
4. Rashintia Afra Nada (12803241028)

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerangka
Kerja Konseptual Akuntansi Keuangan” ini.

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Akuntansi Menengah 1 yang diampu
oleh Ibu Adeng Pustikaningsih, M.Si. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak
akan selesai dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dukungan moril maupun materiil.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan semua pembaca
makalah ini pada umumnya. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan
untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

Yogyakarta, September 2013

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

D. Manfaat ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Kerangka Konseptual .................................................................................... 3

B. Manfaat Kerangka Kerja Konseptual.............................................................................. 3

C. Sejarah Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual ...................................................... 3

D. Tujuan Dasar ................................................................................................................... 5

E. Konsep-Konsep Fundamental ......................................................................................... 5

F. Konsep-Konsep Pengakuan Dan Pengukuran ................................................................ 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini sistem pembukuan atau yang sering disebut dengan akuntansi sangat
membantu atau bahkan dibutuhkan di dalam suatu perusahaan. Pengolahan keuangan
yang membutuhkan beberapa proses pembukuan itu hendaknya dibuat berdasarkan pada
suatu konsep yang telah dierima secara universal. Sebelum ditemukan konsep tersebut,
selama bertahun-tahun berbagai organisasi telah mengembangkan serta
mempublikasikan kerangka kerja konseptualnya sendiri, tetapi tidak ada kerangka kerja
yang diterima secara universal.
Untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang baik dan dapat dipahami oleh pihak
investor maupun pihak lainnya yang membutuhkan, hendaknya mengikuti konsep yang
telah ada. Oleh karena itu, di dalam makalah ini dijelaskan kerangka kerja konseptual
dalam menyusun laporan keuangan yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah manfaat dari kerangka kerja konseptual?


2. Bagaimana upaya FASB (Financial Accounting Standart Board) untuk membangun
kerangka kerja konseptual?
3. Apakah tujuan dari pelaporan keuangan?
4. Bagaimanakah cara mengidentifikasi karakteristik kualitatif dan informasi akuntansi?
5. Apa sajakah unsur-unsur dasar laporan keuangan?
6. Apa asumsi-asumsi dasar akuntansi?
7. Apa dampak atau kendala dalam pelaporan informasi keuangan?

C. Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah:


1. Mengetahui manfaat dari kerangka kerja konseptual.
1
2. Memahami upaya FASB untuk membangun kerangka kerja konseptual.
3. Mengetahui tujuan dari pelaporan keuangan.
4. Mampu mengidentifikasi karakteristik kualitatif dan informasi akuntansi.
5. Mengetahui unsur dasar pelaporan keuangan.
6. Mengetahui asumsi-asumsi dasar akuntansi.
7. Memahami dampak atau kendala dalam pelaporan informasi keuangan

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca dalam


menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka konseptual yang telah disusun
oleh FASB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerangka Konseptual

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi:


yang merupakan sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang meliputi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penetuan sifat, fungsi, serta bahtas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

B. Manfaat Kerangka Kerja Konseptual


a. Dengan adanya kerangka kerja konseptual yang baik akan memungkingkan FASB
menerbitkan standar-standar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu.
Kerangka kerja konseptual ini akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
b. Masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori dasar yang telah ada. Terkadang FASB sulit atau bisa jadi tidak
mungkin untuk langsung memecahkan dan menentukan perlakuan yang seperti apa
ketika ada suatu masalah baru. Dengan adanya bantuan dari kerangka kerja
konseptual yang diterima secara universal, para akuntan praktisi diharapkan bisa
fokus pada perlakuan yang rasional dan dapat diterima.

C. Sejarah Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual

Pada tahun 1976 FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang
akan menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi
pelaporan keuangan, setelah bertahun-tahun organisasi mempublikasikan kerangka kerja
konseptualnya sendiri yang tidak diterima secara universal dan diandalkan dalam
praktek.

