Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan penyakit yang familiar yang sering kita jumpai. Ada
beberapa macam penyebab dari asma ini, sehingga dalam pembahasan ini akan
dibatasi dalam sebuah definisi sederhana. Asma merupakan satu hipereaksi dari
bronkus dan trakea, sehingga mengakibatkan penyempitan saluran napas yang
bersifat reversible. Akibatnya, setiap hari penderita akan mengalami kesulitan
bernapas.
Mengacu pada data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang
mengalami asma diseluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di
negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami
peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya
hidup dan peningkatan polusi udara. Riset kesehatan dasar tahun 2013
melaporkan, prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan
jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada
disabilitas kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua
usia 75-79 tahun.
Diluar usia tersebut kematian dini berkurang namun lebih banyak
memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit
yang menyebabkan disabilitas diseluruh dunia. Dengan demikian sebagai
perawat hendaknya kita mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan keluhan asma, dan kita mampu meningkatkan kesadaran setiap orang
untuk lebih mewaspadai penyakit asma dan mengetahui waktu yang tepat untuk
mengatasi penyakit saluran pernafasan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari asma?

1
2. Bagaimanakah etiologi dan klasifikasi dari asma?
3. Bagaimanakah patofisiologi dan pathway dari asma?
4. Apasajakah manifestasi klinis dan komplikasi yang muncul pada asma?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang pada asma?
6. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan: asma?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan apakah pengertian dari asma.
2. Menjabarkan bagaimanakah etiologi dan klasifikasi dari asma.
3. Menjabarkan bagaimanakah patofisiologi dan pathway dari asma.
4. Menjelaskan apasajakah manifestasi klinis dan komplikasi yang muncul
pada asma.
5. Menajbaarkan bagaimanakah penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang
pada asma.
6. Menjelaskan bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan: asma.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Asma adalah kelainan inflamasi kronik saluran napas. Proses inflamasi ini
melibatkan berbagai sel inflamasi antara lain sel mast, eosinophil, limfosit T dan
neutrophil. Pada individu yang sensitive kelainan inflamasi ini menyebabkan
gejala-gejala yang berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang menyeluruh
dengan derajat yang bervariasi, yang sering membaik (reversible) secara spontan
maupun dengan pengobatan. Inflamasi kronik ini juga menyebabkan
hiperreaktivitas bronkus terhadap sebagai rangsangan (Global Iniative for asthma,
2002).
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dengan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic Society)
Secara klinis asma dikarakterisasi oleh penyempitan saluran napas sebagai
akibat berbagai faktor pencetus, seperti misalnya zat-zat allergen, cuaca, gas-gas
dan debu iritan, faktor-faktor fisik, dan lain-lain. Hiperresponsif saluran napas ini
menyebabkan obstruksi saluran napas dengan derajat yang bervariasi dan
berfluktuasi. Dapat terjadi fluktuasi secara spontan perbaiakan karena pengaruh
obat bronkodilator atau kortikosteroid, atau perburukan obstruksi karena pengaruh
obat-obatan atau rangsangan yang lain. Dengan demikian hiperresponsif dan
reversibility saluran napas adalah karakteristik utama dalam diagnose asma.

2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan timbulnya serangan asma bronchial:
1. Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi

3
biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga mempunyai penyakit
alergi yang serupa. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar faktor pencetus.
2. Allergen
Allergen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh: debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: Makanan dan obat-
obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh:
pehiasan, logam, dan jam tangan.
3. Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angina, serbuk bunga, dan debu.
4. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat
serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stress belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diatasi.
5. Olahraga/aktivita jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)

4
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan berkembang menjadi bronchitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

2.4 Patofisiologi
Obstruksi salura nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,
sumbat mucus, edema dan inflamsi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat
selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase
tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi
terjebak tidak bisa di ekspirasi. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran
nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Penyempitan saluran
napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar, sedang, maupun kecil.
Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas besar, sedangkan
pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan di banding
mengi. Penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
2. Ketidaksimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak
setara dengan sirkulasi darah paru.

