Anda di halaman 1dari 130

ANALISISTERHADAP PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM

PENGADILAN AGAMA NGANJUK NOMOR 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj


TENTANG PEMBAYARAN NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH, DAN
NAFKAH‘IDDAH SEBELUM PENGUCAPAN IKRAR TALAK

SKRIPSI

Oleh:

FAHCHURIZAL AHZANI
NIM: 210114028

Pembimbing:

RIF’AH ROIHANAH, S.H., M.Kn.


NIP. 197503042009122001

JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2018
ANALISISTERHADAP PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM
PENGADILAN AGAMA NGANJUK NOMOR 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj
TENTANG PEMBAYARAN NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH, DAN
NAFKAH‘IDDAH SEBELUM PENGUCAPAN IKRAR TALAK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar


sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Oleh:

FAHCHURIZAL AHZANI
NIM: 210114028

Pembimbing:

RIF’AH ROIHANAH, S.H., M.Kn.


NIP. 197503042009122001

JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2018

i
ii
iii
iv
MOTTO



“kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya)


mut'ah menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang
bertakwa”
(Q.S.Al-Baqarah: 241)

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, Alhamdulillah karya tulis ini
penulis persembahkan untuk bapakku Mislan yang selalu membimbing anaknya
dengan sabar dan teruntuk almarhummah ibuku Soepojo yang semoga selalu
mendapatkan nikmat dan perlindungan di alam sana.
Amin.

Berkat usaha dan do‟a orangtua, ananda dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan perlindungan kepada
kedua orangtuaku tercinta, serta dapat dipertemukannya kami di Surga-Nya kelak.
Amin.

Teruntuk kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan


kepadaku baik moril maupun materil, beserta seluruh keluarga sanak familiku
yang senantiasa memberikan bantuan di saat susah maupun senang. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang lebih besar.
Amin.

Teruntuk guru-guruku, kawan-kawan seperjuanganku khususnya kawan-kawan


kelas SA.A „14, KPM ‟17 kel 14, Praktikum PA Nganjuk „17, LKBH dan
POSBAKUM IAIN Ponorogo, dan tak lupa teruntuk kekasih hatiku,
serta semua orang di sekitarku yang turut memberikan pengaruh
dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat semangat
dalam menempuh studi di jenjang perguruan tinggi ini.
Semoga langkah kita semua diberikan kemudahan
dan ridho dari Allah SWT.
Amin.

vi
ABSTRAK

FahchurizalAhzani,2018. Analisis terhadap Pertimbangan Putusan Hakim


Pengadilan Agama Nganjuk Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang
Pembayaran Nafkah Ma>d}iyah, Mut’ah, dan Nafkah ‘Iddah Sebelum Pengucapan
Ikrar Talak. Skripsi. Jurusan Ahwal Syakhshiyyah Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Rif’ah Roihanah, S.H., M.Kn.

Kata Kunci: Nafkah Ma>d}iyah, Mut’ah,Nafkah ‘Iddah, dan ikrar talak

Nafkah ma>d}iyah, mut’ah,dannafkah ‘iddah adalah kewajiban suami kepada istri


akibat perceraian yang pembayarannya dilakukan setelah penyucapan ikrar talak,
seperti yang tertulis dalam ketentuan pasal 149 Kompilasi Hukum Islam, namun
dalam kasus yang ada di Pengadilan Agama Nganjuk menangani perkara dengan
nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngjyang dalam dalam putusannya mewajibkan suami
untuk membayarnafkah ma>d}iyah, mut’ah,dannafkah ‘iddah kepada istri sebelum
pengucapan ikrar talak.Hal ini menjadikan penulis tertarik untuk
mengkajinyalebih dalam dengan rumusan masalah yaitu:1) Apa faktor-faktor
yang mempengaruhi pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor
0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah, dan nafkah
‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak. 2) bagaimana dampak adanya putusan
perkara nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah ma>d}iyah,
mut’ah, dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak.

Untuk menjawab pertanyaan di atas peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,


dengan mencari data melalui wawancara para hakim yang menangani perkara
tersebut sebagai sumber data primer, kemudian data sekunder diperoleh dari buku
yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini. Selanjutnya data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan sistem deskriptif analisis. Dalam pengumpulan
data menggunakan teknik penelitian lapangan (field research) dan pengambilan
kesimpulan (verifikasi). Lokasi penelitian ini di Pengadilan Agama Nganjuk.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa yang menjadikan faktor hakim mewajibkan


suami membayarnafkah ma>d}iyah, mut’ah,dannafkah ‘iddah kepada istri sebelum
pengucapan ikrar talak adalah untuk melindungi hak-haknya istri dan agar
putusan yang dikeluarkan pengadilan dapat memberi keadilan dan manfaat bagi
masing-masig pihak yang masuk dalam kategori mas}lahah mursalah. Secara
hukum yang berdasar pada pasal 58 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, dampak adanya pembayaran nafkah ma>d}iyah,
mut’ah,dannafkah ‘iddah yang dilakukan sebelum ikrar talak sama dengan
pembayaran nafkah yang dilakukan setelah ikrar talak, namun hal ini menjadikan
kemanfaatan lebih, dari pihak istri yang tidak perlu menempuh jalur eksekusi
untuk mendapatkan haknya dan tetap terkabulkannya permohonan talak suami
serta menghindarkan pihak suami dari kelalaian terhadap kewajibannya tersebut.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,


taufiq serta hidayah kepada hamba-hambaNya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi Strata 1
Jurusan Ahwal Syakhshiyyah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo. Selanjutnya shalawat beserta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang senantiasa kita
nantikan pertolongan dan syafaatnya kelak di hari akhir.

Terselesaikannya penelitian penulis ini yang berjudul ‚Analisis terhadap


Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Nganjuk Nomor
0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang Pembayaran Nafkah Ma>d}iyah, Mut’ah, dan
Nafkah ‘Iddah Sebelum Pengucapan Ikrar Talak‛ tidak terlepas dari pengaruh
faktor eksternal dari penulis. Sehingga penulis menyadari adanya bantuan,
arahan, bimbingan oleh banyak pihak, maka penulis haturkan ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menimba ilmu di kampus tercinta.
2. Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo yang telah membantu kelancaran dalam
proses pendidikan penulis selama di Fakultas Syariah hingga menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. Miftahul Huda, M.Ag., selaku Pelaksana Harian Ketua Jurusan Ahwal
Syakhshiyyah Fakultas Syariah IAIN Ponorogo yang selalu memberikan
bantuan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

viii
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan:

Arab ind. Arab ind. Arab ind. Arab ind.


‫ء‬ ’ ‫د‬ d ‫ض‬ d} ‫ك‬ k
‫ب‬ b ‫ذ‬ dh ‫ط‬ t} ‫ل‬ l
‫ت‬ t ‫ر‬ r ‫ظ‬ z} ‫م‬ m
‫ث‬ th ‫ز‬ z ‫ع‬ ‘ ‫ن‬ n
‫ج‬ j ‫س‬ s ‫غ‬ gh ‫ه‬ h
‫ح‬ h} ‫ش‬ sh ‫ف‬ f ‫و‬ w
‫خ‬ kh ‫ص‬ s} ‫ق‬ q ‫ي‬ y

2. Vokal pendek:

Fath}ah = a, kasrah = i, d}ammah = u

3. Vokal panjang:

Fath}ah = a>, kasrah =i<, d}ammah = u>

4. Vokal rangkap (diftong) ditransliterasikan dengan gabungan dua huruf ‚ay‛

dan ‚aw‛

Contoh:

Bayna, alayhim, qawl, mawd}u>ah

5. Kata yang ditransliterasikan dan kata-kata dalam bahasa asing yang belum

terserap menjadi bahasa baku Indonesia dicetak miring.

6. Bunyi huruf akhir sebuah kata pada umumnya tidak dinyatakan dalam

transliterasi. Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir.

Contoh:

x
Ibn Taymi>yah bukan Ibnu Taymi>yah. Inna al-d>in ‘inda Alla>h al-Isla>m bukan

inna al-d>ina ‘inda Alla>hi al-Isla>mu. Fahuwa wa>jib bukan fahuwa wa>jibun.

7. Ta>’ marbu>t}ah selain pada mud}a>f ditransliterasikan dengan ‚ah‛ sedangkan

pada mud}a>f ditransliterasikan dengan ‚at‛.

Contoh:

a. Na’t dan mud}a>f ilayh : Sunnah sayyi’ah, al-maktabah al-mis}ri<yah.

b. Mud}a>f : mat}ba’at al-a>mmah.

8. Kata yang berakhir dengan ya>’mushaddadah (ya’ bertashdi<d)

ditransliterasikan dengan i<. Jika i< diikuti dengan ta>’ marbu>t}ah maka

transliterasinya adalah i<yah. Ya>’ bertashdi<d berada di tengah kata

ditransliterasikan dengan yy.

Contoh:

a. al- Ghaza>li<, al-Nawa>wi<

b. Ibn Taymi<yah, al-Jawzi<yah.

c. Sayyid, mu’ayyid, muqayyid.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

E. Telaah Pustaka ........................................................................ 9

F. Metode Penelitian .................................................................... 15

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................... 15

2. Kehadiran Peneliti ............................................................ 16

3. Lokasi Penelitian .............................................................. 16

4. Data dan Sumber Data ...................................................... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 18

xii
6. Analisis Data...................................................................... 19

7. Pegecekan Keabsahan Data .............................................. 20

8. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 21

G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 22

BAB II: NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH, DAN NAFKAH ‘IDDAH

SEBAGAI AKIBAT DARI PUTUSNYA PERKAWINAN

A. Gambaran Umum Proses Ikrar Talak ........................................ 24

B. Nafkah yang Timbul Akibat dari Putusnya Perkawinan .......... 27

1. Mut’ah ................................................................................. 27

2. Nafkah ‘Iddah ...................................................................... 29

3. Nafkah Ma>d}iyah .................................................................. 33

C. Kemanfaatan dalam Mas}lah}ah Mursalah .................................. 36

1. Pengertian dan Dasar Hukum Mas}lah}ah Mursalah ............. 36

2. Syarat dan Macam Mas}lah}ah................................................ 41

3. Objek Mas}lah}ah Mursalah .................................................... 43

BAB III: PUTUSAN DAN DASAR PERTIMBANGANHAKIM

PENGADILAN AGAMANGANJUK DALAM PERKARA

NOMOR: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

A. Gambaran Umum tentang Pengadilan Agama Nganjuk ........... 45

1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Nganjuk ..................... 45

2. Visi dan Misi......................................................................... 49

3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Nganjuk ................ 50

xiii
B. Deskripsi tentang Putusan Perkara Nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj ........................................................... 52

C. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Memutus Perkara

Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj .............................................. 56

BAB IV: ANALISIS TERHADAP PERTIMBANGAN PUTUSAN

HAKIM PENGADILAN AGAMA NGANJUK NOMOR

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj TENTANG PEMBAYARAN

NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH, DAN NAFKAH ‘IDDAH

SEBELUM PENGUCAPAN IKRAR TALAK

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Hakim

dalam Memutus Perkara Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

tentang Membayar Nafkah Ma>d}iyah, Mut’ah, dan Nafkah

‘iddah Sebelum Pengucapan Ikrar Talak .................................. 62

B. Analisis Terhadap Dampak Adanya Putusan Nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang Membayar Nafkah

Ma>d}iyah, Mut’ah, dan Nafkah ‘iddah Sebelum Pengucapan

Ikrar Talak ................................................................................. 71

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 78

B. Saran-Saran .............................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI

LAMPIRAN

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam dikatakan sebagai agama sampai akhir zaman. Islam

membawa ajaran-ajaran bukan hanya masalah ibadah kepada Allah SWT,

tetapi Islam juga membawa ajaran terkait muamalah, jinayah dan

munakahat. Munakahat yaitu ajaran mengenai perkawinan yang sesuai

syari’at Islam. Perkawinan adalah suatu ibadah, sehingga melaksanakan

perkawinan juga merupakan ibadah dan melaksanakan perintah Allah dan

Rasul-Nya dan bukan semata-mata urusan keperdataan saja, seperti yang

dianut perkawinan negara barat.1 Sedangkan di Indonesia sudah diatur

dalam Undang-undang tentang Perkawinan yang berdasar ketentuan

hukum Islam.

Pada prinsipnya tujuan perkawinan menurut Undang-undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal. Pasal 1 menegaskan:

‚Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan


seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa‛.

Untuk itu, penjelasan umum poin 4 huruf a menyatakan, suami istri perlu

saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat

1
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 81.

1
2

mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan

spiritual dan material. Karena itu, undang-undang ini juga menganut asas

atau prinsip mempersukar terjadinya perceraian. Untuk memungkinkan

perceraian harus ada alasan-alasan tertentu serta dilakukan di depan

sidang pengadilan.2

Masalah putusnya perkawinan serta akibatnya, Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengaturnya dalam Bab VIII

pasal 38 sampai dengan pasal 41. Tata cara perceraian diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14 sampai dengan pasal

36, dan hal-hal teknis lainnya dalam Peraturan Menteri Agama

(Permenag) Nomor 3 Tahun 1975. Pasal 38 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 tengtang Perkawinan menyatakan bahwa Perkawinan dapat

putus karena kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan. Pasal

113 Kompilasi Hukum Islam sama dengan pasal 38 UU Perkawinan yaitu

perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan keputusan

Pengadilan. Dilanjutkan dengan Pasal 114 KHI berbunyi:

‚Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat


terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian‛.

Pasal 115 KHI menegaskan bunyi pasal 39 ayat (1) sesuai dengan konsep

KHI yaitu untuk orang Islam:

‚Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan


Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak‛.3
2
Ahmad Rofiq,Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), 268.
3
Ibid., 274-275.
3

Talak merupakan salah satu penyebab putusnya perkawinan yang

akan menimbulkan akibat berupa kewajiban-kewajiban mantan suami

terhadap mantan istri setelah talak diucapkan, hal ini berdasar pada Al-

Qur’an surat al-Ahzab ayat 49:







Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi


perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan
mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak
wajib atas mereka '‘iddah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya. maka berilah mereka mut'ah dan
lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.‛ (Q.S
al-Ahzab: 49)4

Oleh karena itu, apabila perkawinan putus atau terjadi perceraian, tidak

begitu saja selesai urusannya, akan tetapi ada akibat-akibat hukum yang

perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai. Akibat hukum

perkawinan yang terputus tersebut dapat berupa nafkahmut’ah dan nafkah

‘iddah seperti yang diterangkan ayat Al-Qur’an di atas.

Akibat talak menurut ketentuan pasal 149 Kompilasi Hukum

Islam dinyatakan bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas

suami wajib:

4
Al-Qur’an, 33: 49.
4

a. Memberikan mut'ah yang layak kepada bekas istrinya, baik


berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla al-
dukhul.
b. Memberi nafkah, maskan dan kiswah (tempat tinggal dan
pakaian, pen) kepada bekas istri selama dalam ‘iddah, kecuali
bekas istri telah dijatuhi talaq ba'in atau nusyuz dan dalam
keadaan tidak hamil.
c. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh
apabila qabla al-dukhul.
d. Memberikan biaya hadlanah (pemeliharaan, termasuk di
dalamnya biaya pendidikan, pen.) untuk anak yang belum
mencapai umur 21 tahun.5

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf,

zakat, infak, sedekah, ekonomi syariah. Maksud perkawinan di sini adalah

hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai

perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syariah,6 dan perkara

perceraian karena talak masuk didalamnya. Peradilan agama masuk dalam

ranah perdata dan berdasar hukum acara perdata, sebagai bagian dari

hukum acara, maka Hukum Acara Perdata mempunyai ketentuan-

ketentuan pokok yang bersifat umum dan dalam penerapannya hukum

acara perdata mempunyai fungsi untuk mempertahankan, memelihara,

dan menegakkan ketentuan-ketentuan hukum perdata materil. Oleh

5
Ahmad Rofiq,Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), 282-
283.
6
Dewi Iriani,Pengetahuan Ilmu Hukum dan Pengenalan tentang Hukum di Indonesia,
(Ponorogo: Senyum Indonesia, 2015), 167.
5

karena itu eksistensi hukum acara perdata sangat penting dalam

kelangsungan ketentuan hukum perdata materiil. 7

Hakim adalah orang yang mengadili perkara di pengadilan.8

Hakim peradilan agama mempunyai tugas untuk menegakkan hukum

perdata Islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara yang diatur

dalam hukum acara Peradilan Agama.9 Putusan merupakan salah satu

produk hakim dari hasil pemeriksaan perkara di persidangan.10 Dalam

putusan perkara cerai talak ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

hakim, yaitu:

a. Hakim harus mengadili seluruh petitum dalam permohonan dan tidak

boleh mengadili lebih dari yang diminta dalam petitum (pasal 178

HIR/pasal 189 R.Bg), kecuali undang-undang menentukan lain.

b. Menurut ketentuan pasal 41 huruf c Undang-undang Perkawinan,

yang merupakan lex specialis, maka Hakim karena jabatannya, tanpa

harus ada permintaan dari pihak istri, dapat mewajibkan/menghukum

dalam putusan tersebut kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

istri.

7
Martha Eri Safira,Hukum Acara Perdata, (Ponorogo: Senyum Indonesia, t.th), 1
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia
9
A. Mukti Arto,Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 31.
10
Ibid., 245.
6

c. Hal tersebut dimaksudkan untuk terwujudnya perceraian yang adil

dan ihsan, di samping untuk terwujudnya peradilan yang sederhana,

cepat dan biaya ringan.

d. Hal-hal yang melekat menjadi kewajiban suami yang merupakan hak

istri tersebut meliputi: pemberian mut`ah yang layak, pelunasan

nafkah terhutang oleh suami, pemberian nafkah, maskan dan kiswah

selama masa ‘iddah, pelunasan mahar terhutang, pemberian biaya

hadlonah bagi anak-anak yang belum dewasa, yang semuanya itu

menurut ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kepatutan. Apabila

penyebab perceraian timbul dari suami, ia wajib memberi mut’ah.11

Dengan demikian hakim juga berhak untuk memberikan kewajiban

pembebanan kepada suami terhadap istrinya setelah perceraian. Seluruh

pembebanan tersebut seperti nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah

adalah kewajiban akibat perceraian, namun penulis menemukan putusan

perkara cerai talak Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj di Pengadilan Agama

Nganjuk yang amar putusannya berisi tentang pembayaran nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak. Hal

tersebut tertulis dalam putusan nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tepatnya

dalam diktum amar putusan rekonvensi poin ke tiga, yang bunyinya:

‚menghukum kepada tergugat rekonpensi untuk membayar nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebagaimana tersebut dalam dictum

11
Abdulkadir Muhammad,Hukum Perdata Indonesia,(Bandung: Citra Aditya Bakti,
2010), 121-122.
7

amar putusan poin ke 2 huruf a, b, c pada saat sebelum ikrar talak

diucapkan.‛12

Penulis telah melakukan observasi awal penelitian dengan mencari

data awal bahwa hakim anggota dari majlis hakim pemutus perkara

tersebut membenarkan tentang adanya isi salah satu diktum pada isi

amar putusan yang mewajibkan pemohon untuk membayarkan nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak.13 Hal

ini menimbulkan kontradiksi dari peraturan yang ada, bahwa pembayaran

nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah merupakan akibat dari ikrar

talak dan seharusnya dibayarkan sesudah ikrar talak seperti uraian yang

telah penulis paparkan di atas.

Hakim dalam memutus perkara pastinya memiliki faktor-faktor

yang mempengaruhi pertimbangan dan kebijakan yang berdasar hukum

serta alasan yang kuat, tidak terkecuali dalam memutus perkara Nomor

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj. Oleh karena itu hal inilah yang menjadikan

penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan kemudian dijadikan

sebuah karya tulis ilmiah berupa skripsi, tentang apa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertimbangan hakim tersebut dalam memutus perkara

Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj, dan bagaimana dampak kemaslahatan

dari putusan yang berisi amar demikian terhadap para pihak yang

berperkara.Maka selanjutnya penulis mengambil judul‚ANALISIS

12
Salinan Putusan Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj, hasil observasi awal lapangan
13
Observasi Awal pada tanggal 26 September 2017
8

TERHADAP PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM PENGADILAN

AGAMA NGANJUK NOMOR 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj TENTANG

PEMBAYARAN NAFKAHMA>D}IYAH, MUT’AH, DAN

NAFKAH‘IDDAH SEBELUM PENGUCAPAN IKRAR TALAK.‛

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah terhadap arah dan tujuan pembahasan dari

penelitian ini, maka penulis menentukan beberapa rumusan masalah

berikut ini:

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan hakim dalam

memutus Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah

ma>d}iyah, mut’ah, dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak?

2. Bagaimana dampak adanya putusanNomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

tentang membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah, dan nafkah ‘iddah

sebelum pengucapan ikrar talak?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan

hakim dalam memutus Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang

membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah, dan nafkah ‘iddah sebelum

pengucapan ikrar talak.

2. Untuk mengetahuidampak adanya putusanNomor

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah,

dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak.


9

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,

makadiharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan antara lain:

1. Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pembaca

pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa yang berkecimpung

dalam bidang hukum Islam yang berkaitan dengan masalah

membayarkan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum

pengucapan ikrar talak.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat

bagi para praktisi hukum di Lembaga Pengadilan Agama, masyarakat

umum dan penulis lain sekaligus sebagai informasi dalam

mengembangkan rangkaian penelitian lebih lanjut dalam karya

keilmuan yang lebih mendalam.

E. Telaah Pustaka

Cerai talak merupakan salah satu sebab dari putusnya perkawinan,

dengan mengucapkan ikrar talak oleh suami terhadap istri maka putuslah

perkawinan tersebut yang diikuti dengan kewajiban suami akibat

putusnya perkawinan tersebut, seperti membayarkan nafkah ma>d}iyah,

mut’ah, nafkah ‘iddah dan sebagainya.