3
Sejak dokumen tersebut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan enam Statetments of
Financial Accounting Concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas
bisnis, yaitu:
a. SFAC No 1,”objective of financial reporting by business enterprise,” yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
b. SFAC No.2,” qualitative characteristics of accounting information,” yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
c. SFAC No.3, “elements of financial statements of bussiness enterprises,” yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti,
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
d. SFAC No.5, “recognition and measurement in financial statements of business
enterprises,” yang menempatkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam
laporan keuangan dan kapan waktunya.
e. SFAC No.6, “elements of financial statements,” yang menggantikan SFAC No 3
dan memperluas lingkup SFAC No 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi
nirlaba.
f. SFAC No. 7, “ using cash flow information and present value in accounting
measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual untuk Pelaporan Keuangan.

4
D. Tujuan Dasar

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi :


1. Untuk mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan
ekonomi untuk membuat keputusan investasi dan kredit.
2. Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya.
3. Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahan
didalamnya.

Semua itu berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang
berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas
yang menjadi harapan investor dan kreditur. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan
keputusan.

E. Konsep-Konsep Fundamental

Pada tingkat ini dijelaskan tiang-tiang konseptual untuk menjelaskan karakteristik


kaulitatif dari informasi akuntansi dan mendefinisikan unsur-unsur laporan keuangan.

1. Karakteritik Kualitatif Informasi Akuntansi

Metode akuntansi yang tepat, saat jumlah dan jenis informasi yang harus
diungkapkan, serta format penyajian melibatkan penetuan alternatif yang memyediakan
informasi paling bermanfaat untuk tujuan pengambilan keputusan. Informasi yang baik
adalah yang relevan dan handal bagi tujuan pengambilan keputusan.

Kualitas informasi terdiri dua macam yaitu:


a) Kualitas Primer
- Relevansi, informasi yang bisa disebut relevan ketika informasi tersebut
mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Agar relevan,
informasi harus memiliki nilai prediktif, nilai umpan balik dan harus disajikan
secara tepat waktu.
- Reabilitas, informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifisikan,
disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias.

5
Reabilitas suatu informasi bisa dilihat memalui:
 Daya uji, ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang samam mendapatkan hasil yang
serupa.
 Ketepatan penyajian, angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan
mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
 Netralitas, informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu.
b) Kualitas Sekunder
- Komparabilitas, informasi dipandang memiliki komparabilitas jika telah
diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama.
- Konsistensi, apabila suatu entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang
sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka
entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu
tidak berarti perusahaan tidak dapat mengganti metode dengan metode
lainnya. Perusahaan dapat mengganti metode tetapi perusahaan harus dapat
menunjukkan bahwa metode yang baru itu lebih baik daripada metode
sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan serta alasannya harus
diunggkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
2. Unsur-Unsur Dasar
a) AKTIVA
Manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang diperoleh
atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau
kejadian-kejadian masa lalu.
b) KEWAJIBAN
Pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul
dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu, kewajiban yang ditimbulkan oleh
transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa
kepada entitas-entitas lain di masa depan.
c) EKUITAS
Kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas, setelah dikurangi dengan
kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan
kepemilikan.

6
d) INVESTASI OLEH PEMILIK
Kenaikan aktiva bersih sebah perusahaan yang ditimbulkann oelh trnasfer
sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk
mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan (ekuitas) di dalamnya.
Aktiva adalah bentuk yang paling umum diterima sebagai investasi oleh pemilik,
tetapi investasi ini bisa juga meliputi jasa atau kepuasan atau konversi kewajiban
perusahaan.
e) DISTRIBUSI KEPADA PEMILIK
Penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh
pemindahan aktiva, penyediaan jasa, atau penciptaan kewajiban oleh perusahaan
kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik akan menurunkan kepentingan
kepemilikan (ekuitas) dalam perusahaan
f) LABA KOMPREHENSIF
Perusahaan ekuitas (aktiva bersih) sebuah entitas selama suatu periode
yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian lain yang bukan bersumber dari
pemilik. Hal ini termasuk semua perubahan ekuitas selama suatu periode kecuali
perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada
pemilik.
g) PENDAPATAN
Arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau
pelunasan kewajiban (kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
h) BEBAN
Arus keluar atau penggunaan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau
terjadinya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang
merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
i) KEUNTUNGAN
Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan
oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian
lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali
yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

7
j) KERUGIAN
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan
oleh transaksi peripheral atau insidental dan dari semua transaksi serta kejadian
lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode kecuali
yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik.