5
3. Gangguan difusi gas ditingkat alveoli.

ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan:

a. Hipoksemia
b. Hiperkapnia
c. Asdosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut.

6
2.5 Pathway

Pencetus serangan
(allergen, emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi)

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya subtansi vasoaktif

(histamine, bradykinin, dan anafilatoksin)

Kontraksi otot polos Permebilitas kapiler Sekresi mucus meningkat

 Kontraksi otot polos


bronkospasme  Edema mukosa Produksi mucus bertambah
 hipersekresi

Bersihan jalan nafas Ketidakseimbangan nutrisi:


tidak efektif Kurang dari kebutuhan
Obstruksi saluran nafas
tubuh (resiko/actual)

Hipoventilasi

Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah paru-paru


Gangguan disfungsi gas di alveoli

Gangguan pertukaran Gas


Hipoksemia
Hiperkapnea

7
2.6 Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada serangan penderita tampak bernafas cepat dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita
ada yang merasa nyeri dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang
timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, ganguan kesadaran,
hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering
terjadi pada malam hari. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu:
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V

8
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti: Kontraksi otot-otot
pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.

2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau
aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelectasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma.

9
3. Memberikan pendidikan kepada penderita atau keluarga mengenai penyakit
asma, Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya dehingga penderita
mengeti tujuan pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter
atau perawat yang merawat.
a. Pengobatan
Pengobatan pada asma bronchial terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a) Memberikan penyuluhan seputas asma bronchial.
b) Menghindari faktor pencetus.
c) Pemberian cairan.
d) Fishioterapi.
e) Beri 𝑂2 bila perlu
2) Pengobatan farmakologi
a) Bronkodilator obat yang memiliki fiungsi melebarkan saluran
nafas. Terbagi dalam dua golongan:
 Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan eferdrin).
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (Berotec),
Terbutalin (Bricasma).
 Santin (Teofilin). Nama obat: Aminofilin (Amicam sup).
Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex).

Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati


bila mengonsumsi obat ini:

b) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian 1 bulan.

10
c) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini
adalah dapat diberikan secara oral.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Test Diagnostik
a. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut
memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat
penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada
serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu
hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang menurun.
Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma
tersebut.
b. EKG
Elektrokardiografi (EKG): Tanda – tanda abnormalitas sementara dan
refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi (P
pulmonal), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda –
tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses
patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak,
pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain.
2. Test Laboratorium
a. Analisa Gas Darah
AGD dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi
pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak
berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis (CO2 rendah) adalah
temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 (ke

11
kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali
merupakan tanda bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat,
PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.
b. Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi
darieadema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari
perlekatannya. Perwarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri,
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat
hipoksia atau hiperkapnea.
d. Sel eosinophil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 –
1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Anamnesa
Klien dengan seragam status asmatikus datang dengan keluhan sesak
nafas hebat dan mendadak diikuti dengan gejala – gejala lain, yaitu wheezing,
penggunaan otot bantu nafas, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.

b. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan masa lalu
a) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
b) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor
lingkungan.
2. Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.
b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Pemeriksaann Fisik Fokus Pernapasan
a) Inspeksi
Pada klien dengan status asmatikus terlihat adanya peningkatan
usaha dan frekuensi pernafasan penggunaan otot bantu nafas,
terlihat kelelahan sampai gelisah, dan kadang didapatkan kondisi
sianosis. Nafas memburuk ketika klien berbaring terlentang
ditempat tidur.
b) Palpasi
Pada palpasi kesimetrisan, ekspansi, dan traktil fremitus biasanya
normal.

