Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hidayah Dwi Heriyanti

Prodi : S1 Non Reguler

Tugas : Biomedik 3

Kongesti

Kongesti (pembendungan darah) adalah berlimpahnya darah di dalam pembuluh darah di


region tertentu. Kongesti disebut juga hiperemi, jika dilihat secara mikroskopik kapiler-kapiler
dalam jaringan yang hiperemi terlihat melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya kongesti
dapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu:

1. Kenaikan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ.


2. Penurunan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ.

Kongesti dibagi menjadi 2 bentuk yaitu: kongesti aktif, dan kongesti pasif. Gambaran
histopatologi kongesti dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(Gambar 1)

Gambaran histopatologi kongesti yang ditandai dengan banyaknya eritrosit yang terbendung
didalam pembuluh darah.

(A) Kongesti pada usus ikan lele


(B) Kongesti pada ingsang ikan lele (Pazra, 2008)
1. Kongesti aktif
Kongesti aktif yaitu peningkatan aliran darah ke jaringan atau organ. Pada kongesti
aktif, lebih banyak darah mengalir secara aktif ke dalam jaringan atau organ. Kenaikan
aliran darah lokal terjadi disebabkan oleh adanya dilatasi arteri yang bekerja sebagai katup
yang mengatur aliran darah ke dalam mikrosirkulasi lokal (Gambar 2). Sebagai contoh dari
kongesti aktif yaitu hyperemia yang menyertai radang akut, sehingga terjadi kemerahan
pada jaringan yang meradang. Warna merah padam pada wajah ketika malu merupakan
vasodilatasi yang muncul akibat respon terhadap stumuli neurogenic. Contoh dari kongesti
aktif fisiologis yaitu pengiriman darah lebih banyak sesuai dengan kebutuhan jaringan yang
sedang bekerja seperti otot yang sedang berkontraksi aktif. Hal ini disebut dengan
hyperemia fungsional. Kongesti aktif sering terjadi dalam waktu singkat, apabila
rangsangan terhadap dilatasi arteriol berhenti maka aliran darah ke daerah tersebut akan
berkurang dan keadaan akan menjadi normal kembali.

2. Kongesti pasif
Kongesti pasif adalah terjadinya gangguan aliran darah pada suatu daerah.
Pebekanan pada venula-venula dan vena yang mengalirkan darah dari jaringan dapat
menimbulkan kongesti pasif. Sebagai contoh yaitu tumor yang menekan aliran vena lokal
dari suatu daerah. Ongesti dapat juga terjadi karena gangguan system sirkulasi darah
sistemik yang dapat mengganggu drainase vena (Gambar 2) seperti kegagalan ventrikel
jantung kiri mengakibatkan aliran darah yang kembali ke jantung dari paru-paru akan
terganggu. Pada keadaan ini darah akan terbendung didalam paru-paru dan akan
menimbulkan kongesti pasif pembuluh darah paru-paru. Apabila terjadi kegagalan
ventrikel jantung kanan, bendungan darah akan mempengaruhi aliran vena sistemik
sehingga banyak jaringan diseluruh tubuh mengalami kongesti pasif.
Kongesti pasif yang berlangsung singkat keadaan ini disebut dengan kongesti pasif
akut, sedangkan kongesti pasif yang berlangsung lama keadaan ini disebut sebagai kongesti
pasif kronis. Kongesti pasif akut biasanya tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada
jaringan tersebut (Gambar 3b), tetapi kongesti pasif kronis dapat mengakibatkan perubahan
perubahan permanen pada jaringan. Perubahan ini terjadi pada jaringan yang mengalami
kongesti pasif dan apabila perubahan pada aliran darah ini cukup nyata, maka terjadi
hipoksia jaringan yang menyebabkan menyusutnya jaringan atau bahkan dapat
menyebabkan hilangnya sel-sel dari jaringan tersebut.
Pengaruh kongesti pasif kronis khususnya dapat terihat pada paru-paru dan hati.
Pada paru-paru yang mengalami kongesti akan mengakibatkan dinding ruang udara
cenderung menebal dan banyak sekali makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin,
pigmen ini terbentuk sebagai hasil pemecahan Hb dari sel-sel darah merah yang lolos dari
pembuluh darah yang mengalami kongesti kedalam ruang udara. Pada hati, kongesti pasif
kronis mengakibatkan dilatasi nyata dari pembuluh darah di sentral tiap lobules hati disertai
dengan penyusustan sel-sel hati. Perubahan yang mencolok di hati yaitu penampilan yang
terlihat kasar yang ditimbulkan oleh hyperemia daerah sentrobuler diselingi daerah-daerah
perifer tiap lobus yang lebih sedikit terpengaruh (Nutmeg liver) (Gambar 3a). Kongesti
pasif kronis juga dapat menyebabkan dilatasi vena di daerah yang mengalami kongesti.
Akibat lain dari kongesti pasif kronis adalah terjadinya dilatasi vena pada daerah yang
kongesti dan dinding vena akan menjadi fibrotic serta vena cenderung memanjang.

(Gambar 2)
Perbedaan pada pembuluh darah yang mengalami hyperemia dan kongesti.
(Gambar 3)
Kongesti pasif pada hati. (A) kongesti pasif kronis pada hati (Nutmeg liver); (B) Kongesti
pasif akut pada hati.

Sumber:
McGavin MD, Zachary JF.2007. Phatologic Basis of Venterinary Disease. Edisi ke-4.
USA: Mosby Elsevier.
Price SA, Wilson L M. 2006. Patofisiologi. Edisi VI. Volume I. Jakarta: EGC.
Pazra DF.2008. Gambaran Histopatologi Insang, Otot dan Usus pada Ikan Lele (Clarias
spp.) [Skripsi]. Bagor: FKH IPB.

Anda mungkin juga menyukai