F. Konsep-Konsep Pengakuan Dan Pengukuran

Konsep-konsep ini menjelaskan mengenai bagaimana unsur-unsur serta kejaidan


keuangan yang harus diakui, diukur, dan dilaporkan kepada perusahaan. Konsep ini
berfungsi sebagai pedoman dalam menanggapi isu-isu pelapora keuangan yang
kontroversial secara rasional.

1. Asumsi-asumsi Dasar
a. Asumsi Entitas Ekonomi

Asumsi Entitas Ekonomi (economic aktivitentity assumption) merupakan


sebuah aktivitas ekonomi yang dapat diidentifikasi dengan unit
pertanggungjawaban tertentu. Dengan kata lain, aktivitas entitas bisnis dapat
dipisahkan dan dibedakan dengan aktifitas pemiliknya dan dengan setiap unit
bisnis lainnya.

b. Asumsi Kelangsungan Hidup

Asumsi kelangsungan hidup (going concern assumption) yaitu perusahaan


bisnis akan memiliki umur yang panjang. Pengalaman mengindikasikan bahwa
meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa
perusahaan akan hidup selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan
akan hidup cukup lama untuk memenuhi tujuan dan komitmennya.

c. Asumsi Unit Moneter

Asumsi unit moneter (monetary unit assumption) mengandung arti bahwa


uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar
yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Asumsi ini menyiratkan

8
bahwa unit oneter adalah cara yang paliang efektif untuk menunjukkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang perubahan modal serta pertukaran
barang dan jasa. Unit moneter adalah unit yang relevan, sederhana, tersedia
secara universal, dapat dipahami, dan berguna. Aplikasi asumsi ini tergantung
pada asumsi-asumsi yang lebih dasar bahwa data kuantitatif akan berguna dalam
mengomunikasikan informasi ekonomi dan membuat keputusan ekonomi yang
rasional.

d. Asumsi Perioditas

Asumsi perioditas (periodicity assumption) atau periode waktu


menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan ke
dalam periode waktu artifisial. Periode waktu ini bervariasi, namun pada
umumnya dilakukan secara bulanan, kuartalan, dan tahunan. Semakin pendek
periode waktu, semakin sulit menentukan laba bersih yang tepatuntuk periode
bersangkutan. Hasil bulanan biasanya tidak seakurat hasil kuartalan, dan hasil
kuartalan biasanya tidak seakurat hasil tahunan. Investor menginginkan agar
informasi semacam itu diproses dan disebarkan secara cepat. Namun, semakin
cepat penerbitan informasi, semakin tinggi probabilitas ketidakakuratannya.

2. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi

Empat prinsip dasar akuntansi (principles of accounting) yang digunakan


untuk mencatat transaksi adalah biaya historis, pengakuan pendapatan, penandingan
dan pengungkapan penuh.

a. Prinsip Biaya Historis

Prinsip biaya historis (historical cost principle) adalah aktiva dan


kewajiban diperlukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Biaya (cost)
memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya, yaitu
dapat diandalkan. Sebagai contohnya, misal jika kita ingin menentukan harga jual
saat ini, maka kita akan kesulitan menentukan nilai suatu item yang tidak terjual.
Setiap staf departemen akuntansi mungkin memiliki pandapat berbeda tentang
nilai aktiva. Semua perusahaan menutup akunnya paling tidak setahun sekali, dan
sebagian dari mereka menghitung laba bersih sebulan sekali. Perusahaan perlu

9
menentukan nilai jual dari setiap aktiva ketika mereka ingin menentukan laba.
Kesulitan serupa juga dimiliki oleh metode-metode biaya berjalan lainnya (biaya
pengganti, nilai sekarang dari arus kas masa depan) dan setiap dasar penilaian
lainnya kecuali biaya historis.