13
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor,
sedangkan diagfragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi
Ekspirasi memanjang disertai wheezing atau mengi (di apeks
dan hilus).
4. Asupan Nutrisi
a) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
b) Penurunan berat badan karena anoreksia.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Test Diagnostik
a) Foto Thoraks
b) EKG
c) Radiologi
2. Test Laboratorium
a) Analisa Gas Darah
b) Sputum.
c) Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
d) Sel eosinophil
d. Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa

1. Ds: Pencetus serangan Besihan jalan nafas


Klien mengatakan sesak tidak efektif
nafas. Reaksi antigen dan antibody
Do:
- Adanya suara nafas Dikeluarkanya substansi
tambahan Ronchi. vasoaktif
- Pernafasan >20 x/m
Sekresi mucus meningkat

14
Produksi mucus bertambah

Obstruksi saluran nafas

Besihan jalan nafas tidak


efektif
2. Ds: Obstruksi saluran nafas Gangguan pertukaran
Klien mengatakan sesak gas
nafas. Hipoventilasi
Do: Distribusi ventilasi tidak merata
Frekuensi nafas>20x/m dengan sirkulasi darah paru-paru
Frekuensi nada >90x/m gangguan disfungsi gas di
Dispne alveoli
Sianosis
GDA abnormal Hipoksemia
Hiperkapnea

Gangguan pertukaran gas


3. Ds: Dikeluarkannya substansi Ketidakseimbangan
nutrisi:
Pasien mengeluh nafsu vasoaktif
Kurang dari
makan menurun/ taka da kebutuhan tubuh
(resiko/actual)
keinginan makan. Permeabilitas kapiler
Do:
BB - Kontraksi otot polos
Mual/muntah - Edema mukosa
Tampak lemah - Hipersekresi

15
Keluhan sistemis,
mual/muntah, intake
nutrisi tidak adekuat,
malaise kelemahan
keletihan fisik

Ketidakseimbangan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh
(resiko/actual)

e. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1. 1 NOC: NIC:
- Respiratory status: Ventilasi - Pastikan kebutuhan oral/
- Respiratory status: Airway tracheal suctioning.
patency - Beri 𝑂2 …. l/mnt, metode
- Aspiration control ….
- Anjurkan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan
istirahat dan nafas dalam
keperawatan selama 3 x 24 jam
- Posisikan pasien untuk
pasien menunjukkan keefektifan
memaksimalkan ventilasi
jalan nafas dibuktikan dengan
- Lakukan fisioterapi dada
kriteria hasil:
jika perlu.
- Demonstrasikan batuk efektif - Keluarkan secret dengan
dan suara nafas yang bersih, batuk atau suction
tidak ada sianosis dan dyspneu - Auskultasi suara nafas,
(mampu mengeluarkan catat suara nafas tambahan
sputum, bernafas dengan - Berikan bronkodilator
mudah)

16
- Menunjukan jalan nafas yang - Pertahankan hidrasi yang
paten (Klien tidak merasa adekuat untuk
tercekik, irama nafas, mengencerkan secret.
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
- Foto thorak dalam batas
normal
2. 2 NOC: NIC:
- Respiratory status: Gas - Posisikan pasien untuk
exchange memaksimalkan ventilasi.
- Keseimbangan asam basa, - Lalukan fisioterapi dada
elektrolit jika perlu
- Respiratory status: ventilation - Berikan bronkodilator
- Vital sign status - Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
Setelah dilakukan tindakan
penggunaan otot
keperawatan selama 3x 24 jam
tambahan, retraksi otot
gangguan pertukaran gas pasien
supraclavicular dan
teratasi dengan kriteria hasil:
intercostal.
- Mendemonstrasikan - Monitor pola nafas:
peningkatan ventilasi dan bradipena, takipenia,
oksgenasi yang adekuat. kussmaul, hiperventilasi,
- Memelihara kebersihan paru cheyne stokes.
dan bebas dari tanda distress - Auskultasi suara nafas,
pernafasan. catat area penurunan/ tidak
- TTV dalam rentang normal adanya ventilasi dan suara
- AGD dalam batas normal tambahan

17
- Monitor TTV, AGD,
Elektrolit dan status
mental.
- Jelaskan pada pasien dan
keluarga tetang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan
(𝑂2, suction, inhalasi).

