Anda di halaman 1dari 121

TINJAUAN FATWA DSN MUI TERHADAP STANDARD CONTRACT

PT I GROW RESOURCES INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:
LATIFAH NUR AINI
NIM 102180056

Pembimbing:
M.ILHAM TANZILULLOH, M.H.I.
NIP. 198608012015031002

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
TINJAUAN FATWA DSN MUI TERHADAP STANDARD CONTRACT

PT I GROW RESOURCES INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana


program strata satu (S-1) pada Fakultas Syariah
Institute Agama Islam Negeri Ponorogo

Oleh:

LATIFAH NUR AINI


NIM 102180056

Pembimbing:
M.ILHAM TANZILULLOH, M.H.I.
NIP. 198608012015031002

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022

ii
iii
iv
v
MOTTO

ٍۢ ِ ِ ِ ۟ ِ َّ‫يـٰٓأَيـُّها ٱل‬
‫وه‬ ‫ب‬ ‫ـ‬‫ت‬ ‫ك‬
ْ
ُ ُُ َ َ َ‫ٱ‬ ‫ف‬ ‫ى‬‫م‬ًّۭ ‫س‬‫م‬ُّ ‫ل‬ ٍ ‫َج‬
‫أ‬ ‫ل‬
ٰٓ َ ‫إ‬ ٍ
‫ن‬ ْ َ ُ َ َ َ َ ‫ين ءَ َامنُـٰٓو‬
‫ي‬ ‫د‬‫ب‬ ‫م‬‫نت‬ ‫اي‬ ‫د‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫ذ‬‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ َ َ
”Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah kamu menuliskanya.” (Al-
Baqarah:282)1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, ed. Lajnah Pentashih Mushaf Al-
Qur’an Departemen Agama RI (Bandung: Penerbit Jumanatul ’Ali-ART, 2004), 2:282.

vi
PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan, dengan keringat dan air mata karya tulis skripsi ini

pertama kali ku persembahkan kepada Allahku ya-Rabb al-alamin dan baginda

Muhammad SAW. Kemudian teruntuk orang yang selalu hadir dalam hidupku :

1. Alm.Kedua orang tuaku (Bapak Slamet dan Ibu Maryatun) permata hidupku

yang sudah menghadap Allah, yang telah menjadi motivator betapa

pentingnya menuntut ilmu, menjadi penyemangat ketika putus dari

pengharapan, dan penunjuk ketika tak tau arah.

2. Kakakku Aris Aprijal N.H Semoga Allah melimpahkan rahmat, kemulian,

kesehatan, keberkahan hidup kepadanya.

3. Untuk seluruh orang-orang yang ada disekitarku yang tidak bisa ku sebutkan

satu per satu terimakasih atas semua hal baik yang diberikan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

vii
ABSTRAK
Aini, Nur Latifah. 2022. Tinjauan Fatwa DSN MUI Terhadap Standard
Contract Pt I Grow Resources Indonesia. Skripsi. Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institute Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. Pembimbing M.Ilham Tanzilulloh, M.H.I.
Kata kunci/keyword: Kontrak baku, Mudarabah, Wakalah bil Ujrah
Standard contract atau kontrak baku menjadi hal yang sangat penting untuk
dibaca dan dipahami sebelum melakukan transaksi. Kontrak baku dalam Fatwa
DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis
Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah menyebutkan bahwa kontrak
baku harus memenuhi prinsip keseimbangan, keadilan dan kewajaran. Dalam
prakteknya kontrak baku PT I Grow Resources Indonesia bertentangan dengan
fatwa di atas diantaranya pembagian keuntungan berdasarkan persentase jumlah
modal bukan dari keuntungan, pengalihan tanggung jawab jika terjadi kerugian
atau hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan diadakanya pembiayaan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana analisis fatwa
DSN MUI No: 115/DSN-MUI/IX/2017 terhadap pembagian margin fintech PT I
Grow Resources Indonesia? Bagaimana analisis fatwa DSN MUI No: 113/DSN-
MUI/IX/2017 terhadap pengalihan tanggung jawab PT I Grow Resources
Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
objek penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data adalah
observasi, wawancara, dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian kali ini adalah metode deduktif.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Pembagian keuntungan I Grow
bertentangan dangan Fatwa DSN No 117 dimana dalam fatwa disebutkan bahwa
pembiayaan tidak diperbolehkan ada unsur riba sementara I Grow menetapkan
jumlah keuntungan dengan nominal mutlak, hal ini dapat dipersamakan dengan
riba yakni adanya penambahan atas penangguhan modal. Hal ini juga diperkuat
dengan fatwa No 115 bahwa keuntungan mudarabah harus dibagi berdasarkan
keuntungan yang didapat sehingga nominal bersifat fluktuatif. 2) Bentuk
pelepasan tanggung jawab I Grow bertentangan dengan Fatwa DSN MUI. Dalam
kontrak baku I Grow disebutkan bahwa I Grow mengalihkan tanggung jawabnya
kepada pengelola modal apabila terjadi kerugian. Sedangkan ketentuan Fatwa
DSN MUI No 117 menyatakan bahwa kontrak baku harus memenuhi unsur
keseimbangan, keadilan dan kewajaran. Fatwa DSN MUI No 113 menyatakan
bahwa dalam hal resiko pekerjaan penyelenggara tidak wajib menanggung
kerugian kacuali jika penyelenggara melakukan mukholafah al-syuru>th, ta’addi,
dan taqshi>r. Dalam ketentuan mengenai ta’addi yakni melakukan perbuatan yang
seharusnya tidak dilakukan yakni I Grow semestinya tidak melakukan perbuatan
lepas tangan begitu saja ketika terjadi masalah, kerugian ataupun keterlambatan
dalam pemenuhan kewajiban pengelola modal. I Grow sebagai penyelenggara
berperan sebagai surveyor yang bertugas memilih calon penerima modal, jenis
usaha, perkembangan usaha sampai berakhirnya usaha.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan karuniaNya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad SAW

yang kita harapkan syafaatnya nanti.

Dalam skripsi ini menjelaskan mengenai praktek pembiayaan PT I Grow

Resources Indonesia yang tidak sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 113, 115 dan

117. Hal yang tidak sesuai diantaranya mengenai pembagian keuntungan dan

pengalihan tanggung jawab jika terjadi masalah oleh penyelenggara, dalam arti

penyelenggara yakni I Grow meminta untuk tidak dibebankan tanggung jawab

dalam bentuk apapun apabila timbul masalah atau kerugian.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang ikut membantu baik secara moril maupun materil sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Hj.Evi Muafiah, M. Ag. Selaku rektor IAIN Ponorogo yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk menimba ilmu di almamater tercinta.

2. Dr. Hj. Khusniati Rofiah, M.S.I. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

Ponorogo yang telah membantu penulis dalam melancarkan proses pendidikan

selama di Fakultas Syariah sampai dengan tahap skripsi.

ix
3. M. Ilham Tanzilulloh, M.H.I. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

4. Bapak Ibu dosen dan segenap civitas akademika IAIN Ponorogo yang telah

memberikan ilmu serta pengajaran kepada penulis selama menuntut ilmu di

IAIN Ponorogo terutama kepada Bapak M. Ilham Tanzilulloh, M.H.I yang

senantiasa membimbing saya dan teman-teman dalam belajar.

Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik pada beliau semua atas

support dan jasanya yang diberikan kepada penulis. Penulis berharap dengan

adanya penulisan skripsi ini dapat mewujudkan tujuan dan maksud dari penyajian

skripsi ini.

Penulis menyadari kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, sehingga

penulis menyadari betul skripsi ini tidak luput dari adanya kekhilafan, kekurangan

dan kesalahan, maka dari itu penulis mengarapkan kritik dan saran yang

konstruktif yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi.

Akhir kata dengan mengucapkan Alhamdulillah semoga skripsi ini dapat

memberikan kemanfaatan bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Madiun, 28 Maret 2022

LATIFAH NUR AINI


102180056

x
PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut ini adalah pedoman transliterasi Arab-Indonesia yang digunakan

dalam pedoman skripsi Fakultas Syariah IAIN Ponorogo.

1. Pedoman transliterasi yang digunakan adalah:

Arab Ind. Arab Ind. Arab Ind. Arab Ind.


‫ء‬ ‘
‫د‬ d
‫ض‬ d}
‫ك‬ k

‫ب‬ b
‫ذ‬ dh
‫ط‬ t
‫ل‬ l

‫ت‬ t
‫ر‬ r
‫ظ‬ z}
‫م‬ m

‫ث‬ th
‫ز‬ z
‫ع‬ ‘
‫ن‬ n

‫ج‬ j
‫س‬ s
‫غ‬ gh
‫ه‬ h

‫ح‬ h{
‫ش‬ sh
‫ف‬ f
‫و‬ w

‫خ‬ kh
‫ص‬ s}
‫ق‬ q
‫ي‬ y

2. Untuk menunjukan bunyi hidup panjang caranya dengan menuliskan coretan

horizontal di atas huruf a>, i>, dan u>.

3. Bunyi huruf dobel (diftong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung dua

huruf “ay” dan “aw”.

Contoh: bayna, ‘layhim, qawl, mawdu<’ah.

4. Kata dalam bahasa asing yang belum terserap menjadi bahasa baku Indonesia

harus dicetak miring.

5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi.

Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir.

xi
Contoh: Ibn Thaymi>yah bukan Ibnu Thaymi>yah. Inna al-di>n ‘inda Alla>h al-

Isla>m bukan Inna al-di>na ‘inda Alla>hi al-Isla>mu. … Fahuwa waji>b bukan

fahuwa wa>jibu dan bukan pula fahuwa wa>jibun.

6. Kata yang diakhiri dengan ta>’ marbuta>h dan berkedudukan sebagai sifat

(na’at) dan ida>fah ditransliterasikan dengan “ah”. Sedangkan mud}af>

ditransliterasikan dengan “at”.

Contoh:

Na’at dan mud}a>f ilayh : Sunnah sayyi’ah, al-Maktabah al-Mis}riyah.

Mud}a>f : mat}ba’at al-‘ A>mmah.

7. Kata yang berakhir dengan ya>, mushaddadah (ya> ber-tashdid)

ditransliterasikan dengan i>. Jika i> diikuti dengan ta>’ marbu>t}ah maka

transliterasinya adalah i>yah. Jika ya>’ ber-tashdid berada di tengah kata

ditransliterasikan dengan yy.

Contoh: Al-Ghaza>li>, al- Nawawi>, Ibn Thaymi>yah, Al-Jawzi>yah, Sayyid,

mu’ayyid, muqayyid.

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iv

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................................v

MOTTO ....................................................................................................................vi

PERSEMBAHAN.....................................................................................................vii

ABSTRAK ................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................8

C. Tujuan Penelitian .....................................................................................8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................8

E. Kajian Pustaka ..........................................................................................9

F. Metode Penelitian.....................................................................................11

G. Sistematika Pembahasan ..........................................................................21

BAB II FATWA DSN MUI TERHADAP PEMBIAYAAN SYARIAH

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI ..............................................................23

xiii
A. Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi .............................................23

B. Fatwa DSN MUI ......................................................................................26

BAB III PRAKTEK PEMBIAYAAN PT I GROW RESOURCES

INDONESIA .............................................................................................................33

A. Sejarah dan Profil PT I Grow Resources Indonesia .................................33

B. Pembagian Margin Keuntungan PT I Grow Resources Indonesia...........37

C. Pelepasan Tanggung Jawab PT I Grow Resources Indonesia .................41

BAB IV ANALISIS FATWA DSN MUI TERHADAP STANDARD

CONTRACT PT I GROW RESOURCES INDONESIA .....................................45

A. Analisis Pembagian Margin Keuntungan Berdasarkan Fatwa DSN

MUI No: 117/DSN-MUI/IX/2018 tentang Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah ...................45

B. Analisis Pelepasan Tanggung Jawab Berdasarkan Fatwa DSN No:

117/DSN-MUI/IX/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah ..................................48

BAB V PENUTUP ....................................................................................................52

A. Kesimpulan ..............................................................................................52

B. Saran .........................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
✓ LEMBAR SALINAN FATWA DSN MUI

✓ LEMBAR SALINAN STANDARD CONTRACT PT I GROW

RESOURCES INDONESIA

✓ TRANSKIP WAWANCARA

✓ GAMBAR PERCAKAPAN WAWANCARA

✓ GAMBAR KINERJA APLIKASI FINTECH I GROW

✓ RIWAYAT HIDUP

✓ PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini tengah kita rasakan perubahan era teknologi terutama industri

4.0 yang sedikit banyak mengubah life style, cara kerja, serta cara berinteraksi

kita dengan yang lainya. Begitu luas cakupan serta kompleksitasnya membuat

kita termudahkan sekaligus kesulitan dalam menangkap keluasan serta

kecepatan revolusi baru ini. Perubahan terjadi pada setiap lini kehidupan mulai

dari bidang ekonomi, kesahatan, pendidikan, sosial dan lain sebagainya.