Tidak sedikit tema penelitian tentang Perceraian dan akibat dari

perceraian, karena hal tersebut menarik untuk dikaji secara mendalam


10

oleh para peneliti, maka tidak dapat dipungkiri bahwa telah terdapat

banyak penelitian-penelitian dengan tema yang sejenis yang telah ada,

akan tetapi penulis memaparkan perbedaan penelitian yang dilakukan

penulis dengan penelitian yang telah ada.

1. Skripsi karya Nur Hidayati, Jurusan Ahwal Syakhshiyyah, Fakultas

Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, tahun 2017

yang berjudul ‛Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Nganjuk

Perspektif Madzhab Hanafi atas Kewajiban Nafkah yang Harus

Dipenuhi Suami pada Cerai Talak‛.14Penelitian ini membahas tentang

apa pertimbangan hakim dalam menentukan besarnya nafkah yang

harus dipenuhi suami setelah talak ditinjau dari Madzhab Hanafi.Hasil

penelitian ini bahwa hakim menggunakan KHI, Hukum Islam dan dari

segi Sosiologi untuk menentukan besaran nafkah, karena nafkah tidak

menjadi gugur disebabkan suami dalam keadaan tidak mampu

perekonomiannya. Selama belum mampu memberikan nafkah, suami

dianggap berutang kepada istrinya yang harus dibayar di kemudian

hari apabila ia mampu. Dalam kondisi yang demikian menurut

Hanafiyah hakim di negeri itu memberi izin kepada istri untuk

berutang kepada orang lain untuk memenuhi pembelanjaannya

meskipun suami tidak mengijinkannya.

14
Nur Hidayati, ”Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Nganjuk Perspektif Madzhab
Hanafi atas Kewajiban Nafkah yang Harus Dipenuhi Suami pada Cerai Talak”, Skripsi (Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2017), 1.
11

2. Skripsi karya Randy Kurniawan, Jurusan Ahwal Syakhshiyyah,

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung, tahun 2017 yang berjudul‛ Pelaksanaan Putusan Hakim

Tentang Nafkah Iddah dalam Perkara Cerai Talak (Studi Terhadap

Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang Nomor:

0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk)‛.15 Penelitian ini membahas tentang

perkara yang terjadi Nomor 0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk Hakim telah

mengabulkan nafkah iddah termohon dalam konvensi selaku

pemohon/rekonvensi dan menghukum pemohon/konvensi sebagai

termohon/rekonvensi untuk membayarkan semua tuntutan dalam

rekonvensi yang tercantum dalam amar putusan. Akan tetapi suami

tidak menunaikan atau melaksanakan pembayaran nafkah ‘iddah

tersebut. Hasil penelitian ini bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh

termohon apabila suami tidak melaksanakan pembayaran nafkah

‘iddah adalah dengan cara melakukan upaya permohonan eksekusi.

Selain itu juga prosedur pelaksanaan putusan hakim tentang nafkah

‘iddah di PengadilanAgama akan melalui beberapa tahapan yaitu:

Permohonan eksekusi, membayar biaya eksekusi, anmaning,

penetapan sita eksekusi, penetapan perintah eksekusi, pengumuman

lelang, permintaan lelang, pendaftaran permintaan lelang, penetapan

hari lelang, penetapan syarat lelang dan floor price, tata cara

15
Randy Kurniawan, “Pelaksanaan Putusan Hakim Tentang Nafkah Iddah dalam Perkara
Cerai Talak (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang Nomor:
0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk)”, Skripsi (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2017), 1.
12

penawaran, pembeli lelang dan menentukan pemenang, pembayaran

harga lelang barang hasil sita eksekusi nafkah iddah.

3. Skripsi karya Febryana Ramadhani, Jurusan Ahwal Syakhshiyyah,

Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo,

tahun 2017 yang berjudul ‚Tinjauan KHI dan PP Nomor 10 Tahun

1983 terhadap Pertimbangan Hakim tentang Hak-hak Istri dalam

Perkara Cerai Talak di Pengadilan Agama Pacitan Tahun 2016‛. 16

Penelitian ini membahas tentang dari adanya perceraian yang

disebabkan karena cerai talak maka di dalamnya terdapathak-hak istri

terhadap suami yang menjatuhkan talak kepadanya. Bagaimana

pertimbangan Hakimdalam memberikan izin talak dan hak-hak istri

dalam perkara di cerai talak di Pengadilan agama Pacitan. Hasil

penelitian ini bahwa Hakim Pengadilan Agama Pacitan dalam

menentukan putusan tentang permohonan cerai talak menggunakan

pertimbangan yuridis yaitu Pasal 66 sampai 72 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009 jo. Pasal 14 sampai 36 PP Nomor 9 Tahun 1975. Dan

penjelasan pasal 49 PP Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf F

Kompilasi Hukum Islam.

16
Febryana Diah Ramadhani, “Tinjauan KHI dan PP Nomor 10 Tahun 1983 terhadap
Pertimbangan Hakim tentang Hak-hak Istri dalam Perkara Cerai Talak di Pengadilan Agama
Pacitan Tahun 2016”, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2017), 1.
13

4. Skripsi karya Titin Titawati, Fakultas Hukum, Univ. Mahasaraswati

Mataram, tahun 2017 yang berjudul ‚Pemberian Nafkah Iddah

Ditinjau dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1 A Kota

Mataram)‛.17Skripsi ini membahas bahwa Dalam kasus perceraian,

suami berkewajiban untuk memberikan nafkah ‘iddah kepada istrinya

karena nafkah ‘iddah merupakan hak dari pada seorang istri yang telah

ditalak. Selama menjalanimasa ‘iddah, seorang istri juga tidak boleh

keluar rumah tanpa seizin suaminya mengingat statusnya

sebagaiseorang istri belum hilang sepenuhnya. Namun dalam banyak

kasus perceraian pemberian nafkah Iddah olehpihak suami kepada istri

dirasakan tidak adil dan pihak suami merasa diberatkan.Hasil

penelitian ini adalah Putusan Majelis Hakim yang memeriksa perkara

ini telah memenuhi asas keadilan dankemanfaatan, akan tetapi

penekanannya lebih kepada kepastian hukum. Majelis hakim melihat

asaskemanfaatan dan asas keadilan agar tidak memberatkan pihak

suami.

5. Skripsi karya Ahmad Musta’in Syafi’i, Program Studi Ahwal

Syakhshiyyah, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, tahun 2016 yang berjudul

‚Analisa Hukum Islam Terhadap Putusan PA Nomor

17
Titin Titawati , “Pemberian Nafkah Iddah Ditinjau dari Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1 A Kota
Mataram)”, Skripsi (Mataram: Univ. Mahasaraswati Mataram,2017), 1.
14

0689/Pdt.G/2013/Pa.Ngj Tentang Pemberian Mut’ah Dalam Perkara

Perceraian Fasak‛.18Penelitian ini membahas mengenai bagaimana

dasar hukum yang dipakai hakim dalam memutuskan perkara nomor

0689/Pdt.G/2013/PA.Nganjuk tentang pemberian mut’ah dalam

perkara perceraian fasakh.Hasil penelitian menunjukan bahwa Hakim

Pengadilan Agama Nganjuk dalam memutuskan perkara Nomor

0689/Pdt.G/2013/PA.Ngj hanya berdasarkan Kompilasi Hukum Islam

saja tidak melihat kedalam hukum Islam itu sendiri seperti pendapat

para ulama, akan tetapi hakim dalam putusannya lebih mengarah

untuk menciptakan rasa keadilan.

Dari beberapa telaah pustaka di atas memiliki tema kajian yang

sama, yaitu mengenai kewajiban mantan suami memberikan nafkah

kepada mantan istri (nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah), semua

penelitian tersebut memiliki masalah masing-masing dan belum ada yang

membahas tentang waktu pembayaran nafkah (nafkah ma>d}iyah, mut’ah

dan nafkah ‘iddah) sebelum ikrar talak seperti dalam putusan Nomor

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj.

Secara umum dalam beberapa penelitian di atas dijelaskan bahwa

pembayaran nafkah (nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah)

waktunya setelah pengucapan ikrar talak. Hal ini menjadikan bahwa

18
Ahmad Musta‟in Syafi‟i, “Analisa Hukum Islam Terhadap Putusan PA Nomor
0689/Pdt.G/2013/Pa.Ngj Tentang Pemberian Mut’ah Dalam Perkara Perceraian Fasak”, Skripsi
(Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2016), 1.
15

permasalahan yang akan penulis bahas dan teliti sangatlah berbeda

dengan masalah-masalah yang sudah diteliti sebelumnya, pada penelitian

penulis menekankan pada letak waktu pemberian nafkah (nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah) yang diberikan sebelum ikrar talak

dalam putusan hakim Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj di Pengadilan

Agama Nangjuk.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan jenis data yang dugunakan dalam penelitian ini

penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

sifatnya deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima

atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa

deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu harus

berbentuk angka-angka atau koefisien antar variabel.19 Penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.20Sedangkan ditinjau dari tempat

perolehan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis

penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan

normatif.

19
M.Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2001),17.
20
Moh. Munir, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Ponorogo: t.p, 2017), 11.
16

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak

diperlukan, karena salah satu ciri penelitian kualitatif dalam

pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti. Sedangkan

kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan,

artinya dalam proses pengumpulan data peneliti mengadakan

pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin. 21

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan diteliti oleh penulis adalah di Pengadilan

Agama Kabupaten Nganjuk. Penulis melakukan penelitian di

Pengadilan Agama Kabupaten Nganjuk beralasan karenaterdapat

Putusan Hakim Pengadilan Agama Nganjuk Nomor

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang Pembayaran NafkahMa>d}iyah,

Mut’ah dan Nafkah‘iddah Sebelum Pengucapan Ikrar Talak.

4. Data dan Sumber data

a. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

yang berkaitan dengan putusan hakim Pengadilan Agama Nganjuk

nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang pembayaran nafkah

21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosja Karya,
2002), 117.
17

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar

talak. Sumber data yang diperoleh oleh penulis dibagi menjadi 2

(dua) yaitu:

b. Sumber Data

1) Sumber data primer

Sumber data primer yaitu data yang berasal dari sumber

asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk

terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus

dicari melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang

kita jadikan objek penelitian.22 Sumber data yang diperoleh

secara langsung dari lapangan yang meliputi:

a) Wawancara yang dilakukan dengan Majlis Hakim

Pengadilan Agama Nganjuk yang memutus perkara

Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj. yaitu bapak Mohamad

Thoha, S.Ag., Haitami, S.H., M.H. dan Drs. Moch

Muchsin, M.Sy.

b) Wawancara yang dilakukan dengan Panitera Pengadilan

Agama Nganjuk. Yaitu bapak Muhammaad Nafi’. S.H.,

M.HI.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data

adalah data yang sudah tersedia yang tinggal dicari dan

22
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), 123.
18

dikumpulkan.23 Data sekunder merupakan pelengkap yang

nantinya akan dikorelasikan dengan data primer antara lain

dalam wujud buku, jurnal, salinan putusan perkara nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj dan undang-undang yang berkaitan

dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode interview, yaitu teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan

datang dari pihak pewawancara dan jawaban dari pihak yang

diwawancarai.24 Wawancara yang akan penulis lakukan adalah

menggunakan metode wawancara langsung, yakni wawancara

yang dilakukan secara langsung dengan bertatap muka.25

b. Metode dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan menelusuri

dan memperoleh dokumen berupa berkas perkara, catatan, buku-

buku, peraturan perundang-undangan. Penulis mencari data

dengan mengumpulkan dan mengamati data yang berupa berkas

putusan majelis hakim Nomor0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj, dan

catatan valid yang berhubungan dengan obyek penelitian.

23
Ibid., 123
24
Abdurrahman Fathoni, Methodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 104.
25
Ibid., 108.
19

6. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data kualitatif seperti yang dikonsepkan oleh Miles dan

Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian

sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. 26 Aktifitas dalam

analisa data terdiri dari:

a. Collection adalah pengumpulan data.

b. Reduction adalah membuang data yang tidak penting dan

mengambil data yang penting. Tujuannya dari reduksi adalah

menyeleksi data-data hasil penelitian, baik dengan wawancara,

observasi maupun dokumentasi.

c. Display yaitu memasukkan hasil reduksi dalam peta-peta.

Tujuannya agar dapat dengan mudah disajikan dalam laporan

penelitiannya.

d. Conclusion yaitu penarikan kesimpulan yang mana dalam

penelitian ini kesimpulan awal bersifat sementara dan akan

berubah bila ditemukan data-data baru dan bukti-bukti kuat di

lapangan.

26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), 91.
20

7. Pengecekan Keabsahan Data

Data yang diharapkan adalah data yang valid dan reliabel.

Artinya data tersebut dapat menggambarkan kondisi objek penelitian

dengan sebenarnya dan dapat dipertanggung jawabkan. 27 Ada dua hal

penting dalam proses ini, antara lain:

a. Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan Reliabilitas data tergantung pada alat yang

digunakan untuk mengukur validitas dan realibilitas data itu

sendiri. Alat ukur harus validitas ini harus dibuat dengan tepat

pilihan, teliti dan tepat sasaran.

b. Keterikatan dan Keterhubungan

Dalam rangka seleksi data penelitian atau bahan hukum

dibutuhkan ketajaman berfikir dan ketelitian dari peneliti dalam

mencermati bahan hukum yang telah diperoleh.Sebagai dasar

pengolahan data dan bahan hukum, proses klasifikasi harus

dilakukan dengan cermat.Bahan hukum tersebut harus

menunjukkan adanya keterikatan dengan topik penelitian.

Disamping itu antara data primer dan bahan hukum harus terkait

satu sama lainnya dan demikian juga antara bahan hukum satu

dengan bahan hukum yang lainnya.28

27
Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 176.
28
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 179-180.
21

8. Tahapan-tahapan Penelitian

Adapun tahapan-tahapan dalam menyusun penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan meliputi: menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,

penelusuran awal, dan menilai keadaan lapangan penelitian,

memilih, dan memanfaatkan informan, menyiapkn perlengkapan

penelitian, dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan ini meliputi: memahami latar

penelitian dan persiapan dini, memasuki lapangan dan berperan

serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Analisis Data

Dalam tahap ini, penulis melakukan analisis terhadap

data-data yang telah dikumpulkanPeneliti menggunakan teknik

analisis data yang dikemukakan oleh Milles Huberman, yaitu

mengumpulkan data, mereduksi data, penyajian data, dan

menarik kesimpulan.

d. Tahap Penulisn Hasil Laporan


22

Pada tahap ini, penulis menuangkan hasil penelitian yang

sistematis sehingga dapat dipahami dan diikuti alumya oleh

pembaca.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu mengenai

kajian ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai

berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan gambaran umum dari skripsi ini yang

mencakup: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Kajian Teori, Metode

Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

2. Bab II Kajian Teori

Merupakan landasan teori yang berfungsi untuk

mengetengahkan kerangka awal teori yang digunakan sebagai

landasan melakukan penelitian yang terdiri dari pengertian ikrar talak,

NafkahMa>d}iyah, Mut’ah dan Nafkah‘iddah, serta pembayaran

NafkahMa>d}iyah, Mut’ah dan Nafkah‘iddah.

3. Bab III Paparan Data

Berisi tentang gambaran umum Pengadilan Agama Nganjuk,

deskripsi isi putusan Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj, memaparkan

tentang data hasil wawancara dengan majlis hakim tentang dasar

hukum pertimbangan putusan Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj


23

tentang pembayaran NafkahMa>d}iyah, Mut’ah dan Nafkah‘iddah

sebelum ikrar talak.

4. Bab IV Analisis

Berisi tentang analisis dari dasar hukum pertimbangan majlis

hakim dalam memutus perkara Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

tentang pembayaran NafkahMa>d}iyah, Mut’ah dan Nafkah‘iddah

sebelum ikrar talak, serta implikasinya terhadap para pihak yang

berperkara.

5. Bab V Penutup

Merupakan bab terahir yang berisi tentang kesimpulan dari

pembahasan skripsi ini dan saran-saran.


24

BAB II

NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH DAN NAFKAH ‘IDDAH SEBAGAI

AKIBAT DARI PUTUSNYA PERKAWINAN

A. Gambaran Umum Proses Ikrar Talak

Tata cara pengucapan ikrar talak diatur dalam pasal 70, 71, dan 72

UU No.7 Tahun 1989 tentangPeradilan Agamayang kini telah dirubah

menjadi UU No. 3 Tahun 2006 tentangPeradilan Agama dan perubahan

kedua menjadi UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

Dalam pasal 70 ayat 3 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama tersebut, ditegaskan bahwa, pelaksanaan ikrar talak baru dapat

dijalankan setelah penetapan permohonan cerai talak memperoleh

kekuatan hukum tetap. Tujuannya disamping memenuhi tuntutan asas

peradilan yang sederhana, dan cepat, sekaligus memberi kepastian kepada

pihak suami isteri untuk menempuh jalan dan kehidupan baru, terutama

kepada pihak istri yang sangat penting artinya, agar dia tidak berada

dalam keadaan terombang-ambing yang berkelamaan.29 Berikut adalah

gambaran umum proses ikrar talak:

1. Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, Pengadilan

Agama menetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak dalam suatu

29
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7
tahun 1989), (Jakarta: Pustaka Kartini, 1997),248.

24
25

‚Penetapan‛. dengan memanggil suami dan isteri atau wakilnya untuk

menghadiri sidang tersebut.

2. Dalam sidang tersebut, suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus

dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak,

mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh isteri atau kuasanya.

3. Jika isteri telah dipanggil secara patut dan sah, tetapi tidak datang

menghadap sendiri dan tidak pula mengirim wakilnya, maka suami

atau wakilnya mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya isteri atau

wakilnya.

4. Jika suami telah dipanggil dengan patut dan sah untuk mengucapkan

ikrar talaknya di depan sidang, tetapi tidak datang menghadap sendiri

dan tidak pula mengirimkan wakilnya, maka kepadanya diberikan

tenggang waktu selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal hari

sidang penyaksian ikrar talak tersebut.

5. Jika dalam waktu 6 (enam) bulan suami tidak datang lagi untuk

melaporkan diri bahwa ia akan mengucapkan ikrar talak, maka

gugurlah kekuatan putusan (ijin ikrar talak) tersebut, dan perceraian

tidak dapat lagi diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama.

6. Dalam hal tersebut di atas, maka hakim membuat ‚Penetapan‛ yang

isinya menyatakan bahwa tenggang waktu untuk mengucapkan ikrar


26

talak habis dan kekuatan putusan telah gugur. Penetapan tersebut

dicatat dalam Register lnduk Perkara yang bersangkutan.

7. Jika dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan tersebut, suami kemudian

melaporkan diri bahwa ia tetap bermaksud untuk mengucapkan ikrar

talak, maka Pengadilan Agama dapat membuka sidang lagi guna

penyaksian ikrar talak dimaksud dengan memanggil suami isteri atau

wakilnya.

8. Sidang penyaksian ikrar talak terbuka untuk umum. Dalam sidang

tersebut, suami mengucapkan ikrar talak. Panitera mencatat segala hal

ihwal yang terjadi dalam sidang penyaksian ikrar talak ini dalam

Berita Acara Persidangan.

9. Hakim membuat ‚Penetapan‛ yang isinya ‚Menetapkan perkawinan

antara Pemohon (suami) dengan Termohon (istri) putus karena

perceraian‛ (SEMA Nomor 1 Th 1990: MA/Kumdil/ 1974/V I/ 1990

tanggal 10 April 1990), penetapan mana diucapkan dalam sidang itu

pula. Perkawinan putus sejak ikrar talak diucapkan di depan sidang.

10. Terhadap penetapan ini tidak dapat dimintakan banding ataupun

kasasi. 30

30
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 215-217
27

B. Nafkah yang Timbul Akibat dari Putusnya Perkawinan

1. Mut’ah

a. Pengertian Mut’ah

Kata mut’ah dengan dhammah mim (mut’ah) atau kasrah

(mit’ah) akar kata dari Al-Matta’, yaitu sesuatu yang disenangi.

Maksudnya materi yang diserahkan suami kepada istri yang

dipisahkan dari kehidupannya sebab talak atau semakna

dengannya dengan syarat yaitu belum ditetapkannya mahar bagi

istri bakdadukhul dan perceraian atas kehendak suami.

Dalam Islam, mut’ah dikenal dengan pemberian dari suami

terhadap istri yang telah diceraikan. Adapun pemberian mut’ah

diberikan sesuai dengan kemampuan.

Dalam hukum positif arti mut’ah dijelaskan dalam

Kompilasi Hukum Islam Bab I Pasal I huruf (j) yang berbunyi:

‚Mut’ah adalah pemberian bekas suami kepada istri yang dijatuhi

talak, berupa benda atau uang dan lainnya‛.

Menurut HusseinBahreisjh sebagaimana yang dikutip oleh

Sudarsono ditegaskan bahwa seorang istri yang telah dicerai

berhak menerima hadiah perceraian dengan cara yang pantas,

sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 241.

Adapun besar kecilnya hadiah tersebut tidak dibatasi disamping

istri tercerai akan memperoleh uang belanja dan rumah.31

31
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 227.
28

b. Dasar Hukum Mut’ah

Mut’ah adalah pemberian suami kepada istrinya yang telah

diceraikan, baik berupa uang, pakaian, atau pembekalan apa saja.

Mut’ah berarti pesangon yang diberikan suami kepada istrinya

akibat dari perceraian. Dasar hukum mut’ah diatur dalam hukum

Islam dan hukum positif.

