Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

FIQIH ZAKAT KASMIDIN, Lc, M.Ag

DHAWABITH FIQH DAN NAZHARIYAH FIQH

DISUSUN OLEH:

Abdullah Syani Alamsyah 12120710288


Intan Nuraini 12120721954
Siti Azhara 12120721939

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas

makalah mengenai “Dhawabaith Fiqh dan Nazhariyah Fiqh”. Kami juga berterima

kasih kepada Dosen mata kuliah Pancasila Bapak KASMIDIN, Lc,M.Ag yang telah

memberikan tugas makalah ini kepada kami . Sehingga kami dapat ilmu yang lebih

dari penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami

berharap adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan

datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga tugas yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-

kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 26 September 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................. 2

2.1 Pengertian Dhawabith Fiqh ............................................................ 2

2.2 Pengertian Nazhariyah Fiqh ............................................................ 5

BAB III : PENUTUP......................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 8

3.2 Saran ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara terminologi dhawabith fiqhiyyah yaitu; Qadhiyyah kullyyah


(proposisi universal) atau ashl kullyyah (dasar universal) atau mabda kully
(prinsip universal) yang menghimpun furu' dari satu bab (satu tema).

Nazhariyah merupakan sinonim dengan qawa'id fiqhiyah, yang termasuk


dalam golongan ini adalah Syekh Muhammad Abu Zahra sebagaimana yang di
jelaskan dalam ushul figh. Atau Nadhariyah fiqhiyah juga bisa didefinisikan
dengan "Maudhu-maudhu fiqih atau maudhu yang memuat masalah-masalah
fiqhiyah atau qadhiyah fiqhiyah. Hakikatnya adalah rukun, syarat, dan hukum
yang menghubungkan fiqh, yang menghimpun satu maudhu' yang bisa
digunakan sebagai hukum untuk semua unsur yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Dhawabaith Fiqh?
2. Apa itu Nazhariyah Fiqh ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Dhawabaith Fiqh
2. Untuk mengetahui apa itu Nazhariyah Fiqh

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dhawabith Fiqh

Dawabith Fiqhiyah jamak dari kata dhabith. Al-dhabith diambil dari kata
dasar Adl-dlabith yang maknanya menurut bahasa berkisar pada:

‫والشدة والقوة والحزم الحفظ‬

Pemeliharaan, ikatan, kekuatan, dan penguatan.

Sedangkan pengertian dhawabith fiqhiyah menurut istilah, sebagian


ulama memberikan definisi-definisi yang berdekatan dan saling melengkapi
serta menyempurnakan. Kaidah-kaidah itu adalah:

1. Dhawabith fiqhiyah adalah semua yang terbatas juz'iyatnya


(bagiannya) pada suatu urusan tertentu.
2. Dhawahith fiqhiyah adalah apa yang tersusun sebagai bentuk-bentuk
masalah yang serupa dalam satu tema, tanpa melihat kepada makna
yang menyeluruh yang terkait.
3. Dhawabith fiqhiyah adalah apa yang dikhususkan dari qawa'id
fiqhiyah pada bab tertentu.
4. Dhawabith fiqhiyah adalah preposisi universal a alau dasar
universal, atau prinsip universal yang menghimpun furu' dari satu
bab (satu tema).

Dari kaidah-kaidah yang telah disebutkan, dapat di simpulkan, bahwa


dhawabith fiqhiyah adalah setiap juz'iyyat fiqhiyah yang terdapat dalam satu
bab fikih, atau prinsip fikih yang universal, yang juziyat-nya (bagian-
bagiannya) terdapat dalam satu bab fikih.

Dhabith al-fiqiyah memiliki ruang lingkup dan cakupan lebih sempit


dari pada al-qawa'id al-fiqiyah, dhabith ini ruang lingkupnya hanya berlaku
dibidang fiqih jinayah, dan hanya berlaku bagi anak-anak yang belum

2
dewasa, maksudnya apabila anak yang belum dewasa melakukan kejahatan
dengan sengaja, maka hukumanya tidak sama dengan hukuman yang
diancam kepada orang dewasa. kalau diberikan hukuman maka
hukumannya hanya bersifat pendidikan. Sebab kejahatan yang dia lakukan
dengan sengaja, harus dianggap suatu kesalahan oleh hakim bukan suatu
kesengajaan.

Qawaid fiqhiyah dan dhawabith fiqhiyah memiliki kesamaan dan


perbedaan. Perbedaannya hanya terletak pada ruang lingkupnya. Qawaid
fiqhiyah ruang lingkupnya tidak terbatas pada satu masalah fikih, sedangkan
dhawabith fiqhiyah terbatas pada satu masalah fikih. Perbedaan ini telah
disyariatkan oleh al- Maqqary al-Maliky, ia menyatakan bahwa qawa id
fiqhiyah lebih umum dari dhawabith fiqhiyah.