3. 3 NOC: NIC:
- Nutrional status: adequatcy of - Kaji adanya alergi
nutrient makanan
- Nutrional status: food and - Kolaborasi dengan ahli
fluid intake gizi untuk
- Weight control memnetukanjumlah kalori
dan nutrisi yang
Setelah dilakukan tindakan
dibutuhkan pasien.
keperawatan selama 3x 24 jam
- Yakinkan diet yang
nutrisi kurang teratasi dengan
dimakan mengandung
indicator:
tinggi serat untuk
- Albumin serum mencegah konstipasi.
- Hematocrit - Monitor adanya penurunan
- Hemoglobin BB dan gula darah.
- Jumlah limfosit - Monitor turgor kulit.
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht.
- Monitor mual dan muntah.
- Monitor intake nutrisi.

18
- Informasikan pada klien
dan klien tentang manfaat
nutrisi.

f. Discharge Planning

Discharge planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien


mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Berikut adalah beberapa discharge planning yang bisa
dilakukan pasien asma:

1. Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan,


mendeteksi substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
2. Menghindari agen penyebab serangan antara lain bantal, Kasur
(Kapas), pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, sabun, makanan
tertentu, jamur, dan serbuk sari.
3. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan
gejala yang menyulitkan seperti bangun saat malam hari dengan
serangan akut atau mengalami infeksi pernafasan.
4. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar
tidak mengental.
5. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus dihindari karena infeksi
dapat mencetuskan serangan.
6. Menggunakan obat-obat sesuai resep.
7. Control ke dokter sesuai pesanan.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asma adalah kelainan inflamasi kronik saluran napas. Proses inflamasi
ini melibatkan berbagai sel inflamasi antara lain sel mast, eosinophil, limfosit
T dan neutrophil. Pada individu yang sensitive kelainan inflamasi ini
menyebabkan gejala-gejala yang berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang menyeluruh dengan derajat yang bervariasi, yang sering membaik
(reversible) secara spontan maupun dengan pengobatan. Beberapa hal yang
memicu timbulnya asma antara lain: Genetik, Allergen, Perubahan Cuaca,
bunga. Stress, Olahraga/aktivita jasmani yang berat. Komplikasi yang
seringkali muncul: Status asmatikus, Atelectasis, Hipoksemia, Pneumotoraks,
Emfisema. Pelaksanaan sesuai prosedur keperawatan diagnose NANDA yang
seringkali muncul pada penderita asma yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif,
gangguan pertukaran gas, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang mana
intervensi dilakukan sesuai dengan NIC dan NOC.

4.2 Saran
Penyakit asma dapat ditangani dengan baik, tergantung dari motivasi
pasien sendiri dan suport dari keluarga. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam
penangan pada kasus ini antara lain: memberikan asuhan keperawatan,
memberikan pendidikan seputar penyakit. Diharapkan adanya makalah ini
mampu digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi penyusun khususnya
pembaca, maupun sebagai sumber untuk menyusun makalah-makalah lainnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Murwani, Arita. (2008). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta. Mitra Cendikia
Press.
Mubarak, Wahit. (2012). Standar Asuhan Keperawatan dan Praktik Prosedur Tetap
Dalam Praktik Keperawatan. Salemba Medika
Naga, S Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta.
Diva Press
Rukhmana H. Lendra. (2016). Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial. Tidak
diterbitkan. [Online]. Tersedia di: https://www.scribd.com/doc/304332525.
Diakses: 7 Oktober 2019.
Yanti, Fatma. (__). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma. Tidak
diterbitkan. [Online]. Tersedia di
http://www.academia.edu/11810937/ASUHAN _KEPERAWATAN_PADA
PASIEN_DENGAN_ASMA. Diakses 13 Oktober 2019

21

Anda mungkin juga menyukai