Dasar hukum mut’ah menurut hukum Islam diatur dalam

Al-Qur’an suratAl-Baqarah: 241 yang berbunyi:



Artinya: ‚kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah


diberikan oleh suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf,
sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang
bertakwa‛. (Q.S.Al-Baqarah: 241)32

Ayat di atas merupakan perwujudan hukum Islam dalam

mendapatkan mut’ah setelah nafkah ‘iddahhabis. Tujuan

pemberian mut’ah suami kepada mantan istrinya adalah dengan

adanya pemberian tersebut dapat menghibur atau menyenangkan

hati istri yang telahdiceraikan dan menjadi bekal hidup mantan

istrinya.33Kewajiban memberikan nafkah istri yang telah

diceraikan tidak membatasi masa pemberian nafkah.

32
Al-Qur’an, 2:241
33
Abdurrahman Ghazaly, Fikih Munakahat, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003), 92.
29

Mut’ah juga diatur dalam hukum positif sebagaimana

dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 158 dengan syarat:

1) Belum ditetapkan mahar bagi istri bakda dukhul

2) Perceraian itu atas kehendak suami.

Adapun ketentuan lain yang mengatur pemberian mut’ah

terdapat dalam Pasal 149 huruf a Kompilasi Hukum Islam.

‚Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas


suami wajib memberikan mut’ah yang layak kepada bekas
istrinya, baik berupa uang, atau benda kecuali bekas istri
tersebut qabla dukhul‛. 34

2. Nafkah‘iddah

a. Pengertian Nafkah ‘iddah

‘iddah merupakan kewajiban yang harus dijalani oleh

perempuan yang telah putus perkawinan. Putusnya ikatan perkawinan

adalah disebabkan perceraian dan adakalanya disebabkan kematian

suami. Salah satu hikmah iddah adalah untuk memelihara kemurnian

nasab. 35

‘iddah adalah bahasa arab yang berasal dari akar kata adda

ya’uddu-idatan dan jamaknya adalah ‘idad yang secara arti kata

(etimologi) berarti : ‚menghitung‛ atau ‚hitungan‛. Dalam hal ini

perempuan menghitung hari-hari masa bersihnya setelah terjadi

perceraian. ‘iddah artinya satu masa di mana perempuan yang telah


34
Kompilasi Hukum Islam
35
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer, (Jakarta: Kencana,
2004), 160.
30

diceraikan, baik cerai hidup atau cerai mati, harus menunggu untuk

meyakinkan apakah rahimnya telah berisi atau kosong dari

kandungan.36

Hukum menjalankan ‘iddah adalah wajib bagi Istri yang

dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya. Penetapan kewajiban

‘iddah ini didasarkan atas ketentuan Al-Qur’an sebagaimana dalam

surat al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:

...

Artinya: ‚dan wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri


(menunggu) tiga kali quru'...‛ (Q.S. Al-Baqarah: 228)37

Oleh karena itu, apabila terjadi perceraian, seorang istri tidak

serta merta dapat langsung menikah dengan orang lain, tetapi ia

diwajibkan untuk menunggu sampai habisnya masa tersebut yaitu

selama 3 (tiga) kali sucian (suci dari menstruasi) atau jika wanita itu

dalam keadaan hamil masa tunggunya sampai ia melahirkan. Seorang

wanita yang telah putus perkawinannya baik karena perceraian,

Putusan Pengadilan, atau karena kematian suaminya, maka berlaku

baginya masa ‘iddah, kecuali jika wanita tersebut belum pernah

dicampuri suaminya sampai putusnya perkawinan, maka tidak wajib

36
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fikih Munakahat 2, (Bandung:Pustaka Setia,1999),
121.
37
Al-Qur’an, 2:228
31

baginya ‘iddah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

surat al-Ahzab ayat 49 yang berbunyi:







Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi


perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka '‘iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mut'ahdan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-
baiknya‛. (Q.S. Al-Ahzab: 49)38

Hal itu juga diatur dalam Pasal 153 Ayat 3 KHI yang

menyatakan bahwa ‚Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus

Perkawinannya karena Perceraian sedang antara janda tersebut dengan

bekas suaminya Qabla al-Dukhul‛.39

b. Dasar Hukum Nafkah‘iddah

Praktek nafkah‘iddah ini didasarkan pada Al-Qur’an. Berikut

dasar hukum tentang praktek Nafkah iddah:

38
Al-Qur’an, 33:49
39
Kompilasi Hukum Islam
32





Artinya: ‚Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut


kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah
kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan‛.
(Q.S. Ath-Thalaq: 7)40

Ayat ini menjelaskan, hendaklah suami memberi nafkah

kepada istri dan anaknya yang masih kecil sesuai dengan

kemampuannya, hingga dia memberikan kelapangan kepada mereka,

jika dia orang yang berkelapangan. Imam Syafi‟i dan para sahabatnya

berkata, ‚Nafkah itu harus ditentukan dan dibatasi. Hakim dan mufti

tidak perlu melakukan ijtihad dalam hal ini. Yang menjadi

pertimbangan dalam hal ini adalah kondisi suami seseorang, apakah

dia itu kaya atau miskin. Kondisi istri dan kecukupannya tidak perlu

dipertimbangkan‛.

Perceraian atau talak raj’i (talak 1 dan 2) belumlah

memutuskan perkawinan dalam makna yang sesungguhnya. Oleh

karena itu, wanita yang telah di talak (raj’i) suaminya, selama berada

40
Al-Qur’an, 65:7
33

dalam masa ‘iddah tetap dipandang sebagai istri dari suaminya yang

memiliki hak dan kewajiban kendatipun tidak penuh lagi.41

3. Nafkah Ma>d}iyah

a. Pengertian nafkah ma>d}iyah

Nafkah ma>d}iyah terdiri dari dua kata yaitu nafkah dan

ma>d}iyah. Nafkah berarti belanja dan ma>d}iyah berasal dari kata

isim madli dalam bahasa arab yang mempunyai arti lampau atau

terdahulu. Nafkah ma>d}iyah adalah nafkah yang

terhutang.42Nafkah ma>d}iyah merupakan nafkah yang tidak

ditunaikan oleh suami atau nafkah yang telah lewat waktu yang

belum dibayarkan oleh suami kepada istrinya.

Apabila akad nikah telah sah, maka suami istri telah

terikat perkawinan. Adanya ikatan perkawinan tersebut berarti

istri telah terikat oleh kewajiban-kewajibannya sebagai seorang

istri kepada suaminya, sehingga istri tidak dapat lagi melakukan

hal-hal lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu

istri berhak mendapatkan nafkah dari suaminya.43

b. Dasar Hukum Nafkah Ma>d}iyah

41
Amir Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Prenada
Media, 2004), 245.
42
Rusyadi dan Hafifi, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, 472.
43
Abu Yasid, Fiqh Today Fatwa Tradisional untuk Orang Modern Buku Tiga: Fikih
Keluarga, (Jakarta: Erlangga, 2002), 64.
34

Agama telah mewajibkan suami untuk memberikan nafkah

kepada istrinya karena adanya ikatan perkawinan yang sah. Istri

wajib taat kepada suami, tinggal dirumahnya, mengatur rumah

tangganya, memelihara dan mendidik anaknya. Sebaliknya bagi

suami wajib memenuhi kebutuhan dan memberikan nafkah kepada

istrinya selama ikatan suami istri masih berjalan, dan istri tidak

nusyuz terhadap suaminya yang bisa menghalangi penerimaan

nafkah. Dasar tentang kewajiban suami memberikan nafkah

terhadap istrinya terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

233 yang berbunyi:44

...

...

Artinya: ‚...dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian


kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya...‛
(Q.S. Al-Baqarah: 233)45

Keharusan nafkah dari seorang suami tak hanya sewaktu

dia menjadi istri sahnya dan terhadap anak-anaknya,bahkan suami

wajib memberikan nafkah setelah perceraian.46 Istri yang hidup

serumah dengan suaminya, maka suami wajib menanggung nafkah

44
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah jilid 7, terj. Moh. Thalib, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1990), 75.
45
Al-Qur’an, 2:15
46
Abdurrahman, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002), 270.
35

dan mengurus segala keperluan seperti: makanan, pakaian, tempat

tinggal, dan lain sebagainya. Maka istri tidak berhak meminta

nafkah dalam jumlah tertentu selama suami melaksanakan

kewajibannya. Jika suami bakhil, tidak memberikan nafkah kepada

istri tanpa alasan yang benar, maka istri berhak mengambil

sebagian harta suaminya dengan cara yang baik, guna mencukupi

keperluan baginya dan anak-anaknya.

Bahkan dalam hukum positif di Indonesia juga diatur

tentang nafkahma>d}iyah meskipun tidak disebutkan secara

langsung tentang nafkahma>d}iyah, namun undang-undang tersebut

mengatur tentang pemberian nafkahma>d}iyah. Aturan yang

mengatur tentang nafkahma>d}iyah terdapat dalam Pasal 80 ayat (4)

Kompilasi Hukum Islam jo. Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 tentang perkawinan dan Pasal 66 ayat (5) Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1989.Pasal 34 UU Perkawinan.

(1) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala

sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya.

(2) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

(3) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing

dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.47

47
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
36

Pasal 66 ayat (5) UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah

istri, dan harta bersama suami istri dapat mengajukan permohonan

cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.48Maksud dari

pasal tersebut adalah istri berhak menuntut nafkah bilamana

suami telah lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai

seorang suami. Apabila istri nusyuzterhadap suami, maka istri

tidak berhak atas nafkahma>d}iyah.

C. Kemanfaatan dalam Mas}lah}ah Mursalah

1. Pengertian dan Dasar Hukum Mas}lah}ah Mursalah

a. Pengertian Mas}lah}ah Mursalah

Berdasarkan penelitisan empiris dari nash-nash al-Qur’an

maupun hadits diketahui bahwa hukum-hukum syari’atIslam

mencakup diantaranya pertimbangan kemas}lah}atan manusia.49

Allah SWT berfirman:



Artinya: ‚dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi semesta alam‛. (Q.S.Al-Anbiya:
107)50

48
Abdul Manan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002), 75.
49
Zahrah, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh.(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2010),423.
50
Al-Qur’an, 21:107.
37

Dan Firman Allah SWT lagi:





Artinya: ‚Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman‛. (Q.S. Yunus:
57)51

Mas}lah}ah Mursalah, artinya muthlak. Dalam istilah ushul,

yaitu kemashlahatan yang tidak disyari'atkan oleh syari' hukum

untuk ditetapkan. Dan tidak ditunjukkan oleh dalil syar'i, untuk

mengi'tibarkannya, atau membatalkannya. Dinamakan mutlak

karena tidak dikaitkan dengan dalil yang menerangkan atau dalil

yang membatalkannya. Misalnya kemashlahatan yang

dikemukakan yaitu sahabat mendirikan penjara, atau mencetak

mata uang,atau menetapkan tanah pertanian yang dibuka oleh

yang memilikinya. Dan memungut pajak terhadap tanah itu. Atau

kemashlahatan lainnya yang dirasa penting untuk dijalankan. Atau

kebutuhan-kebutuhan yang tidak disyari'atkan oleh hukum. Tidak

disaksikan oleh orang yang menyaksikan syari'at dengan

i'tibarnya.

51
Al-Qur’an, 10: 57.
38

Definisi ini menerangkan bahwa tasyri' hukum itu tidak

bermaksud selain dari untuk menetapkan kemashlahatan

masyarakat. Artinya mendatangkan kemanfaatan dan

menghapuskan kemudharatan dalam masyarakat. Kemaslahatan

orang itu tidak melingkupi seluruh kehidupan dan tidak akan

mencegah ifradnya. Dia hanya memperbaharui dengan

pembaharuan masalah kemasyarakatan, mengikuti perkembangan

yang berbeda-beda menurut tempat dan masanya. Tasyri' hukum

itu mendatangkan kemanfaatan pada suatu masa dan

kemudharatan pada masa lainnya. Pada suatu masa hukum itu

akan bermanfaat dan merupakan mudharat pada masa lainnya.52

Kemashlahatan yang disyariatkan oleh syari' itu untuk

menetapkan hukum. Dan menunjukkan i'tibarnya, dan

menerangkan sebab-sebab bagi apa yang disyari’atkannya itu. Apa

sebabnya, dan untuk apa disyari'atkan. Dalam istilah ushul

dinamakan Al-Murshalih mu'tabirab dari syari', misalnya

memelihara kehidupan orangsyari' mensyariatkan, wajib

melakukan qisas terhadap orang yang membunuh, pembunuhan

yang direncanakan. Untuk memelihara harta benda maka

disyariatkan potong tangan terhadap orang yang mencuri, baik

laki-laki maupun perempuan. Untuk menjaga nama baik maka

disyari'atkan menjatuhkan sanksi hukuman terhadap orang yang


52
Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih, terj. Halimuddin (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), 97.
39

mengkazaf(menuduh zina) dan orang yang berzina. Tiap-tiap

orang yang melakukan pembunuhan dengan rencana, mencuri,

mengkazaf dan berzina itu harus bersesuaian.53

Artinya tasyri' hukum itu dibina untuk menetapkan

kemashlahatan. Ini harus difikirkan oleh pembuat syari'at

(undang-undang dan peraturan-peraturan). Karena yang membuat

peraturan itu membina hukum di atasnya. Penyesuaian ini harus

difikirkan oleh syari'. Harus diperhitungkan matang-matang

macam i'tibar ini oleh pembuat peraturan. Tidak boleh ada

perbedaan dalam syari'at yang dibinanya itu sebagaimana yang

dikemukakan di atas.

Adapun mashalih yang mengatur masalah tempat tinggal

dan musibah setelah terputusnya wahyu, tidak ada syari' yang

mensyari'atkan hukum untuk ditetapkan. Tidak ada dalil yang

dikemukakan untuk menerangkan atau untuk membatalkannya. Ini

dinamakan manasib mursil, atau dinamakan dengan istilah lain.

Mas}lah}ah Mursalah ini adalah seperti mursalah yang berlaku

dalam perkawinan yang tidak ditetapkan secara resmi. Disini tidak

diperdulikan tuduhan orang yang mengingkarinya. Misalnya

kemashlahatan yang mengatur masalah akad jual beli yang tidak

memindahkan hak milik. Seluruh mashlahah ini tidak

disyari’atkan oleh pembuat syari’at mengenai hukum-hukumnya

53
Ibid., 98.
40

itu. Tidak ada dalil yang menunjukkan atau yang membatalkan.

Inilah dia MashlahahMursalah.54

b. Dasar Hukum Mas}lah}ah Mursalah

Para ulama yang menjadikan mas}lah}ah mursalah sebagai

salah satu dalil syara', menyatakan bahwa dasar hukum mas}lah}ah

mursalah,ialah:

1) Persoalan yang dihadapi manusia selalu bertumbuh dan

berkembang, demikian pula kepentingan dan keperluan

hidupnya. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak hal-hal atau

persoalan,yang tidak terjadi pada masa Rasulullah SAW,

kemudian timbul dan terjadi pada masa-masa sesudahnya,

bahkan ada yang terjadi tidak lama setelah Rasulullah SAW

meninggal dunia. Seandainya tidak ada dalil yang dapat

memecahkan hal-hal yang demikian berarti akan sempitlah

kehidupan manusia. Dalil itu ialah dalil yang dapat

menetapkan manayang merupakan kemaslahatan manusia dan

mana yang tidak sesuai dengan dasar-dasar umum dari agama

Islam. Jika hal itu telah ada, maka dapat direalisir

kemaslahatan manusia pada setiap masa, keadaan dan tempat.

2) Sebenarnya para sahabat, tabi’in, tabi'ittabi’iin dan para ulama

yang datang sesudahnya telah melaksanakannya, sehingga

mereka dapat segera menetapkan hukum sesuai dengan

54
Ibid., 99.
41

kemaslahatan kaum muslimin pada masa itu, Khalifah Abu

Bakar telah mengumpulkan Al-Qur'an, Khalifah Umar telah

menetapkan talak yang dijatuhkan tiga kali sekaligus jatuh

tiga, padahal pada masa Rasulullah SAW hanya jatuh satu,

Khalifah Utsman telah memerintahkan penulisan Al-Qur’an

dalam satu mushaf dan Khalifah Ali pun telah menghukum

bakar hidup golongan Syi’ah Radidhah yang memberontak,

kemudian diikuti oleh para ulama yang datang sesudahnya.55

2. Syarat dan Macam Mas}lah}ah

a. Syarat-syarat Mas}lah}ah Mursalah

Mas}lah}ahMursalah dapat dijadikan sebagai dalil dengan

syarat:

1) Mas}lah}ah tersebut harus mas}lah}ah yang hakiki, bukan sekedar

mas}lah}ah yang diduga atau diasumsikan.

2) Kemaslahatan tersebut harus kemaslahatan umum, bukan

kemaslahatan pribadi atau kemaslahatan khusus.

3) Kemaslahatan tersebut sesuai dengan maqashid al-Syari'ah dan

tidak bertentangan dengan dalil-dalil syara'.

4) Kemaslahatan tersebut harus selaras dan sejalan dengan akal

sehat. Artinya kemaslahatan tersebut tidak boleh bertentangan

dengan akal sehat.

55
Muin Umar dkk. Ushul Fiqh 1. (JakartaDirektorat Jendral Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama RI, 1985), 148-149.
42

5) Pengambilan kemaslahatan tersebut harus untuk

merealisasikan kemaslahatan dharuriyah, bukan kemaslahatan

hajiyah atau tahsiniyah.56

b. Macam-macam Mas}lah}ah

Selanjutnya, dalam rangka memperjelas pengertian

MashlahahMursalah itu, Abdul Karim Zaidan menjelaskan

macam-macam Mashlahah:

1) Al-Mas}lah}ah al-mu’tabarah, yaitu mas}lah}ah yang secara tegas

diakui syari’at dan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan

hukum untuk merealisasikannya. Misalnya diperintahkan

berjihad untuk memelihara agama dari rongrongan musuhnya,

diwajibkan hukuman qishash untuk menjaga kelestarian jiwa,

ancaman hukuman atas peminum khamar untuk memelihara

akal, ancaman hukuman zina untuk memelihara kehormatan

dan keturunan, serta ancaman hukum mencuri untuk menjaga

harta.

2) Al-Mas}lah}ah al-mulgah, yaitu sesuatu yang dianggap

Mashlahah oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena

kenyataannya bertentangan dengan ketentuan syari’at.

Misalnya, ada anggapan bahwa menyamakan pembagian

warisan antara anak laki-laki dan anak wanita adalah

mas}lah}ah. Akan tetapi, kesimpulan seperti itu bertentangan

56
Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras 2012),140.
43

dengan ketentuan syari’at, yaitu ayat 11 surah an-Nisaa’ yang

menegaskan bahwa pembagian anak laki-laki dua kali

pembagian anak perempuan. Adanya pertentangan itu

menunjukkan bahwa apa yang dianggap mashlahat itu bukan

mashlahat di sisi Allah.

3) Al-Mas}lah}ah al-Mursalah, dan mashlahat macam inilah yang

dimaksud dalam pembahasan ini, yang pengertiannya adalah

seperti dalam definisi yang disebutkan di atas. Mas}lah}ah

macam ini terdapat dalam masalah-masalah muamalah yang

tidak ada ketegasan hukumnya dan tidak pula ada

bandingannya dalam Al-Qur'an dan Sunnah untuk dapat

dilakukan analogi. Contohnya, peraturan lalu lintas dengan

segala rambu-rambunya. Peraturan seperti itu tidak ada dalil

khusus yang mengaturnya, baik dalam Al-Qur'an maupun

dalam Sunnah Rasulullah. Namun peraturan seperti itu sejalan

dengan tujuan syari’at, yaitu dalam hal ini adalah untuk

memelihara jiwa dan harta.57

3. Objek Mas}lah}ah Mursalah

Dengan memperhatikan beberapa penjelasan di atas dapat

diketahui bahwa lapangan aI-Mas}lah}ah al-Mursalah selain yang

berlandaskan pada hukum syara’ secara umum, juga harus

diperhatikan adat dan hubungan antara satu manusia dengan yang

57
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana 2005), 136-137.
44

lain. Lapangan tersebut merupakan pilihan utama untuk mencapai

kemaslahatan. Dengan demikian, segi ibadah tidak termasuk dalam

lapangan tersebut.

Yang dimaksud segi peribadatan adalah segala sesuatu yang

tidak memberi kesempatan kepda akal untuk mencari kemaslahatan

juznya dari setiap hukum yang ada di dalamnya. Di antaranya,

ketentuan syari’at tentang ukuran had kifarat, ketentuan waris,

ketentuan jumlah bulan dalam ‘iddah wanita yang ditinggal mati

suaminya atau, yang diceraikan. Dan segala sesuatu yang telah

ditetapkan ukurannya dan disyari’atkan berdasarkan kemaslahatan

yang berasal dari syara' itu sendiri.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa al-Mas}lah}ah al-

Mursalah itu difokuskan terhadap lapangan yang tidak terdapat dalam

nash, baik dalam Al-Quran maupun As-Sunah yang menjelaskan

hukum-hukum yang ada penguatnya melalui suatu i’tibar, juga

difokuskan pada hal-hal yang tidak didapatkan adanya iima’ atau

qiyas yang berhubungan dengan kejadian tersebut.58

58
Rachmat Syafe'i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 121-122.
45

BAB III

PUTUSAN DAN DASAR PERTIMBANGANHAKIM

PENGADILAN AGAMANGANJUK

DALAM PERKARA NOMOR: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

A. Gambaran Umum tentang Pengadilan Agama Nganjuk

1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Nganjuk

a. Masa Sebelum Penjajahan

Tidak banyak orang yang mengetahui cerita tentang

keadaan daerah Nganjuk apalagi tentang cerita sejarah keberadaan

Pengadilan Agama Nganjuk, karena menceritakan masa sebelum

penjajahan adalah cerita sebelum abad XVI.

b. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Menurut salah satu orang yang dapat dipercaya dan beliau

mantan pegawai Departemen Agama Nganjuk, bahwa sebelum

tahun 1980 M Pemerintah Kabupaten Nganjuk berada di Berbek.

Daerah ini sekarang menjadi salah satu Kecamatan terletak

disebelah selatan Kota Nganjuk kurang lebih 20 km dari pusat

kota sekarang.

Pada waktu Pengadilan Agama Nganjuk bernama

Kepenghuluan/Penghulu Hakim berkantor menjadi satu dengan

kantor pemerintah di Berbek. Selanjutnya tahun 1880 M

45
46

Pemerintah Kabupaten Nganjuk boyong/pindah ke Nganjuk

seperti sekarang ini. Dalam hal ini Kepenghuluan/Penghulu Hakim

juga ikut boyong ke Nganjuk merangkap menjadi Penghulu

Hakim, ketika itu Bupati di jabat oleh Kanjeng Jimat. Pada masa

ini Pengadilan Agama Nganjuk masih bernama

Kepenghuluan/Penghulu Hakim. Penghulu ini mengurusi Nikah

Talak Cerai dan Rujuk sedangkan Penghulu Hakim mengurusi

Fasakh, Syiqoq dan Ta’lik Talak.

c. Masa Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan tidak

begitu lama dari masa itu yakni awal tahun 1946 terbentuklah

Departemen Agama tepatnya tanggal 03 Januari 1946 maka

setelah itu Kepenghuluan/Penghulu Hakim yang sekarang disebut

Pengadilan Agama Nganjuk berkantor di suatu ruangan yang

sempit disebelah utara Masjid Agung Nganjuk.

Kondisi Pengadilan Agama saat itu sangat sederhana baik

pegawai maupun alat-alat tulis yang digunakan, sedang ruang

sidang yang digunakan adalah serambi Masjid Agung Nganjuk

yang berada disebelah barat alun-alun.

d. Masa Berlakunya Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974

Pada Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 ini Pengadilan Agama Nganjuk masih berkantor disalah satu

ruang kecil yang berada disebelah utara Masjid Agung Nganjuk.


47

Meskipun kondisinya sangat sederhana baik pegawai maupun

peralatan kantornya, namun semangat kerja pegawai Pengadilan

Agama Nganjuk yang pada saat itu berjumlah 9 orang pegawai

cukup tinggi. Akan tetapi pada tahun 1975 Pengadilan Agama

Nganjuk mendapatkan tanah yang kemudian dibangun untuk

gedung kantor dan balai sidang yang terletak di Jalan A. Yani

Selatan Nomor 9, Kelurahan Ploso, Kabupaten Nganjuk depan

stadion seluas 500 m².

e. Masa Berlakunya Undang Undang Nomor 7 Tahun1989

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 Pengadilan Agama Nganjuk Ketuanya dijabat oleh Drs.

Kusno, S.H. pada saat itu pegawai Pengadilan Agama Nganjuk

sudah memadai dengan jumlah 20 orang termasuk Hakim. Sejak

berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tenaga pegawai

yang ada baik Hakim, Panitera maupun Jurusita mulai dibina oleh

Mahkamah Agung Republik Indonesia, sejak itu pula kualitas

perkara yang masuk dan diselesaikan oleh Pengadilan Agama

Nganjuk semakin meningkat, misalnya gugatan waris, harta

bersama dan lain-lain. Sehingga Pengadilan Agama Nganjuk pada

tahun 1994 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk nomor 003 tahun 1994

tanggal 21 Maret 1994 tentang persetujuan pelepasan Hak atas

tanah milik Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk


48

untuk Pembangunan Gedung Kantor/Balai Sidang Pengadilan

Agama Nganjuk seluas 4.000 m² (40 x 100 m) yang terletak di

Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk,

Kabupaten Nganjuk.

Kemudian pada tahun anggaran 1995/1996 dan 1996/1997

serta 1997/1998 Pengadilan Agama Nganjuk secara berturut-turut

selama tiga tahun mendapat proyek Pembangunan Kantor

Pengadilan Agama Nganjuk dan pagar keliling. Dan pada bulan

Desember 1998 selesailah pembangunan Kantor Pengadilan

Agama Nganjuk, maka pada tanggal 24 Desember 1998 Kantor

Pengadilan Agama Nganjuk diresmikan penggunaannya oleh

Bupati Kabupaten Nganjuk dan sejak itulah segala kegiatan

Pengadilan Agama Nganjuk pindah dikantor baru di jalan Gatot

Subroto Nganjuk sampai sekarang.

Seiring dengan Perkembangan waktu guna kelengkapan

Dokumen status Penggunaan Barang Milik Negara maka

Pengadilan Agama Nganjuk berusaha untuk mengurus sertifikat

untuk status kepemilikan akan tetapi hal tersebut mengalami

kendala karena pada saat pemberian tanah tahun 1994 tersebut

tidak ditindaklanjuti oleh pelepasan Hak oleh Bupati Nganjuk.

Sehingga hal ini menyulitkan Pengadilan Agama Nganjuk untuk

mengurus sertifikat tanah.


49

Akan tetapi setelah mengalami beberapa proses yang sungguh

melelahkan berdasarkan surat permohonan Pengadilan Agama

Nganjuk kepada Bupati pada tanggal 19 Desember 2011 tentang

permohonan hibah tanah pada tahun 2013 permohonan tersebut

dikabulkan dengan surat Keputusan Bupati Nganjuk Nomor

188/391/K/411.013/2013 tentang Penghapusan Barang Milik

Pemerintah Kabupaten Nganjuk berupa tanah untuk dihibahkan

kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang digunakan

untuk Kantor Pengadilan Agama Nganjuk hanya saja luas tanah

tersebut berkurang yang semula 4.000 m² menjadi 3.540 m², hal

ini diketahui setelah diadakan diverifikasi oleh Badan Pertanahan

Nganjuk ternyata posisinya tidak di Kelurahan Kauman melainkan

terletak di Desa Ringinanom, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten

Nganjuk.59

2. Visi dan Misi

Visi pengadilan Agama Nganjuk mengacu pada visi

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai puncak kekuasaan

Kehakiman di Negara Indonesia ‚Terwujudnya Badan Peradilan

Indonesia Yang Agung‛

Dalam Visi tersebut tercermin terwujudnya Pengadilan yang

modern, independen, bertanggungjawab, kredible, menjunjung tinggi

59
Buku Arsip Pengadilan Agama Nganjuk
50

hokum dan keadilan. Untuk mencapai visi tersebut, Pengadilan

Agama Ngajuk menetapkan misi-misi sebagai berikut:

a. Menjaga kemandirian badan peradilan.

b. Memeberikan pelayanan hukum yang berkeadilan.

c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan.

d. Meningkatakan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.

Di dalam melaksanakan Misi tersebut tidak terlepas dari cetak

biru Mahkamah Agung yang memuat rencana pembangunan lembaga

peradilan untuk waktu selama 25 tahun.

Bahwa program pembangunan lembaga peradilan disusun

dalam Rencana Strategis (Renstra) lima tahunan mulai 2010 sampai

dengan 2034. Renstra lima tahunan tersebut akan berada 7 area:

a. Area organisasi dan kepemimpinan.

b. Area kebijakan.

c. Area proses berperkara.

d. Area SDM, keuangan, dan infrastruktur.

e. Area kepuasan mencari keadilan.

f. Area keterjangkauan.

g. Area kepercayaan publik.60

3. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Nganjuk

Dalam UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 7 Tahun 1989 Pasal

9 Ayat (1) dikatakan bahwa susunan Peradilan Agama terdiri dari

60
Buku Arsip Pengadilan Agama Nganjuk
51

Pimpinan, Hakim, Anggota, Panitera, Sekretaris dan Juru sita.

Selanjutnya dalam Pasal 26 dan Pasal 43 juga dijelaskan bahwa dalam

melaksanakan tugasnya sebagai Panitera, Sekretaris dibantu oleh

Wakil Sekretaris Panitera (Wapan) yang membantu Panitera atau

Sekretaris dalam bidang administrasi perkara. Dengan fungsi dan

peran masing-masing sebagaimana Pengadilan Agama yang ada di

Indonesia. Struktur tersebut sangat penting guna mempertegas

kedudukan dan kewenangan tanggung jawab masing-masing bagian.

Hal ini sesuai dengan surat edaran Mahkamah Agung No. 5, Tahun

1996, tanggal 16 Agustus.

Adapun bagan struktur organisasi Pengadilan Agama Nganjuk

adalah sebagai berikut:

Ketua : Drs. H. Syaiful Heja,M.H.

Wakil ketua :-

Hakim : 1. Drs. Muhammad Thoha, S.Ag.

2. Drs. Moh. Muchsin, M.Sy.

3. Drs. H. Musthofa Zahron

4. Haitami, S.H., M.H.

Panitera : Heri Eka Siswanta, S.H., M.H.

Wakil Panitera : Drs. H Muh Munib, M.H.I.

Panmud Permohonan : Ahmad Romadhon, S.Ag., M.H.

Panmud Gugatan : Amir Hamzah, S.H

Panmud Hukum : Muhammad Nafi’, S.H., M.H.I.

Sekretaris : Dyah Puspita Suningrum, S.H., M.H.


52

Bag Kepegawaian : Fuad, S.H.I

Kasub Perencanaan: : Fathul Mubin, S.H.I

Panitera Pengganti : 1. Nurul Kumtianawati, S.H.

2. Setyo Hayuningsih, S.H

Jurusita Pengganti : 1. Muh. Yanuar Arifin

2. Nur Kerisna Wachidah

3. Sunarto

4. Irwan Abd Rahman, S.H., M.H.

5. Sabilil Muttaqien, S.H.I.

Staf : Mukarom61

B. Deskripsi tentang Putusan Perkara Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Perkara ini terdaftar di Pengadilan Agama Nganjuk dengan

register perkara Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj adapun deskripsi

kasusnya adalah sebagai berikut:

Dalam sebuah kasus perkara di Pengadilan Nganjuk yang diajukan

oleh seorang Pemohon (suami) umur 52 tahun, agama Islam, pekerjaan

tani, tempat tinggal di Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk, dalam hal

ini memberi kuasa kepada Kristian Agung Fredianta, S.H. Advokat yang

beralamatkan di Jl. Lurah Surodarmo No.13 Bogo-Nganjuk melawan

Termohon (istri) umur 56 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani, tempat

tinggal di Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.

61
www.pa-nganjuk.go.id di akses pada 04 Mei 2018
53

Adapun alasan Pemohon mengajukan Permohonan adalah bahwa

permohonan Pemohon pada pokoknya mohon agar diberi ijin

menjatuhkan talak kepada Termohon dengan alasan rumah tangga

Pemohon dan Termohon tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan

dan pertengkaran sejak Juni 2013 disebabkan masalah ekonomi,

Termohon selalu berani dan mencurigai Pemohon selingkuh dan pisah

sejak Nopemebr 2016 yang akibatnya Pemohon dan Termohon berpisah

tempat tinggal hingga sekarang selama kurang lebih 4 bulan dan selama

itu Termohon tidak memperdulikan Pemohon dan antara keduanya sudah

tidak ada lagi hubungan lahir maupun batin.

Bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah

mengajukan jawaban secara lisan yang pada pokoknya tidak membantah

adanya perselisihan dan pertengkaran dan membenarkan sejak bulan

Nopember 2016 telah saling berpisah tempat tinggal namun beda

pendapat menurut Termohon berpisah disebabkan karena Pemohon

selingkuh dengan wanita lain sampai punya anak, sedang menurut

Pemohon karena termohon berani, dan tidak menghargai Pemohon dan

berbicara kasar.

Selanjutnya dalam pertimbangan Majlis Hakim bahwa

berdasarkan dalil-dalil yang sudah tetap yang dikuatkan dengan

keterangan di bawah sumpah dari para saksi di mana yang satu sama lain

bersesuaian dan saling melengkapi, sehingga Majelis menemukan fakta

hukum di persidangan yang pada pokoknya bahwa ternyata antara


54

Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang

disebabkan karena masalah peselingkuhan, perselisihan dan pertengkaran

telah mengakibatkan antara Pemohon dan Termohon terjadi pisah tempat

tinggal hingga sekarang sudah lebih dari 4 bulan, selama itu pula mereka

hidup sudah tidak sebagaimana layaknya suami istri, para saksi juga

sudah berusaha mendamaikan keduanya namun tidak berhasil karena

Pemohon tetap bersikukuh untuk bercerai dengan Termohon.

Majlis Hakim telah mempertimbangkan Permohonan Pemohon

seperti terurai di atas, adapun pada sesi Jawab Menjawab atau Jawaban ke

dua (Duplik) termohon mengajukan Gugatan Rekonvensi yang isinya

adalah terdiri dari :

1. Gugatan nafkah madiyah selama selama 8 bulan sebesar Rp. 6000.000

x 8 bulan adalah = Rp. 48.000.000 (empat puluh delapan juta rupiah)

2. Gugatan uang mut’ah sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah)

3. Gugatan tentang nafkah ‘iddah sebesar Rp. 4.000.000 x 3 bulan =

12.000.000 (dua belas juta rupiah)

Selanjutnya dalam rereplik Tergugat Rekonvensi (Pemohon)

menyatakan sanggup membayar sesuai kemampuan Tergugat Rekonvensi

sebagai seorang Petani, oleh karenanya Tergugat Rekonvensi sanggup

membayar yaitu:

1. Untuk nafkahma>d}iyah selama 2 bulan sanggup Rp.600.000 karena

Tergugat hanya dua bulan tidak memberi nafkah tersebut;


55

2. Untuk mut’ah Tergugat sanggup membayar sebesar Rp.1.000.000;

3. Untuk nafkah ‘iddah tergugat sanggup membayar sebesar Rp. 300.000

perbulan = Rp. 300.000 x 3 bulan = Rp. 900.000 ,-

Dalam Tuntutan Rekonvensi tersebut juga telah dipertimbangkan

oleh Majlis Hakim dan di cantumkan di dalam amar Putusan,62 maka

untuk mempersingkat uraian ini cukup kiranya apabila hal tersebut

dianggap telah tercantum dalam lampiran.63

Dalam perkara ini Majlis Hakim memberi Putusan dalam konvensi

sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon konvensi;

2. Memeberi ijin kepada Pemohon konvensi (suami) untuk menjatuhkan

talak satu roj’i terhadap Termohon Konvensi (istri)di depan sidang

Pengadilan Agama Nganjuk;

3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Nganjuk untuk

mengirimkan salinan penetapan Ikrar Talak kepada Pegawai Pencatat

Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk untuk

dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;

Dan majelis hakim dalam Rekonvensi mengabulkan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi (istri);

62
Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
63
Lihat lampiran Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
56

2. Menghukum kepada Tergugat Rekonvensi (suami) untuk membayar

kepada Penggugat rekonvensi (istri) sebagai berikut :

a. Nafkah ma>d}iyah selama 2 bulan sebesar Rp. 900.000 (sembilan

ratus ribu rupiah);

b. Uang Mut’ah sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah);

c. Nafkah‘iddah sebesar Rp. 1.350.000 (satu juta tiga ratus lima

puluh ribu rupiah);

3. Menghukum kepada Tergugat Rekonvensi untuk membayar

nafkahma>d}iyah, mut'ah dan nafkah‘iddah sebagai mana tersebut

dalam diktum amar putusan poin ke 2 huruf a,b,c pada saat sebelum

ikrar talak diucapakan;

C. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Memutus Perkara Nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Hakim adalah orang yang mengadili perkara di pengadilan. 64

Hakim peradilan agama mempunyai tugas untuk menegakkan hukum

perdata Islam yang menjadi wewenangnya dengan cara-cara yang diatur

dalam hukum acara Peradilan Agama.65 Putusan merupakan salah satu

produk hakim dari hasil pemeriksaan perkara di persidangan.66 Dalam

putusan perkara cerai talak ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh hakim, yaitu:

64
Kamus Besar Bahasa Indonesia
65
A. Mukti Arto,Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 31.
66
Ibid., 245.
57

a. Hakim harus mengadili seluruh petitum dalam permohonan dan tidak

boleh mengadili lebih dari yang diminta dalam petitum (pasal 178

HIR/pasal 189 R.Bg), kecuali undang-undang menentukan lain.

b. Menurut ketentuan pasal 41 huruf c Undang-undang Perkawinan,

yang merupakan lex specialis, maka Hakim karena jabatannya, tanpa

harus ada permintaan dari pihak istri, dapat mewajibkan/menghukum

dalam putusan tersebut kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

istri.

c. Hal tersebut dimaksudkan untuk terwujudnya perceraian yang adil

dan ihsan, di samping untuk terwujudnya peradilan yang sederhana,

cepat dan biaya ringan.

d. Hal-hal yang melekat menjadi kewajiban suami yang merupakan hak

istri tersebut meliputi: pemberian mut`ah yang layak, pelunasan

nafkah terhutang oleh suami, pemberian nafkah, maskan dan kiswah

selama masa ‘iddah, pelunasan mahar terhutang, pemberian biaya

hadlonah bagi anak-anak yang belum dewasa, yang semuanya itu

menurut ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kepatutan. Apabila

penyebab perceraian timbul dari suami, ia wajib memberi mut’ah.67

Dengan demikian hakim juga berhak untuk memberikan kewajiban

pembebanan kepada suami terhadap istrinya setelah perceraian. Seluruh

67
Abdulkadir Muhammad,Hukum Perdata Indonesia,(Bandung: Citra Aditya Bakti,
2010), 121-122.
58

pembebanan tersebut seperti nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah

adalah kewajiban akibat perceraian, seperti putusan nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj yang memiliki amar putusan berisikan kewajiban

mantan suami untuk membayarkan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah

‘iddah. Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah merupakan kewajiban-kewajiban

yang keluar karena akibat dari perceraian, akan tetapi pada Rekonvensi

poin ke 3 (tiga) di putusan nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj berisikan

diktum putusan yang berbunyi:

‚Menghukum kepada Tergugat Rekonpensi untuk membayar


nafkah madliyah, mut'ah dan nafkah idah sebagai mana tersebut
dalam dictum amar putusan poin ke 2 hufuf a,b,c pada saat
sebelum ikrar talak diucapakan‛.68

Dengan membaca diktum di atas mengindikasikan bahwa nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah terjadi dan dibayar sebelum

melakukan ikrar talak atau sebelum terjadinya perceraian.

Mengenai hal tersebut penulis sudah melakukan wawancara

terhadap ketua Majelis Hakim yang memutus perkara ini, yaitu bapak

Mohamad Thoha, S.Ag.

‚...maka pengadilan memberikan suatu pertimbangan hukum,


demi asas maslahat dan demi kemashlahatan, maka pembebanan
mengenai ini harus dibayarkan sebelum, ini demi asas manfaat
dari putusan itu, karena mestinya ndak boleh, maka kita gandeng
dengan pasal 58 UU no 7, yaitu demi asas manfaat, andaikan tidak
ada ini demi menyelamatkan para pihak, ketika tidak ada ini

68
Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
59

(petitum) begitu ikrar talak diucapkan bagaimana pembebanan itu


diminta dan bagaimana memerintahnya, hanya ada satu jalan
eksekusi, mestinya tidak boleh dan ndak ada isi petitum ini
karena ndak diminta, maka demi menyelamatkan para pihak
demi asas manfaat, jika tidak ada ini (isi petitum) maka
putusannya akan muspro (sia sia)...‛.69

Dalam wawancara dengan para anggota Majelis Hakim juga

mengemukakan pendapat yang sama, dengan berdasarkan asas

kemanfaatan maka ditambahkanlah sebuah diktum yang berisi

pembayaran nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah sesaat sebelum

pengucapan ikrar talak. Bapak Haitami, S.H., M.H. sebagai Hakim

Anggota Majelis ini menambahkan bahwa:

‚disini ditulis sebelum ikrar talak, hanya sebuah tekhnis saja,


makanya dikataan sesaat, bukan sehari atau satu minggu
sebelumnya,ketika dia mau mengucapkan ikrar talak, ditanya
apakah sudah siap dengan pembebanannya, diserahkan dan lalu
ikrar dia gitu, disini manfaatnya, jika ini tidak dicantumkan maka
ini tidak ada upaya paksa, pengadilan telah memberi ijin untuk
mengucapkan ikrar talak sementara pembebanannya belum
diberikan maka dia berhak memaksa pengadilan, karena sudah
haknya, banyak kejadian seperti itu. (sema untuk memperhatikan
nasib perempuan) ada politik hukum juga disini menurut saya, ini
misal suami ndak mampu bayar, ini kan ndak jadi cerai sampai
kelewat waktu (6 bulan) rukun lagi, bisa jadi, yang utama kami
memberi hak-hak perempuan dari kesewenangan laki-laki‛.70

Beliau menegaskan bahwa diktum yang berisikan pembayaran

yang dilakukan sesaat sebelum ikrar talak tersebut hanyalah teknis dan

prosedur saja, prosedur ini hanya digunakan sebagai pegangan Majelis

Hakim untuk memerintah suami menyiapkan pembayarannya, sedangkan


69
Mohamad Thoha, Hasil Wawancara, 06 Februari 2018
70
Haitami, Hasil Wawancara, 06 Februari 2018
60

secara substansi hukumnya tetap pembayaran tersebut adalah akibat dari

talak atau perceraian yang dibayarkan setelah ikrar talak.

Selain karena dasar pertimbangan di atas, Majelis Hakim juga

memiliki pertimbangan mengenai jalan eksekusi yang harus ditempuh

oleh Termohon (istri) jika hak-haknya (nafkah ma>d}iyah, mut’ah

dannafkah ‘iddah) tidak dibayarkan oleh Pemohon (suami) setelah ikrar

talak dan berkekuatan hukum tetap. Berikut penjelasan dari Bapak

Mohamad Thoha, S.Ag. selaku Ketua Majlis hakim dalam Putusan ini:

‚...pembebanan hanya Rp. 4.000.000,- sedangkan biaya eksekusi


apa cukup Rp. 5.000.000,- bagaimana, jika pembebanan ini
ratusan juta ndak jadi masalah, tapi jika ini hanya sekian, hanya
Rp. 4.000.000,- bagaimana mau memintanya jika tidak ada
kalimat ini (isi petitum), maka untuk menjerat mereka agar mau
membayar, putusan ada hasilnya, ada manfaatnya, maka hakim
menambah ini, walaupun ini aslinya tidak ada, tapi ini kami
kaitkan pada pasal 58 Undang-undang no 7 tahun 1989‛.71

Dalam kasus ini hakim berpendapat bahwa nominal yang

dijadikan objek eksekusi tidak sebanding dengan biaya eksekusi. Disini

hakim memiliki kebijakan untuk melakukan antisipasi dan meringankan

pihak Termohon (istri) yang beresiko dirugikan. Antisipasi tersebut

adalah dengan melakukan penambahan diktum petitum tersebut, 72 dengan

semua kewajiban yang telah dibayarkan pada sesaat sebelum ikrar talak

menjadikan pihak Termohon lebih aman dan bermanfaat, karena pihak

71
Mohamad Thoha, Hasil Wawancara, 06 Februari 2018
72
Lihat diktum no. 3 dalam petitum Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
61

termohon tidak perlu melakukan eksekusi karena kewajiban tersebut

sudah dibayarkan.

Keterangan di atas adalah deskripsi dari hasil wawancara di

Pengadilan Agama Nganjuk terhadap Majelis Hakim yang memutus

Perkara Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak,

hakim adalah salah satu dari empat penegak hukum yang ada di Negara

ini, hakim tidak hanya menjalankan peraturan secara leterlek, hakim

bukanlah hanya sekedar corong undang-undang, akan tetapi hakim itu

melaksanakan peraturan dan menciptakan suatu rasa keadilan. 73

73
Mohamad Thoha, Hasil Wawancara, 06 Februari 2018
62

BAB IV

ANALISISTERHADAP PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM


PENGADILAN AGAMA NGANJUK NOMOR 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj
TENTANG PEMBAYARAN NAFKAH MA>D}IYAH, MUT’AH, DAN
NAFKAH‘IDDAH SEBELUM PENGUCAPAN IKRAR TALAK

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Hakim dalam Memutus

Perkara Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang Membayar Nafkah

Ma>d}iyah, Mut’ah, dan Nafkah ‘iddah Sebelum Pengucapan Ikrar Talak

Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perkawinan,

hal ini tercantum dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum Islamdan pasal 38

UU Perkawinan. Dalam Kompilasi Hukum Islam dan UU Perkawinan

disusun berdasarkan konsep syari’at Islam dan hanya diperuntukan bagi

warga negara Indonesia yang beragama Islam. Selanjutnya di dalam pasal

115 KHI dan pasal 39 ayat (1) UU Perkawinan menegaskan bahwa

perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama

setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.74Dengan peraturan ini mewajibkan

perceraian orang Islam di Indonesia harus ditempuh dengan jalur hukum

di Pengadilan Agama menjadikan hakim sebagai salah satu pihak yang

sangat penting dan berpengaruh dalam memberikan putusan di setiap

74
Ahmad Rofiq,Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), 274-
275.

62
63

perkara perceraian. Hakim dengan kekuasaannya mampu untuk menolak

perkara, tidak mengabulkan perkara, atau mengabulkannya, tentunya hal

ini harus dengan pertimbangan dan kebijakan sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

Setelah perceraian tidak langsung menjadikan kedua belah pihak

(mantan suami istri) lepas dari tanggungjawab mereka masing-masing,

mereka masih memiliki kewajiban antara satu dengan yang lainnya,

mantan suami memiliki kewajiban beberapa nafkah setelah perceraian

seperti yang tercantum dalam pasal 149 Kompilasi Hukum Islam

dinyatakan bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami

berkewajiban memberi beberapa nafkah, seperti nafkah mut’ah, maskan,

kiswah, ‘iddah, hadhanah, dan ma>d}iyah.

Dari beberapa kewajiban-kewajiban suami seperti tersebut di atas

diantaranya adalah nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah juga

termasuk kewajiban yang timbul karena akibat dari perceraian, akan

tetapi pada putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj dalam

rekonvensi diktum poin ke 3 (tiga) tertulis menghukum Tergugat

rekonvensi untuk membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah

pada saat sebelum ikrar talak diucapakan.75 Dengan adanya diktum

putusan tersebut mengindikasikan bahwa nafkah ma>d}iyah, mut’ah

75
Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
64

dannafkah ‘iddah terjadi dan dibayar sebelum melakukan ikrar talak atau

sebelum terjadinya perceraian.

Hal ini ternyata merupakan sebuah langkah hakim untuk mencari

jalan kemaslahatan bagi kedua pihak, dijelaskan oleh Majelis Hakim yang

memutus perkara ini pada Pertimbangan Hukum dalam putusannya bahwa

demi asas manfaat, kemaslahatan dan demi melaksanakan peradilan yang

cepat sederhana dan biaya ringan sebagai mana dikehendaki oleh pasal 58

Undang-undang no 7 tahun 1989, maka pembebanan mengenai nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah tersebut harus dibayar oleh Tergugat

rekonvensi pada saat sebelum ikrar talak diucapkan.76

Di dalam pertimbangan hakim tersebut menggunakan asas

peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan diatur dalam pasal 58 ayat

(2) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Makna yang dicita-

citakan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan adalah:

1. Suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan jangka waktu

lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan kesederhanaan hukum

acara itu sendiri. Apa yang memang sudah sederhanajangan sengaja

dipersulit oleh hakim ke arah proses pemeriksaan yang berbelit-belit

dan tersendat-sendat. Jangan sampai jalannya pemeriksaan ‚mundur

terus‛,untuk kesekian puluh kali atas berbagai alasan yang tidak sah

menurut hukum.

76
Ibid.
65

2. Penerapan asas ini tidak boleh mengurangi ‚ketepatan‛ pemeriksaan

dan penilaian menurut hukum dan keadilan. Kesederhanaan,

kecepatan pemeriksaan, jangan dimanipulasi untuk membelokkan

hukum,kebenaran, dan keadilan.77Dalam suatu putusan yang cepat dan

tepat terkandung keadilan yang‚bernilai lebih‛. Ketepatan putusan

sesuai hukum, kebenaran dan keadilan itu saja sudah mengandung

nilai keadilan tersendiri, dan dengan kecepatanpenyelesaiannya pun

mengandung nilai keadilan tersendiri, sehingga dalamputusan yang

cepat dan tepat terdapat penjumlahan rasa nilai keadilan yang saling

mengisi dalam penegakkan hukum.78

Hal ini senada dengan hasil wawancara penulis terhadap Majelis

Hakim yang memutus perkara ini, bahwa para anggota Majelis Hakim

berpendapat dengan berdasarkan asas kemanfaatan maka ditambahkanlah

sebuah diktum yang berisi pembayaran nafkah ma>d}iyah, mut’ah

dannafkah ‘iddah sesaat sebelum pengucapan ikrar talak tersebut. Mereka

juga menegaskan bahwa diktum yang berisikan pembayaran yang

dilakukan sesaat sebelum ikrar talak tersebut hanyalah teknis dan

prosedur saja, prosedur ini hanya digunakan sebagai pegangan Majelis

Hakim untuk memerintah suami menyiapkan pembayarannya, sedangkan

secara substansi hukumnya tetap pembayaran tersebut adalah akibat dari

talak atau perceraian yang dibayarkan setelah ikrar talak.

77
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7
Tahun 1989), (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), 70-71.
78
Ibid.,72.
66

Manfaatnya disini adalah untuk menjaga mantan istri dari

kesewenang-wenangan dan kelalaian mantan suami dalam membayarkan

kewajibannya. Berbeda halnya jika tanpa adanya diktum putusan tersebut

dapat mengakibatkan tidak adanya upaya paksa dari Pengadilan, hakim

tidak dapat menahan Pemohon (suami) untuk menunda sidang jika

Pemohon belum membawa kewajibannya. Pemohon dapat meminta

haknya mengucap ikrar di depan persidangan tanpa menyiapkan dulu

kewajibannya, sedangkan hakim juga tidak boleh dan tidak bisa melarang

hal tersebut tanpa adanya landasan diktum dalam petitum tersebut. 79

Salah satu tujuan pokok dalam pemberian petitum khusus di

putusan tersebut adalah upaya memberikan kemanfaatan bagi para pihak,

selanjutnya kemanfaatan tersebut akan penulis tinjau dari segi ilmu us}ul

fiqih mas}lahah mursalah, yangmenurut bahasa, mas}lahah berarti manfaat

dan kebaikan, sedang mursalah berati terlepas. Menurut istilah,

mas}lahahmursalah ialah kemas}lahatan yang tidak ditetapkan oleh syara’

dalam penetapan hukum dan tidak ada dalil yang menyuruh mengambil

atau menolaknya.80

Jika dilihat dari definisi tersebut, maka nafkah ma>d}iyah, mut’ah

dan nafkah ‘iddah sebagai akibat dari perceraian tidak akan masuk dalam

kategori mas}lahah mursalah, karena sudah ada dalam nas} dan syara’ yang

mengatur hal tersebut. Akan tetapi penulis perlu garis bawahi bahwa cita-

79
Lihat diktum no. 3 dalam petitum Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
80
Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), 139.
67

cita dari diktum dalam putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

tentang membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sesaat

sebelum ikrar talak bukanlah tentang kewajiban dan kapan waktu

pembayaran pembebanan tersebut, melainkan hakim berupaya menjaga

hak istri untuk menerima pembayaran dari pihak suami sebagai sebuah

kewajiban. Belum ada nas} dan syara’ yang mengatur tentang penjaminan

terhadap mantan istri dari mantan suaminya dalam hal kewajiban-

kewajiban akibat talak tersebut. Dalam nas} dan syara’ hanya dijelaskan

apabila seeorang tidak melaksanakan kewajiban maka akan mendapatkan

dosa yang konsekuensinya berada di akhirat kelak.

Hakim berupaya untuk menampakkan konsekuensi yang timbul

seketika apabila pihak suami tidak membayarkan kewajiban-

kewajibannya kepada pihak istri, yaitu konsekuensi tidak akan diberikan

ijin mengucapkan ikrar talak di depan Pengadilan. Dengan kewenangan

hakim hal ini dilegalkan, hakim adalah perpanjangan tangan Tuhan di

dunia ini, dengan kebijakan yang menngarah pada kemas}lahatan tersebut

dan tidak melanggar aturan lain hal ini dilegalkan. Maka dapat dikatakan

bahwa upaya hakim tersebut masuk dalam mas}las}ah mursalah.

Sesuatu dapat dikatakan sebagai mas}lahah mursalah dan dapat

dijadikan hujjah apabila memenuhi syarat sebagai berikut:


68

1. Mas}lahah tersebut harus mas}lahah yang hakiki, bukan sekedar

mas}lahah yang diduga atau diasumsikan.81

Kemas}lahatan atau kemanfaatan tersebut haruslah jelas

(hakiki), tidak boleh hanya menduga akan adanya kemanfaatan

nantinya. Dalam putusan ini dan upaya hakim untuk menjaga hak-hak

mantan istri dari kelalaian mantan suami yang tidak membayarkan

kewajibannya sangatlah jelas bermanfaat. Kemas}lahatan dari pihak

istri yang terjaga hak-haknya dan kemas}lahatan dari pihak suami yang

terhindar dari dosa akibat kemungkinan lalai dalam membayarkan

kewajibannya.

2. Kemas}lahatan tersebut harus kemas}lahatan umum, bukan

kemas}lahatan pribadi atau kemas}lahatan khusus.

Kemas}lahatan haruslah ditujukan untuk orang banyak, bukan

hanya untuk pribadi ataupu khusus. Dalam hasil wawancara terhadap

hakim majelis yang memutus perkara ini menerangkan bahwa hakim

menambahkan diktum seperti dalam putusan ini karena sebagai upaya

pencegahan dan penjagaan terhadap hak-hak mantan istri tersebut,

karena sebenarnya fungsi tersebut sudah ada yaitu eksekusi, tetapi

hakim beranggapan lebih manfaat menambahkan diktum tersebut

dalam putusannya.

81
Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), 140
69

Walaupun tidak semua hakim menambahkan hal seperti ini

dan masih sedikit yang melakukannya, akan tetapi hal ini masuk

dalam kategori kemas}lahatan umum bukan pribadi ataupun khusus,

yaitu kemas}lahatanuntuk kedua pihak dan dapat dijadikan contoh

untuk diterapkan pada kasus lain yang serupa.

3. Kemas}lahatan tersebut sesuai dengan maqashid al-Syari'ah dan tidak

bertentangan dengan dalil-dalil syara'.

Maqashid al-Syari'ah adalah tujuan atau maksud dari syara’,

bahwa tujuan dari syara’ adalah demi kemas}lahatan hamba (umat

Islam) di dunia dan akhirat khususnya. Karena ketaatan atau maksiat

hamba tidaklah akan berpengaruh pada kemuliaan Allah SWT, semua

konsekuensi akan kembali pada hamba masing-masing. Dengan

demikian tujuan dari putusan ini sama dengan tujuan syara’, yaitu

kemas}lahatan hamba dalam hal menjaga hak-hak dan kewajiban

masing-masing pihak dalam perceraian.

Sedangkan kalimat yang menerangkan kewajiban pembebanan

dibayarkan sesaat sebelum ikrar talak hanyalah sebuah teknis atau

prosedur untuk terwujudnya tujuan ini. Hal ini sudah ditegaskan oleh

hakim majelis bahwa secara substansi hukum kewajiban nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah tetap timbul akibat perceraian,

bukan sebelumnya.
70

4. Kemas}lahatan tersebut harus selaras dan sejalan dengan akal sehat.

Artinya kemas}lahatan tersebut tidak boleh bertentangan dengan akal

sehat.

Hal ini sudah sangat jelas, bahwa demi melindungi hak-hak

mantan istri dan kelalaian mantan suami dalam membayarkan

kewajibannya bukanlah sesuatu yang tidak selaras dan sejalan dengan

akal sehat. Selama patokan adalah akal sehat maka penulis menilai

hal ini tidak akan ada yang mempertentangkan, karena dampak

kemanfaatan yang sudah jelas bagi semua pihak.

5. Pengambilan kemas}lahatan tersebut harus untuk merealisasikan

kemas}lahatan d}aruriyah, bukan kemas}lahatan hajiyah atau tahsiniyah.

Kemas}lahatan d}aruriyah tingkat kemas}lahatan yang harus ada,

atau disebut primer, yaitu meliputi 5 (lima) jaminan dasar, yaitu:

keselamatan keyakinan Agama, keselamatan jiwa, keselamatan akal,

keselamatan keluarga dan keturunan, dan keselamatan harta benda.

Kelima jaminan dasar itu merupakan tiang penyangga kehidupan

dunia agar umat manusia dapat hidup aman dan

sejahtera.82Kemas}lahatan d}aruriyah inilah yang masuk dalam

kategori, bukan kemas}lahatan hajiyah (sekunder) atau tahsiniyah

(tersier) yang tidak mengancam kelima jaminan dasar tersebut.

82
Zahrah, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2010), 424-425.
71

Salah satu dari kelima jaminan dasar tersebut adalah harta

benda, diharuskan untuk menjaga dan melestarikan harta benda yang

dimiliki. Disinilah upaya hakim masuk dalam kategori memelihara

harta benda mantan istri, tepatnya menjaga terbayarnya hak-hak

kebendaan terhadap mantan istri dari pihak suami akibat perceraian

yang berlangsung.

Tindakan Majelis Hakim menambahkan diktum yang sedemikian

rupa memang dapat dikatakan sebuah ijtihad yang masuk dalam kategori

mas}lahah mursalah, karena tindakan hakim tersebut memenuhi syarat-

syarat yang sesuai seperti hasil uraian penulis di atas.

B. Analisis Terhadap Dampak Adanya Putusan Nomor:

0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang Membayar Nafkah Ma>d}iyah, Mut’ah,

dan Nafkah ‘iddah Sebelum Pengucapan Ikrar Talak

Putusan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk

tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum,

sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan (kontensius).83 Dalam

kasus permohonan cerai talak juga masuk dalam kategori perkara gugatan

(kontensius), karena pihak pemohon memiliki lawan yaitu termohon

dimana mereka saling mempertahankan haknya masing-masing.

Putusan adalah produk peradilan yang sesungguhnya (jurisdictio

contentiosa), dimana selalu memuat perintah dari pengadilan kepada

83
A. Mukti Arto, Praktek Prkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), 168.
72

pihak yang kalah untuk melakukan sesuatu, atau untuk berbuat sesuatu,

atau melepaskan sesuatu, menghukum sesuatu. Jadi dalam diktum vonis

selalu bersifat condemnatoir (menghukum), atau bersifat constitutoir

(menciptakan). Perintah dari peradilan ini jika tidak dilaksanakan dengan

suka rela, maka dapat dilaksanakan secatra paksa yang bisa disebut

eksekusi.84

Pada penjelasan di atas menerangkan bahwa setiap diktum vonis

dalam putusan wajib hukumya untuk dilaksanakan pihak yang kalah, tak

terkecuali dalam putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj.

Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya bahwa perkara nomor:

0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj memiliki putusan konvensi dan rekonvensi,

yang menjadikan sifat comdemnatoir (menghukum) terhadap pihak yang

kalah termohon konvensi (istri) dan tergugat rekonvensi (suami), atau

dapat dikatakan bahwa kedua pihak akan mendapatkan perintah wajib

dampak dari hasil putusan tersebut.

Dampak secara hukum adanya putusan ini tetaplah sama, hal ini

berdasarkan padadasar hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim yang

memutus perkara ini pada Pertimbangan Hukum dalam putusannya bahwa

demi asas manfaat, kemaslahatan dan demi melaksanakan peradilan yang

cepat sederhana dan biaya ringan sebagai mana dikehendaki oleh pasal 58

Undang-undang no 7 tahun 1989, maka dengan ini legal memberikan

pembebanan mengenai nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddahtersebut


84
Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), 200
73

harus dibayar oleh Tergugat rekonvensi pada saat sebelum ikrar talak

diucapkan.85

Secara umum dampak dari perintah wajib sebuah putusan konvensi

dan rekonvensi perkara cerai talak adalah bagi istri (termohonn konvensi)

harus menerima putusnya perkawinan istri dengan suami karena

dikabulkannya permohonan suami untuk melakukan ikrar talak terhadap

istri di depan pengadilan agama. Sedangkan bagi suami (tergugat

rekonvensi) harus membayarkan apa yang dibebankan kepadanya dalam

gugatan rekonvensi terhadap istri (penggugat rekonvensi), kewajiban

pembayaran tersebut akan timbul setelah diucapkannya ikrar talak, dan

apabila mantan suami tidak melaksanakan pembayarannya maka mantan

istri dapat mengajukan eksekusi.

Di atas adalah dampak secara umum dari putusan permohonan

cerai talak yang di dalam diktum vonis putusannya tidak terdapat diktum

seperti dalam putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj,kemudian

bagaimana dampak yang akan terjadi kepada para pihak dengan adanya

diktum poin ke 3 (tiga) yang tertulis menghukum Tergugat rekonvensi

untuk membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah dannafkah ‘iddah pada saat

sebelum ikrar talak diucapakan.86

Berikut adalah beberapa dampak yang akan terjadi terhadap para

pihak akibat adanya putusan tersebut:

1. Dampak terhadap pihak suami

85
Ibid.
86
Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
74

Disini pihak suami dikabulkan permohonannya untuk

mendapatkan ijin mengucapkan ikrar talak di depan pengadilan, akan

tetapi pengucapan ikrar talak tersebut baru bisa dilaksanakan ketika

suami sudah menyiapkan pembayaran pembebanan nafkah ma>d}iyah,

mut’ah dan nafkah ‘iddah sesaat sebelum dilaksanakannya

pengucapan ikrar talak di depan Pengadilan tersebut. Hakim dengan

berpegang pada putusan ini dapat menunda pengucapan ikrar talak

dari suami ketika suami belum siap atas kewajiban membayar nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah. Pihak suami tidak dapat

mengelak dan memaksa hakim untuk memberinya ijin mengucapkan

ikrar talak di depan Pengadilan sebelum kewajiban pembebanan

tersebut siap, karena putusan hakim sudah menjadi hukum yang harus

dilaksanakan.

Dengan demikian mengakibatkan pihak suami akan ditunda

pengucapan ikrar talaknya sampai sanggup membayar pembebanan

nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah. Penundan pengucapan

ikrar talak di depan Pengadilan hanya memiliki batas waktu 6 (enam)

bulan, setelah lebih dari itu akan gugur hak suami untuk mengucapkan

ikrar talak di depan Pengadilan dan ikatan perkawinan tetap utuh. Ini

berdasarkan pada Pasal 131 ayat (4) KHI yang menerangkan bahwa

apabila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 (enam)

bulan terhitung sejak putusan Pengadilan Agama tentang izin ikrar


75

talak baginya mempunyai kekuatan hukum tetap, maka hak suami

untuk mengikrarkan talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh.87

Menurut anggota Majelis Hakim bapak Haitami, S.H., M.H.,

dengan keadaan seperti ini termasuk dalam politik hukum, salah satu

upaya pendamaian kepada kedua pihak, khususnya dari pihak suami,

yaitu ketika dalam masa persidangan gagal mendamaikan dengan cara

mediasi, maka dengan ini pada saat pihak suami belum selalu sanggup

membayarkan pembebanan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah

‘iddah, dan setelah 6 (enam) bulan gugur hak suami untuk

menngucapkan ikrar talak di depan Pengadilan selanjutnya bisajadi

mengakibatkan mereka rukun kembali dan ikatan perkawinan tetap

utuh.