Menurut Abdurrahman bin Jadilah al-Bannany (w.1198 H), kaidah tidak


khusus untuk satu bab (masalah) fikih saja, berbeda halnya dengan diabith.
Tajuddin al-Subky (w, 771 H) menjelaskan perbedaan antara qawa'id
fiqhiyah dan dhawahith fiqhiyah ia menyatakan bahwa diantara kaidah ada
yang tidak khusus untuk satu bab (masalah) seperti kaidah:

‫اليقين ال يزال بالشك‬

"keyakinan tidak dapat hilang oleh keraguan"

Tetapi, ada juga yang khusus untuk satu bab (masalah) seperti kaidah;

‫ما جازت اجارته جازت اعارته‬

"sesuatu yang boleh disewakan, boleh dipinjamkan"

Kaidah yang khusus untuk satu bab (masalah) dan tujuannya


menghimpun bentuk-bentuk yang serupa disebut dlabith. Menurut Ibnu
Nujaim (w. 970), asal (kaidah) menetapkan bahwa perbedaan antara kaidah
dengan dhabith yaitu kalau kaidah menghimpun masalah-masalah cabang
(furu') dari berbagai bab (masalah) yang berbeda-beda, sedangkan dhabith
hanya menyimpun masalah-masalah cabang (furu") dari satu bah (masalah).

3
Kaidah dan dhabith fiqih keduanya sama-sama merupakan rumusan
hukum yang di dalamnya mencakup banyak masalah. Perbedaan keduanya
terletak pada cakupannya; kalau kaidah mencakup permasalahan dari
banyak bab sedangkan dhabith hanya mencakup permasalahan dari satu bab
fiqih saja. Ulama mutaqaddimin misalnya al-Subky (w. 771 H) dalam
kitabnya al-Asybah wa al- Nadhair sering menggunakan kata al-Qawaid al-
Khashshah (kaidah-kaidah khusus) untuk menunjukkan makna al-
Dhawabith al-Fiqhiyyah. Istilah al-Dhabith baru banyak digunakan oleh
ulama mutaakhkhirin dan para akademisi (lihat misalnya Ali an-Nadwiy
dalam bukunya al-Qawaid al-Fiqhiyyah).

Penelitian ini adalah library research (studi kepustakaan). Datanya


dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks (text reading) dan selanjutnya
dianalisis dengan deskriptif analytic yang betujuan untuk mengetahui fokus
penelitian dengan cermat dan benar.

Hasil penelitian menyimpulkan : ada 30 (tiga puluh) dhabith fiqih di


dalam kitab Al-Umm. Tujuh dhabith berkaitan dengan masalah thaharah
(bersuci), tiga dhabith tentang berbagai permasalahan dalam shalat, dua
dhabith tentang masalah zakat, dua dhabith tentang haji, dua dhabith tentang
makanan, dua dhabith tentang transaksi jual beli, tiga dhabith berkaitan
dengan rahn (gadai), satu dhabith tentang washiat, empat dhabith mengikat
berbagai permasalahan nikah, satu dhabith tentang had (hukuman), dan dua
dhabith berkaitan dengan masalah ikrar (pengakuan).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa qawa'id fiqhiyah lebih


umum dari dhawabih fiqhiyah, karena qawa'id fiqhiyah tidak terbatas pada
masalah dalam satu bab fikih, tetapi kesemua masalah yang terdapat pada
semua bab fikih. Sedang dhawabith fiqhiyah ruang lingkupnya terbatas pada
satu masalah dalam satu bab fikih. Karena itu qaidah fiqhiyah disebut
qa'idah ammah, atau kulliyah dan dhabith fiqh disebut qa'idah khashshah.

4
Contoh:

Kaidah

‫المشقة تجلب التيسير‬

“ Kesulitan itu menimbulkan adanya kemudahan"

Kaidah tersebut dinamakan qa'idah fiqhiyah, bukan dhawabith fiqhiyah,


karena kaidah ini masuk pada semua bab fikih, dalam masalah ibadah,
muamalah dan yang lainnya.

Sedangkan kaidah

‫ما جازت اجارته جاز تا عارته‬

“Apa yang boleh memyewakannya maka boleh pula meminjamkannya"

Kaidah tersebut dinamakan dhawabith fiqhiyyah, karena hanya terbatas


pada rukun transaksi (muamalah) dan dalam bab pinjaman atau pinjam
meminjam.

2.2 Nazhariyah Fiqh

Adapun pengertian nazhariyah fiqhiyah yaitu berasal dari nazhir yang


berarti mengangan-angan sesuatu dengan mata (ta'mulus syai' bi al ain).
sedangkan nazhari adalah hasil dari apa yang diangan-angankan tersebut,
seperti halnya mengangan-angankannya akal yang mengatakan bahwa alam
adalah sesuatu yang baru. Akan tetapi sebagian ulama fuqaha kontemporer
mengatakan: bahwa nazhariyah sinonim dengan qawa'id fiqhiyah, yang
termasuk dalam golongan ini adalah Syekh Muhammad Abu Zahra
sebagaimana yang di jelaskan dalam ushul figh. Atau Nadhariyah fiqhiyah
juga bisa didefinisikan dengan "Maudhu-maudhu fiqih atau maudhu yang
memuat masalah-masalah fiqhiyah atau qadhiyah fiqhiyah. Hakikatnya
adalah rukun, syarat, dan hukum yang menghubungkan fiqh, yang
menghimpun satu maudhu' yang bisa digunakan sebagai hukum untuk

5
semua unsur yang ada. Seperti: Nadhariyah milkiyah, nadhariyah aqad,
nadhariyah itsbat dan yang lainnya sebagai bentuk aplikasi dari contoh
nadhariyah itsbat (penetapan) dalam an-fiqih al-jina' al-islami (pidana
Islam) ini terdiri dari beberapa unsur, yaitu: hakikat itsbat (penetapan),
syahadah (saksi), syarat-syarat saksi, mekanisme saksi, pembelaan,
tanggung jawab saksi, ikrar, qarinah, khibrah (keahlian), ma'lumat qadi
(informasi, data, fakta qadhi). kitabah, dan lain-lain.

Kesimpulan dari pengertian tentang "Nadhariyah amah" bahwa


Nadhariyah amah bukanlah Qaidah kulliyah dalam term fiqh islam. Karena
qaidah ini layaknya dhawabith terhadap nadhariyat. Atau dia bagaikan
Qaidah khusus terhadap Qawaidh amah al kubara". Kalau qaidah seperti gal
‫والمعاني‬

Perbedaan yang mendasar antara keduanya (Qaidah fiqhiyah dan


Nadhariyah fiqhiyah) adalah:

1. Qaidah fiqhiyah

Mengandung hukum fiqh di dalamnya, seperti quidah "


"qaidah ini mengandung hukum fiqih di setiap masalah yang
berkaitan dengan maslah "yakin" dan "syak" dan ini berbeda dengan
Nadhariyah fiqhiyah: dia tidak mengandung memuat hukum fiqih di
dalamnya, seperti nadhariyat milk, fasakh, buthlan.

2. Qaidah fiqhiyah

Tidak mengandung rukun dan syarat, lain halnya dengan


nadhariyah fiqhiyah yang pasti lekat dengan rukun dan syarat.

Adapun perbedaan yang mendasar antara Qa'idah Fiqhiyah dan


Nadhariyah fiqhiyah adalah:

1. Cakupan kaidah fiqh sangat luas, sedangkan nazhariyah fiqhiyah


hanya mencakup bab fiqh tertentu, dari segi ini, nazhariyah sama
dengan dlawabith fiqhiyah

6
2. Secara redaksional, kaidah fiqh sangat singkat dan maknanya lebih
umum dibandingkan dengan nazhariyah fiqhiyah.
3. Setiap kaidah fiqhiyah mencakup nazhariyat fiqhiyah dan tidak
sebaliknya
4. Pembahasan nazhariyat fiqh tidak memerlukan pemikiran lebih
lanjut. Sedangkan kaidah fiqh memerlukan pembahasan yang lebih
detail.
5. Kaidah fiqh tidak mencakup rukun, syarat, dan hukum. Sedangkan
nazhariyat fiqhiyah tidak menetapkan hukum.
6. Kaidah fiqh menetapkan hukum dengan sendirinya, sedangkan
nazhariyah fiqhiyah tidak menetapkan hukum.
7. Nazhariyah fiqhiyah merupakan pengembangan dari kaidah.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dawabith Fiqhiyah jamak dari kata dhabith. Al-dhabith diambil dari kata
dasar Adl-dlabith yang maknanya menurut bahasa berkisar pada:

‫والشدة والقوة والحزم الحفظ‬

Pemeliharaan, ikatan, kekuatan, dan penguatan. Dapat di simpulkan,


bahwa dhawabith fiqhiyah adalah setiap juz'iyyat fiqhiyah yang terdapat
dalam satu bab fikih, atau prinsip fikih yang universal, yang juziyat-nya
(bagian-bagiannya) terdapat dalam satu bab fikih.

Qawa'id fiqhiyah lebih umum dari dhawabih fiqhiyah, karena qawa'id


fiqhiyah tidak terbatas pada masalah dalam satu bab fikih, tetapi kesemua
masalah yang terdapat pada semua bab fikih. Sedang dhawabith fiqhiyah
ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam satu bab fikih. Karena
itu qaidah fiqhiyah disebut qa'idah "ammah, atau kulliyah dan dhabith fiqh
disebut qa'idah khashshah.

3.2 Saran

Makalah dengan tema penegakan demokrasi ini dikembankan dengan


Teknik literature melalui beberapa jurnal. Saya masih merasa jika makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca agar maklah saya kedepannya lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Faturrahman. Qawaid Fiqhiyah Muamalah. 2015, Cell, LPKU


Banjarmasin

https://bacaanmadani.com/2019/03/pengertian-dan-perbedaan-qawaid-
fiqhiyah.html?m=1

http://aminah5211.blogspot.com/2016/03/makalah-pengertian-qawaid-
liqhiyahdan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai