terdiri dari 2 sistem yaitu: Sistem Pasar/Kapitalis dan Sistem Komando/Sistem ekonomi ala
“Marxis”. Pada masa kerajaan tersebut perekonomian diserahkan pada kaum swasta atas dasar
permintaan dan penawaran, pada prinsipnya kerajaan tidak pernah mengatur perekonomiannya.
Dalam sistem ekonomi pasar ini tidak mengenal adanya campur tangan pemerintah dalam
perekonomian. Semua pemecahan ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar.
Kemudian pada tahun 1929-1930 terjadi depresi dunia, harga-harga mengalami penurunan,
banyak perusahaan yang memecat buruhnya; keadaan demikian dikenal dengan Malaise (great
depression), dan ini dianggap sebagai kegagalan dari ekonomi sistem pasar. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa terjadinya keadaan tersebut disebabkan oleh karena over production, di lain
pihak ada juga mengatakan penyebabnya oleh karena under consumption. Lalu pada tahun 1936
dengan terbitnya buku karangan J.M Keynes yang berjudul General Theory of Employment,
Interest and Money muncullah aliran ekonomi baru yang mementingkan peranan negara dalam
perekonomian dan dianggap sebagai aliran untuk mengatasi keadaan perekonomian saat itu. Aliran
ini disebut dengan Keynesian Economics.
Atas dasar pengetahuan sistem ekonomi ini, maka kita dapat meninjau beberapa sistem
perekonomian yang ada di Indonesia:
Pada waktu itu nilai tukar rupiah selalu mengalami penurunan, yang akibatnya
dibandingkan dengan nilai tukar devisa (dolar) karena kurs devisa yang tetap, rupiah dinilai
terlalu tinggi (overvalued). Untuk mengatasi hal itu, pemerintah melakukan Devaluasi.
Tapi sebelum pemerintah melakukan Devaluasi Rupiah, dengan adanya kenaikan harga-
harga umum di dalam negeri, para eksportir merasa enggan untuk melakukan ekspor,
karena merasa dirugikan. Guna mendorong ekspor, di samping melaksanakan kebijakan
devaluasi, pemerintah juga meluncurkan program perangsang ekspor melalui kebijakan
Alokasi Devisa Otomatis (ADO). Yaitu kepada setiap dolar hasil ekspor, para eksportir
diperkenankan memakainya secara langsung sejimlah presentase tertentu dari hasil
ekspornya, namun sebelumnya eksportir harus menyerahkan/menjual semua dolar hasil
ekspornya kepada negara dengan kurs yang sudah ditentukan.