Banyak sekali pergeseran industri yang ditandai dengan munculnya berbagai

model bisnis baru terutama pada layanan jasa keuangan bank maupun non

bank. OJK mencatat di tahun 2019 IKNB (Industri Keuangan Non Bank)

mengalami penigkatan aset yang signifikan 4,03%1 dari menjadi 7,09 %, serta

peningkatan jumlah entitas pelaku usaha secara keseluruhan sebanyak 197

institusi yang terdiri dari 92 unit usaha syariah dan 105 perusahaan yang

beroperasi dengan prinsip syariah.2

Tahun 2017 fintech (financial technology) mulai muncul secara legal di

Indonesia.3 Fintech merupakan fasilitas berbasis teknologi yang menjadi

penghubung masyarakat umum dengan sektor finansial yang mengubah

paradigma manusia terhadap sistem keuangan secara konvensional menjadi

1
Sri Nurhayati dan Wasilah, “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia,”
Otoritas Jasa Keuangan 53, no. 9 (2019): 50.
2
OJK, “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2019 Sinergi Dalam
Membangun Ekosistem Ekonomi Dan Keuangan Syariah,” Otoritas Jasa Keuangan 53, no. 9
(2019): 55.
3
Jadzil Baihaqi, “Financial Technology Peer-To-Peer Lending Berbasis Syariah Di
Indonesia,” TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 2 (2018): 116.

1
2

lebih modern. Banyak kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi fintech,

transaksi yang dulu dilakukan dengan waktu yang lama serta jarak yang jauh,

sekarang lewat genggaman tangan masyarakat dapat memanfaatkan gawai

mereka dalam melakukan transaksi. Pelayanan yang super cepat dan efisien

tentu menambah minat masyarakat dalam mengakses teknologi seperti ini.

Dalam laporan OJK ‘Fintech Regulatory Framework To Promote Inclusive

And Suistanable Finance’ indeks inklusi finansial1 Indonesia meningkat dari

2014 (36%) ke 2017 (48,90%), selanjutnya 2019 diperkirakan meningkat

menjadi 75%. Kenaikan tersebut sangat mungkin tercapai karena dengan

adanya fintech akan membantu peningkatan inklusi finansial, selain itu dengan

adanya fintech ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha mikro, kecil dan

menengah yang kesulitan mengenai permodalan kini bisa di dapatkan tanpa

memberikan angunan.2

Sampai tahun 2020 ini sudah 149 fintech terdaftar di OJK.3 Hemat

penulis hal ini dipicu karena kebutuhan masyarakat akan alternatif

pembiayaan yang cepat, transparan dan efisien. Oleh karena itu sangat

diperlukan payung hukum untuk jaminan, legalitas dan pelindungan bagi

pengguna dengan tetap memberikan space start up (perusahaan perintis) untuk

bertumbuh dan berkembang. OJK telah mengeluarkan aturan mengenai fintech

POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

1
Inklusi finansial adalah kemampuan individu atau bisnis dalam kepemilikan keuangan
yang cukup untuk membeli barang atau jasa dengan cara yang tepat dan berkelanjutan.
2
Sri Adiningsih, Transformasi Ekonomi Berbasis Digital Di Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2019), 88.
3
Otoritas Jasa Keuangan, “Perkembangan Fintech Lending Desember 2020,” Otorisasi
Jasa Keuangan, 2020, 6.
3

Berbasis Teknologi Informasi.4 Selain itu aturan mengenai fintech juga

terdapat dalam fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018. Dalam fatwa

DSN MUI terdapat beberapa akad syariah yang dibahas antara lain akad jual

beli, mudarabah, ijarah, musyarakah, qard, wakalah, wakalah bil ujrah dan

akad baku.5 Peraturan hukum ini dapat menjadi pedoman masyarakat dalam

menggunakan aplikasi fintech sehingga tidak terlena dengan berbagai

kemudahan yang ditawarkan.

Dalam melaksanakan sebuah perjanjian ataupun kerjasama banyak

perusahaan-perusahaan yang membuat standard contract atau kontrak baku.

Pihak konsumen tidak memiliki kesempatan atau sedikit kesempatan untuk

menegosiasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu

pihak, sehingga biasanya kontrak baku cenderung memberatkan salah satu

pihak. Pihak konsumen berada pada posisi take it or leave it. Kontrak baku

sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yaitu perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.6

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/Seojk.07/2014 Tentang

Perjanjian Baku mengatakan bahwa perjanjian baku harus memenuhi

4
Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 77 /POJK.01/2016
Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi,” Otoritas Jasa
Keuangan, 2016, 2.
5
DSN-MUI, “Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 Tentang Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah,” Himpunan Fatwa DSN
MUI, 2018, 7.
6
Wawan Muhwan, Hukum Perikatan, ed. Beni Ahmad Saebeni (Bandung: Pustaka Setia,
2011), 342.
4

keseimbangan, keadilan dan kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan

konsumen.7

Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 menjelaskan pada

bagian keempat Ketentuan terkait Pedoman umum Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Informasi poin kedua bahwa “Akad Baku yang dibuat

Penyelenggara wajib memenuhi prinsip keseimbangan, keadilan, dan

kewajaran sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Selain itu bagian ke enam nomor 6 poin f dan g menyebutkan bahwa

“mudha>rib membayar pokok dan imbal hasil atau margin kepada

penyelenggara melalui komunitas usaha tertentu yang bekerjasama dengan

penyelenggara; Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan margin kepada

pemberi pembiayaan”.8 Dari ketiga regulasi diatas pada intinya adalah setiap

perjanjian yang dibuat haruslah tidak merugikan salah satu pihak, harus ada

unsur kewajaran dalam bertransaksi dan keadilan dalam pembagian

keuntungan maupun kerugian.

Islam mengatur bentuk kerjasama dalam akad mudarabah yang bisa

dipersamakan jenis transaksinya dengan objek yang akan diteliti oleh penulis.

Mudarabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau investor dengan

pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian

keuntungan berdasarkan nisbah.9 Akad mudarabah juga diatur dalam Fatwa

7
Otoritas Jasa Keuangan, “Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
13/Seojk.07/2014,” Otorisasi Jasa Keuangan, 2014, 2.
8
DSN-MUI, “Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 Tentang Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah,” 9–14.
9
Beni Ahmad Saebeni, Hukum Ekonomi & Akad Syariah Di Indonesia (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2018), 20.
5

DSN MUI No: 115/DSN-MUI/IX/2017. Rukun mudarabah antara lain pemilik

modal (sha>hib al-ma>l), pengelola modal (mudha>rib), objek akad (ma’qud

alaih), akad, modal usaha (ra>’s ma>l al-mudha>rabah), nisbah. Dalam fatwa

DSN mengenai akad mudarabah disebutkan bahwa nisbah bagi hasil

merupakan pendapatan usaha yang diperoleh dari investasi yang dikurangi

dengan modal pokok serta biaya operasional, selain itu nisbah harus disepakati

dan dinyatakan secara jelas dalam bentuk angka presentase. Nisbah tidak

diperbolehkan diambil dari presentase modal usaha.10

Bentuk kerjasama dalam akad mudarabah dapat dilakukan dengan

sistem pendelegasian dengan upah atau biasa disebut dengan wakalah bil

ujrah. Dalam fatwa DSN MUI No: 113/DSN-MUI/IX/2017 wakalah bil ujrah

adalah pemberian mandat atau pendelegasian dari seseorang kepada seseorang

lainnya yang dapat dipercaya, sehingga hak kekuasaan yang dimiliki

seseorang dapat diwakilkan kepada seseorang lainya berdasarkan kemampuan

dan sifat amanahnya.11 Tidak setiap manusia memiliki kemampuan maupun

kesempatan dalam menyelesaikan urusanya sendiri, sehingga memerlukan

bantuan orang lain untuk menjadi wakil dalam menyelesaikanya. Anjuran

wakalah disebutkan dalam QS Al-kahf ayat 19 :

‫فَابْـ َعثُـْٰٓوا اَ َح َد ُك ْم بَِوِرقِ ُك ْم ه ِذٰٓهِ اِ َل الْ َم ِديْـنَ ِة فَـ ْليَـْنظُْر اَيـُّ َهآٰ اَْز كى طَ َع ًاما فَـ ْليَأْتِ ُك ْم‬

‫ف َوََل يُ ْشعَِر َّن بِ ُك ْم اَ َح ًدا‬


ْ َّ‫بِ ِرْزٍق ِمْنهُ َولْيَـتَـلَط‬
10
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang
Akad Mudharabah,” Himpunan Fatwa DSN MUI 115, no. 19 (2017): 3–5.
11
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang
Akad Wakalah Bil Ujrah,” Himpunan Fatwa DSN MUI, no. 19 (2017): 6–7.
6

“Maka suruhlah salah seorang diantara kamu, dengan membawa uang


perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat mana makanan yang lebih baik, dan
bawalah sebagian makanan utu untukmu dan hendaklah ia berlaku lemah
lembut dan jangan sekali-kali ia menceritakan halmu kepada siapapun.”12
Wakalah bil ujrah adalah pendelegasian atau pemberian kuasa kepada

seseorang untuk menjalankan tugas dengan memperoleh imbalan berupa

pemberian ujrah (fee). Ujrah ini diberikan sebagai balas jasa karena wakil

telah mau membantu muwakil dalam melakukan hal yang telah didelegasikan.

Dalam hal terkait ketentuan objek wakalah disebutkan bahwa wakil tidak

diwajibkan untuk menanggung resiko segala bentuk kerugian yang timbul

karena perbuatan yang dilakukanya kecuali karena mukholafah al-syuru>th,

taqshi>r, ta’addi.13

Dalam penelitian ini penulis memilih PT I Grow Resources Indonesia

sebagai objek penelitian. PT I Grow Resources Indonesia adalah sebuah

perusahaan yang menjadi penghubung para masyarakat yang ingin

mengeluarkan modal dengan para petani sebagai penerima modal. Saat ini I

Grow dengan pasar Indonesia berhasil mempekerjakan 10.000 petani di luas

lahan 10.000 hektar lebih dengan memperoleh hasil pertanian yang baik dan

berkualitas. I grow sudah terdaftar di OJK dengan Nomor S-

4438/NB.111./2017 18 September 2017.14

Seperti aplikasi pada umunya I Grow bisa di download di ponsel

berbasis android ataupun IOS. I Grow sampai saat ini sudah di download lebih

12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, ed. Lajnah Pentashih Mushaf Al-
Qur’an Departemen Agama RI (Bandung: Penerbit Jumanatul ’Ali-ART, 2004, 18:19.
13
Ibid., Fatwa DSN MUI Nomor 113, 6-7.
14
PT I Grow Resources Indonesia, “Investasi I Grow,” n.d., https://igrow.asia/page#about
(diakses pada tanggal 16 Oktober 2021, jam 08.00).
7

dari 50.000 pengguna ponsel pintar. Dalam kontrak baku dari I Grow

menetapkan pembagian hasil keuntungan sebesar 12-18 % dari modal yang

diinvestasikan. Harga penjualan produk pertanian merupakan harga penjualan

komoditas hasil pertanian yang telah disepakati antara penerima pembiayaan

modal dan I Grow yang tidak berubah karena sebab apapun, termasuk dan

tidak terbatas bila terjadi perubahan moneter. Sehingga meskipun pada saat

penjualan harga produk yang dihasilkan sedang meningkat maka pemberi

pembiayaan akan mendapatkan besaran margin dalam Rupiah yang sama

dengan yang ditetapkan di awal.15

Selain itu ada pula klausul yang menyebutkan segala bentuk kerugian

ditanggung oleh pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan, I Grow tidak

bertanggung jawab dan dibebaskan dari ganti rugi terhadap klaim, tuntutan,

gugatan, tindakan proses hukum, kerugian biaya yang diakibatkan, diderita

ataupun ditahan sebagai hasil atas kelalaian pengembalian fasilitas

pembiayaan modal oleh penerima pembiayaan kepada investor.16

Dengan adanya permasalahan tersebut membuat penulis tertarik untuk

menjadikan kontrak baku PT I Grow Resourcess Indonesia sebagai objek

penelitian dengan mengkaji kesesuaian klausul-klausul kontrak baku dengan

Fatwa DSN MUI.

15
PT I Grow Resources Indonesia, “Standard Contract,” 2020, 2013–15.
16
Ibid., Standard Contract.
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan belakang yang sudah dijelaskan di atas, rumusan masalah yang

akan diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis fatwa DSN MUI No: 117/DSN-MUI/IX/2018 terhadap

pembagian margin fintech PT I Grow Resources Indonesia?

2. Bagaimana analisis fatwa DSN MUI No: 117/DSN-MUI/IX/2018

terhadap pelepasan tanggung jawab fintech PT I Grow Resources

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil analisis fatwa DSN MUI No: 117/DSN-

MUI/IX/2018 terjadap pembagian margin keuntungan fintech PT I Grow

Resources Indonesia.

2. Untuk mengetahui analisis fatwa DSN MUI No: 117/DSN-MUI/IX/2018

terhadap pelepasan tanggung jawab fintech PT I Grow Resources

Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah

wawasan terkait dengan praktik fintech, khususnya tentang pembagian

margin kerjasama serta pelepasan tanggungjawab jika terjadi kerugian.