Kewajiban seperti obligasi, wesel, dan utang usaha, diterbitkan serta


dipertukarkan oleh perusahaan dengan aktiva, atau barangkali jasa, pada harga
yang telah disepakati. Harga ini, yang ditentukan oleh transaksi pertukaran, yaitu
“biaya” kewajiban. Perusahaan menggunakan jumlah ini untuk mencatat
kewajiban dalam akun dan melaporkannya dalam laporan keuangan.

Secara umum penggunaan laporan keuangan lebih memilih menggunakan


biaya historis karena memberikan tolok ukur yang dapat dipercaya untuk
mengukur tren historis. Akan tetapi, informasi nilai wajar mungkin lebih berguna
bagi jenis aktiva dan kewajiban tertentu serta dalam industri tertentu. Sebagai
contoh, perusahaan melaporkan banyak instrumen keuangan, termasuk derivatif,
pada nilai wajarnya, dan persediaan pada yang terendah antara harga pasar atau
biaya.Industri tertentu, seperti brokerage houses dan resakdana, menyusun
laporan keuangan dasarnya atas nilai wajar.

Pada akuisisi awal, biaya historis sama dengan nilai wajar. Dalam periode
selanjutnya, ketika kondisi pasar dan ekonomi berubah, biaya historis dan nilai
wajar sering kali berbeda. Akibatnya, ukuran atau estimasi nilai wajar sering kali
menyajikan informasi yang lebih relevan tentang arus kas masa depan yang
diharapkan terkait dengan aktiva atau kewajiban. Sebagai contohnya, ketika aktiva
berumur panjang menurun nilainnya, ukuran nilai wajar menentukan kerugian
penurunan nilai.

b. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) merupakan


pendapatan yang pada umumnya diakui jika telah direalisasi atau dapat direalisasi
dan telah dihasilkan. Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk
(barang dan jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan
kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi (realizable)
apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi

10
kas atau klaim atas kas. Aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas apabila
dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga yang dapat
ditentukan dengan mudah tanpa biaya tambahan yang signifikan.

Pendapatan dianggap telah dihasilkan (earned) apabila sebuah entitas telah


melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hak atas manfaat yang
direpresentasikan oleh pendapatan. Penjualan memberikan pengukuran
pendapatan yang objektif dan dapat diverifikasi dengan harga jual. Pengakuan
pendapatan sebelum penjualan aktual akan menimbulkan banyak variasi dalam
praktek pengakuan. Pengakuan pada saat penjualan menyediakan pengujian yang
seragam dan logis. Namun, ada sejumlah pengecualian untuk aturan ini, antara
lain :

1) Selama Produksi.
Pengakuan pendapatan sebelum kontrak selesai dibolehkan untuk
kontrak-kontrak konstruksi jangka panjang tertentu. Dalam metode ini,
pendapatan diakui secara periodik berdasarkan persentase pekerjaan yang
telah diselesaikan. Walaupun secara teknis transfer kepemilikan belum terjadi,
namun pendapatan dianggap telah diterima pada berbagai tahap proses
konstruksi. Jika tidak dimungkinkan untuk mengetimasi biaya dan kemajuan
konstruksi secara akurat, pengakuan pendapatan akan ditunda samapi
pekerjaan selesai.
2) Akhir Produksi
Pendapatan bisa diakui setelah siklus produksi berakhir tetapi sebelum
penjualan terjadi. Ini dapat dilakukan jika produk atau aktiva lainnya dapat
dijual dalam pasar yang aktif dengan harga tertentu tanpa biaya tambahan
yang signifikan.
3) Penerimaan Kas
Penerimaan kas merupakan dasar pengakuan pendapatan lainnya.
Pendekatan dasar kas hanya akan digunakan apabila tidak dimungkinkan
untuk menentukan angka pendapatan pada saat penjualan karena
ketidakpastian penagihan. Salah satu bentuk dasar kas adalah metode