2. Dampak terhadap pihak istri

Dari pihak istri selaku sebagi pihak termohon konvensi

haruslah menerima perceraian dengan pihak suami karena

permohonan suami untuk mengucapkan ikrar talak di depan

Pengadilan telah dikabulkan oleh Majelis Hakim. Pihak istri masih

mempunyai harapan terahir ketika masih menginginkan

perkawinannya utuh, yaitu ketika pihak suami tidak sanggup

membayar pembebanan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah,

maka suami tidak akan bisa mengucapkan ikrar talak di depan

87
Kompilasi Hukum Islam
76

Pengadilan, karena pihak suami baru bisa menggunakan haknya

setelah menyiapkan pembayaran kewajiban tersebut.

Selanjutnya apabila pihak suami sudah membayarkan

pembebanan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah kepada pihak

istri dan telah diucapkannya ikrar talak di depan Pengadilan maka

telah putus perkawinan mereka. Akan tetapi pihak istri bisa lebih lega

dan tidak perlu cemas karena tuntutan nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan

nafkah ‘iddah sudah dibayarkan oleh pihak suami. Dengan adanya

diktum putusan ini pembebanan pasti telah dibayarkan dan pihak istri

tidak perlu mengajukan eksekusi di kemudian hari, karena

pelaksanaan eksekusi memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang

harus dikeluarkan.

Dalam kasus ini hakim berpendapat bahwa nominal yang

dijadikan objek eksekusi tidak sebanding dengan biaya eksekusi.

Disini hakim memiliki kebijakan untuk melakukan antisipasi dan

meringankan pihak Termohon (istri) yang beresiko dirugikan.

Antisipasi tersebut adalah dengan melakukan penambahan diktum

petitum tersebut,88 dengan semua kewajiban yang telah dibayarkan

pada sesaat sebelum ikrar talak menjadikan pihak Termohon lebih

aman dan bermanfaat, karena pihak termohon tidak perlu melakukan

eksekusi karena kewajiban tersebut sudah dibayarkan.

88
Lihat diktum no. 3 dalam petitum Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj
77

Dilihat dari beberapa dampak yang timbul akibat diktum putusan

ini terhadap kedua pihak di atas menggambarkan bahwa pihak perempuan

sebagai pihak yang sedikit diuntungkan dengan hal tersebut, karena

menurut para hakim pada majelis ini pihak perempuan adalah pihak yang

di anggap ‚lemah‛, salah satunya seperti setelah perceraian perempuan

harus menunggu masa ‘iddah jika ingin melangsungkan permikahan lagi

dengan laki-laki lain, sedangkan pihak laki-laki ketika setelah perceraian

langsung dapat melangsungkan pernikahan dengan perempuan lain tanpa

adanya masa ‘iddah seperti pihak perempuan. Selanjutnya pihak

perempuan diuntungkan lagi tanpa harus mengajukan eksekusi apabila

pihak suami tidak membayarkan pembebanan nantinya, eksekusi sudah

tidak perlu karena sudah barang pasti pihak laki-laki akan membayarkan

kewajiban tersebut sesaat sebelum ikrar talak sesuai dengan isi diktum

putusan.

Selain keuntungan dari pihak istri sebenarnya pihak laki-laki disini

juga sangat diuntungkan, selain tetap akan dikabulkannya permohonan

izin pengucapan ikrar talak di depan Pengadilan, pihak laki-laki juga akan

terhindar dari kelalaian akibat tidak membayarkan kewajiban yang

dibebankan terhadapnya. Dampak diktum dari putusan ini sama-sama

saling menguntungkan dan bermanfaat terhadap para pihak seperti yang

ingin dicapai oleh hakim dan hukum yang berlaku.


78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan hakim dalam

memutus Nomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang membayar nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak

adalah adanya peluang dari pihak suami untuk tidak membayarkan

kewajiban tersebut setelah pengucapan ikrar talak, demi menjaga

hak-hak pihak istri dari kesewenang-wenangan pihak suami tersebut,

maka majelis hakim melakukan ijtihad menambahkan isi petitum

tersebut berdasar pada asas keadilan dan kemanfaatan yang masuk

kategori mas}lahah mursalah.

2. Dampak adanya putusanNomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang

membayar nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum

pengucapan ikrar talakSecara hukum yang berdasar pada pasal 58 ayat

(2) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pembayaran

pembebanan yang dilakukan sebelum ikrar talak sama dengan pembayaran

pembebanan yang dilakukan setelah ikrar talak, sedangkan dampak

kemanfaatannya adalah menjadikan hakim dapat menunda

pengucapan ikrar talak dari pihak suami apabila ia belum membawa

kewajiban pembebanan nafkah tersebut, akan dikabulkan permohonan

78
79

talak suami apabila sudah menyiapkan pembayaran pembebanan dengan

tujuan menghindarkan pihak suami dari kelalaian terhadap

kewajibannya,serta penjaminan hak-hak dari pihak istri untuk

mendapatkan nafkah tersebut dan terhindarnya pihak istri dari

menempuh jalur eksekusi dengan biaya eksekusi yang tak sebanding

dengan objek eksekusi.

B. Saran-saran

Pada bagian akhir ini penulis berharap:

1. Kepada para pihak pejabat yang berwenang membuat Undang-Undang

dan peraturan lainnya, diharapkan agar praktek pembayaran

kewajiban-kewajiban suami akibat talak ini dimasukkan ke dalam

Undang-Undang atau peraturan lainnya, sehingga memiliki dasar

peraturan yang jelas dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

2. Kepada Pengadilan Agama Nganjuk, diharapkan agar praktek ini

dapat terus dipertahankan, dan agar dapat dijadikan contoh oleh

hakim lain yang menangani permasalahan serupa demi dapat

memberikan putusan yang adil, dan lebih bermanfaat bermanfaat.

3. kepada para hakim, diharapkan agar dapat berlaku adil, dan dapat

menerapkan peraturan dengan sebaiknya bukan seadanya. Ketika

terdapat suatu masalah, tetapi peraturan tidak dapat menjawab

masalah yang ada, maka diharapkan kepada para penegak hukum agar

dapat berijtihad dan melihat lebih luas sehingga putusan yang

dikeluarkan dapat bermanfaat, dan berkeadilan bagi semua pihak.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah). Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2002.

Abidin, Slamet dan Aminuddin.Fikih Munakahat 2. Bandung: Pustaka Setia,


1999.

Al-Qur‟an dan Terjemahnya Kementrian Agama Republik Indonesia.

Arto,A. Mukti.PraktekPerkaraPerdatapadaPengadilan Agama. Yogyakarta:


PustakaPelajar, 1996.

Buku Arsip Pengadilan Agama Nganjuk

Effendi, Satria.Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer. Jakarta:


Kencana, 2004.

Fathoni,Abdurrahman. MethodologiPenelitiandanTeknikPenyusunanSkripsi.
Jakarta:RinekaCipta, 2006.

Ghazaly, Abdurrahman. Fikih Munakahat. Jakarta Timur: Prenada Media, 2003.

Hakim,Rahmat.HukumPerkawinan Islam.Bandung: PustakaSetia, 2000.

Harahap,M. Yahya.Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU


No. 7 Tahun 1989). Jakarta: Sinar Garafika, 2007.

Harahap, M. Yahya.Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata.


Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Hidayati,Nur. ”Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Nganjuk Perspektif


Madzhab Hanafi atas Kewajiban Nafkah yang Harus Dipenuhi Suami pada
Cerai Talak”, Skripsi. Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2017.

Iriani,Dewi.PengetahuanIlmuHukumdanPengenalantentangHukum di Indonesia.
Ponorogo:Senyum Indonesia, 2015.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Khallaf, Syekh Abdul Wahab.Ilmu Ushul Fikih, terj. Halimuddin. Jakarta: Rineka
Cipta, 2012.

KompilasiHukum Islam
Kurniawan, Randy. “Pelaksanaan Putusan Hakim Tentang Nafkah Iddah dalam
Perkara Cerai Talak (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kelas 1A
Tanjung Karang Nomor: 0168/Pdt.G/2012/PA.Tnk)”, Skripsi. Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017

Manan, Abdul.Pokok-PokokHukumPerdataWewenangPeradilan Agama. Jakarta:


Raja GrafindoPersada, 2002.

Mardani.HukumPerkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Yogyakarta:


GrahaIlmu,2011.

Mas‟ud, Ibnu dan Zainal Abidin.Fiqih Madzhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia,
2007.

Moleong,Lexy J..Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosja


Karya, 2002.

Muhammad,Abdulkadir.HukumPerdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti,


2010.

Munir,Moh..Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah. Ponorogo: t.p, 2017.

ND,MuktiFajardan
YuliantoAchmad.DualismePenelitianHukumNormatif&Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Nuruddin, Amir danAzhariAkmalTarigan.HukumPerdata Islam di Indonesia


(StudiKritisPerkembanganHukum Islam dariFikih, UU No 1/1974 sampai
KHI). Jakarta: Prenada Media, 2004.

Putusan perkara nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Ramadhani,Febryana Diah. “Tinjauan KHI dan PP Nomor 10 Tahun 1983


terhadap Pertimbangan Hakim tentang Hak-hak Istri dalam Perkara Cerai
Talak di Pengadilan Agama Pacitan Tahun 2016”, Skripsi. Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2017.

Rofiq, Ahmad.Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2003.

RusyadidanHafifi.Kamus Indonesia Arab. Jakarta: RinekaCipta, 1995.

Sabiq, Sayyid.FiqhSunahjilid 7, terj. Moh. Thalib. Bandung: Al-Ma‟arif, 1990.

Safira,Martha Eri.Hukum Acara Perdata. Ponorogo:Senyum Indonesia, t.th.


Salinan Putusan PA NganjukNomor 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2006.

Subana, M. danSudrajat.Dasar-dasarPenelitianIlmiah. Bandung: PustakaSetia,


2001.

Sudarsono.Pokok-Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Sugiyono.MemahamiPenelitianKualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.

Suwarjin.Ushul Fiqh. Yogyakarta: Teras 2012.

Syafe'i, Rachmat.IlmuUshulFiqih. Bandung: PustakaSetia, 2015.

Syafi‟i,Ahmad Musta‟in. “Analisa Hukum Islam Terhadap Putusan PA Nomor


0689/Pdt.G/2013/Pa.Ngj Tentang Pemberian Mut’ah Dalam Perkara
Perceraian Fasak”, Skripsi. Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2016.

Titawati,Titin.“PemberianNafkahIddahDitinjaudariUndang-undangNomor 1
Tahun 1974 danKompilasiHukum Islam (StudiKasus di Pengadilan Agama
Kelas 1 A Kota Mataram)”, Skripsi.
Mataram:Univ.MahasaraswatiMataram,2017.

Umar, Muin dkk. Ushul Fiqh 1. Jakarta:Direktorat Jendral Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1985.

Undang-UndangNomor 1 tahun 1974 tentangPerkawinan

www.pa-nganjuk.go.id di akses pada 04 Mei 2018

Yasid, Abu.Fiqh Today Fatwa Tradisional untuk Orang Modern Buku Tiga: Fikih
Keluarga. Jakarta: Erlangga, 2002.

Zahrah, Muhammad Abu. Ushul al-Fiqh. Jakarta:PustakaFirdaus, 2010.

Zein,Satria Effendi M., UshulFiqh. Jakarta: Kencana 2005.


BIOGRAFI

Data Pribadi

Nama : Fahchurizal Ahzani


Nama Orang Tua : Bapak Mislan dan Ibu Soepojo
Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 19 Januari 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
No. HP : 085235530869
E-mail : ahzanirizal27@gmail.com

Pendidikan

1999-2002 : RA Muslimat NU Lembah


2002-2008 : SD N 3 Lembah
2008-2011 : MTs Darul Huda Mayak Ponorogo
2011-2014 : MA Darul Huda Mayak Ponorogo
2014-Sekarang : Program S1 Ahwal Syakhshiyyah di IAIN
Ponorogo
TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan : Muhammaad Nafi’. S.H., M.HI. (Panitera Muda Hukum)

Tanggal : 06 Februari 2018

Jam : 12.30 WIB -Selesai

Tempat Wawancara : Ruang Panitera Pengadilan Agama Kabupaen Nganjuk

Topik Wawancara : Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Subyek Materi Wawancara

Peneliti Assalamualaikum bapak, maaf sebelumnya mengganggu waktunya

sebentar, kami dari mahasiswa IAIN Ponorogo ingin melakukan

wawancara untuk bahan skripsi kami, dengan tema Isi Putusan

Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tentang pembayaran nafkah

ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak.

Informan walaikumsalam, iya mas, silahkan.

Peneliti Trimakasih pak, apakah bapak sering menemukan putusan yang

seperti ini pak?

Informan Jarang mas, saya pernah nemu punya bapak toha (ketua majlis)

tentang menambahkan ini (diktum), memang beda ini mas ndak

seperti lainnya, disini cuma pak toha yang ngasih ini, itupun tapi jg

ndak di semua kasus.


TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan : Mohamad Thoha, S.Ag. (Hakim)

Tanggal : 06 Februari 2018

Jam : 13.00 WIB -Selesai

Tempat Wawancara : Ruang Hakim Pengadilan Agama Kabupaen Nganjuk

Topik Wawancara : Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Subyek Materi Wawancara


Peneliti Assalamualaikum bapak, maaf sebelumnya mengganggu waktunya
sebentar, kami dari mahasiswa IAIN Ponorogo ingin melakukan
wawancara untuk bahan skripsi kami, dengan tema Isi Putusan
Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tntang pembayaran nafkah
ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah sebelum pengucapan ikrar talak.
Informan walaikumsalam, iya mas, silahkan.

Peneliti Trimakasih bapak, apa faktor yang menjadikan pertimbangan hakim


dalam putusan tersebut?
Informan Sebenarnya aturannya seperti itu, karena untuk menghindari orang
yang mempunyai iktikad yang kurang baik, mestinya orang mau
ikrar ya ikrar dulu, jadi gini ya, kalimat dari petitum ini ini
sebenarnya sudah ultrapetita artinya majlis memberikan suatu
ptitum ini tidak ada kalimat permintaan dari dia (Pemohon), dalam
pertimbangan, lahirnya petitum ini sebenarnya tidak ada yang
minta, mestinya jika kita saklek dalam satu hukum bahwa kita
(hakim) tidak boleh mengadili di luar dari apa yang diminta (dalam
HIR) tetapi demi kepastian hukum maka pengadilan memberikan
suatu pertimbangan hukum, demi azaz maslahat dan demi
kemaslahatan, maka pembebanan mengenai ini harus dibayarkan
sebelum, ini demi azaz manfaat dari putusan itu, karena mestinya
ndak boleh, maka kita gandeng dengan pasal 58 UU no 7, yaitu demi
azaz manfaat, andaikan tidak ada ini demi menyelamatkan para
pihak, ketika tidak ada ini (petitum) begitu ikrar talak diucapkan
bagaimana pembebanan itu diminta dan bagaimana memerintahnya,
hanya ada satu jalan eksekusi, mestinya tidak boleh dan ndak ada isi
petitum ini karena ndak diminta, maka demi menyelamatkan para
pihak demi azaz manfaat, jika tidak ada ini (isi petitum) maka
putusannya akan muspro (sia sia), karena apa, setelah ikrar talak
hanya membayar Rp. 4.000.000,- ini bagaimana mau eksekusi
mereka sudah lari (tidak ada), maka tidak akan sebanding harga
eksekusi dengan ini, untuk menyelamatkan dan menjerat orang itu
(Pemohon) untuk menyelesaikan dulu kewajibannya, maka lahir
putusan ini, kemudian kenapa diputus sebelum pengucapan juga,
karena nanti sesudah diucapkan dia lari bagaimana, jadi hanya
sekedar untuk menjerat, memang kewajiban secara hukum setelah
ikrar baru kewajiban itu muncul, kalau setelah ikrar dia lari ndak
mau bayar dulu dan menjanjikan besok-besok bagaimana, hanya
sekedar menjerat saja, timbulnya kewajiban memang setelah
diucapkan baru timbul, lalu setelah diucapkan dia bilang blum punya
uang dan dibayar besok saja gimana, lalu seminggu lagi saja dia
ternyata ndak datang maka ndak ada pegangan lagi, jadi itu azaz
manfaat dari pada putusan ini, jika orang sudah lepas dari
pengucapan setelah ikrar talak, maka lepas dia dan putusan ini habis
tidak ada nilainya.
Peneliti Berarti ini ada sangkut pautnya dengan biaya eksekusi tadi pak?
Informan Iya, pembebanan hanya Rp. 4.000.000 sedangkan biaya eksekusi apa
cukup Rp. 5.000.000, bagaimana, jika pembebanan ini ratusan juta
ndak jadi masalah, tapi jika ini hanya sekian hanya 4juta bagaimana
mau memintanya jika tidak ada kalimat ini (isi petitum), maka
untuk menjerat mereka agar mau membayar, putusan ada hasilnya,
ada manfaatnya, maka hakim menambah ini, walaupun ini aslinya
tidak ada, tapi ini kami kaitkan, kami kaitkan kpd pasal 58, kalau
dikaitkan pada HIR ndak bisa, ini urusan eksekusi gitu,
pemahamannya kesana.
Peneliti Bagaimana pembayaran sebelum ikrar talak tersebut menurut syariat
islam?
Informan Ini hanya prosedur untuk menjerat tadi, kalau kewajibannya itu ya
tetap setelah pas ikrar itu tadi, hanya dalam rangka menjerat dan
azaz manfaat putusan, misalnya ketika hari ikrar dan ditanya masih
belum punya masih seminggu lagi gimana, lalu apa majlis bisa
menahan (jika tanpa isi putusan ini) jika menahan majlis akan kena
juga, maka dalam rangka efesien dan efektif suatu putusan, itu saja.
Peneliti Bagaimana dampak setelah adanya putusan ini bagi kedua pihak?
Informan Bagi termohon merasa bahwa apa yang dituntut terlaksana, hak-hak
dia terpenuhi, rasa keadilan tercipta, juga berdampak pada pemohon
jika lebih dari 6 bulan belum membayar dan belum ikrar maka hak
untuk mengucap ikrar di deppan pengadilan akan gugur, karena laki-
laki enak andaikan setelah putus dia bisa langsung pacaran, punya
anak, dan tidak menafkai, andaikan tidak dihukum dengan ini, maka
keenakan, lalu kepengadilan apa artinya, pengadilan itu mengayomi,
hukum memberi maslahah, memberi jalan keluar, hakim itu bukan
hanya menjalankan hukum secara tekstual, tapi hakim itu
melaksanakan dan menciptakan suatu rasa keadilan, bukan sekedar
corong undang-undang, bahkan kita kadang-kadang kontralegem
terhadap suatu aturan. Hakim boleh saja suatu saat kontralegem,
melawan suatu undang-undang, artinya mengadili tidak sesuai
dengan undang-undang, hakim boleh saja saat aturan itu kurang
manfaat, atau kurang memenuhi rasa keadilan.
TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Haitami, S.H., M.H. (Hakim)

Tanggal : 06 Februari 2018

Jam : 14.00 WIB -Selesai

Tempat Wawancara : Ruang Hakim Pengadilan Agama Kabupaen Nganjuk

Topik Wawancara : Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Subyek Materi Wawancara

Peneliti Assalamualaikum bapak, maaf sebelumnya mengganggu

waktunya sebentar, kami dari mahasiswa IAIN Ponorogo

ingin melakukan wawancara untuk bahan skripsi kami, dengan

tema Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tntang

pembayaran nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah

sebelum pengucapan ikrar talak.

Informan walaikumsalam, iya mas, silahkan.

Peneliti Trimakasih pak, apa Faktor yang menjadikan pertimbangan

hakim dalam putusan tersebut?

Informan Pembebanan yang seperti ini untuk memperoleh sebuah azaz

kemanfaatan, putusan itu punya 3 unsur, unsur keadilan

kemudian kepastian hukum dan manfaat, ini azaz yang ada

dalam sebuah putusan yang bagus, azaz keadilannya ini


relatif karena yang namanya adil itu Allah yang punya, tapi

bagaimanapun juga hakim harus berijtihad untuk mendekati

kepada seebuah kebenaran itu, karena yang namanya adil itu

relatif, tapi bila hakim telah berijtihad ituah yang terbaik, dan

katakanlah apabila dalam memutus suatu perkara kok kliru

hakim tetam mendapat pahala karena sudah berijtihad, yang

kedua untuk mendapatkan sebuah kepastian hukum,dengan

adanya sebuah keputusan, diputus sudah pasti ada kepastian

hukumnya, kemudian azaz manfaat ini contohnya, kenapa kok

dimasukan di dalam diktum seperti ini, padahal yang namanya

sebuah pembebanan merupakan akibat dari adanya talak, kalo

tidak dicantumkan di dalam diktum seperti ini

kemanfaatannya ini masih ngambang, karena banyak sudah

diputuskan, tapi pihak tergugat rekonvensi mengabaikan tidak

membayar, akhirnya terlunta lunta, bahkan sampai tidak ikrar,

tapi jika dicantumkan seperti ini mau tidak mau dia harus

bayar dulu di depan persidangan sesaat sebelum ikrar begini

baru bermanfaat, kalo nggak yang jadi korban siapa,

perempuan kan, manfaatnya tidak ada walaupun sudah

dicantumkan di dalam amar seperti ini tanpa adanya amar

yang ini, itu banyak yang lalai, nah ketika pengadilan sudah

memberikan ijin meskipun ini tidak dibayarkan kalau


orangnya tetap ngeyel, maka dia bisa berkilah dan

pembebanan hanya ada di dalam kertas kemanfaatannya tidak

ada, walaupun istri.

