Anda di halaman 1dari 12

Analisis Fatwa DSN MUI

Mengenai Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran


makalah
disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
mata kuliah Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah
Dosen pengampu Hj. Diah Siti Sa’diah, M.Ag.

disusun
Muhammad Rifqi
1193020084

HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Fatwa DSN MUI Mengenai Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang
Menunda-Nunda Pembayaran”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah serta untuk
menambah pengetahuan penyusun. Terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu
Hj. Diah Siti Sa’diah, M.Ag., selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Fatwa-
Fatwa Ekonomi Syariah.
Makalah ini tentunya masih banyak sekali terdapat kekurangan baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu penyusun mohon kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih
baik ke depannya.
Demikianlah makalah ini penyusun buat, penyusun berharap semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

Riau, Juli 2021

penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Fatwa .......................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Fatwa ..................................................................................... 4
C. Rukun Fatwa ................................................................................................ 4
D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000 Tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran ................... 4
E. Analisa Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000 .... 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8
A. Kesimpulan .................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia bisa dikatakan cukup
berkembang. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari semakin banyaknya
lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang menerapkan prinsip syariah.
Profesionalisme dalam pengelolaan lembaga keuangan syariah dipandang sangat
penting. Hal ini dikarenakan lembaga keuangan syariah dipercaya oleh masyarakat
luas (muslim dan non muslim) sebagai mitra dalam urusan bisnis dan jasa
keuangan.
Seiring dengan perkembangan ekonomi Syariah dan Lembaga keuangan
Syariah, maka tidak dapat dihindari terjadinya masalah-masalah dalam transaksi
tersebut. Salah satunya adalah masalah keterlambatan pembayaran oleh nasabah
kepada bank Syariah, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Ini tentunya akan
membuat pihak bank mengadakan sanksi atas hal tersebut dengan tujuan untuk
menghindari kejadian yang tidak dinginkan tersebut. Salah satu bentuk sanksinya
adalah denda.
Denda diterapkan serta merta pada nasabah yang memiliki tunggakan
angsuran, ataukah ada klausul lain dalam penerapannya. Dan tentunya dalam
pandangan Hukum Islam dibenarkan ataukah tidak. Makalah ini akan menganalisa
fatwa DSN-MUI No. 17/DSN/MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah mampu
yang menunda-nunda pembayaran.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan fatwa?
2) Apa dasar hukum dan rukun fatwa
3) Bagaimana isi fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000?
4) Bagaimana Analisa fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000?
C. Tujuan
1) Memaparkan definisi fatwa secara bahasa dan istilah
2) Memaparkan dasar hukum dan rukun-rukun fatwa
3) Mengetahui isi fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000
2

4) Memaparkan Analisa tentang fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000


3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fatwa

Fatwa (‫ )ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ‬menurut bahasa berarti jawaban mengenai suatu kejadian

(peristiwa), yang merupakan bentukan sebagaimana dikatakan Zamakhsyarin


dalam al-kasysyaf dari kata ‫( ﺍﻟﻔﺘﻲ‬al-fataa/pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata
kiasan (metafora) atau (isti’arah). Sedangkan pengertian fatwa menurut syara’
adalah menerangkan hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari
suatu pertanyaan, baik si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik
perseorangan maupun kolektif.1 P0F

2
Definisi fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
1) Jawaban berupa keputusan atau pendapat yang diberikan oleh mufti/ahli
tentang suatu masalah; dan
2) Nasihat orang alim; pelajaran baik; dan petuah.
Fatwa adalah penjelasan hukum syara’ dan beragam isu sebagai jawaban atas
P1F

pertanyaan dari penanya yang jelas maupun tidak jelas, baik personal maupun
komunal.3 Menurut Prof Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta,
yang berarti memberi penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan
penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum
mengetahuinya.4
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fatwa adalah hasil ijtihad
seorang mufti sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Jadi
fatwa lebih khusus dari pada fikih atau ijtihad secara umum. Karena boleh jadi

1
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian Dan Kecerobohan, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), hal. 5
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hal. 240.
3
Materi Perkuliahan Metode Istinbath Hukum Islam HES IV B
4
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Wali, 2013), hal. 374-375
4

fatwa yang dikeluarkan seorang mufti, sudah dirumuskan dalam fikih, hanya belum
dipahami oleh peminta fatwa.
B. Dasar Hukum Fatwa
QS. An-Nahl ayat 43:
َ َ َ َ ُ ِّ َ َ ُ َ َ
ۙ‫ـــلﻮا اهل اذلكر ان كنﺘُم ل تعل ُمﻮن‬‫فس‬

Artinya: “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan


jika kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nahl ayat 43)
Hadits Nabi saw.:

‫عن ابن عباس ان سعد بن عبا دة اسﺘﻔىت رسﻮل ااهلل صل اللهعليه وسلم فقا ل ان اىم‬

‫ فقال رسﻮل ااهلل صل ااهلل عليه وسلم اقضه عنها‬,‫ما تت ويلها نذر لم نقضه‬

Artinya: “Dari ibnu abbas r.a. bahwa Sa’ad Bin ‘Ubadah r.a. Minta Fatwa
kepada Nabi SAW., yaitu dia mengatakan; sesungguhnya ibuku meninggal dunia
padahal beliau mempunyai kewajiban nadzar yang belum ditunaikanya? Lalu
Rasulullah SAW. Menjawab: “tunaikan nadzar itu atas nama ibumu”. (HR Abu
daud dan Nasai)
C. Rukun Fatwa
Rukun fatwa ada lima, yaitu:5
1) Mustafti fih (masalah)
2) Mustafti (penanya)
3) Istifta (bertanya)
4) Mufti (ulama),
5) Ifta (proses penggalian fatwa)
6) Fatwa (jawaban)
D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000 Tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran
Untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan dalam pembayaran denda maka
Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa No 17/DSN/MUI/IX/2000 Tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran.

5
Materi Perkuliahan Metode Istinbath Hukum Islam HES IV B
5

Pertama: Ketentuan Umum6


1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS
kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda
pembayaran dengan disengaja.
2) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur
tidak boleh dikenakan sanksi.
3) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh
dikenakan sanksi.
4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih
disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas
dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.
Kedua: Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
E. Analisa Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000
Dalam menetapkan fatwa ini DSN-MUI mengambil dasar hukum dari
Alquran dan Hadits, serta beberapa kaidah fikih. Di antaranya:
QS. al- Ma’idah ayat 1:
ُ ُ َ ‫َ ُّ ذ‬
‫يـاي َها اذلي َن ا َمنُﻮا اوفﻮا باﻟ ُعقﻮد‬

Artinya: “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”


Hadits Nabi saw. riwayat Jama’ah (Bukhari dari Abu Hurairah, Muslim dari
Abu Hurairah, Tirmizi dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Nasa’i dari Abu Hurairah,
Abu Daud dari Abu Hurairah, Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Ahmad

6
Fatwa DSN-MUI No 17/DSN/MUI/IX/2000
6

dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah, dan Darami dari Abu
Hurairah):
ْ ِّ َ ْ ُ ْ َ
‫ِن ُظلم‬‫مطل اﻟغ‬

Artinya: “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu


adalah suatu kezaliman.”
Hadis Nabi riwayat Nasa’i dari Syuraid bin Suwaid, Abu Dawud dari Syuraid
bin Suwaid, Ibu Majah dari Syuraid bin Suwaid, dan Ahmad dari Syuraid bin
Suwaid:
ُُ ُُّ ُ ْ ُُّ َ
‫ل ال َﻮاجد ُيل ع ْر َض ُه َوعق ْﻮبَﺘَ ُه‬

Artinya: "Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu


menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya."
Kaidah fiqh:
َْ ََ َ َُّ ْ َ َُّ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ
‫احة إل أن يَ ُدل ديلْل لَع َتريْم َها‬ ‫األ ْصل ِف المعامالت اإلب‬

Artinya: "Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali


ada dalil yang mengharamkannya."
ُ َ َُّ
‫الَض ُر يُ َزال‬

Artinya: "Bahaya (beban berat) harus dihilangkan."


Penerapan denda keterlambatan pembayaran angsuran di bank syariah
dengan mengacu pada fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000 Tentang Sanksi atas
Nasabah mampu yang menunda–nunda pembiayaan dianggap sudah tepat. Hal
tersebut berdampak bagi pihak bank syariah yaitu pada peningkatan kewaspadaan
dalam mengelola pembiayaan murabahah, dan bagi nasabah penerapan denda
pembiayaan murabahah berfungsi edukatif dan preventif serta berdampak pada
perilaku disiplin atau tertib dalam hal penyelesaian kewajiban pembiayaan
murabahah. Dalam ketentuan ini, sanksi berupa denda dapat diterapkan kepada
nasabah yang memiliki kemampuan membayar.
Dari Analisa fatwa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fatwa No.
17/DSN–MUI/IX/2000 secara tidak langsung membantu pihak bank untuk
melakukan screening pada nasabah–nasabah yang berpotensi melakukan
7

wanprestasi. Sehingga pihak bank syariah mampu menyediakan langkah–langkah


peventif terjadinya pembiayaan bermasalah. Artinya fatwa DSN-MUI sangat
berfungsi bukan hanya dalam mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam
kegiatan perekonomian di bank Syariah, tapi juga membantu pihak bank dalam
melakukan peningkatan kewaspadaan akan pelanggaran yang dilakukan oleh
nasabah.
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa No 17/DSN/MUI/IX/2000
Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda
Pembayaran sebagai salah satu bentuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dalam pembayaran denda.
2) Penerapan denda keterlambatan pembayaran angsuran di bank syariah
dengan mengacu pada fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000 Tentang Sanksi
atas Nasabah mampu yang menunda–nunda pembiayaan dianggap sudah
tepat. Hal tersebut berdampak bagi pihak bank syariah yaitu pada
peningkatan kewaspadaan dalam mengelola pembiayaan murabahah, dan
bagi nasabah penerapan denda pembiayaan murabahah berfungsi
edukatif dan preventif serta berdampak pada perilaku disiplin atau tertib
dalam hal penyelesaian kewajiban pembiayaan murabahah. Dalam
ketentuan ini, sanksi berupa denda dapat diterapkan kepada nasabah yang
memiliki kemampuan membayar.
B. Saran
Alhamdulillah segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk penyusun
bisa menulis makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan. Maka dari itu penyusun mengharap saran dan kritik untuk menuju pada
yang lebih baik. Penyusun menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik
memahami tentang fatwa-fatwa ekonomi syariah, khusus pada bahasan kali ini
tentang fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000 Tentang Sanksi atas Nasabah mampu
yang menunda–nunda pembiayaan.
Penyusun berharap dengan makalah ini agar pembaca lebih dalam dapat
memahami tentang fatwa ini secara lebih mendalam serta dijadikan sebagai bahan
ajar dan ilmu pengetahuan.
iii

DAFTAR PUSTAKA

Fatwa DSN-MUI No 17/DSN/MUI/IX/2000


Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Wali, 2013)
Materi Perkuliahan Metode Istinbath Hukum Islam HES IV B
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian Dan Kecerobohan, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997)

Anda mungkin juga menyukai