Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Pembimbing Akademik : Ns. Doddy Setyawan, S.Kep,M.Kep
Pembimbing Klinik : Sulisa Dessy S.Kep
Disusun Oleh:
- Savitri 22020116120038
- Siti Lutfiyana 22020116120009
- Gita Rahayu Rachmawati 22020116120048
- Rizki Marwa Putri 22020116130069
- Nur Anisa Ur Rosyada 22020116130096
Kelas A 16 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Secara umum hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi dalam
arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, gagal nafas,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Dari populasi Hipertensi ditaksir 70% menderita HT ringan, 20% HT sedang
dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul Krisis hipertensi biasanya
ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastolik yang melebihi 120 hingga 130
mmHg dan tekanan sistolik mencapai 200 hingga 220 mmHg yang merupakan suatu
kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk
menyelamatkan jiwa penderita.
Krisis HT ini terbagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi emergensi (darurat)
dan hipertensi urgensi (mendesak). Membedakan kedua golongan krisis HT ini
bukanlah dari tingginya TD, tapi dari kerusakan organ sasaran. Kenaikan TD yang
drastis pada seorang penderita diperkirakan suatu keadaan emergensi bila terjadi
kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf sentral, miokardinal dan ginjal.
Sindroma hipertensi emergensi pertama sekali disampaikan oleh Volhard dan
Fahr pada tahun 1914 yang memaparkan kasus hipertensi berat yang disertai dengan
bukti adanya kelainan ginjal dan tanda - tanda injuri vaskular jantung, otak, retina dan
ginjal yang selanjutnya cepat mengalami serangan jantung, gagal ginjal dan stroke
(Volhard, Fahr, & Die brightsche Nierenkranbeit, 1914).
Di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2007
yang dilakukan oleh kementerian kesehatan sebesar 32,2 % dan di provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam sebesar 30,2 % (Riset kesehatan dasar, 2008).
Seberapa besar TD yang dapat menyebabkan krisis HT tidak dapat dipastikan,
sebab hal ini juga bisa terjadi pada penderita yang sebelumnya normotensi atau HT
ringan/sedang, sebab penderita yang jatuh dalam keadaan ini dapat membahayakan jiwa
atau kematian bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan pasien dengan
hipertensi emergensi yang dilakukan tenaga kesehatan meliputi dokter dan perawat
IGD merupakan tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa penderita
dengan cepat tepat, dan benar. Tujuan utama dari penanganan krisis hipertensi adalah
mencegah progresifitas kerusakan organ target. Obat – obatan yang ideal digunakan
pada kondisi pasien dengan hipertensi emergensi bersifat memberikan efek penurunan
tekanan darah yang cepat, reversible dan mudah dititrasi tanpa menimbulkan efek
samping. Pengendalian penurunan tekanan darah tersebut harus benar – benar
terkontrol dengan baik dengan mempertimbangkan manfaat yang dicapai. Target
penurunan tekanan darah sistolik dalam satu jam pertama sebesar 10 – 15% dari takanan
darah sistolik awal dan tidak melebihi 25 %. Jika kondisi pasien cukup stabil maka
target tekanan darah dalam 2 sampai 6 jam selanjutnya sekitar 160 /100 – 110 mmHg.
Selanjutnya hingga 24 jam kedepan tekanan darah dapat diturunkan hingga tekanan
sistoliknya 140 mmHg (Chobanian, et all, 2003).
Berdasarkan paparan diatas diharapkan dengan dibuatnya Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Hipertensi Emergensi dapat mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Melakukan pengkajian data subyektif dan data objektif pada pasien dengan
Hipertensi Emergensi
2. Menganalisis data pengkajian yang telah diperoleh
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Hipertensi Emergensi
4. Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
Emergensi
5. Mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah
ditentukan
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
7. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi
Emergensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ketidakefektifan Perfusi Serebral
Pengertian (Herdman & Heather, 2018) Penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat diatasi dengan
memonitor tekanan intracranial yaitu dengan memberikan informasi kepada keluarga,
memonitor tekanan intracranial pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas dan
memonitor intake dan output cairan serta meminimalkan stimuli dari lingkungan, selain
itu bisa diatasi dengan memonitor adanya paratese, membatasi gerakan pada kepala,
leher, dan punggung serta berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotic
(nurarif, 2013 dalam wulansari,dkk,2017)
Faktor Risiko (PPNI, 2017) :
- Keabnormalan masa - Koagulasi intravaskuler
protrombin dan / atau masa diseminata
tromboplastin parsial - Embolisme
- Penurunan kinerja ventrikel - Cedera kepala
kiri - Hiperkolesteronemia
- Aterosklerosis aorta - Hipertensi
- Diseksi arteri - Endokarditid infektif
- Fibrasi atrium - Katup prostetik mekanis
- Tumor otak - Stenosis mitral
- Stenosis karotis - Neoplasma otak
- Miksoma atrium - Infark miokard akut
- Aneurisma serebri - Sindrom sick sinus
- Koagulopati (misal anemia sel - Penyalahgunaan zat
sabit) - Terapi tombolitik
- Dilatasi kardiomiopati - Efek samping tindakan (misal
tindakan operasi bypass)
Kondisi Klinis Terkait (PPNI, 2017)
- Stroke
- Cedera kepala
- Ateroskleritik aortik
- Infark miokard akut
- Diseksi arteri
- Embolisme
- Endokarditis infektif
- Fibrilasi atrium
- Hiperkolesterolemia
- Hipertensi
- Dilatasi kardimiopati
- Koagulasi intravaskuler
diseminata
- Miksoma atrium
- Neoplasma otak
- Segmen ventrikel kiri akinetik
- Sindrom sick sinus
- Stenosis karotid
- Stenosis mitral
- Hidrosefalus
- Infeksi otak (misal
meningitis, ensefalitis, abses
serebri)
Gangguan Perfusi Jaringan
Aterosklerosis merupakan penyebab umum gangguan aliran darah ke organ dan jaringan. Apabila
pembuluh darah menyempit atau tersumbat, jaringan distal mendapatkan lebih sedikit darah
oksigen dan zat gizi. Iskemia adalah kurangnya suplai darah akibat sumbatan sirkulasi. Setiap
arteri dalam tubuh dapat terkena arterosklerosis, walaupun efeknya sering kali berhubungan
dengan arteri koroner, pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak, dan arteri di jaringan
perifer. Obstruksi arteri koroner menyebabkan iskemia miokard, yang kerap menimbulkan angina
pektoris. Jika pembuluh darah serebral terkena akibatnya bisa berupa serangan iskemia translen
atau stroke (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
Hipertensi
Vasokontriksi
Aliran darah menurun
Penurunan Kesadaran
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal : 02 Oktober 2019 pukul 02.30 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Tn NA
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : DS Lendoh RT 2/3 Labar Boja
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Tanggal masuk RS : 02 Oktober 2019 pukul 01.50 WIB
No.RM : 253344
Diagnosa medis : Obs Penurunan Kesadaran DD SH dan SNH
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Tn Jumirah
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Hubungan : Ayah
Alamat : DS Lendoh RT 2/3 Labar Boja
No. Telepon : 0811215975120
3. Pengkajian Primer
a. Airway :
Pasien mengalami lidah jatuh sehingga terdengar suara snoring atau mendengkur
b. Breathing :
Pola nafas pasien tidak teratur, frekuensi nafas pasien yaitu 12x/menit, pasien
menggunakan pernapasan dada dan pernapasan perut, pasien mengalami gagal nafas
dan menggunakan ET BVM untuk membantu pernapasan pasien tetapi masih terdapat
nafas spontan pada pasien, ketika dipindahkan ke ICU pasien mengalami henti nafas
c. Circulation :
Akral pasien teraba hangat, nadi pasien teraba, HR : 105x/menit. TD : 220/100 mmHg,
CRT < 2 detik, Spo2 : 95%
d. Disability :
Kesadaran pasien Koma dengan nilai GCS 4 (E1V2M1), pupil pasien midriasis
maksimal
e. Exposure
Tidak terdapat jejas atau luka pada ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah
f. Folley catheter
Pasien terpasang catheter
g. Gastric tube
Pasien terpasang NGT
h. Heart monitor
Pasien terpasang Heart Monitor
4. Pengkajian Sekunder
a. Pengkajian SAMPLE
1) Symptom
Keluarga mengatakan bahwa pasien lupa meminum obat hipertensi, pasien bekerja
hingga jam 12 malam, lalu lanjut untuk mengaji, karena lupa meminum obat pasien
mengalami kejang di rumah
2) Allergy
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan
3) Past Illnes
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat Hipertensi
4) Last Meal
Keluarga mengatakan bahwa pasien makan terakhir kali setelah magrib
5) Event
Pasien dibawa ke IGD pada 02 Oktober 2019 pukul 01.50 WIB dengan keadaan
tidak sadarkan diri , pupil midriasis maksimal, terdengar suara snoring, akral pasien
teraba hangat.
b. Pemeriksaan Fisik
1) TTV saat pengkajian :
- HR : 105x/menit
- SpO2 : 95%
- RR : 12x/menit
- TD : 200/100 mmHg
- CRT : < 2 detik
- Suhu : 36.5 ˚C
- GDS : 162 mg/dL
2) Keadaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala mesochepal, warna rambut pasien hitam pendek, tidak
terdapat
Palpasi : tidak ada benjolan
b) Mata
Inspeksi : pupil pasien midrasis maksimal 5 cm berwarna merah tidak dapat
menutup
c) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung pasien simetris, tidak mengeluarkan darah atau sekret,
pasien terpasang NGT
d) Telinga
Inspeksi : bentuk telinga pasien simetris, tidak terdapat jejas atau luka
e) Mulut
Inspeksi : pasien terpasang ET dan BVM
f) Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak terdapat jejas atau luka
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
g) Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada kanan kiri simetris, tidak terdapat retraksi
dada, lesi, jejas atau memar, namun terlihat kembang kempis dada tidak
beraturan
Palpasi : tidak terdapat massa, taktil fremitus simetris, tidak terdapat
nyeri tekan di area dada
Perkusi : Bunyi sonor (resonan) di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bunyi vesikuler, Tidak terdengar suara nafas tambahan
Jantung
Inspeksi : Dinding dada tidak ada lesi, simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa
Perkusi : Terdengar suara pekak
Auskultasi : Bunyi jantung lup-dup, tidak terdapat bunyi tambahan
h) Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran pada abdomen
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara timpani
Auskultasi : bising usus 10x/menit
i) Genetalia : tidak terkaji
j) Anus : tidak terkaji
k) Ekstremitas
Atas
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat jejas atau luka
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Bawah
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat jejas atau luka
Palpasi : ada kesan hemiparese sinistra
5. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan GDS 162 mg/dL 70 – 130 mg/dL Normal
6. Terapi Medis
pendarahan .
- Membantu ala.
- Mengalami Kejang.
- Masalah
pada saluran kencing.
- Memiliki masalah
penggumpalan darah.
- Penderita penyakit ginj
al.
A. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Hari, tanggal Dx Evaluasi TTD
1. Rabu, 2 Oktober 1 S: Pasien mengalami penurunan kesadaran
2019 O: Kesadaran Koma, GCS 4 E1M1V2
TD 180/95 mmHg
Pukul : 03.25 RR 10x/menit
WIB HR 112x/menit
Suhu 37,80
Tidak tampak pengembangan otot pernafasan pada dinding dada
P: Lanjutkan Intervensi
- Kolaborasi pemberian terapi medis
- Monitor tanda-tanda vital
- Konsul dokter spesialis penyakit dalam
3. Rabu, 2 Oktober 3 S: Pasien mengalami penurunan kesadaran
2019 O: GCS 4 E1M1V2
RR 25x/menit
Pukul : Pasien terpasang ET
03.50WIB
A: Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan otak belum terpenuhi
P: Lanjutkan intervensi
4. Rabu, 2 oktober Pasien dipindahkan ke ruang ICU untuk dilakukan perawatan intensif lebih lanjut
2019
Pukul : 04.00
WIB
KEPUSTAKAAN