Peneliti Bagaimana pembayaran sebelum ikrar talak tersebut menurut

syariat islam?

Informan Disini ditulis sebelum ikrar talak, hanya sebuah tekhnis saja,

makanya dikataan sesaat, bukan sehari atau satu minggu

sebelumnya,ketika dia mau mengucapkan irr talak, ditanya

apakah sudah siap dengan pembebanannya, diserahkan dan

lalu ikrar dia gitu, disini manfaatnya, jika ini tidak

dicantumkan maka ini tidak ada upaya paksa, pengadilan telah

memberi ijin untuk mengucapkan ikrar talak sementara

pembebanannya belum diberikan maka dia berhak memaksa

pengadilan, karena sudah haknya, banyak kejadian seperti itu.

(sema untuk memperhatikan nasib perempuan) ada politik

hukum juga disini menurut saya, ini misal suami ndak mampu

bayar, ini kan ndak jadi cerai sampai kelewat waktu (6 bulan)

rukun lagi, bisa jadi, yang utama kami memberi hak-hak

perempuan dari kesewenangan laki-laki

Peneliti Bagaimana dampak setelah adanya putusan ini bagi kedua

pihak?

Informan Sama-sama diuntungkan, si pemohon untunhg karena


prmohonkan dikabulkan, permohonnnya minta diberi ijin

untuk mengikrarkan talak kepada istrinya, dari pihak

perempuan juga untung rekonvensinya dikabulkan, ketika dia

‚tidak berdaya‛ karena suaminya tetap ngotot melakukan

perceraian karena itu hak laki-laki, tapi perempuan juga punya

hak untuk menuntut rekonvensi seperti iddah, mut’ah,

madliyah seperti ini, ini sama-sama diuntungkan. Andaikan

dictum ini tidak dicantumkan, ini akan membuka peluang

untuk laki-laki berbuat sewenang-wenang, akhirnya hanya

menang di atas kertas tidak ada artinya.


TRANSKIP WAWANCARA

Nama Informan : Drs. Moch Muchsin, M.Sy. (Hakim)

Tanggal : 06 Februari 2018

Jam : 15.00 WIB -Selesai

Tempat Wawancara : Ruang Hakim Pengadilan Agama Kabupaen Nganjuk

Topik Wawancara : Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj

Subyek Materi Wawancara


Peneliti Assalamualaikum bapak, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya sebentar, kami dari mahasiswa IAIN Ponorogo
ingin melakukan wawancara untuk bahan skripsi kami, dengan
tema Isi Putusan Nomor: 0358/Pdt.G/2017/Pa.Ngj tntang
pembayaran nafkah ma>d}iyah, mut’ah dan nafkah ‘iddah
sebelum pengucapan ikrar talak.
Informan walaikumsalam, iya mas, silahkan.
Peneliti Trimakasih bapak, apa faktor yang menjadikan pertimbangan
hakim dalam putusan tersebut?
Informan Jadi begini kalo tidak ada itu (putusan) maka dia nanti
kemungkinan ndak bayar, maka menggunakan itu untuk
menutupkannya. Lalu juga berdampak hukum si wanita tidak
perlu melakukan eksekusi, nanti eksekusi itu jg harus bayar
lagi. Selebihnya ya sama dengan alasan beliau-beliau.
PUTUSAN

Nomor 0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Nganjuk yang memeriksa dan mengadili perkara-


perkara tertentu pada tingkat pertama dalam sidang majelis telah menjatuhkan
putusan perkara cerai talak antara pihak-pihak :

XXXXXXXXXXXX, umur 52 tahun, agama Islam, pendidikan , pekerjaan Tani,


tempat tinggal di Dusun Kedungwinong RT.01 RW. 05 Desa
Jintel Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk,dalam hal ini
memberi kuasa kepada KRISTIAN AGUNG FREDIANTA, S.H.
Advokat yang beralamatkan di Jl.Lurah Surodarmo No.13 Bogo-
Nganjuk, sebagai Pemohon;

melawan

XXXXXXXXXXXX, umur 56 tahun, agama Islam, pendidikan , pekerjaan Tani,


tempat tinggal di Dusun Kedungwinong RT.01 RW. 05 Desa
Jintel Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk, sebagai
Termohon;

Pengadilan Agama tersebut;

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Setelah mendengar keterangan Pemohon serta saksi-saksinya di persidangan;

TENTANG DUDUK PERKARA

Bahwa,Pemohon dengan surat permohonannya bertanggal 09 Februari


2017 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Nganjuk pada
tanggal 09 Februari 2017dengan register perkara nomor
0358/Pdt.G/2017/PA.Ngjmengajukan hal-hal sebagai berikut:

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 1 dari 22


1. Bahwa pemohon dan terrmohon talah melangsungkan perkawinan pada
tanggal 27 Mei 1993 sebagaimana tertuang dalam Kutipan akta Nikah No
114/39/V/1993 KUA Kecamatan rejoso Kab Nganjuk yang kemudian
diterangankan dalam surat keterangan no 64/KUA.15.18.13/Pw.01/01/2017
tertanggal 2 Februari yang dibuat dan ditandatangangani oleh Kepala KUA
Rejoso Nganjuk Qomarudin.
2. Bahwa pada saat menikah pemohon berstatus Duda talak dan termohon
berstatus Janda Talak
3. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon telah hidup rukun bersama
membina rumah tanggga di rumah termohon di Rt 1 Rw 5 Dusun
Kedungwinong Desa Jintel Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk
4. Bahwa dari pernikahan ini pemohon dan termohon telah berhubungan
suami istri namun tidak memiliki anak
5. Bahwa semula rumah tangga pemohon dan termohon adalah rukun dan
berjalan baik, selama 20 tahun akan tetapi semenjak 3 tahun
terakhir(SEMENJAK Juni 2013) sampai dengan gugatan ini diajukan rumah
tangga antara Pemohon dan Termohon mulai tidak tenteram/harmonis lagi ,
sering terjadi perselisihan terus menerus antara pemohon dan termohon
serta tidak ada lagi harapan untuk dirukunkan kembali daam rumah tangga
yang kesemuanya dikarenakan:
a. masalah ekonomi termohon selalu merasa kurang dan tidak terima
dengan nafkah yang diberikan pemohon padahal pemohon sudah bekerja
keras sesuai dengan kemampuan pemohon
b. Karena termohon terlalu berani dan tidak menghargai pemohon sebagai
suami , dalam setiap pertengkaran selalu berkata kasar bahkan
menginginkan perceraian
c. Karena termohon selalu mencurigai pemohon dan menuduh pemohon
berselingkuh padahal tidak benar bilamana diajak untuk bicara selalu
tidak mau mendengar dan ingin menang sendiri sehingga selalu berujung
pertengkaran
d. Bahwa karena antara pemohon dan termohon tidak memiliki anak
sehingga hal ini selalu menjadi akar permasalahan dalam keluarga yang
tidak pernah ditemukan jalan keluarnya sehingga selalu bertengkar

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 2 dari 22


e. Bahwa puncak dari segala permasalahan rumahtangga antara pemohon
dan termohon, pada bulan November 2016 termohon telah mengusir
pemohon dan tidak lagi mengijikan pemohon untuk tinggal bersama , dan
semenjak saat itu sampai i dengan gugatan ini diajukan sudah 4 bulan
pemohon sudah keluar dari rumah kediaman bersama (sudah pisah
rumah ), dan semenjak saat itu antara pemohon dan termohon sudah
tidak saling memperdulikan lagi
6. Bahwa atas sikap termohon tersebut pemohon merasa sangat tersiksa baik
secara lahir maupun batin sehingga apabila pernikahan antara pemohon dan
termohon diteruskan akan semakin menambah sengsara pemohon
7. Bahwa pula seluruh pihak keluarga telah berusa mendamaikan perselisihan
dalam keluarga pemohon dan termohon namun tidak berhasil .
8. Bahwa pula pemohon sanggup untuk memenuhi seluruh biaya yang timbul
dari perkara ini .
Berdasar seluruh alasan –alasan diatas yang akan didukung dengan bukti bukti ,
maka dengan ini pemohon , mohon kepada ketua pengadilan agama Nganjuk
untuk membentuk menjelis hakim guna memeriksa dan mengadili perkara ini
serta menjatuhkan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR:

1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya


2. Menetapkan memberikan ijin kepada pemohon yatmo bin sadimen untuk
mengucapkan ikrar talak terhadap termohon XXXXXXXXXXXX dihadapan
sidang pengadilan agama Nganjuk
3. Membebankan biaya menurut hukum
Atau SUBSIDAIR

Bilamana majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil


adilnya menurut hukum

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang ditetapkan,Pemohon


bersama Kuasa hukumnya hadir di peridangan dan Termohon hadir secara
pribadi menghadap persidangan ;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 3 dari 22


Menimbang, bahwa Majelis telah berusaha mendamaikan Pemohon dan
Termohon agar rukun kembali dan mengurungkan niatnya untuk bercerai, akan
tetapi tidak berhasil, kemudian Majelis Hakim memerintahkan kepada para pihak
untuk menempuh upaya perdamaian melalui Mediator ;

Menimbang, bahwa upaya perdamaian melalui Mediator telah


dilaksanakan di hadapan Drs.Nur Cholis , Mediator Pengadilan Agama Nganjuk ,
namun tidak berhasil, dengan surat pernyataan mediasi gagal tanggal 27
Pebruari 2017, kemudian sidang dilanjutkan dengan membacakan surat
permohonan Pemohon , yang isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon ;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut , Termohon


telah memberikan jawaban secara lisan dalam sidang tanggal 13 Maret 2017
yang pada pokoknya sebagai berikut :

1. Bahwa Bener antara Pemohon dan Termohon menikah pada tanggal 27 Mei
1993 ;

2. Bahwa bener sebelum menikah satatus Pemohon duda dan termohon janda

3. Bahwa Bahwa bener setelah menikah hidup rukun di rumah Termohon

4. Bahwa bener selama menikah belum dikaruniai anak ;

5. bahwa bener kami semula hidup rukuan akan tetapi sejak bulan Juni 2016
kami berpisah karena Pemohon selingkuh dan ada yang tidak bener alasan
Pemohon

a. Masalah ekonomi tidak bener termohon selalu merasa kurang kami sudah
cukup;

b. Bahwa saya dikatakan berani dan berkata kasar dan mita cerai tidak bener

c. Bahwa menuduh selingkuh bener karena Pemohon selingkuh dengan


Kotijah sampai punya anak yaitu misanan Termohon ;

d. Bahwa karena masalah anak tidak bener selama ini tidak ada masalah

e. Bahwa pisah sejak Nopember bener tetapi Termohon tidak mengusir dia
pergi tanpa pesan ;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 4 dari 22


Bahwa atas permohonan cerai ini Termohon masih keberatan masih ingin
rukun kembali ;

Menimbang bahwa terhadap jawaban termohon tersebut Pemohon


mengajukan Replik secara tertulis dengan suratnya tertanggal 20 Maret 2017
yang isinya sebagai berikut :

1. Bahwa pemohonteguh berpegang pada permohonan semula dan menolak


dengan tegas seluruh jawaban termohon kecuali apa yang akan diakui
dengan tegas
2. Bahwa pemohon tetap berkeinginan untuk bercerai dengan termohon .
3. Bahwa keinginan termohon untuk rukun kembali sangat tidak mungkin bagi
pemohon menyetujuinya, karena dalam pengakuan tegas di sidang
termohon menyatakan dan menuduh pemohon berselingkuh bahkan
mempunyai anak dengan wanita lain hal ini semakin membenarkan
permohonan pemohon bahwa rumah tangga pemohon dan termohon ada
masalah yang serius sudah saling mencurigai dan tidak ada rasa percaya
4. Bahwa termohon pula mengakui sekarang pemohon dan termohon tidak
serumah lagi selama 5 bulan dengan demikian terbuktilah seluruh
permohonan pemohon
5. Bahwa atas sikap termohon tersebut pemohon merasa sangat tersiksa baik
secara lahir maupun batin sehingga apabila pernikahan antara pemohon dan
termohon diteruskan akan semakin menambah sengsara pemohon
6. Bahwa pula seluruh pihak keluarga telah berusa mendamaikan perselisihan
dalam keluarga pemohon dan termohon namun tidak berhasil .
Berdasar seluruh alasan –alasan diatas yang akan didukung dengan bukti bukti ,
maka dengan ini pemohon , mohon kepada ketua pengadilan agama Nganjuk
untuk membentuk menjelis hakim guna memeriksa dan mengadili perkara ini
serta menjatuhkan putusan sebagai berikut :

PRIMAIR:

1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 5 dari 22


2. Menetapkan memberikan ijin kepada pemohon yatmo bin sadimen untuk
mengucapkan ikrar talak terhadap termohon XXXXXXXXXXXX dihadapan
sidang pengadilan agama Nganjuk
3. Membebankan biaya menurut hukum

Atau SUBSIDAIR

Bilamana majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil adilnya
menurut hukum

Menimbang bahwa atas replik Pemohon tersebut Termohon


mengajukan Duplik secara lisan dalam sidang tanggal 27 Maret 2017 yang isinya
sebagai berikut :

1. Bahwa Termohon masih ingin rukun dan tetap tidak mau bercerai dengan
Pemohon karena masih senang ;

Dalam Rekonpensi

Bahwa jika Pemohon tetap ingin bercerai termohon menuntut hak-hak


Termohon yaitu :

1. Nafkah Madiyah selama 8 bulan sejak bulan Juni 2016 sebesar Rp. 6.000.000
X 8 bulan = Rp. 48.000.000 (empat puluh delapan juta rupiah)

2. Uang Mut'ah sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah );

3. Nafkah Idah sebesar Rp. 4.000.000 X 3 bulan = Rp. 12.000.000 (dua belas
juta rupiah);

Menimbang bahwa atas Duplik Termohon tersebut Pemohon juga


menyampaikan Rereplik secara tertulis dengan suratnya tertanggal 27 Maret
2017 yang isisnya sebagai berikut :

DALAM KONPENSI

1. Bahwa pemohonteguh berpegang pada permohonan semula dan menolak


dengan tegas seluruh jawaban dan duplik termohon kecuali apa yang akan
diakui dengan tegas

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 6 dari 22


2. Bahwa pemohon tetap berkeinginan untuk bercerai dengan termohon .
3. Bahwa keinginan termohon untuk rukun kembali sangat tidak mungkin bagi
pemohon menyetujuinya , karena dalam pengakuan tegas di sidang termohon
menyatakan dan menuduh pemohon berselingkuh bahkan mempunyai anak
dengan wanita lain hal ini semakin membenarkan permohonan pemohon
bahwa rumah tangga pemohon dan termohon ada masalah yang serius suah
saling mencurigai dan tidak ada rasa percaya
4. Bahwa termohon pula mengakui sekarang pemohon dan termohon tidak
serumah lagi selama 5 bulan dengan demikian terbuktilah seluruh
permohonan pemohon
5. Bahwa atas sikap termohon tersebut pemohon merasa sangat tersiksa baik
secara lahir maupun batin sehingga apabila pernikahan antara pemohon dan
termohon diteruskan akan semakin menambah sengsara pemohon
DALAM REKONPENSI
1. Bahwa tuntutan pengugat rekonpensi adalah sangat tidak masuk akal dan jauh
diluar kemampuan Termohon rekonpensi.
2. Bahwa Termohon rekonpensi hanyalah seorang buruh tani dengan pengasilan
yang bilamana dirata rata perbulan hanya sekitar Rp 900.000,00.
3. Bahwa Termohon rekonpensi menyadari penuh tanggungjawabnya bilamana
menjatuhkan talak kepada Pemohon rekonpensi namun mohon majelis hakim
mempertimbangkan kemampuan ekonomi dari Termohon rekonpensi .
4. Bahwa dengan ini Termohon rekonpensi atas tuntutan Pemohon rekonpensi
mempunyai kesanggupan sebagai berikut :
1. Nafkah maldiyah selama 2 bulan : Rp 600.000,00 (per bulan
300.000) karena Termohon rekonpensi baru dua bulan terakhir tidak
memberi nafkah.
2. Nafkah Mut’ah sebesar Rp 1.000.000,00
3. Nafkah iddah Rp 300.000,00 perbulan kali 3 =Rp 900.000,00
Berdasar seluruh alasan –alasan diatas yang akan didukung dengan bukti bukti ,
maka dengan ini pemohon , mohon kepada ketua pengadilan agama Nganjuk
untuk membentuk menjelis hakim guna memeriksa dan mengadili perkara ini
serta menjatuhkan putusan sebagai berikut :

DALAM KONPENSI
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 7 dari 22
PRIMAIR:

1. Mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya


2. Menetapkan memberikan ijin kepada pemohon yatmo bin sadimen untuk
mengucapkan ikrar talak terhadap termohon XXXXXXXXXXXX dihadapan
sidang pengadilan agama Nganjuk
3. Membebankan biaya menurut hukum
DALAM REKONPENSI .
1. Mengabulkan gugatan Pemohon untuk sebagian
2. Menghukum Termohon untuk membayar:
1. Nafkah maldiyah selama 2 bulan : Rp 600.000,00 (per bulan 300.000)
karena Termohon rekonpensi baru dua bulan terakhir tidak memberi nafkah.
2. Nafkah Mut’ah sebesar Rp 1.000.000,00
3. Nafkah iddah Rp 300.000,00 perbulan kali 3 =Rp 900.000,00

Atau SUBSIDAIR

Bilamana majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil adilnya
menurut hukum

Menimbang bahwa atas rereplik Pemohon tersebut Termohon juga


mengajukan Re Duplik sebagai berikut :

Dalam Kopnpensi

Termohon tetap ingin rukun dan tidak mau bercerai dengan pemohon

Dalam Rekonpensi:

- Bahwa mengenai nafkah atau semua kesanggupan Pemohon setuju asal


setelah cerai tidak ada masalah lagi ;

Bahwa, untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon


dipersidangan telah mengajukan bukti tertulis berupa:

a. Fotokopi surat keterangan Nikah Nomor : 64/KUA.15.18.13/Pw/01/2017


tanggal 2 Pebruari 2017 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, bukti tersebut telah bermaterai

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 8 dari 22


cukup dan dicocokan dengan aslinya yang ternyata telah sesuai, lalu oleh
Ketua Majelis diberi tanda P.1 ;

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon Nomor


:3518160607650008 tanggal 20 September 2012 yang dikeluarkan oleh
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nganjuk, bukti tersebut
telah bermaterai cukup dan dicocokan dengan aslinya yang ternyata telah
sesuai, lalu oleh Ketua Majelis diberi tanda P.2 ;

Bahwa, bukti-bukti tersebut telah dicocokkan dengan aslinya ternyata


sesuai dengan aslinya dan bermeterai cukup serta telah dinazegelen;

Bahwa, selain bukti tertulis, Pemohon juga telah mengajukan saksi-saksi


yaitu :

Saksi 1.nama XXXXXXXXXXXX,umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani,


tempat tinggal di Desa Jintel Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk , di bawah
sumpahnya di persidangan memberikan keterangan yang pada pokoknya
sebagai berikut :

- bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi adalah
sebagai tetangga dekat Pemohon;

- bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri sah yang menikah di
Rejoso, Kabupaten Nganjuk, pada 1993 yang lalu;

- bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon terakhir kali hidup


bersama sebagai suami isteri di rumah Termohon ;

- bahwa selama pernikahan Pemohon dan Termohon belum dikaruniai


anak;

- bahwarumah tangga Pemohon dan Termohon awalnya rukun dan


harmonis, namun sejak kurang lebih 9 bulan yang lalau mereka sudah
saling berpisah;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 9 dari 22


- bahwa penyebab mereka saling berpisah saksi tidak tahu persis hanya
menurut keterangan Termohon karena Pemohon mempunyai wil
namanya Kotijah dan sudah mempunyai anak ;

- bahwa sejakPemohon dan Termohon berpisah tempat tinggal selama


kurang lebih 9 bilan Pemohon pulang ke rumah orang tuanya sendiri
hingga sekarang, dan selama itu antara Pemohon dan Termohon tidak
ada hubungan lahir maupun batin;

- bahwa saksi sudah berusaha menasehati Pemohon agar bersabar dan


rukun kembali dengan Termohon namun tidak berhasil;

- bahwa saksi tidak sanggup mendamaikan Pemohon dan Termohon


karena Pemohon bersikeras mau menceraikan Termohon;

Saksi 2.nama XXXXXXXXXXXX, umur 44 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani,


tempat tinggal di Desa Jintel Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk , di bawah
sumpahnya di persidangan memberikan keterangan yang pada pokoknya
sebagai berikut : ;

- bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi adalah
sebagai tetangga dekat Pemohon ;

- bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang menikah di


Rejoso, Kabupaten Nganjuk pada tahun 1993 yang lalu;

- bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon hidup bersama sebagai


suami isteri di rumah Termohon ;

- bahwa Pemohon dan Termohon belum dikaruniai anak;

- bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon awalnya rukun dan


harmonis, namunsejak kurang lebih 9 bulan lalu mereka saling berpisah
masalahnya saksi tidak tahu persisi;

- bahwa yang menyebabkans aling berpisah menurut keterangan termohon


karena Pemohon selingkuh dengan wanita lain benama Kotijah dan
sudah mempunyai anak satu orang ;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 10 dari 22


- bahwa sejak 9 bulan Pemohon pulang ke rumah orang tuanya sendiri
hingga sekarang

- bahwaPemohon dan Termohon telah berpisah tempat tinggal selama


kurang lebih 9 bulan antara Pemohon dan Termohon tidak ada hubungan
lahir maupun batin;

- bahwa saksi sudah berusaha menasehati Pemohon agar bersabar dan


rukun kembali dengan Termohon namun tidak berhasil;