11
penjualan cicilan dimana pembayaran dilakukan melalui cicilan periodik
sepanjang periode waktu yang cukup lama.
Kesimpulannya, pendapatan dicatat pada periode ketika pendapatan itu
direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan. Hal ini terjadi pada tanggal
penjualan, tetapi keadaannya mungkin mengahruskan pemakaian metode
persentase penyelesaian, metode akhir-produksi, atau pendekatan penerimaan-
kas
c. Prinsip Penandingan

Dalam mengakui beban, pendekatan yang dipakai adalah “biarkan beban


mengikuti pendapatan”. Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, atau
ketika pekerjaan dilakukan, atau pada saat produk diproduksi, tetapi ketika
pekerjaan (jasa) atau produk secara aktual memberikan kontribusi terhadap
pendapatan. Jadi, pengakuan beban berkaitan dengan pengakuan beban berkaitan
dengan pengakuan pendapatan. Praktek ini disebut sebagai prinsip penandingan
(matching principle) karena menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan
pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini rasional dan dapat diterapkan.

Untuk biaya-biaya yang sulit diasosiasikan secara rasional dengan


pendapatan, ada beberapa cara lain yang bisa dipakai. Umumnya kebijakan alkasi
yang “rasional dan sistematis” yang mendekati prinsip penandingan. Pola
pengakuan beban jenis ini melibatkan asumsi-asumsi tentang manfaat yang
diterima serta biaya yang terkait dengan manfaat tersebut.

Beberapa biaya bisa langsung dibebankan ke periode berjalan sebagai


beban hanya karena tidak dapat diasosiasikan dengan pendapatan. Contoh dari
jenis-jenis biaya semacam ini adalah gaji pejabat dan beban administratif lainnya.

Jenis Biaya Hubungan Pengakuan

Biaya Produk: Hubungan langsung Diakui pada periode


antara biaya dan diterimanya pendapatan
Bahan baku
pendapatan (penandingan)

Tenaga kerja
Dibebankan pada saat

12
terjadinya.
Overhead Tidak ada hubungan
langsung antara biaya
Biaya periode:
dan pendapatan

Gaji

Biaya administrative

Biaya pada umumnya diklasifikan menjadi dua kelompok, yaitu biaya


produk dan biaya periode. Biaya produk, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead, melekat pada produk. Perusahaan akan mencatat biaya-biaya tersebut
pada periode mendatang ketika mengakui pendapatan dari produk itu dalam
periode berikutnya. Biaya periode, seperti gaji pejabat dan biaya administratif
lainnya, terjadi selama periode bersangkutan. Perusahaan mengakui biaya
semacam itu pada periode antara, meskipun manfaat yang berkaitan dengan biaya
tersebut mungkin saja terjadi di masa depan.

Keabsahan konseptual dari prinsip penandingan terus menjadi subjek


perdebatan. Masalah utamanya adalah bahwa prinsip penandingan memungkinkan
biaya tertentu ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aktiva pada neraca meskipun
dalam kenyaannya biaya ini tidak memiliki manfaat di masa depan. jika
disalahgunakan, maka prinsip ini akan membuat neraca menjadi “lokasi
pembuangan” untuk biaya-biaya yang tidak dapat ditandingkan dengan
pendapatan. Selain itu, belum ada definisi yang objektif untuk “sistematis dan
rasional”.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh

Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang


umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi
penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini, yang sering disebut prinsip
pengungkapan penuh (full disclosure principle). Mengakui bahwa sifat dan jumlah
informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian
trade-off penilaian. Trade-off ini terjadi antara 1) kebutuhan untuk
mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan

13
pemakai, dengan 2) kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat
dipahami. Disamping itu, penyusun laporan keuangan juga harus
memperhitungkan biaya pembuatan dan penggunaan laporan keuangan.

Informasi tentang posisi keuangan, laba, arus kas, dan investasi dapat
ditemui dalam salah satu tempat berikut: 1) dalam bagian utama laporan
keuangan, 2) catatan atas laporan keuangan, atau 3) informasi suplementer.

Laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
dan laporan ekuitas pemilik. Laporan keuangan (financial statement) merupakan
cara mengkomunikasikan informasi yang frmal dan terstruktur. Agar bisa
ditempatkan dalam bagian utama laporan keuangan, suatu item harus memenuhi
definisi unsur dasar, dapat diukur dengan tingkat kepastian yang memadai, dan
relevan serta handal.

Pengungkapan bukan merupakan pengganti akuntansi yang baik. Seperti


yang dikatakan oleh mantan akuntan kepala SEC : “pengungkapan yang baik tidak
menyembuhkan akuntnasi yang buruk, seperti halnya kata sifaatakata keterangan
yang tidak dapat digunakan tanpa, atau untuk menggantikan, kata benda atau kata
kerja. Jadi sebagai contoh, akuntansi dasar kas untuk harga pokok penjualan akan
menyesatkan, sekalipun jumlah dasar akrualnya diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements) umumnya


ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan dalam
bagian utama laporan keuangan. Jika informasi dalam bagian utama laporan
keuangan menyajikan gambaran yang tidak lengkap menyangkut kinerja dan
posisi keuangan perusahaan, maka informasi tambahan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap harus dimasukkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Informasi yang terdapat dalam catatan ini tidak harus dapat
dikuantifikasi atau memenuhi kualifikasi sebagai suatu unsur. Catatan atas laporan
keuangan bisa berbentuk narasi, sebagian atau seluruhnya. Contoh-contoh catatan
ini adalah penjelasan tentang kebijakan akuntansi dan metode yang dipakai untuk
mengukur unsur-unsur yang dilaporkan dalam laporan, penjelasan mengenai
ketidakpastian dan kontinjensi, serta statistik dan rincian terbanyak untuk

14
dimasukkan dalam bagian utama laporan. Catatan atas laporan keuangan tidak
hanya membantu tetapi juga penting untuk memahami kinerja dan posisi
keuangan perusahaan.

Informasi suplementer (supplementary information) dapat mencakup


rincian atau jumlah yang merupakan perspektif yang berbeda dari yang dipakai
dalam laporan keuangan. Informasi ini bisa berupa infrmasi kuantitatif yang
sangat relevan tetapi reliabilitasnya rendah. Sebagai contoh perusahaan minyak
dan gas biasanya menyajikan informasi tentang cadangan pasti serta arus kas yang
didiskontokan.

Informasi suplementer bisa juga mencakup penjelasan manajemen tentang


informasi keuangan dan pembahasan tentang signifikansi dari infrmasi keuangan
tersebut. Sebagai contoh, banyak penggabungan bisnis telah menciptakan
kesepakatan pembiayaan yang membutuhkan praktek serta prinsip-prinsip
akuntansi dan pelaporan baru yang unik. Dalam setiap situasi semacam ini, ada
satu masalah serupa yang harus dihadapi: memastikan informasi yang memadai
telah disajikan untuk menjamin agar investor yang memiliki kemampuan
memahami yang memadai (reasonably prudent investor) tidak tersesat.

3. Kendala
Dalam menyediakan infrmasi yang mengandung karakteristik kualitatif agar
membuatnya menjadi berguna, dua kendala (constraints) yang dominan harus
diperhitungkan yaitu:
a. Hubungan Biaya-Manfaat

Sering kali pemakai mengasumsikan bahwa informasi adalah komoditas


bebas biaya. Namun para pembuat dan penyedia infrmasi akuntansi mengetahui
bahwa hal itu salah. Karena itu ada hubungan biaya – manfaat (cost-benefit
relationship) yang harus diperhitungkan. Biaya penyediaan informasi harus
ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperleh dari pemakaian informasi itu. badan-
badan pembuat standar dan badan-badan pemerintah kini menggunakan analisis
biaya-manfaat sebelum menetapkan persyaratan informasional. Dalam rangka
menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran atau pengungkapan tertentu,

15
manfaat yang bisa didapat dari standar harus melampaui biaya yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan tersebut.