9

2. Manfaat Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pembaca

dalam menggunakan fintech, terutama fintech PT I Grow Resources

Indonesia.

E. Telaah Pustaka

Pertama skripsi Alficha Rezita Sari yang berjudul “Perlindungan Hukum

bagi Pemberi Pinjaman dalam penyelenggaraan Financial Technology

Berbasis Peer to Peer Landing di Indonesia” dijelaskan bahwa pihak

penyelenggara fintech P2PL lalai dalam memilih calon penerima pinjaman

sehingga menyebabkan gagal bayar kepada pemberi pinjaman dengan sample

perusahaan Investree. Dalam kasus ini pemberi pinjaman tidak dapat

mengajukan upaya hukum kepada pihak penyelenggara karena hubungan

hukum hanya terjadi antara pemberi dan penerima pinjaman. Penyelenggara

hanya bertindak sebagai penerima kuasa dari pemberi pinjaman. Peneliti

menjelaskan ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi posisi

pemberi pinjaman yaitu dengan langkah preventif dan represif. Langkah

prefentif yakni dengan menerapkan upaya prinsip yang terkandung dalam

pasal 29 dan pasal 37 POJK NO 77//POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Sedangakan langkah represif

dilakukan jika sudah terjadi sengketa dengan pemberi pinjaman dengan


10

memberi aduan pada OJK apabila memang terbukti pihak penyelenggara

melakukan kelalaian maka penyelenggara wajib memberikan ganti rugi.17

Perbedaan penelitian Alficha Rezita Sari dengan skripsi ini yakni

penelitian Alficha Rezita Sari terfokus pada kelalaian penyelenggara dalam

memilih penerima pinjama sehingga menyebabkan gagal bayar, sedangkan

pada skripsi ini dibahas tentang mekanisme pembagian margin dan pengalihan

tanggung jawab jika terjadi kerugian.

Kedua jurnal Dodi Yarli yang berjudul “Analisis Akad Tijarah Pada

Transaksi Fintech Syariah Dengan Pendekatan Maqhashid” membahas tentang

kemanfaatan fintech dalam maqashid syariah serta dinamika yang dihadapi

berbagai perusahan fintech dalam menggunakan akad syariah. Dalam

perusahaan fintech banyak yang menggunakan akad syariah yang berbeda,

biaya investasi yang cenderung mahal sehingga hanya kalangan tertentu yang

dapat mengakses fintech. Dalam penelitian ini dijelaskan tentang poin utama

dalam menggunakan fintech adalah an-taradhin yang berarti saling ridho.18

Perbedaan penelitian Dodi Yarli dengan skripsi ini terletak pada syarat

utama dalam melakukan transaksi yakni dari segi keridhoan kedua belah

pihak, sementara kripsi ini membahas tentang mekanisme mekanisme fintech

dijalankan sampai dengan pengakhiran.

Ketiga Dedeh Ratna Sari dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas

Fintech Office Bank Indonesia dalam Menejemen Resiko dan Perlindungan

17
Alfhica Rezita Sari, “Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam
Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer to Peer Landing Di Indonesia” Skripsi
(Yogyakarta: UII Yogyakarta, 2018).
18
Dodi Yarli, “Analisis Akad Tijarah Pada Transaksi Fintech Syariah Dengan Pendekatan
Maqhasid,” YudisiA : Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam 9, no. 2 (2018).
11

Konsumen untuk Kelancaran Sistem Pembayaran” membahas tentang

efektivitas fintech office BI yang diintegrasikan dan diadaptasikan melalui

empat tahap yakni edukasi, fasilitasi, konsultasi serta pengawasan yang

berkala. Namun dalam pencapaian tujuan memiliki kendala yang disebabkan

oleh keterbatasan waktu dalam dalam mencapai visi misi dengan adanya

fintech di BI, terkendala proses yang menyebabkan penyelenggara fintech

belum terpublikasi secara maksimal, sulitnya pertemuan antar penyelenggara

fintech untuk BI, kurangnya pemahaman di masyarakat mengenai fintech

meskipun edukasi dan sosialisasi telah dilakukan di berbagai media, yang

teredukasi hanya kalangan-kalangan tertentu seperti pelajar, akademisi, serta

penyelenggara jasa pembayaran.19

Perbedaan skripsi Dedeh Ratna Sari dengan skripsi yakni skripsi Dedeh

Ratna Sari berfokus pada strategi dalam pengenalan dan penggunaan fintech,

sementara pada skripsi ini fokus pada detail transaksi yang dilakukan fintech.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian financial technology ini menggunakan pendekatan

normatif yakni pendekatan yang menggunakan teori hukum Islam dan

hukum positif. Jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif atau bisa

juga disebut dengan postpositivistik20, metode artistik21 adalah sebuah

19
Dedeh Ratna Sari, “Efektivitas Fintech Office Bank Indonesia Dalam Menejemen Resiko
Dan Perlindungan Konsumen Untuk Kelancaran Sistem Pembayaran,” Skripsi (Jambi: UIN Sultan
Thaha Saifuddin, 2018).
20
Disebut postpositivistik karena metode penelitian ini berlandaskan pada postpositivisme.
Metode ini memandang sesuatu fenomena yang utuh, kompleks dan dinamis yang berhubungan
dengan gejala yang bersifat interaktif.
12

penelitian yang didasarkan pada fenomena, kejadian, gejala sosial dimana

kejadian tersebut dapat dijadikan pembelajaran atau pengembangan

konsep suatu peristiwa.22

Miller berpendapat bahwa penelitian kualitatif sebagai tradisi yang

bergantung pada pengamatan manusia berdasarkan pengetahuan sosial

yang bersifat fundamental dimana bahasa dan peristilahanya berhubungan

dengan orang-orang sekitar.

Wallen mendefinisikan penelitian kualitatif yakni sebagai suatu

penelitian yang mengkaji kegiatan, kualitas hubungan, situasi dan material

yang diikuti dengan penekanan tajam pada diskripsi yang menggambarkan

rincian dari kegiatan maupun situasi yang sedang terjadi.23

Adapun karakteristik penelitian kualitatif yakni:

a. Naturalistic inquiry adalah situasi dunia nyata yang bersifat alamiah,

terbuka dan tidak terdapat manipulasi. Dalam hal ini peneliti tidak

memanipulasi setting penelitian, komunitas, interaksi, objek yang

diteliti memang suatu kejadian yang terjadi secara natural.

b. Inductive analysis yakni untuk mendapatkan kategori, dimensi dan

hubungan satu sama lainya maka pelu adanya pendalaman rincian dan

kekhasan data. Analisis induktif ini dimulai dengan pengamatan secara

spesifik menuju pola umum. Hal ini dilakukan agar menemukan

hubungan antar variabel dari data-data yang diperoleh tanpa terlebih

21
Metode artistik yakni metode penelitian yang lebih bersifat seni (kurang berpola).
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2019), 18.
23
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan (Bandung:
Refika Aditama, 2012), 181.
13

dahulu membuat hipotesis sebagaimana dilakukan pada penelitian

kuantitatif.

c. Holistic prespective yakni terdapat beberapa prespektif dalam

memahami suatu kejadian ataupun fenomena tidak hanya sekedar

penjumlahan bagian-bagiannya.

d. Qualitative data yakni gambaran yang terperinci dengan melakukan

kajian yang mendalam yang meliputi lingkungan penelitian, situasi,

responden, yang umumnya berbentuk narasi melalui perantara lisan,

dokumen pribadi, maupun catatan lapangan.

e. Personal contact and insight yakni peneliti memiliki ketrkaitan secara

langsung dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang

dipelajari. Dalam penelitian kualitatif mensyaratkan adanya kontak

personal antara yang peniliti dengan objek yang diteliti, hal ini

diperlukan agar dapat memahami realitas personal dalam kehidupan

sehari-hari.24

f. Dynamic systems yakni proses dan perubahan begitu diperhatikan dan

bersifat konstan dan terus berlangsung. Perhatian utama peneliti yakni

dengan memahami proses dinamika yang terjadi terhadap sistem yang

menyeluruh.

g. Emphatic netrality yakni penelitian dilakukan seobjektif mungkin

namun bersifat empati. Netralnya peneliti merupakan upaya untuk

24
Suharsaputra, 187.
14

menjaga objektivitas, sedangkan empati diperlukan karena peniliti

melakukan kontak langsung dengan informan.

h. Context sensitivity yakni menempatkan temuan dalam konteks sosial,

historis dan waktu.25

Pendekatan kualitatif dianggap tepat digunakan dalam penelitian ini

karena sesuai dengan perubahan fenomena sosial yang terjadi karena

teknologi. Dimana dengan adanya fasilitas berbasis teknologi yang

menjadi penghubung masyarakat umum dengan sektor finansial yang

mengubah paradigma masyarakat terhadap sistem keuangan secara

konvensional menjadi lebih modern. Penelitian ini menggunakan studi

literatur pada jurnal, buku, dan penelitian yang berkaitan dengan kasus

yang dibahas.Jenis penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi kasus (case studies) yakni sebuah penelitian yang

dilakukan secara mendalam mengenai individu, kelompok, institusi, dan

sebagainya dalam suatu waktu tertentu.26

Studi kasus memperhatikan segala aspek penting dari suatu kasus

yang akan diteliti. Dengan penelitian studi kasus gambaran penelitian akan

diungkap lebih mendalam dan detail tentang objek maupun situasi. Dalam

studi kasus ini melakukan kegiatan eksplorasi yang mendalam dari suatu

sistem atau mekanisme yang terikat dengan pengumpulan data yang luas,

25
Suharsaputra, 186.
26
Eko Sugiyarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Suaka Media,
2016), 11.
15

adapun metode pengumpulan data bisa berupa wawancara, dokumentasi

dan observasi lapangan. 27

2. Sumber Data

a. Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari objek yang diteliti tanpa melalui perantara. Bisa berupa tulisan,

wawancara dan sebagainya.28 Sumber data primer berasal dari

responden dan informan. Responden adalah sumber data yang

berkaitan dengan keragaman sebab-sebab, berkaitan dengan kebiasaan,

perasaan, sikap, motif, presepsi. Informan adalah sumber data yang

berkaitan dengan pihak ketiga dan gejala umum.29

Sumber data yang dimiliki peneliti adalah kontrak baku yang

diperoleh dari perusahaan PT I Grow Resources Indonesia. Dalam

kontrak baku disebutkan klausul-klausul apa saja yang harus ditaati

oleh pihak terkait mulai dari cara menjadi mitra I Grow, cara

pembayaran, sampai dengan pembagian margin keuntungan.

b. Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh tidak dari

objek yang diteliti secara langsung, melainkan melalui sumber-sumber

lain seperti artikel dan wawancara dengan sesama pengguna aplikasi

27
Ibid., Eko Sugiyarto, 12.
28
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), 28.
29
Adrianus Arif Ariesto Hadi Sutopo, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan Nvivo
(Jakarta: Kencana, 2010), 5.
16

fintech I Grow guna mendapatkan keterangan berupa pengalaman

pengguna.

Sumber data sekunder lainya juga diperoleh dari buku-buku serta

jurnal terkait finanancial technology, kontrak baku dan terkait dengan

kerjasama mudarabah dan wakalah bil ujrah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis

adalah:

a. Observasi

Nasution menyatakan bahwa tehnik observasi adalah dasar dari

semua ilmu pengetahuan, dimana ilmuwan dapat bekerja hanya

berdasarkan data, yakni data yang diperoleh melalui observasi. 30

Secara bahasa observasi memiliki arti memerhatikan dengan penuh

perhatian. Cathrwright mendefinisikan observasi pasti memiliki tujuan

dengan melalui proses melihat, mengamati dan mencermati serta

merekam perilaku secara sistematis. Dengan adanya observasi maka

akan muncul suatu kesimpulan atau diagnosis. Pengamatan jika tidak

memiliki tujuan maka tiak bisa dinamakan observasi.31

Observasi salah satu cara yang efektif dalam mengumpulkan

data, karena dengan observasi yang mendalam kegiatan dapat dilihat

secara langsung dengan lebih rinci, setting lingkungan penilitian juga

30
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, 298.
31
Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan, 209.
17

dapat dilihat secara langsung sehingga pemahaman yang didapat akan

lebih komprehensif.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data observasi partisipasi moderat yakni peneliti terlibat langsung

dalam proses kegiatan yang sedang diamati namun tidak semuanya.

Dengan observasi partisipatif ini maka data yang diperoleh akan

semakin lengkap, tajam dan akurat, dapat melihat hal-hal yang kurang

ataupun tidak diamati oleh orang lain karena dianggap “biasa” serta

tidak terungkap dalam wawancara, selain itu dengan tehnik observasi

ini peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap oleh

responden karena dianggap sensitif atau ingin ditutupi karena bersifat

merugikan nama lembaga.

b. Wawancara/interview

Esterberg mendefinisikan wawancara adalah pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik yang dibahas.32

Dengan wawancara ini peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam dalam mengintrepretasikan kejadian atau fenomena yang

terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi.

Wawancara dilakuan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

bersifat umum kemudian didetailkan dan dikembangkan saat

melakukan wawancara. Disini peneliti akan mewawancarai 5 investor I

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, 230.
18

Grow dari tiap-tiap jenis usaha yang berbeda yang tersebar di beberapa

wilayah di Indonesia dengan melalui media sosial yakni telegram.