- bahwa Pemohon sudah bertekad bulat mau menceraikan Termohon


sehingga saksi tidak sanggup mendamaikan mereka;

Bahwa, terhadap keterangan saksi-saksi tersebut,Pemohon menyatakan


menerima danmencukupkan alat-alat buktinya;

Bahwa, Pemohon telah mengajukan kesimpulan secara lisan yang pada


intinya tetap pada permohonannya dan mohon agar permohonannya dikabulkan;

Bahwa, untuk mempersingkat uraian putusan ini, segala hal ikhwal yang
tercatat dalam Berita Acara Persidangan yang bersangkutan ditunjuk sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

DALAM KONPENSI

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah


sebagaimana telah terurai di atas;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan,


Pemohon dan Termohon telah hadir mengahadap sendiri di Persidangan;

Menimbang, bahwa untuk memenuhi PERMA Nomor 1 Tahun 2016,


Majelis Hakim telah berusaha untuk mendamaikan Pemohon dan Termohon
diluar persidangan oleh Hakim Mediator XXXXXXXXXXXXuntuk
mendamaikan/merukunkan Pemohon dan Termohont namun upaya tersebut
tidak berhasil ;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 11 dari 22


Menimbang, bahwa Majelis Hakim pada setiap persidangan juga telah
mengupayakan perdamaian akan tetapi tidak berhasil ;

Menimbang, bahwa perkara ini mengenai cerai talak , berdasarkan pasal


49 Ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 yang telah dirubah terahir dengan Undang-
undang n0 50 tahun 2009 , maka Pengadilan Agama Nganjuk berwenang secara
Absolut untuk memeriksa, mengadili, perkara ini ;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 dan P.2 perkara ini menjadi
relatif Pengadilan Agama Nganjuk sesuai dengan pasal 66 ayat (2) Undang-
Undang No.7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No.50 Tahun 2009
jo pasal 132 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam ;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon pada pokoknya mohon agar


diberi ijin menjatuhkan talak kepada Termohon dengan alasan rumah tangga
Pemohon dan Termohon tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran sejak Juni 2013 disebabkan masalah ekonomi, Termohon selalu
berani dan mencurigai Pemohon selingkuh dan pisah Sejak Nopemebr 2016
yang akibatnya Pemohon dan Termohon berpisah tempat tinggal hingga
sekarang selama kurang lebih 4 bulan dan selama itu Termohon tidak
memperdulikan Pemohon dan antara keduanya sudah tidak ada lagi hubungan
lahir maupun batin;

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon


telah mengajukan jawaban secara lisan yang pada pokoknya tidak membantah
adanya perselisihan dan pertengkaran dan membenarkan sejak bulan Nopember
2016 telah saling berpisah tempat tinggal namun beda pendapat menurut
Termohon berpisah disebabkan karena Pemohon seklingkuh dengan wanita lain
sampai punya anak , sedang menurut Pemohon karena termohon berani, dan
tidak menghargai Pemohon dan berbicara kasar

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon telah membenarkan sebagian


isi permohonan Pemohon yakni adanya perselisihan dan pertengakaran serta
membenarkan sudah saling berpisah sampai sekarang , serta menuduh
selingkuh ,maka Majlis Hakim berpendapat bahwa Permohonan Pemohon harus
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 12 dari 22
dinyatakan terbukti sepanjang yang diakuinya yakni adanya perselelisihan dan
Pertengkaran serta telah pisah tempat tinggal mulai bulan Nopember 2016
hingga sekarang ;

Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon sudah diakui oleh


termohon , maka majlis menilai bahwa pengakuan dalam sidang adalah
merupakan bukti yang sempurna dan mengikat sesuai dimaksud dalam 174 HIR ;

Menimbang bahwa mengenai perbedaan pendapat mengani sebab


musyabab terjadinya perselisihan dan Pertengkaran, dimana menurut Pemohon
karena termohon selalu berani dan dan berkata kasar , sedangkan menurut
Termohon yang menjadi sebab karena Pemohon selingkuh dengan wanita lain ,
maka majlis dalam hal ini tidak perlu mencari dan membuktikan , siapa yang
salah dan alasan siapa yang benar akan tetapi dalam masalah ini majlis hanya
mencari ada atau tidak unsur perselisihan dan pertengakaran antara pemohon
dan termohon juga apakah masih memungkinkan untuk dirukunkan kembali atau
tidak pendapat majlis ini sejalan dengan pendapat Mahkamah Agung dalam
putusan nomor 38K/AG/90 tanggal 25 Juni 1994, yang berbunyi " bahwa kalau
yudex factie berpendapat alasan perceraian menurut pasal 19 f PP nom 9 tahun
1975 telah terbukti, maka hal ini semata-mata ditujukan kepada perkawinan itu
sendiri tanpa mempersoalkan siapa yang salah dan siapa yang benar dalam hal
terjadinya perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup
rukun kembali dalam rumah tangga "

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas


meskipun dalil permohonan Pemohon dinyatakan telah terbukti, namun karena
perkara ini menyangkut bidang perceraian, maka Pemohon tetap dibebani
pembuktian ;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil permohonanya Pemohon


telah mengajukan bukti surat P.1 dan P.2 dan juga menghadirkan 2 (dua) orang
saksi yang secara terpisah telah didengar keterangannya dibawah sumpah
masing masing bernama Hari santoso dan Paimin yang keduanya mengetahui
kondisi rumah tangga Pemohon dengan Termohon bahwa sekarang mereka
sudah saling berpisah dan sulit untuk dirukunkan kembali , hal tersebut telah

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 13 dari 22


sesuai dengan ketentuan pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Jo. Pasal 76 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 Jo. Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil yang sudah tetap yang


dikuatkan dengan keterangan di bawah sumpah dari para saksi di mana yang
satu sama lain bersesuaian dan saling melengkapi, sehingga Majelis
menemukan fakta hukum di persidangan yang pada pokoknya bahwa ternyata
antara Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang
disebabkan karena masalah peselingkuhan , perselisihan dan pertengkaran
mana telah mengakibatkan antara Pemohon dan Termohon terjadi pisah tempat
tinggal hingga sekarang sudah lebih dari 4bulan , selama itu pula mereka hidup
sudah tidak sebagaimana layaknya suami istri, para saksi juga sudah berusaha
mendamaikan keduanya namun tidak berhasil karena Pemohon tetap bersikukuh
untuk bercerai dengan Termohon ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut, maka jika dihubungkan


dengan upaya perdamaian yang dilakukan oleh Mediator, Majelis Hakim maupun
saksi-saksi tidak berhasil dan pula setelah melihat sikap Pemohon yang tetap
pada permohonanya sekalipun Termohon keberatan bercerai dengan Pemohon
tetapi termohon juga sudah tidak mampu untuk merayu agar Pemohon kembali
juga sudah tidak biasa rukun ,karena Pemohon sudah tidak mencintai lagi
terhadap Termohon , maka berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim
berpendapat, bahwa Pemohon dan Termohon dalam membina rumah
tangganya patut dianggap telah gagal dan sudah tidak mampu lagi untuk
mewujudkan tujuan perkawinan (sesuai pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun
1974 yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa) dan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rohmah (sesuai pasal 3 Kompilasi
Hukum Islam) juga intisari Surat Ar Rum ayat 21 yang artinya sebagai berikut :

Artinya : “ Diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah, dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu kasih sayang.
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 14 dari 22
Sesungghnya pada orang yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir “;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut, maka jika dihubungkan


dengan upaya perdamaian yang dilakukan oleh Mediator, Majelis Hakim maupun
saksi-saksi tidak berhasil dan pula setelah melihat sikap Penggugat yang tetap
pada gugatannya sekalipun Tergugat keberatan bercerai dengan Penggugat
tetapi tergugat duakli tidak hadir dipersidangan ia menunjukan bahwa Tergugat
menyerah apa yang diinginkan oleh Penggugat ,karena Penggugat sudah tidak
mencintai lagi terhadap Tergugat, maka berdasarkan pertimbangan tersebut
Majelis Hakim berpendapat, bahwa Penggugat dan Tergugat dalam membina
rumah tangganya patut dianggap telah gagal dan sudah tidak mampu lagi untuk
mewujudkan tujuan perkawinan (sesuai pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun
1974 yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa) dan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rohmah (sesuai pasal 3 Kompilasi
Hukum Islam) juga intisari Surat Ar Rum ayat 21 yang artinya sebagai berikut :

Artinya : “ Diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah, dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu kasih sayang.
Sesungghnya pada orang yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir “;

Menimbang, bahwa berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan


tersebut diatas maka menurut Majelis Hakim gugatan Pemohon tersebut patut
dinilai telah cukup alasan sesuai pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam tentang alasan
perceraian ;

Menimbang, bahwa dengan melihat keadaan rumah tangga Peemohon


dan Termohon yang seperti itu oleh karenanya penyelesaian yang dipandang
adil untuk keduabelah pihak tidak lain adalah perceraian, hal mana sesuai
dengan pendapat ulama yang terdapat di dalam Kitab Maza Churotuszaujaini juz
II hal 83 yang berbunyi :

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 15 dari 22


‫وقـد اخـتار االسالم نظام الطالق حين تضطرب الحياة الزوجين ولم يعد ينفع فيها‬
‫تصح وال صلح وحيث تصبح الربطة الزوج صورة من غير روح الن االستمرار‬
‫معناه ان يحكم على احد الزوجين با لسجن المؤبد وهذا تاباه روح العدالة‬

Artinya : Islam telah memilih peraturan perceraian pada saat kehidupan rumah
tangga telah mengalamai guncangan sehingga tidak berguna lagi nasehat atau
perdamaian dan ikatan perkawinan telah merupakan bentuk tanpa roh oleh
karena itu , tetap mempertahankan ikatan perkawinan berarti menghukum salah
satu suami istri dengan penjara yang berkepanjangan dan yang demikian itu
merupakan suatu penganiayaan yang bertentangan dengan keadilan ;

Menimbang, bahwa berdasarkaan semua pertimbangan hukum tersebut


diatas , oleh karena permohonan Pemohon telah cukup alasan dan tidak
melawan hukum maka Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon
patut dikabulkan dengan memberi ijin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak
terhadap termohon di depan sidang Pengadilan Agama Nganjuk ;

Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan pasal 84 Undang-Undang


Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang Nomor 50 tahun 2009 dan Surat Edaran M.A.R.I Nomor
28/TUADA/Ag/2002, tanggal 22 Oktober 2002, maka secara ex officio majelis
hakim menganggap perlu memasukkan dalam amar putusan tentang kewajiban
panitera untuk menyampaikan salinan penetapan ikrar talak kepada pejabat yang
terkait in casu Pegawai Pencatat Nikah KUA Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk
untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;

DALAM REKONPENSI

Menimbang bahwa maksud gugatan Penggugat rekonpensi adalah


sebagai mana tersebut diatas ;

Menimbang bahwa Gugat rekonfensi Termohon tersebut di ajukan oleh


Termohoin konpensi dalam jawab menjawab atau dalam jawaban kedua (Duplik
), oleh karenanya Pengadilan Agama berpendapat bahwa gugatan Penggugat
rekonfensi tersebut harus dapat di terima untuk di pertimbangkan karena pasal
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 16 dari 22
132 b HIR hanya menyebut bahwa gugatan penggugat rekonpensi diajukan
bersam-sama dengan jawaban , sedangkan jawaban kedua (duplik) juga
merupakan jawaban , oleh karenanya gugatan penggugat tersebut patut untuk
dipertimbangkan , karena tidak melanggar aturan yang berlaku , mengingat pasal
132-b/ HIR ;

Menimbang bahwa gugatan Penggugat rekonpensi tersebut terdiri dari


gugatan tentang Nafkah Madiyah, Mut’ah ,dan nafkah idah atau gugatan balik
yang diajukan besama-sama dengan jawaban kedua , maka Pengadilan Agama
bependapat bahwa gugatan demikian itu dapat dibenarkan sesuai dimaksud
pasal 80 ayat ( 4 ) dan pasal 149 huruf ( a dan b ) Kompialsi Hukum Islam ,oleh
karenanya harus dapat diterima untuk dipertimbangkan karena hal tersebut
merupakan wewenang Pengadilan Agama ;

Menimbang bahwa untuk menyingkat istilah Penggugat


Rekonpensi/Termohon konpensi atau Tergugat rekonpensi/Pemohon konpensi
untuk selanjutnya cukup disebut dengan istilah Penggugat dan Tergugat saja;

Menimbang bahwa mengenai tuntutan Penggugat tersebut adalah terdiri


dari :

1. Gugatan nafkah madiyah selama selama 8 bulan sebesar Rp. 6000.000 X 8


bulan adalah = Rp. 48.000.000 (empat puluh delapan juta rupiah);
2. Gugatan uang mut’ah sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah );
3. Gugatan tentang nafkah idah sebesar Rp. 4.000.000 X 3 bulan = 12.000.000
(dua belas juta rupiah )
Menimbang bahwa atas tuntutan Penggugat tersebut Tergugat dalam
rerepliknya ia menyatakan sanggup membayar sesuai kemampuan Tergugat
karena Tergugat adalah hanya serbagai petani, oleh karenanya Tergugat
sanggup membayar yaitu:

1. Untuk Nafkah madliyah selama 2 bulan sanggup Rp.600.000 karena


Tergugat hanaya dua bulan tidak memberi nafkah tersebut ;
2. Untuk Mut’ah Tergugat sanggup membayar sebesar Rp.1.000.000 ;
3. Untuk nafkah iddah tergugat sanggup membayar sebesar Rp. 300.000
perbulan = Rp. 300.000 X 3 bulan = Rp. 900.000 ,-
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 17 dari 22
Menimbang bahwa atas kesanggupan tergugat tersebut penggugat
dalam Redupliknya ia menyatakan setuju asal setelah perceraian ini tidak ada
masalah , sedangkan Tergugat tidak secara tegas menjawab apakah setuju atau
tidak , maka harus diartikan bahwa mengenai tuntutan belum ada kesepakatan ,
oleh karenanya dipertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang bahwa mengenai tuntan nafkah madliyah yang diajukan


oleh istri adalah dibenarkan menurut ketentuan pasal 149 (b) KHI sepanjang istri
tersebut tidak nuzus , ternyata yang keluar rumah adalah Tergugat yang tanpa
pamit sedangkan menurut tergugat karena diusir ternyata masing-masing tidak
membuktikan , maka majlis menilai bahwa Penggugat tidak termasuk istri yang
nuzus , sehingga berhak mendapatkan nafkah madiyah tersebut ;

Menimbang bahwa mengenai tuntutan penggugat poin pertama yang


menyatakan agar Tergugat membayar nafkah madiyah selama 8 bulan ternyata
Tergugat hanya sanggupembayar dua bulan sebab hanya 2 bulan yang belum
dibayarnya , ternyata atas jawaban Tergugat tersebut Penggugat tidak
menyangkalnya, maka harus dinyatakan terbukti bahwa nafkah yang belum
diberi adalah dua bulan , oleh karenanya penggugat berhak mendapatkan nafkah
selama 2 bulan tersebut ;

Menimbang bahwa mengenai besarnya tuntutan Penggugat sebesar Rp.


6.000.000 setiap bulan , Pengadilan Agama tidak sependapat karena tuntutan
Penggugat tersebut terlalu besar karena nafkah pada hakekatnya adalah nafkah
untuk diri pribadi Penggugat dan juga tidak sesuai dengan kemampuan Tergugat,
hanya sebagai petani , oleh karenanya yang pantas dan wajar dibebankan
kepada Tergugat membayar nafkah madiyah adalah sesuai dengan kesanggupan
tergugat yaitu sebesar Rp. 450.000 X 2 bulan = Rp. 900.000,- (sembilan ratus
ribu rupiah ) .

Menimbang bahwa mengenai tuntutan /petitum Penggugat poin ke 2. yang


menyatakan agar Tergugat membayar mut’ah , adalah dibenarkan oleh ketentuan
pasal 149 ayat (1) Kompilasi hukum islam yang menyatakan apabila perceraian
karena talak maka suami wajib memberikan mut’ah yang layak , oleh karenanya
tuntutan Penggugat tersebut patut untuk dipertimbangkan ;

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 18 dari 22


Menimbang bahwa mengenai tuntutan mut’ah Penggugat sebesar Rp
100.000.000 (seratus juta rupiah) pengadilan agama tidak sependapat karena
tuntutan Penggugat tersebut adalah terlalu besar karena tidak sesuai dengan
pekerjaan Tergugat hanya sebagai petani yang penghasilanya hanya Rp.
900.000 setiap bulan , sedangkan menganai kesanggupan Tergugat hanya Rp.
1.000.000 Pengadilan Agama juga tidak sependapat , oleh karenanya yang
pantas dan wajar apabila Tergugat dibebani membayar mut’ah sebesar
Rp.2.000.000 (dua juta rupiah ;

Menimbang bahwa mengenai petitum Penggugat poin 3 yang


menyatakan agar Tergugat membayar uang Idah , Pengadilan Agama
berpendapat bahwa tuntutan Penggugat tersebut dibenarkan menurut hukum
yakni berdasarkan pasal 149 huruf b KHI yang menyatakan bahwa apabila
perkawinan putus karena cerai talak , maka sumai wajib membayar nafkah idah
sehingga tuntutan Penggugat tersebut harus dipertimbangkan ;

Menimbang bahwa mengenai tuntutan Penggugat nafkah idah sebesar


Rp.4000.000 setiap bulan , pengadilan Agama tidak sependapat karena tuntutan
penggugat tersebut adalah terlalu besar tidak sesuai dengan penghasilan
tergugat sebagai petani ,sedangkan mengenai kesanggupan tergugaat setiap
bulan membayar Rp. 300.000 Pengadilan Agama juga tidak sependapat karena
terlalu kecil , maka yang pantas dan wajar apabila Tergugat dibebani membayar
sebesar Rp. 450.000 X 3 bulan = Rp. 1.350.000 (satu juta tiga ratus lima puluh
ribu rupiah);

Menimbang bahwa demi azas manfaat , kemaslahatan dan demi


melaksanakan peradilan yang cepat sederhana dan biaya ringan sebagai mana
dikehendaki oleh pasal 58 Undang-undang no 7 tahun 1989 , maka pembebanan
mengenai nafkah madiyah , nafkah idah dan mut'ah sebagai mana pertimbangan
tersebut diatas harus dibayar oleh Tergugat pada saat sebelum ikrar talak
diucapkan ,

DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI

Menimbang bahwa oleh karena perkara pokok dalam masalah ini


adalah perkara dibidang perkawinan , maka sesuai dengan ketentuan pasal 89
Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 19 dari 22
Undang-undang no 7 tahun 1989 dan yang telah diubah terahir dengan Undang-
undang no 6 tahun 2006 , maka seluruh biaya perkara ini harus dibebankan
kepada Pemohon konpensi /Tergugat Rekonpensi ;

Memperhatikan, segala peraturan perundang-undangan yang berlaku


dan ketentuan-ketentuan hukum syar'i yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI

DALAM KONPENSI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon konpensi;


2. Memeberi ijin kepada Pemohon konpensi ( XXXXXXXXXXXX ) untuk
menjatuhkan talak satu roj’i terhadap Termohon Konpensi ( XXXXXXXXXXXX
)di depan sidanga Pengadilan Agama Nganjuk;
3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Nganjuk untuk mengirimkan
salinan penetapan Ikrar Talak kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan
Agama Kecamatan Rejoso Kab Nganjuk untuk dicatat dalam daftar yang
disediakan untuk itu;
DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi ;

2. Menghukum kepada Tergugat Rekonpensi untuk membayar kepada


Penggugat rekonpensi sebagai berikut :

a.Nafkah madliyah selama 2 bulan sebesar Rp. 900.000 (sembilan ratus ribu
rupiah ;

b. Uang Mut’ah sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah);

c. Nafkah idah sebesar Rp. 1.350.000 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu
rupiah);

3. Menghukum kepada Tergugat Rekonpensi untuk membayar nafkah madliyah,


mut'ah dan nafkah idah sebagai mana tersebut dalam dictum amar putusan
poin ke 2 hufuf a, b,c pada saat sebelum ikrar talak diucapakan ;

DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI


Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 20 dari 22
- Membebankan kepada Pemohon Konpensi untuk membayar biaya perkara
sejumlah Rp. 266.000 ( dua ratus enam puluh enam ribu rupiah)

Demikian putusan ini dijatuhkan di Nganjuk berdasarkan hasil


musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Agama Nganjuk pada hari Senen
tanggal 15 Mei 2017 bertepatan dengan tanggal 22 Sya'ban 1438 H, oleh kami
MOHAMMAD THOHA, S.Ag. sebagai Ketua Majelis, Drs. MOH. MUCHSIN dan
HAITAMI, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan
pada hari itu juga oleh Ketua Majelis tersebut dalam sidang terbuka untuk umum
dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota dan dibantu oleh SETYO
HAYUNINGSIH, S.H. sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh kuasa
Pemohon dan Termohon;

KETUA MAJELIS,

MOHAMMAD THOHA, S.Ag.

HAKIM ANGGOTA, HAKIM ANGGOTA,

Drs. MOH. MUCHSIN HAITAMI, S.H., M.H.

PANITERA PENGGANTI,

SETYO HAYUNINGSIH, S.H.

PERINCIAN BIAYA PERKARA :

1 Pencatatan Perkara Rp. 30.000,-

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 21 dari 22


2 Biaya Proses Rp. 50.000,-

3 Biaya Panggilan Rp. 175.000

4 Meterai Rp. 6.000,-

5 Redaksi Rp. 5.000,-

Jumlah Rp. 266.000

Dua ratus enam puluh Enam ribu rupiah

Putusan Nomor0358/Pdt.G/2017/PA.Ngj Halaman 22 dari 22

Anda mungkin juga menyukai