disusun
Muhammad Rifqi
1193020084
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Fatwa DSN MUI Mengenai Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang
Menunda-Nunda Pembayaran”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah serta untuk
menambah pengetahuan penyusun. Terima kasih penyusun sampaikan kepada Ibu
Hj. Diah Siti Sa’diah, M.Ag., selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Fatwa-
Fatwa Ekonomi Syariah.
Makalah ini tentunya masih banyak sekali terdapat kekurangan baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan. Oleh karena itu penyusun mohon kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih
baik ke depannya.
Demikianlah makalah ini penyusun buat, penyusun berharap semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia bisa dikatakan cukup
berkembang. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari semakin banyaknya
lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang menerapkan prinsip syariah.
Profesionalisme dalam pengelolaan lembaga keuangan syariah dipandang sangat
penting. Hal ini dikarenakan lembaga keuangan syariah dipercaya oleh masyarakat
luas (muslim dan non muslim) sebagai mitra dalam urusan bisnis dan jasa
keuangan.
Seiring dengan perkembangan ekonomi Syariah dan Lembaga keuangan
Syariah, maka tidak dapat dihindari terjadinya masalah-masalah dalam transaksi
tersebut. Salah satunya adalah masalah keterlambatan pembayaran oleh nasabah
kepada bank Syariah, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Ini tentunya akan
membuat pihak bank mengadakan sanksi atas hal tersebut dengan tujuan untuk
menghindari kejadian yang tidak dinginkan tersebut. Salah satu bentuk sanksinya
adalah denda.
Denda diterapkan serta merta pada nasabah yang memiliki tunggakan
angsuran, ataukah ada klausul lain dalam penerapannya. Dan tentunya dalam
pandangan Hukum Islam dibenarkan ataukah tidak. Makalah ini akan menganalisa
fatwa DSN-MUI No. 17/DSN/MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah mampu
yang menunda-nunda pembayaran.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan fatwa?
2) Apa dasar hukum dan rukun fatwa
3) Bagaimana isi fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000?
4) Bagaimana Analisa fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000?
C. Tujuan
1) Memaparkan definisi fatwa secara bahasa dan istilah
2) Memaparkan dasar hukum dan rukun-rukun fatwa
3) Mengetahui isi fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fatwa
2
Definisi fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
1) Jawaban berupa keputusan atau pendapat yang diberikan oleh mufti/ahli
tentang suatu masalah; dan
2) Nasihat orang alim; pelajaran baik; dan petuah.
Fatwa adalah penjelasan hukum syara’ dan beragam isu sebagai jawaban atas
P1F
pertanyaan dari penanya yang jelas maupun tidak jelas, baik personal maupun
komunal.3 Menurut Prof Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta,
yang berarti memberi penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan
penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum
mengetahuinya.4
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fatwa adalah hasil ijtihad
seorang mufti sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Jadi
fatwa lebih khusus dari pada fikih atau ijtihad secara umum. Karena boleh jadi
1
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian Dan Kecerobohan, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), hal. 5
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hal. 240.
3
Materi Perkuliahan Metode Istinbath Hukum Islam HES IV B
4
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: Raja Wali, 2013), hal. 374-375
4
fatwa yang dikeluarkan seorang mufti, sudah dirumuskan dalam fikih, hanya belum
dipahami oleh peminta fatwa.
B. Dasar Hukum Fatwa
QS. An-Nahl ayat 43:
َ َ َ َ ُ ِّ َ َ ُ َ َ
ۙـــلﻮا اهل اذلكر ان كنﺘُم ل تعل ُمﻮنفس
عن ابن عباس ان سعد بن عبا دة اسﺘﻔىت رسﻮل ااهلل صل اللهعليه وسلم فقا ل ان اىم
فقال رسﻮل ااهلل صل ااهلل عليه وسلم اقضه عنها,ما تت ويلها نذر لم نقضه
Artinya: “Dari ibnu abbas r.a. bahwa Sa’ad Bin ‘Ubadah r.a. Minta Fatwa
kepada Nabi SAW., yaitu dia mengatakan; sesungguhnya ibuku meninggal dunia
padahal beliau mempunyai kewajiban nadzar yang belum ditunaikanya? Lalu
Rasulullah SAW. Menjawab: “tunaikan nadzar itu atas nama ibumu”. (HR Abu
daud dan Nasai)
C. Rukun Fatwa
Rukun fatwa ada lima, yaitu:5
1) Mustafti fih (masalah)
2) Mustafti (penanya)
3) Istifta (bertanya)
4) Mufti (ulama),
5) Ifta (proses penggalian fatwa)
6) Fatwa (jawaban)
D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 17/DSN/MUI/IX/2000 Tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran
Untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan dalam pembayaran denda maka
Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa No 17/DSN/MUI/IX/2000 Tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran.
5
Materi Perkuliahan Metode Istinbath Hukum Islam HES IV B
5
6
Fatwa DSN-MUI No 17/DSN/MUI/IX/2000
6
dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah, dan Darami dari Abu
Hurairah):
ْ ِّ َ ْ ُ ْ َ
ِن ُظلممطل اﻟغ
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa No 17/DSN/MUI/IX/2000
Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda
Pembayaran sebagai salah satu bentuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dalam pembayaran denda.
2) Penerapan denda keterlambatan pembayaran angsuran di bank syariah
dengan mengacu pada fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000 Tentang Sanksi
atas Nasabah mampu yang menunda–nunda pembiayaan dianggap sudah
tepat. Hal tersebut berdampak bagi pihak bank syariah yaitu pada
peningkatan kewaspadaan dalam mengelola pembiayaan murabahah, dan
bagi nasabah penerapan denda pembiayaan murabahah berfungsi
edukatif dan preventif serta berdampak pada perilaku disiplin atau tertib
dalam hal penyelesaian kewajiban pembiayaan murabahah. Dalam
ketentuan ini, sanksi berupa denda dapat diterapkan kepada nasabah yang
memiliki kemampuan membayar.
B. Saran
Alhamdulillah segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT.
Atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk penyusun
bisa menulis makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan. Maka dari itu penyusun mengharap saran dan kritik untuk menuju pada
yang lebih baik. Penyusun menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik
memahami tentang fatwa-fatwa ekonomi syariah, khusus pada bahasan kali ini
tentang fatwa No. 17/DSN–MUI/IX/2000 Tentang Sanksi atas Nasabah mampu
yang menunda–nunda pembiayaan.
Penyusun berharap dengan makalah ini agar pembaca lebih dalam dapat
memahami tentang fatwa ini secara lebih mendalam serta dijadikan sebagai bahan
ajar dan ilmu pengetahuan.
iii
DAFTAR PUSTAKA