Metode ini tidak banyak digunakan tetapi memainkan peran penting

dalam survei industri di daerah maju, khususnya, terutama ketika

survei harus dicapai dalam waktu yang terbatas.33

4. Tehnik Pengolahan Data

a. Editing adalah proses melengkapi serta merapikan data yang berhasil

dihimpun. Hal ini berguna untuk mengurangi bias yang bersumber dari

proses wawancara.34 Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap semua

data yang diperoleh dari pihak-pihak terkait mulai dari responden

sampai dengan literatur-literatur yang terkait dengan topik penelitian

agar memperoleh keserasian dan kesesuaian dengan pokok

permasalahan penelitian.

b. Organizing yaitu menyusun data-data secara sistematis dalam

kerangka paparan yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah data-

data dan referensi terkumpul dan sudah dirasa cukup maka peneliti

tinggal menyusun secara sistematis dalam bentuk skripsi.

c. Analiting merupakan inti dalam sebuah metode penelitian untuk

menggambarkan sebuah fakta, mendeteksi petron¸ mengembangkan

penjelasan serta menguji hipotesis dengan menggunakan alasan logis

dan analitis.

33
Julio Warmansyah, Metod Penelitian Dan Pengolahan Data Untuk Pengambilan
Keputusan Pada Perusahaan (Yogyakarta: Depublish, 2020), 20.
34
Rini Dwi Astuti, Metode Penelitian (Malang: UB Press, 2017), 212.
19

5. Tehnik Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

mengintrepetasikan serta menganalisa dengan menggunakan motede

tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deduktif

yakni dengan menggunakan fakta-fakta yang besifat umum tentang praktik

fintech I Grow yang tertuang dalam kontrak baku yang kemudian di

analisis dengan hukum Islam dan fatwa DSN MUI sehingga diperoleh

kesimpulan yang khusus.

Dalam penelitian ini menggunakan model analisis yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman, antara lain :

a. Data reduction (reduksi data)

Reduksi data adalah dalam hal ini merujuk pada proses

penyusutan, pengurangan, peyeleksian, memusatkan serta

menyederhanakan suatu data yang diperoleh dari lapangan tanpa

mengurangi esensinya.35 Dalam hal ini peneliti harus jeli dalam

melakukan penyortiran data, menentukan dimensi-dimensi yang lebih

penting yang telah diperoleh dari observasi maupun wawancara. Selain

itu perlu untuk merangkum inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan agar

tetap berada dalam satu tema pembahasan. Dengan demikian proses

mentransformasikan dalam uraian yang singkat dan jelas dapat

dilakukan.

b. Data display (penyajian data)

35
Muljono Damopoli Muhammad Yaumi, Action Research (Jakarta: Kencana, 2014), 138.
20

Penyajian data ini berguna untuk memberikan informasi dalam

bentuk uraian singkat, tabel atau bagan yang menggambarkan analisis

yang sudah peneliti siapkan.

c. Conclusion Drawing/Verivication (penarikan kesimpulan atau

verifikasi)

Dalam hal ini peneliti menyimpulkan data yang sesuai dengan

rumusan masalah yang dijabarkan. Data yang telah dideskripsikan

disimpulkan secara global.36

6. Uji Kredibilitas Data

Kredibilitas adalah hal penting dalam penelitian, terlebih dalam

penelitian kualitatif yang bersifat post positivisme yakni benar itu tidak

mutlak. Kredibilitas menunjukan derajat akurasi penelitian.37 Uji

kredibilitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi adalah

pengecekan keabsahan data dari berbagai sumber, cara dan waktu atau

dengan kata lain pendekatan penelitian dengan mengkombinasikan lebih

dari satu strategi penelitian dalam satu penyelidikan. Selain meningkatkan

kredibilitas dan keabsahan data triangulasi ini bertujuan untuk meyakinkan

kelengkapan temuan, serta dapat mengkonfirmasi temuan.

Jenis triangulasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah

triangulasi sumber yakni mengkomparasikan ulang informasi yang di

36
Ibid., Muhammad Yaumi, 140.
37
Bachtiar S Bachri, “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif,” Teknologi Pendidikan 10 (2010): 54.
21

dapat dari sumber yang berbeda.38 Dalam penelitian ini membandingkan

dokumen baku dengan hasil wawancara serta hasil observasi partisipatif.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah serta

memberikan gambaran terhadap maksut yang terkandung dalam skripsi ini,

agar penyusunan skripsi dipermudah maka dikerangka secara sistematis

sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan menjelaskan tentang gambaran secara umum

dari penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II berisi landasan teori mngenai Fatwa DSN MUI terhadap

pembiayaan syariah berbasis teknologi informasi.

Bab III berisi hasil penelitian mengenai praktik pembiayaan fintech I

Grow meliputi sejarah berdirinya I Grow, cara mengakses aplikasi, produk

yang ditawarkan, kontrak baku, pembagian margin keuntungan, dan

pengalihan tanggung jawab jika terjadi kerugian.

Bab IV berisi analisis penelitian fatwa DSN MUI terhadap standard

contract PT I Grow Resources Indonesia.

Bab V berisi penutup ini merupakan akhir skripsi yang berisi

kesimpulan dari permasalahan.

38
Kiki Pradatha and Nani Nurani Muksin, “Komunikasi Pemasaran Secara Persuasif
Melalui Infografis Pada Instagram Ethis,” Jurnal Ilmu Komunikasi Politik Dan Komunikasi Bisnis
5, no. 1 (2021): 31.
BAB II

FATWA DSN MUI TERHADAP PEMBIAYAAN SYARIAH BERBASIS

TEKNOLOGI INFORMASI

Dalam era teknologi terutama industri 4.0 yang sedikit banyak mengubah

life style, cara kerja, serta cara berinteraksi kita dengan yang lainya. Begitu luas

cakupan serta kompleksitasnya membuat kita termudahkan sekaligus kesulitan

dalam menangkap keluasan serta kecepatan revolusi baru ini. Perubahan terjadi

pada setiap lini kehidupan mulai dari bidang ekonomi, kesahatan, pendidikan,

sosial dan lain sebagainya. Banyak sekali pergeseran industri yang ditandai

dengan munculnya berbagai model bisnis baru terutama pada layanan jasa

keuangan bank maupun non bank. Industri layanan jasa keuangan non bank

berkembang begitu pesat terutama pada layanan berbasis teknologi dan informasi.

Dengan hal demikian peneliti mengkerangkakan layanan jasa keuangan berbasis

teknologi dan informasi dengan hukum syariah yakni Fatwa DSN MUI sebagai

berikut:

A. Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi

1. Fintech (Financial Technology)

Fintech adalah layanan berbasis teknologi yang berfungsi sebagai

intermediasi antara masyarakat umum dengan sektor finansial. Dalam

industri fintech menggunakan teknologi sebagai sistem keuangan dan

perantara layanan jasa keuangan.1 Tahun 2017 fintech (financial

1
Muhammad Afdi Nizar, “Financial Technology ( Fintech ): It’s Concept and
Implementation in Indonesia,” Munich Personal RePEc Archive 5, no. 98486 (2020): 3.

22
23

technology) mulai muncul secara legal di Indonesia. Banyak kemudahan

yang ditawarkan oleh aplikasi fintech, transaksi yang dulu dilakukan

dengan waktu yang lama serta jarak yang jauh, sekarang lewat genggaman

tangan masyarakat dapat memanfaatkan gawai mereka dalam melakukan

transaksi. Pelayanan yang super cepat dan efisien tentu menambah minat

masyarakat dalam mengakses teknologi seperti ini.1

Sampai tahun 2020 ini sudah 149 fintech terdaftar di OJK.2 Hemat

penulis hal ini dipicu karena kebutuhan masyarakat akan alternatif

pembiayaan yang cepat, transparan dan efisien. Oleh karena itu sangat

diperlukan payung hukum untuk jaminan, legalitas dan pelindungan bagi

pengguna dengan tetap memberikan space start up (perusahaan perintis)

untuk bertumbuh dan berkembang. Jika fintech terus berkembang maka

berimplikasi pada jasa layanan keuangan dalam negeri, diantaranya:

a. Fintech berpotensi untuk memecah (unbulding) dan merekonstruksi

jasa layanan keuangan yang ada. Fokus utama pada jasa layanan

keuangan secara konvensional akan terpecah karena keberadaan

fintech yang market share setara atau bahkan lebih cepat dibandingkan

layanan jasa keuangan konvensional. Hal ini akan membuat hilangnya

dominasi antar lembaga keuangan serta dengan terjadinya kompetisi

antar lembaga keuangan akan menurunkan tingkat harga jasa layanan.

b. Fintech membuka peluang yang lebih besar bagi kalangan dunia usaha

dan rumah tangga serta usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam
1
Jadzil Baihaqi, “Financial Technology Peer-To-Peer Lending Berbasis Syariah Di
Indonesia,” Tawazun : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 2 (2018): 116.
2
Otoritas Jasa Keuangan, “Perkembangan Fintech Lending Desember 2020,” 6.
24

mengakses jasa keuangan. Fintech menawarkan berbagai kemudahan,

layanan yang cepat, efisien dan transparan. Dengan fintech yang

semakin berkembang maka akan mendorong pertumbuhan inklusi

finansial yang berkelanjutan.

c. Tidak hanya manfaat yang didapat namun fintech juga berpotensi

membawa sejumlah resiko. Konsumen menjadi pihak pertama yang

akan menanggung resiko keamanan data (cyber risk), privasi serta

governance data. Hal ini muncul karena sistem yang rentan dan proses

komputerisasi yang saling terkait sehingga berpotensi dimanfaatkan

oleh para hacker dengan tujuan kesenangan ataupun kriminalitas.

Selain resiko data pribadi, hal yang tak kalah penting adalah usaha

yang didanai, karena transaksi hanya dilakukan secara online maka

resiko manipulasi data usaha pun akan semakin besar.3

2. Pembiayaan Syariah

Pinjam meminjam dalam syariah bukanlah perkara yang dilarang,

ini merupakan akad sosial dimana didalamnya tidak diperbolehkan

tambahan atas pokok pinjaman sebagai suatu hal yang dipersyaratkan.

Dalam lembaga pembiayaan syariah pinjaman tidak disebut sebagai kredit

namun pembiayaan (financing). Lembaga pembiayaan syariah merupakan

lembaga yang menganut sistem syariah dalam menjalankan usahanya.

Adapun karakteristik dari pembiayaan syariah antara lain :

a. Tidak ada unsur riba atau bebas bunga

3
Muhammad Afdi Nizar, “Financial Technology ( Fintech ): It’s Concept and
Implementation in Indonesia,” 14.
25

b. Berprinsip profit and risk sharing

c. Perhitungan bagi hasil dilakukan saat usaha sudah berakhir, dimana

keuntungan riil sudah diketahui.4

Dalam lembaga pembiayaan syariah ada beberapa hal pokok yang

harus disetujui sebelum melakukan pembiayaan diantaranya adalah tidak

menimbulkan kemudharatan, objek usaha adalah sesuatu yang halal, serta

jauh dari tindakan asusila. Adapun produk yang terdapat dalam

pembiayaan syariah diantaranya mudarabah, musyarakah, muzara’ah,

murabahah, bai’ salam, bai’ istishna, dan rahn.5

B. Fatwa DSN MUI

1. Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 tentang Layanan

Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah

Seiring dengan bertambahnya layanan pembiayaan berbasis

teknologi untuk pelaku usaha kecil, mikro, menengah (UMKM), maka

DSN-MUI perlu menetapkan fatwa terkait layanan tersebut.

Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam fatwa ini

diataranya:

1. Subjek Hukum

Pelaku dari kegiatan layanan pembiayaan berbasis teknologi

informasi yakni penyelenggara, pemilik modal dan penerima modal.

Penyelenggara adalah badan hukum yang menyediakan,

4
Faoeza Hafiz Saragih, “Pembiayaan Syariah Sektor Pertanian,” Jurnal Agrica 10, no. 2
(2017): 113, https://doi.org/10.31289/agrica.v10i2.1458.
5
Ibid., Faoeza Hafiz Saragih, 116.
26

mengoperasikan dan mengelola layanan pembiayaan berbasis

tekonologi informasi.

2. Pedoman Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi:

Akad baku adalah akad atau perjanjian tertulis yang dibuat secara

sepihak oleh penyelenggara yang berisi tentang klausul baku mengenai

bentuk, cara pembuatan yang nantinya akan digunakan oleh

penyelenggara untuk menawarkan produk atau layanan kepada

konsumen secara masal.

3. Dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan layanan pembiayaan

berbasis teknologi informasi harus sesuai dengan prinsip syariah serta

terhindar dari unsur gharar, riba, maysir, tadlis, dharar,zhulm dan

haram.

4. Dalam perjanjian atau akad baku harus memenuhi prinsip keadilan,

keseimbangan serta kewajaran yang sesuai dengan prinsip syariah dan

perundangan yang berlaku.

5. Akad yang digunakan adalah akad yang selaras dengan layanan

pembiayaan seperti akad jual beli, mudarabah, ijarah, musyarakah,

wakalah bil ujrah, qardh.

6. Tanda tangan elektronik dapat digunakan dalam sertifikat elektronik

dengan syarat terjamin validitas dan keaslianya.


27

7. Apabila informasi mengenai jasa atau pembiayaan yang ditawarkan

melalui elektronik tidak sesuai dengan kenyataan maka pihak yang

dirugikan dapat menghentikan transaksi.6

8. Ketentuan Khusus Terkait Pembiayaan:

1) Adanya pelaku usaha atau penerima pembiayaan yang sudah

bekerjasama dengan penyelenggara.

2) Calon penerima pembiayaan mengajukan pembiayaan kepada

penyelenggara guna melakukan usaha.

3) Penyelenggara memberikan penawaran kepada calon pemberi

pembiayaan untuk membiayai usaha calon penerima pembiayaan.

4) Sebagaimana huruf c apabila calon pemberi pembiayaan

menyetujui penawaran penyelenggara maka akan dilakukan akad

wakalah bil ujrah antara penyelenggara dengan pemberi

pembiayaan agar dapat menjadi wakil untuk melakukan akad

dengan penerima pembiayaan. Pemberi pembiayaan sebagai

muwakil dan penyelenggara sebagai wakil.

5) Penerima pembiayaan melakukan akad dengan penyelenggara

dengan akad jual beli, musyarakah, atau mudarabah.

6) Penerima pembiayaan membayar pokok dan bagi hasil sesuai

kesepakatan dalam akad.

7) Penyelenggara wajib menyerahkan pokok dan bagi hasil kepada

pemberi pembiayaan.7

6
DSN-MUI, “Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 Tentang Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah,” 9.
28

2. Fatwa DSN MUI No: 115/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad

Mudarabah

DSN MUI menilai perlu adanya penetapan akad mudarabah sebagai

fatwa induk yang ruang lingkupnya lebih luas terkait kegiatan usaha

ataupun bisnis di bidang pembiayaan, jasa keuangan, perusahaan dan

aktivitas bisnis lainya.

Adapun ketentuan-kententuan yang ditetapkan DSN MUI terkait

akad Mudarabah:

1. Mudarabah

Mudarabah adalah akad kerjasama usaha antara sha>hib al-ma>l

sebagai pemilik modal dangan mudha>rib sebagai pegelola usaha

dimana keuntungan tersebut dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati.

2. Akad

Sighat akad dinyatakan secara jelas oleh kedua belah pihak yakni

antara sha>hib al-ma>l dan mudha>rib baik secara lisan, tulisan, isyarat,

maupun perbuatan serta tidak harus bertemu secara langsung namun

dapat secara elektronik yang sesuai dengan syariah dan perundangan

yang berlaku.

3. Sha>hib Al-Ma>l dan Mudha>rib

Sha>hib al-ma>l adalah pihak yang memiliki dana atau modal

usaha, pihak tersebut adalah orang atau sesuatu yang dapat

dipersamakan dengan orang baik berbadan hukum ataupun tidak.

7
Ibid., Fatwa DSN MUI Nomor 117, 9.
29

Sha>hib al-ma>l cakap hukum serta memiliki modal yang dapat

diserahterimakan pada mudha>rib.

Mudha>rib adalah pihak yang mengelola modal, pihak tersebut

adalah orang atau sesuatu yang dapat dipersamakan dengan orang baik

berbadan hukum ataupun tidak. Mudha>rib harus memiliki ketrampilan

dalam mengelola usaha agar mendapatkan keuntungan.8

4. Modal

Modal usaha dapat berbentuk uang, barang ataupun kombinasi

keduanya. Modal usaha dapat diserahkan secara tunai ataupun bertahap

serta jumlahnya wajib diketahui kedua belah pihak.

5. Nisbah Bagi Hasil

Sistem pembagian nisbah harus disepakati dan dinyatakan secara

jelas dalam akad. Nisbah tidak diperbolehkan dalam bentuk nominal

atau angka presentase dari modal usaha hal ini dikarenakan apabila

nisbah dibagi berdasarkan modal usaha maka akan ada salah satu pihak

yang menerima hasil usaha secara tidak adil.

6. Objek Usaha

Kegiatan yang dilakukan dalam akad mudarabah harus sesuai

dengan prinsip syariah dan perundangan yang berlaku. Mudha>rib tidak

diperbolehkan meminjam, meminjamkan, menyumbangkan,

menghadiahkan modal usaha ataupun keuntungan tanpa seizin sha>hib

8
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Mudharabah,” 1–6.
30

al-ma>l. Mudha>rib tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang

terkait mukholafah al-syuru>th, taqshi>r, ta’addi.9

7. Pembagian Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan harus dibagi sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati. Kerugian menjadi tanggung jawab sha>hib al-ma>l kecuali

jika mudha>rib melakukan tindakan mukholafah al-syuru>th, taqshi>r,

ta’addi. 10

3. Fatwa DSN MUI No: 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Wakalah Bil

Ujrah

Asal mula DSN-MUI menetapkan adanya fatwa wakalah bil ujrah

adalah perlunya pedoman dan panduan masyarakat dalam penggunaan

akad wakalah bil ujrah. Selama ini baik di perusahaan pembiayaan,

perbankan, jasa atau lembaga keuangan lainya DSN-MUI belum

menetapkan fatwa mengenai wakalah bil ujrah secara lebih luas.

Adapun ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam fatwa ini

diataranya:

1. Wakalah bil Ujrah

Wakalah bil ujrah adalah akad wakalah yang diikuti dengan

upah atau ujrah.

2. Akad

9
Ibid., Fatwa DSN MUI Nomor 115, 1-6.
10
Ibid., Fatwa DSN MUI Nomor 115, 1-6.
31

Sighat akad dinyatakan secara jelas oleh kedua belah pihak

yakni antara muwakkil dan wakil baik secara lisan, tulisan, isyarat,

maupun perbuatan serta tidak harus bertemu secara langsung namun

dapat secara elektronik yang sesuai dengan syariah dan

perundangan yang berlaku.

3. Muwakkil dan Wakil

Muwakkil dan wakil dijelaskan bahwa tidak hanya orang

namun bisa juga sesuatu yang dapat dipersamakan dengan orang

baik berbadan hukum maupun tidak. Muwakkil haruslah memiliki

kewenangan penuh dalam hal memberikan kuasa kepada pihak lain

serta memiliki kemampuan dalam hal membayar ujrah atau upah.

Sama halnya dengan muwakkil, wakil harus pihak yang memiliki

kemampuan dalam mewujudkan perbuatan yang dikuasakan

kepadanya.

4. Objek Wakalah

Objek yang diwakilkan adalah perbuatan yang bersifat

muamalah bukan ibadah. Pekerjaan yang diwakilkan pada wakil

harus dapat diketahui secara jelas serta wakil dapat

melaksanakanya. Dalam hal resiko pekerjaan maka wakil tidak

wajib menaggung kerugian kacuali jika wakil ingkar terhadap

perjanjian atau kesepakatan dalam kontrak (mukholafah al-syuru>th),

melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan (ta’addi),


32

dan tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan

(taqshi>r).

5. Ujrah

Ujrah merupakan imbalan yang diberikan muwakil kepada

wakil atas jasa yang telah dilakukan Ujrah dapat berupa uang

ataupun barang yang ada kemanfaatanya menurut syariah ataupun

perundangan. Jumlah ataupun kualitas dari ujrah harus jelas baik

berupa nominal, angka ataupun presentase yang telah disepakati

kedua belah pihak dalam akad.11

11
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah,” 7–8.
BAB III

PRAKTIK PEMBIAYAAN PT I GROW RESOURCES INDONESIA


A. Sejarah dan Profil PT I Grow Resources Indonesia

1. Sejarah dan Profil PT I Grow Resources Indonesia

I Grow merupakan platform financial technology atau peer to peer

lending yang bergerak pada sektor pertanian pertama di Indonesia. I Grow

menjadi penghubung antara masyarakat yang memiliki modal dengan

petani yang membutuhkan modal. Kegiatan penyaluran modal ini

bertujuan untuk meningkatkan skala penanaman atau budidadaya serta

kesejahteraan para pelaku usaha di bidang pertanian.

I Grow lahir dari pemikiran Muhaimin Iqbal, seorang pakar ekonomi

Islam Indonesia yang mempunyai kepedulian dengan pertanian dan

ketahanan pangan Indonesia. Muhaimin Iqbal juga menggandeng dua

rekannya dalam mendirikan I Grow yakni Jim Oklahama dan Andreas

Sanjaya, sehingga I Grow resmi didirikan pada Agustus 2014 dan

mendapatkan izin resmi dari OJK pada 18 Sptember 2017 dengan nomor

S-4438/NB.111./2017 18 September 2017.1

Muhaimin Iqbal selaku founder dari I Grow dikenal sebagai

spiritualitas agro karena Muhaimin Iqbal lahir dan tumbuh besar dengan

ajaran Islam yang kuat. Lahirnya I Grow terinspirasi dari QS: Hud ayat 61

1
PT I Grow Resources Indonesia, “Investasi I Grow,” n.d., https://igrow.asia/page#about
(diakses pada tanggal 4 Januari 2022, jam 12.08.)

33
34

yang intisarinya berisi manusia tercipta dari tanah dan manusia harus

mengelola tanah agar kemakmuran terwujud.1

Direktur utama I Grow mengatakan bahwa I Grow belum

mendeklarasikan diri sebagai fintech berbasis syariah namun dalam

penerapan akadnya sudah menggunakan akad syariah, hal lain yang juga

dikatakan oleh direkttur utama I Grow yakni penyaluran pembiayaan

sudah dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, hal ini tidak terlepas

dari dukungan pemerintah yakni Perhutani dan Kemendes.2

Sama dengan prinsip syariah yakni akad mudarabah dimana dalam

bertransaksi prinsip saling percaya sangat diutamakan karena tidak ada

jaminan di dalamnya. Sama halnya dengan I Grow dalam praktek

pembiayaan juga menerapkan hal demikian, tidak ada jaminan

Di Indonesia masih banyak jutaan hektar lahan yang belum terkelola

secara optimal dan jutaan petani yang masih hidup di bawah garis

kemiskinan karena jumlah pekerjaan yang tidak sebanding dengan

populasi mereka. Selain itu kebutuhan pangan dari hasil pertanian yang

terus meningkat mendorong founder I Grow untuk mengembangkan

perusahaan ini semakin berkembang pesat dengan visi menciptakan

ketahanan pangan dan melestarikan kehidupan di bumi.

1
Hijriatu Sakinah, “Fastabiq : Jurnal Studi Islam Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi
Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah : Tinjauan Fatwa DSN NOMOR 117 / DSN-MUI / II /
2018” 2, no. 1 (2021): 67.
2
Fawzi Bhakti Prestama, Muhammad Iqbal, And Selamet Riyadi, “Potensi Finansial
Teknologi Syariah Dalam Menjangkau Pembiayaan Non-Bank,” Al-Masraf : Jurnal Lembaga
Keuangan Dan Perbankan 4, no. 2 (2019): 152.
35

Semangat I Grow juga didorong dengan riset PBB 40 tahun ke depan

akan membutuhkan lahan pertanian dua kali lipat lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan pangan populasi dunia. Kebutuhan pangan

meningkat sekitar 70% yang disebabkan oleh penambahan 2,3 milyar

penduduk dunia di tahun 2050. Pihak I Grow mengklaim bahwa

perusahaan yang didirikan tidak hanya profit oriented saja namun

memiliki tujuan besar yakni melestarikan kehidupan di bumi dan

menciptakan ketahanan pangan yang adil dan merata.3

2. Jenis Produk

Saat ini I Grow dengan pasar Indonesia berhasil mempekerjakan

10.000 petani di luas lahan 10.000 hektar lebih dengan memperoleh hasil

pertanian yang baik dan berkualitas. Seperti aplikasi pada umunya I Grow

bisa di download di ponsel berbasis android ataupun IOS. I Grow sampai

saat ini sudah di download lebih dari 50.000 pengguna ponsel pintar. 4

I Grow memiliki beberapa produk investasi di bidang pertanian,

peternakan.

3. Sistem Kerja I Grow

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan investor atau pemilik

modal dalam mengakses layanan I Grow :

a. Calon investor mondownload aplikasi I Grow lewat Play Store ataupun

Apps Store.

3
Ibid., PT I Grow Resources Indonesia, (diakses pada tanggal 6 Januari 2022, jam 13.10).
4
Ibid.
36

b. Calon investor mengisi data diri yang meliputi identitas sesuai KTP,

NPWP, dan nomer rekening bank yang digunakan untuk mentransfer

modal dan menerima pengembalian modal serta margin keuntungan.

c. Calon investor memilih produk yang akan didanai sesuai dengan

jumlah dana yang dimiliki, komoditas dan waktu investasi yang

diinginkan.

d. Calon investor menyetujui segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh

I Grow.

e. Calon investor membayar pembiayaan yang sudah dipilih melalui akun

bank yang sudah dicantumkan di awal. Jika aktivasi sudah berhasil

maka akan ada pemberitahuan yang dikirim melalui e-mail.

f. Aktivasi berhasil diikuti dengan pengiriman kontrak baku oleh I

Grow.5

4. Kendala Organisasi

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan Anggun N Fatimah

yakni berupa jurnal pertanian menyebutkan bahwa I Grow awalnya hanya

dipasarkan dalam lingkup kecil yakni seputar rekan organisasi sehingga ini

menjadi modal awal yang diperoleh I Grow. Seperti organisasi bisnis pada

umumnya I Grow memiliki permasalahan tesendiri, mulai dari mitra tani

yang tidak jujur, hasil panen yang tidak optimal, hasil yang tidak sesuai

dengan rencana. Hal ini terjadi seiring dengan perluasan skala bisnis I

Grow, mencari petani yang kredibel dan kompeten menjadi fokus utama I

5
Ibid.
37

Grow. Petani yang menjadi mitra I Grow melalui tahap seleksi oleh tim

lapangan dengan kualifikasi kemampuan leadership, keterampilan dan

pengetahuan dalam bertani, rekam jejak dan sebagainya.6

B. Pembagian Margin Fintech PT I Grow Resources Indonesia

Dalam melakukan suatu usaha, keuntungan atau margin adalah salah

satu tujuanya. Margin adalah bertambahnya nilai modal atau investasi setelah

dikurangi dengan biaya operasional.7 I Grow menetapkan margin keuntungan

dari presentase modal yang diinvestasikan. Hal ini dapat dikatahui dari

produk-produk yang ditawarkan I Grow melaui aplikasi, antara lain :

a. Produk Pertanian8

No. Nama Kontrak Harga/lot % Nominal Pengelola


Produk Margin Margin
1. Penjualan 3 Bulan Rp. 2.500.000 4,5% Rp. 112,500 CV.
Minyak Diyoka
Sereh Athar
Wangi Mandiri,
Pemalang
2. Budidaya 6 Bulan Rp. 2.000.000 9% Rp. 180.000 Didin
Melon Samsudin
Golden
3. Budidaya 1 Tahun Rp. 2.500.000 20% Rp. 500.000 CV.
& Sukses
Penjualan Indo
Umbi Porang
Porang Madiun
4. Pembenih 1 Tahun Rp. 2.500.000 17% Rp. 425.000 CV.Param
an Jagung a Agro
Hibrida Gemilang,
Malang
5. Budidaya 2 Tahun Rp. 2.500.000 40% Rp. 1.000.000 CV. Jahe

6
Anggun N. Fatimah et al., “Peer To Peer Lending Platform Igrow Dalam Pemberdayaan
Komunitas Petani,” Pengembangan SDM Indonesia Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Digital, no. October (2019): 120, https://www.researchgate.net/publication/344486840.
7
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Mudharabah,” 4.
8
Ibid., PT I Grow Resources Indonesia, (diakses pada tanggal 11 Januari 2022, jam 10.00).
38

Jahe Merah Sumber


Batch 2 Sehat,
Ciamis,
Jawa Barat
6. Penanaman 3 Tahun Rp. 5.000.000 54% Rp. 2.700.000 Kelompok
Jagung Tani
dengan Keluarga
Teknologi Sejahtera,
Irigasi Lombok,
Tetes NTB
Lombok
Utara
7. Komoditas 3 Tahun Rp. 2.000.000 54% Rp. 1.080.000 CV.
Jeruk Kanaya
Lemon Cipta
California Karya,
Cianjur

b. Produk Peternakan9

No. Nama Kontrak Harga/lot % Nominal Pengelola


Produk Margin Margin
1. Penjualan 4 Bulan Rp. 2.500.000 6% Rp. 150.000 CV.
Benih Aquatic
Ikan Nila Alam
Merah Nusantara,
Batch 3 Subang
2. Budidaya 6 Bulan Rp. 2.500.000 9% Rp. 225.000 CV.
dan Golden
Penjualan Marindo
10
Ikan Mas Nusantar
Jumbo a, Subang
3. Peternaka 1 Tahun Rp. 2.500.000 17% Rp. 425.000 CV.
n Sapi Mangku
Perah Buana
Batch 2 Farm,
Bogor
4. Budidaya 1 Tahun Rp. 2.500.000 20% Rp. 500.000 CV.
dan Pajajaran
Penjualan Mina
Ikan Mas Mandiri 2,
Subang

9
Ibid.
10
Ibid.
39

5. Budidaya 1 Tahun Rp. 2.500.000 20% Rp. 500.000 CV.


dan Purnama
Penjualan Makmur,
Ikan Lele Subang
2
6. Pembiaya 2 Tahun Rp. 2.500.000 40% Rp. CV.
an 1.000.000 Banyu
Budidaya Utama
Pembenih Perkasa,
an Ikan Subang
Mas
7. Ayam 3 Tahun Rp. 4.000.000 54% Rp. Kelompok
Petelur 2.160.000 Ternak
Kelompok Beriuk
Beriuk Maju,
Maju NTB

Selain produk di atas, pembagian margin keuntungan berdasarkan modal

juga dapat diketahui dari kesepakatan melalui kontrak baku milik inisial L.N11

dengan substansi sebagai berikut12 :

Pembiayaan : Pembenihan Jagung Hibrida Malang

No. Pembiayaan : 169511

Modal

Pembiayaan Modal : Rp 2.500.000

Pembagian Margin : 17% per tahun dari Rp 2.500.000

Tanggal Jatuh Tempo : 12 bulan terhitung dari modal disalurkan

pada penerima modal

11
L.N adalah salah satu investor fintech PT I Grow Resources Indonesia yang dalam
penelitian ini namanya disamarkan.
12
PT I Grow Resources Indonesia, “Standard Contract,” 2020, 7.
40

Kontrak baku diterbitkan oleh PT I Grow Resources Indonesia untuk

L.N karena adanya kesepakatan pembiayaan Jagung Hibrida. L.N

menginvestasikan modal sebesar Rp 2.500.000 dengan tenor 1 tahun dan akan

mendapat margin sebesar 17% dari modal yakni Rp 425.000.13

Pembagian margin keuntungan berdasarkan modal juga diperkuat

melalui melalui pernyataan Ibu Diyah Ayu dari Sragen sebagai investor

fintech I Grow:

“Saya ikut investasi produk sereh, dulu harga satu lotnya Rp


2.500.000 dengan keuntungan 4,5% kontraknya 3 bulan, saya
ikut 4 lot. Saya mulai kirim uang bulan Februari ke I Grow,
estimasi di sertifikat keuntungan dan pokok saya kembali di
bulan Mei sejumlah Rp 10.000.000 modal pokok dan Rp
450.000 keuntungannya.”14

Selaras dengan hal demikian juga diungkapkan oleh Bapak Muklis

investor dari Jember:

“Saya sudah kedua kalinya ikut investasi di I Grow, dulu saya ikut
ayam petelur 1 tahun. Pertama itu saya ikut lumayan banyak
sekitar 10 lot, harga per lot nya Rp 2.500.000, keuntunganya ya
lumayan skitar 18% sekitar Rp 4.500.000,”15

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Andre Aval dari

Banyumas dan Ibu Devi dari Depok:

Tahun 2018 saya ikut proyek jagung dan lancar-lacar saja, smpai
saya berani naruh uang sekitar 100 juta itu proyeknya beda-beda
sekalian biar bisa bantu petani. Yang Jagung itu saya ikut 10 lot
harga per lot Rp 2.000.000 selama setahun, marginnya 18% ya

13
Ibid.
14
Diyah Ayu, “Hasil Wawancara” Madiun 18 Februari 2022.
15
Muklis, “Hasil Wawancara,” Madiun 23 Maret 2022.
41

lumayan dalam setahun bisa dapat keuntungan Rp 3.600.000.16

“Saya ikut pembiayaan Pisang Cavendish, harga per lot Rp


3.200.000 marginnya 20% per tahun dengan durasi 2 tahun.
Dalam kontrak nanti saya dapat margin sekitar Rp 1.280.000.17

Dari hasil wawancara keempat pengguna aplikasi fintech di atas dapat

diketahui bahwa I Grow membagikan margin keuntungan memang dari

persentase modal bukan dari persentase keuntungan yang didapat yang

besaran nominalnya bersifat fluktuatif.

C. Pelepasan Tanggung Jawab PT I Grow Resources Indonesia

I Grow dalam proses pembiayaan fintech ini berperan sebagai

penyelenggara yang menghubungkan antara pemilik modal dengan pengelola

modal. Pembiayaan disini bertujuan untuk memberikan modal kepada

pengusaha dibidang agrikultur agar dapat menghasilkan produk sehingga

dapat dijual oleh penerima modal kepada pembeli yang telah ditetapkan oleh

pihak I Grow sebelum dana disalurkan pada penerima modal. 18

Dalam proses pembiayaan apabila terjadi kerugian maka I Grow akan

melepaskan diri dari segala bentuk tanggung jawab atas kerugian yang

dialami, hal ini dapat diketahui dari kontrak baku. Dalam kontrak baku milik

L.N nomor 9 poin a b c disebutkan secara gamblang pemilik modal

menyetujui I Grow tidak bertanggung jawab atas kelalaian pengembalian

modal oleh pengelola modal, serta membebaskan I Grow dari ganti rugi,

16
Andre Aval, “Hasil Wawancara” Madiun 18 Februari 2022.
17
Devi, “Hasil Wawancara” Madiun 18 Februari 2022.
18
Ibid., PT I Grow Resources Indonesia, (diakses pada tanggal 12 Januari 2022, jam 10.00).
42

klaim, tuntutan, gugatan dan tindakan proses hukum yang diderita oleh sebab

apapun. Apabila I Grow tidak dapat melanjutkan usahanya maka tanggung

jawab sepenuhnya untuk mengembalikan modal ada di pihak pengelola modal.

Apabila dikemudian hari timbul sengketa akibat pembiayaan maka

penyelesaian sengketa diupayakan ditempuh secara damai, apabila damai tidak

tercapai maka akan diselesaikan oleh BANI di Mampang Jakarta.19

Selain kontrak baku hal mengenai pelepasan tanggung jawab juga dapat

dilihat dari laporan perkembangan Pembiayaan Jagung Hibrida yang didapat

L.N dari pihak I Grow. Dimana dalam kurun waktu satu tahun kontrak I Grow

hanya melaporkan perkembangan penanaman jagung dalam rentang waktu 3

bulan yakni bulan Oktober 2020-Desember 2020 selebihnya dalam proses

masa tanam selanjutnya tidak terjadi pelaporan proyek pembiayaan. Selain

pelaporan yang tidak rutin selama proses masa tanam, pengakhiran kontrak

juga mengalami permasalahan yakni mengalami keterlambatan dalam

pengembalian pokok dan keuntungan namun tidak ada penjelasan dari pihak I

Grow. Pembiayaan dimulai bulan Agustus 2020 dengan durasi kontrak 12

bulan dengan pembagian margin yang akan dikirim 2 sesi yakni bulan

Februari sebesar Rp 212.500 dan Agustus sebesar Rp 212.500 sekaligus modal

pokok yakni Rp 2.500.000. Namun sampai dengan Februari 2022 pemilik

modal belum menerima pengembalian modal pokok dan pembagian margin

19
Ibid., Standard Contract, 5.
43

keuntungan. Keterlambatan tidak disertai dengan penjelasan ataupun

pelaporan mengapa keterlambatan bisa terjadi.20

Hal mengenai pelepasan tanggung jawab juga diperkuat melalui

pernyataan investor I Grow Ibu Diyah Ayu dari Sragen :

Saya mulai kirim uang bulan Februari ke I Grow, estimasi di


sertifikat keuntungan dan pokok saya kembali di bulan Mei
sejumlah Rp 10.000.000 modal pokok dan Rp 450.000
keuntungannya. Tapi sampai Agustus tidak ada uang masuk di
rekening saya I Grow. Sudah nyoba menghubungi I Grow
beberapa kali namun responya lama. Akhirnya ya sudah saya
tunggu aja. Januari 2020 baru ada uang masuk namun baru
keuntungan, modal pokoknya belum”.21

Selaras dengan hal demikian juga diungkapkan oleh Bapak Muklis

investor dari Jember:

“….tapi ya itu modal dan keuntungan saya ngembalikanya


agak terlambat 2 bulan. Itu I grow masih enak dihubungi nggak
kaya yang terakhir ini saya ikut melon 1 tahun 2020 sampai
sekarang nggak ada kabar, saya hubungi juga sulit.”22

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Andre Aval dari

Banyumas dan Ibu Devi dari Depok:

“Tahun 2018 saya ikut proyek jagung dan lancar-lacar saja,


smpai saya berani naruh uang sekitar 100 juta itu proyeknya
beda-beda sekalian biar bisa bantu petani. Harusnya dalam 2
tahun ini uang saya sudah kembali tapi ya semua telat bayar.
Sampai saat ini masih ada 7 proyek yang masih jalan dan telat,
apalagi yang jagung dan ayam petelur. Dulu I Grow itu lancar-
lancar saja, jadi saya berani nambah terus. Tapi sejak 2020
mulai banyak yang telat bagi hasil. Sudah nyoba menghubungi

20
Ibid.,PT I Grow Resources Indonesia, (diakses pada tanggal 2 Februari 2022, jam 16.00).
21
Ibid,.Diyah Ayu.
22
Ibid,.Muklis.
44

I Grow namun jawabanya pengembalian pokok dan margin


menunggu perbaikan usaha dari penerima modal”23

“Jawaban terakhir soal pisang cavendish dari I Grow itu intinya


mohon maaf karena proyek pisang cavendish sudah mencapai
masa panen namun hasil panen tidak cukup untuk membayar
margin para lenders karena hasil panen hanya dapat digunakan
untuk biaya operasional lahan. Saat ini borrower sedang
melakukan perbaikan agar dapat memenuhi kewajibanya.
Dalam pemberitahuan aplikasi I Grow kerugian karena gagal
panen sedang diupayakan oleh penerima modal agar
pengembalian modal dan keuntungan tetap terlaksana namun
pengiriman pokok dan margin mengalami keterlambatan.”24

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa untuk beberapa

proyek I Grow mengalami keterlambatan dalam melaksanakan kewajiban.

Para investor sudah mencoba menghubungi pihak I Grow namun I Grow

menjelaskan bahwa pengembalian pokok dan margin menunggu perbaikan

usaha dari penerima modal.

23
Ibid.,Andre Aval.
24
Ibid.,Devi.
BAB IV

ANALISIS FATWA DSN MUI TERHADAP STANDARD CONTRACT

PT I GROW RESOURCES INDONESIA

A. Analisis Pembagian Margin Keuntungan Berdasarkan Fatwa DSN MUI

No: 117/DSN-MUI/IX/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah

Mudarabah adalah akad kerjasama usaha antara sha>hib al-ma>l sebagai

pemilik modal dangan mudha>rib sebagai pegelola usaha dimana keuntungan

tersebut dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati.1 Dalam mudarabah prinsip

saling percaya sangat diutamakan karena tidak ada jaminan terhadap usaha

yang mereka jalankan.

Pemilik modal bertindak sebagai sha>hib al-ma>l yang mewakilkan

kewenangan, kewajiban dan haknya kepada I Grow. Pemilik modal

menyalurkan modal yang dimiliki berupa uang kepada I Grow untuk

disalurkan kepada mudha>rib pengelola modal. Modal yang diberikan oleh

pemilik modal sudah sesuai dengan ketentuan fatwa yakni modal usaha dapat

berbentuk uang, barang ataupun kombinasi keduanya. Modal usaha dapat

diserahkan secara tunai ataupun bertahap serta jumlahnya wajib diketahui

kedua belah pihak. Untuk nominal modal I Grow sudah menyiapkan berapa

jumlah modal yang diperlukan untuk menjalankan usaha, pemilik modal

1
DSN-MUI, “Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 Tentang Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah,” 7.

45
46

hanya perlu memilih jenis usaha yang sesuai dengan modal yang mereka

miliki.

Terkait keuntungan penulis mendapati persentase keuntungan bukan

berasal dari kelebihan modal namun berasal dari persentase jumlah modal

yang diberikan. Dalam Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018

tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan

Prinsip Syariah mengatakan bahwa pembiayaan berbasis teknologi tidak boleh

bertentangan dengan prinsip syariah yakni riba, gharar, maysir, tadlis,

dharar, zhulm dan haram. Mudarabah bisa dikatakan sah dari segi hukum

maupun akadnya jika pembagian margin keuntungan didasarkan pada nisbah

keuntungan, sehingga besaran nominalnya bisa berubah sesuai dengan

keuntungan yang didapat, bukan berdasarkan presentase dari modal yang

diinvestasikan yang besaran keuntungan dari awal perjanjian dibuat sampai

dengan berakhirnya usaha nominalnya tetap sama. Apabila keuntungan

diberikan berdasarkan persentase jumlah modal maka ini dapat dipersamakan

dengan hal yang bertentangan dengan fatwa di atas yakni riba dimana ada

tambahan mutlak yang diperjanjikan atas pokok utang sebagai penangguhan

pembayaran bukan lagi pembagian keuntungan.

Hal demikian juga diperkuat dengan Fatwa DSN MUI No: 115/DSN-

MUI/IX/2017 tentang Akad Mudarabah bagian ke 6 tentang ketentuan tekait

nisbah bagi hasil poin ke 3 yang berisi sistem pembagian nisbah harus

disepakati dan dinyatakan secara jelas dalam akad. Nisbah tidak


47

diperbolehkan dalam bentuk nominal atau angka presentase dari modal usaha1

hal ini dikarenakan apabila nisbah dibagi berdasarkan modal usaha maka akan

ada salah satu pihak yang menerima hasil usaha secara tidak adil. Jumhur

ulama juga bersepakat bahwa keuntungan yang dihasilkan dari akad

mudarabah dibagi antara pemilik modal dan pengelola berdasarkan

kesepakatan seperti 50 : 50, 70 : 30 dan sebagainya dari keuntungan yang di

dapat.2

Penggunaan istilah pembagian margin, apabila dilihat dari prakteknya

tidak jauh beda dengan sistem bunga yang diterapkan oleh perusahaan

konvensional, seperti bank. Bank konvensional terdapat return bunga yakni

berupa persentase dari dana yang disimpan, dimana sudah ditetapkan di awal

transaksi, sehingga nominalnya dapat diketahui dan dipastikan dengan tidak

lagi melihat kemungkinan laba rugi yang terjadi. Dalam sistem syariah, sistem

bagi hasil yang ditetapkan yakni nisbah (presentase bagi hasil) yang sudah

ditetapkan di awal transaski namun nominalnya tidak tetap atau belum

diketahui dengan pasti, tergantung dengan laba rugi yang akan terjadi nanti.3

1
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Mudharabah,” 1–6.
2
Thabrani, “Mudharabah Perspektif Averroes (Studi Analisis Kitab Bidayat Al-Mujtahid
Wa Nihayat Al-Muqtashid),” 12.
3
Nur Zalailiyah, “Perbedaan Suku Bunga Bank Konvensional Dan Bagi Hasil Bank
Syariah Tahun 2011-2013,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 3, no. 2 (2014): 2.
48

B. Analisis Pelepasan Tanggung Jawab Berdasarkan Fatwa DSN No:

117/DSN-MUI/IX/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi

Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah

Akad wakalah bil ujrah dalam Fatwa adalah akad wakalah yang diikuti

dengan upah atau ujrah.4 I Grow selaku penyelenggara bertindak sebagai

wakil dari pemilik modal. Sebagai wakil I Grow akan mengalokasikan dana

pada sasaran yang tepat. Sehingga I Grow bertindak sebagai surveyor yang

akan memilih calon pelaku usaha, jenis usaha, perkembangan usaha sampai

berakhirnya usaha yang kemudian dilaporkan kepada pemilik modal. Tidak

hanya sebatas laporan namun I Grow juga akan menerima pengembalian

pokok dan margin keuntungan dari pengelola yang nantinya akan dikirim

kembali pada pemilik modal.

Dalam pelaksanaan pembiayaan I Grow mendapatkan 5% dari modal

yang diinvestasikan dan telah disepakati di awal akad. 5% disebutkan sebagai

biaya layanan pembiayaan.5 Selain hal yang telah disebutkan di atas hal lain

yang juga tak kalah penting adalah terkait pelepasan tanggung jawab atas

resiko yang timbul. Dalam kontrak baku nomor 9 poin a b c disebutkan secara

gamblang pemilik modal menyetujui I Grow tidak bertanggung jawab atas

kelalaian pengembalian modal oleh pengelola modal, serta membebaskan I

Grow dari ganti rugi, klaim, tuntutan, gugatan dan tindakan proses hukum

yang diderita oleh sebab apapun. Apabila I Grow tidak dapat melanjutkan

4
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah,” 6.
5
PT I Grow Resources Indonesia, “Standard Contract,” 7.
49

usahanya maka tanggung jawab sepenuhnya untuk mengembalikan modal ada

di pihak pengelola modal.6

Dalam hal pelaporan pembiayaan dalam rentang waktu satu tahun I

Grow sebagai penyelenggara hanya melakukan pelaporan 3 bulan di awal,

setelahnya sampai dengan kontrak berakhir tidak ada tindak lanjut ataupun

informasi mengenai alasan pengembalian modal pokok dan keuntungan yang

mengalami keterlambatan.7 Hal ini juga diperkuat dengan wawancara 4

pengguna I Grow yang mengalami keterlambatan pengembalian modal pokok

dan keuntungan namun tidak ada penjelasan.

Dalam Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang

Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah ketentuan pertama nomor 17 menyebutkan bahwa wakalah bil ujrah

disertai dengan ujrah atau fee yang diberikan kepada penyelenggara, sehingga

biaya jasa layanan ini tentu sudah sesuai dengan fatwa DSN nomor 117,

namun pada bagian pelepasan tanggung jawab terdapat hal yang tidak sesuai

dengan fatwa yakni dalam sebuah kontrak baku haruslah memenuhi unsur

keadilan, kewajaran dan keseimbangan sedangkan I Grow melakukan

pelepasan tanggung jawab jika terjadi kerugian dan meimpahkan seluruh

bentuk ganti rugi kepada penerima modal dan tanggung jawab akhir

pembiayaan kepada pemilik dan penerima modal. Hal ini tentu jauh dari unsur

keadilan, kewajaran, dan keseimbangan karena I Grow sebagai penyelenggara

6
Ibid 4.
7
PT I Grow Resources Indonesia, “Investasi I Grow,” n.d., https://igrow.asia/page#about
(diakses pada tanggal 4 Januari 2022, jam 12.08.)
50

bertugas memilih penerima dana serta memantau usaha dari awal sampai

akhir.

Dalam hal upah atau ujrah juga diperkuat dalam fatwa DSN MUI No:

113/DSN-MUI/IX/2017 tentang Wakalah Bil Ujrah mengatakan bahwa ujrah

diperbolehkan dengan ketentuan berupa uang ataupun barang yang ada

kemanfaatanya menurut syariah ataupun perundangan. Jumlah ataupun

kualitas dari ujrah harus jelas baik berupa nominal, angka ataupun presentase

yang telah disepakati kedua belah pihak dalam akad.8 Selain upah, pelepasan

tanggung jawab oleh penyelenggara juga diatur dalam fatwa ini yakni

penyelenggara tidak dapat lepas tangan begitu saja apabila terjadi hal-hal yang

tidak sesuai dengan tujuan diadakanya perjanjian. Dalam hal resiko pekerjaan

penyelenggara tidak wajib menanggung kerugian kecuali jika penyelenggara

ingkar terhadap perjanjian atau kesepakatan dalam kontrak (mukholafah al-

syuru>th), melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan (ta’addi), dan

tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan (taqshi>r).9

Dalam ketentuan mengenai ta’addi yakni melakukan perbuatan yang

seharusnya tidak dilakukan. I Grow seharusnya tidak melakukan perbuatan

lepas tangan begitu saja ketika terjadi masalah, kerugian ataupun

keterlambatan dalam pemenuhan kewajiban pengelola modal. Dalam hal

terjadi keterlambatan pemenuhan kewajiban oleh pengelola modal atau

bahkan sampai gagal bayar, manajemen kontrol tentu menjadi hal yang harus

8
DSN-MUI, “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 113/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah,” 7–8.
9
DSN-MUI, 8.
51

diperhatikan. Pendampingan harus tetap dilakukan pihak penyelenggara

karena penyelenggara adalah pihak yang menyalurkan dana serta memilih

calon penerima modal. Dalam hal pemilihan penerima modal maka

penyelenggara berperan sebagai surveyor yang bertugas memilih calon

penerima modal, jenis usaha, perkembangan usaha sampai berakhirnya usaha.

Surveyor bertanggungjawab penuh terhadap pengawasan dan pembinaan

petani serta peningaktan kapabilitas agar pola perilaku yang membentuk

keahlianya dapat meningkat pesat. Peningkatan sumberdaya atau kemampuan

pengelola modal tentu meningkatkan produktivitas usaha.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembagian margin keuntungan yang dilakukan I Grow bertentangan

dengan fatwa DSN MUI karena keuntungan dibagikan berdasarkan

persentase dari jumlah modal diinvestasikan yang besaran keuntungan dari

awal perjanjian dibuat sampai dengan berakhirnya usaha nominalnya tetap

sama. Dalam Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 tentang

Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah mengatakan bahwa pembiayaan berbasis teknologi tidak boleh

bertentangan dengan prinsip syariah yakni riba, gharar, maysir, tadlis,

dharar, zhulm dan haram. Jika pembagian keuntungan berdasarkan

presentase dari modal maka hal ini dapat mengarah ke riba yakni adanya

tambahan mutlak atas modal yang diberikan sebagai penangguhan waktu

pengembalian. Mengenai Pembagian keuntungan juga diperkuat dengan

fatwa DSN MUI No 115 tentang keutungan Mudarabah harus dibagi

berdasarkan persentase kelebihan modal dikurangi dengan biaya

operasional sehingga besaran nominalnya bersifat fluktuatif sesuai dengan

keuntungan yang didapat.

2. Pelepasan tanggung jawab I Grow bertentangan dengan Fatwa DSN MUI.

Dalam kontrak baku I Grow disebutkan bahwa I Grow melepaskan

tanggung jawabnya dan mengalihkan kepada pengelola modal apabila

terjadi kerugian, I Grow tidak bertanggung jawab atas kelalaian

52
53

pengembalian modal oleh pengelola modal, serta membebaskan I Grow

dari ganti rugi, klaim, tuntutan, gugatan dan tindakan proses hukum yang

diderita oleh sebab apapun. Sedangkan ketentuan Fatwa DSN MUI Nomor

117/DSN-MUI/II/2018 tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi

Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah mengatakan bahwa kontrak baku

harus memenuhi unsur keseimbangan, keadilan dan kewajaran. Hal ini

juga diperkuat Fatwa DSN MUI No: 113/DSN-MUI/IX/2017 tentang

Wakalah Bil Ujrah yang menyatakan bahwa dalam hal resiko pekerjaan

penyelenggara tidak wajib menanggung kerugian kecuali jika

penyelenggara ingkar terhadap perjanjian atau kesepakatan dalam kontrak

(mukholafah al-syuru>th), melakukan perbuatan yang seharusnya

tidakdilakukan (ta’addi), dan tidak melakukan perbuatan yang seharusnya

dilakukan (taqshi>r). Dalam ketentuan mengenai ta’addi yakni melakukan

perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan yakni I Grow semestinya tidak

melakukan perbuatan lepas tangan begitu saja ketika terjadi masalah,

kerugian ataupun keterlambatan dalam pemenuhan kewajiban pengelola

modal. I Grow sebagai penyelenggara berperan sebagai surveyor yang

bertugas memilih calon penerima modal, jenis usaha, perkembangan usaha

sampai berakhirnya usaha.


54

B. Saran

1. Bagi subjek pelaku pembiayaan pemilik atau penerima modal harus

membaca dan memahami terlebih dahulu isi kontrak. Leave it before take

it until sure.1

2. Bagi penyelenggara harus ada pengecualian pengalihan tanggung jawab

kepada pemilik atau penerima modal jika terjadi kerugian karena survey

usaha apa yang akan didanai, pemilihan penerima modal, perkembangan

usaha sampai berakhirnya usaha tentu penyelenggara juga tetap ikut andil

dan bertanggungjawab di dalamnya.

1
Farihah Mahmudah, “Analisis Kontrak Baku PT I Grow Prespektif Hukum Islam,”
Fakultas Syariah Dan Hukum (UIN Syarif Hidayatullah, 2019), 83.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Ariesto Hadi Sutopo, Adrianus Arif. Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan
Nvivo. Jakarta: Kencana, 2010.

Astuti, Rini Dwi. Metode Penelitian. Malang: UB Press, 2017.

Julio Warmansyah. Metode Penelitian Dan Pengolahan Data Untuk Pengambilan


Keputusan Pada Perusahaan. Yogyakarta: Depublish, 2020.

Muhammad Yaumi, Muljono Damopoli. Action Research. Jakarta: Kencana,


2014.

Muhwan, Wawan. Hukum Perikatan. Edited by Beni Ahmad Saebeni. Bandung:


Pustaka Setia, 2011.

RI, Departemen Agama. Al-Qur’an Dan Terjemah. Edited by Lajnah Pentashih


Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI. Bandung: Penerbit Jumanatul
’Ali-ART, 2004.

Saebeni, Beni Ahmad. Hukum Ekonomi & Akad Syariah Di Indonesia. Bandung:
CV Pustaka Setia, 2018.

Siyoto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media


Publishing, 2015.

Sri Adiningsih. Transformasi Ekonomi Berbasis Digital Di Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, 2019.

Sugiyarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Suaka


Media, 2016.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta,


2019.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Tindakan.


Bandung: Refika Aditama, 2012.

Referensi Jurnal dan Artikel Ilmiah:


Bachri, Bachtiar S. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif.” Teknologi Pendidikan 10 (2010): 46–62.

Baihaqi, Jadzil. “Financial Technology Peer-To-Peer Lending Berbasis Syariah Di


Indonesia.” TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 2 (2018):
116.

DSN-MUI. “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 113/DSN-MUI/IX/2017


Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah.” Himpunan Fatwa DSN MUI, no. 19
(2017): 1–9.

———. “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang


Akad Mudharabah.” Himpunan Fatwa DSN MUI 115, no. 19 (2017): 1–7.

———. “Fatwa DSN MUI Nomor 117/DSN-MUI//II/2018 Tentang Layanan


Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.”
Himpunan Fatwa DSN MUI, 2018.

Fatimah, Anggun N., Andi Nirmalasari, Anindyo S. Dwiputra, Putri Neca


Lumeta, and Reno Dalu Maharso. “Peer To Peer Lending Platform Igrow
Dalam Pemberdayaan Komunitas Petani.” Pengembangan SDM Indonesia
Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Digital, no. October (2019): 113–
26. https://www.researchgate.net/publication/344486840.

Indonesia, PT I Grow Resources. “Standard Contract,” 2020, 2013–15.

Mahmudah, Farihah. “Analisis Kontrak Baku PT I Grow Prespektif Hukum


Islam.” Fakultas Syariah Dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah, 2019.

Muhammad Afdi Nizar. “Financial Technology ( Fintech ): It’s Concept and


Implementation in Indonesia.” Munich Personal RePEc Archive 5, no. 98486
(2020): 4–10.

Nur Zalailiyah. “Perbedaan Suku Bunga Bank Konvensional Dan Bagi Hasil
Bank Syariah Tahun 2011-2013.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya 3, no. 2 (2014): 1–12.

OJK. “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2019 Sinergi Dalam


Membangun Ekosistem Ekonomi Dan Keuangan Syariah.” Otoritas Jasa
Keuangan 53, no. 9 (2019): 18.

Otoritas Jasa Keuangan. “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 77


/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi.” Otoritas Jasa Keuangan, 2016, 1–29.

———. “Perkembangan Fintech Lending Desember 2020.” Otorisasi Jasa


Keuangan, 2020, 1–11.

———. “Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/Seojk.07/2014.”


Otorisasi Jasa Keuangan, 2014, 97.

Pradatha, Kiki, and Nani Nurani Muksin. “Komunikasi Pemasaran Secara


Persuasif Melalui Infografis Pada Instagram Ethis.” Jurnal Ilmu Komunikasi
Politik Dan Komunikasi Bisnis 5, no. 1 (2021): 29–39.

Prestama, Fawzi Bhakti, Muhammad Iqbal, And Selamet Riyadi. “Potensi


Finansial Teknologi Syariah Dalam Menjangkau Pembiayaan Non-Bank.”
Al-Masraf : Jurnal Lembaga Keuangan Dan Perbankan 4, no. 2 (2019): 147.

Sakinah, Hijriatu. “Fastabiq : Jurnal Studi Islam Layanan Pembiayaan Berbasis


Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah : Tinjauan Fatwa DSN
Nomor 117 / DSN-MUI / II / 2018” 2, no. 1 (2021): 62–74.

Saragih, Faoeza Hafiz. “Pembiayaan Syariah Sektor Pertanian.” Jurnal Agrica 10,
no. 2 (2017): 112. https://doi.org/10.31289/agrica.v10i2.1458.

Sari, Alfhica Rezita. “Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam


Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer to Peer Landing Di
Indonesia.” Yogyakarta: UII Yogyakarta, 2018.

Sari, Dedeh Ratna. “Efektivitas Fintech Office Bank Indonesia Dalam Menejemen
Resiko Dan Perlindungan Konsumen Untuk Kelancaran Sistem
Pembayaran.” Skripsi. Jambi: UIN Sultan Thaha Saifuddin, 2018.

Sri Nurhayati dan Wasilah. “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah


Indonesia.” Otoritas Jasa Keuangan 53, no. 9 (2019): 1689–99.

Thabrani, Abdul Mukti. “Mudharabah Perspektif Averroes (Studi Analisis Kitab


Bidayat Al-Mujtahid Wa Nihayat Al-Muqtashid).” Iqtishadia Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah 1, no. 1 (2014): 1–14.

Yarli, Dodi. “Analisis Akad Tijarah Pada Transaksi Fintech Syariah Dengan
Pendekatan Maqhasid.” Yudisia : Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum
Islam 9, no. 2 (2018).

Referensi Internet:

PT I Grow Resources Indonesia. “Investasi I Grow,” n.d.


https://igrow.asia/page#about.
STANDARD CONTRACT (KONTRAK BAKU)
TRANSKIP WAWANCARA

Nama informan : Diyah Ayu (Sragen, Jawa Tengah)

Tanggal : 18 February 2022

Jam : 12.54 WIB

Media wawancara : Aplikasi Telegram

Topik wawancara : Pembagian keuntungan dan ketidaksesuaian

waktu pembayaran dengan yang tertera di

kontrak

Peneliti Bagaimana bisa mengenal aplikasi I Grow? Dan bagaimana

sistem pembagian keuntungan yang diterapkan I Grow?

Informan Saya tahu pertama aplikasi I Grow ini dari internet tahun 2019

dan komennya juga bagus-bagus, saat itu kebetulan saya baru

pulang dari luar negeri kerja disana, ya sedikit ada modal untuk

investasi. Saya ikut investasi produk sereh, dulu harga satu

lotnya Rp 2.500.000 dengan keuntungan 4,5% kontraknya 3

bulan, saya ikut 4 lot. Saya mulai kirim uang bulan Februari ke I

Grow, estimasi di sertifikat keuntungan dan pokok saya kembali

di bulan Mei sejumlah Rp 10.000.000 modal pokok dan Rp

450.000 keuntungannya. Tapi sampai Agustus tidak ada uang

masuk di rekening saya I Grow. Sudah nyoba menghubungi I

Grow beberapa kali namun responya lama. Akhirnya ya sudah


saya tunggu aja. Januari 2020 baru ada uang masuk namun baru

keuntungan, modal pokoknya belum

TRANSKIP WAWANCARA

Nama informan : Devi

Tanggal : 18 February 2022

Jam : 14.42 WIB

Media wawancara : Aplikasi Telegram

Topik wawancara : Pembagian keuntungan dan ketidaksesuaian

waktu pembayaran dengan yang tertera di

kontrak

Peneliti Bagaimana pengalaman menggunakan aplikasi I Grow?

Informan Jawaban terakhir soal pisang cavendish dari I Grow itu intinya

mohon maaf karena proyek pisang cavendish sudah mencapai

masa panen namun hasil panen tidak cukup untuk membayar

margin para lenders karena hasil panen hanya dapat digunakan

untuk biaya operasional lahan. Saat ini borrower sedang

melakukan perbaikan agar dapat memenuhi kewajibanya. Saya

ikut pembiayaan Pisang Cavendish, harga per lot Rp 3.200.000

marginnya 20% per tahun dengan durasi 2 tahun. Dalam kontrak

nanti saya dapat margin sekitar Rp 1.280.000.


TRANSKIP WAWANCARA

Nama informan : Andre Aval

Tanggal : 18 February 2022

Jam : 11.43 WIB

Media wawancara : Aplikasi Telegram

Topik wawancara : Pembagian keuntungan dan ketidaksesuaian

waktu pembayaran dengan yang tertera di

kontrak

Peneliti Bagaimana pengalaman menggunakan aplikasi I Grow?

Informan Tahun 2018 saya ikut proyek jagung dan lancar-lacar saja, smpai

saya berani naruh uang sekitar 100 juta itu proyeknya beda-beda

sekalian biar bisa bantu petani. Harusnya dalam 2 tahun ini uang

saya sudah kembali tapi ya semua telat bayar. Sampai saat ini

masih ada 7 proyek yang masih jalan dan telat, apalagi yang

jagung dan ayam petelur. Dulu I Grow itu lancar-lancar saja, jadi

saya berani nambah terus. Tapi sejak 2020 mulai banyak yang

telat bagi hasil.


TRANSKIP WAWANCARA

Nama informan : Muklis (Jember)

Tanggal : 23 Maret 2022

Jam : 20.45 WIB

Media wawancara : Aplikasi Telegram

Topik wawancara : Pembagian keuntungan dan ketidaksesuaian

waktu pembayaran dengan yang tertera di

kontrak

Peneliti Bagaimana pengalaman menggunakan aplikasi I Grow?

Informan Saya sudah kedua kalinya ikut investasi di I Grow, dulu saya ikut

ayam petelur 1 tahun. Pertama itu saya ikut lumayan banyak

sekitar 10 lot, harga per lot nya Rp 2.500.000, keuntunganya ya

lumayan skitar 18%, tapi ya itu modal dan keuntungan saya

ngembalikanya agak terlambat 2 bulan. Itu I grow masih enak

dihubungi nggak kaya yang terakhir ini saya ikut melon 1 tahun

2020 sampai sekarang nggak ada kabar, saya hubungi juga sulit
GAMBAR KINERJA APLIKASI FINTECH I GROW

Gambar 1. 1 Gambar 1. 2
Gambar 1. 4

Gambar 1. 3
Gambar 1. 5 Gambar 1. 6
Gambar 1. 8

Gambar 1. 7
Gambar 3. 10
Gambar 1. 9

Anda mungkin juga menyukai