Analisis biaya-manfaat sulit dilakukan karena biaya dan terutama manfaatnya


tidak selalu nyata dan dapat diukur. Ada banyak jenis biaya, mencakup biaya
pengumpulan dan pemrosesan, biaya penyebaran, biaya auditing, biaya litigasi yang
potensial, biaya pengungkapan pada pesaing, dan biaya analisis serta interprestasi.
Manfaat yang diperoleh pembuat laporan keuangan mencakup pengendalian
manajemen dan akses terhadap modal yang lebih besar dengan biaya yang lebih
rendah. Pemakai laporan keuangan memperoleh informasi yang lebih baik dalam hal
alokasi sumber daya, penilaian pajak, dan regulasi tarif pajak. Namun manfaat
secara umum lebih sulit dikuantifikasi dibandingkan biaya.

b. Materialistis

Kendala materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item


terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan
dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut
mempengaruhi atau mengumbah penilaian seorang pemakai laporan keuangan.
Aspek yang terlibat dalam materialitas adalah ukuran dan kepentingan relatif.
Jika jumlah yang terlibat signifikan ketika dibandingkan dengan pendapatan serta
beban lainnya, aktiva dan kewajiban, atau laba bersih entitas, maka standar yang
logis dan dapat diterima harus diikuti. Jika jumlahnya begitu kecil sehingga tidak
signifikan ketika dibandingkan dengan item-item lain, maka aplikasi standar
tertentu bisa dipandang tidak penting.

Materialitas juga merupakan faktor yang penting dalam banyak keputusan


akuntansi internal. Jumlah klasifikasi yang dibutuhkan dalam buku besar
pembantu beban, tingkat keakuratan yang dibutuhkan ketika mengalokasikan
beban ke berbagai departemen perusahaan, serta sejauh mana penyesuaian harus
dilakukan terhadap item-item akrual dan deferal. Hanya dengan menerapkan
penilaian yang baik dan keahlian profesional jawaban yang tepat dan rasional
dapat ditemukan, yang merupakan kendala materialitas yang pantas diterapkan.
c. Praktek Industri

16
Pertimbangan praktis lainnya adalah praktek-praktek industri (industry
practices). Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan kadang-kadang
memerlukan penyimpangan dari teori dasar. Dalam industri utilitas publik, aktiva
tidak lancar dilaporkan terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan
karakteristik industri utilitas yang padat modal. Tanaman pertanian umumnya
dilaporkan pada nilai pasar karena sulit untuk menentukan angka-angka biaya
yang akurat atas tanaman individual itu.

d. Konservatisme

Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang


sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi
bagi aktiva dan laba. Konservatisme, jika diaplikasikan secara tepat, akan
menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit. Jangan
menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

Contoh-contoh konservatisme dalam akuntansi adalah pemakaian metode


yang terendah antara biaya atau harga pasar (lower cost or market) ketika menilai
persediaan dan aturan yang mengharuskan kerugian bersih akrual diakui atas
komitmen pembelian barang untuk persediaan oleh perusahaan. Jika muncul
keraguan, maka lebih baik menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang
terlalu rendah daripada terlalu tinggi. Tentu saja tidak ada keraguan, maka tidak
perlu mengaplikasikan kendala ini.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerangka kerja konseptual merupakan sistem koheren yang terdiri dari tujuan
dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang meliputi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penetuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. FASB (Financial Accounting Standard
Board) telah membentuk suatu konsep kerangka kerja akuntansi keuangan yang telah
diakui secara universal. Konsep kerangka kerja ini didasarkan pada beberapa asumsi
dasar, yaitu 1) entitas ekonomi, 2) kelangsungan hidup. 3) unit moneter, dan 4)
periodisitas. Prinsip dasar yang dipegang dalam penyusunan pelaporan adalah prinsip
biaya historis, prinsip pengakuan pendapatan, prinsip penandingan, serta prinsip
pengungkapan penuh. Konsep dasar yang telah dibentuk tersebut tentu saja dapat
memberikan kemudahan dalam pembuatan laporan keuangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai