Anda di halaman 1dari 163

TINJAUAN MAQASHID SYARI’AH TERHADAP AKAD

MUDHARABAH DALAM TRANSAKASI PENGGARAPAN


LAHAN

(Studi Kasus Program Pemberdayaan Pada Yayasan Spirit


Membangun Ukhuwah Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger, Lebak,
Banten)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan

Program Strata Satu (S1) Hukum Ekonomi Syari’ah

Oleh : MUHAMMAD THORIQ SAHALA ASYSYUFI

NIM : 18.01.0109

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL-QUDWAH DEPOK

2022

i
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Thoriq Sahala Asysyufi
NIM : 18.01.0109
Jurusan/Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Tinjauan Maqashid Syari’ah Terhadap Akad Mudharabah
Dalam Transakasi Penggarapan Lahan (Studi Kasus Program Pemberdayaan Pada
Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger,
Lebak, Banten)

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini merupakan karya asli sayadan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Al-Qudwah Depok maupun Perguruan Tinggi lain.
2. Skripsi ini belum pernah dipublikasikan kecuali secara tertulis dengan
jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa penyabutan gelar yang telah diperoleh,
serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi
Agama Islam Al-Qudwah.

Depok, 16 Juni 2022

Muhammad Thoriq Sahala


NIM : 18.01.0109

iii
MOTTO

،‫ وخدمة العلم‬،‫ وضيق العيش‬،‫ ولكن من طلبه بذلة النفس‬،‫أيطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح‬

‫وتواضع النفس أفلح‬

"Tidaklah seorang menuntut ilmu dalam kekayaan dan jiwa yang tinggi

kemudian berhasil, tetapi siapa yang menuntut ilmu dengan jiwa yang merasa

kurang, susah dalam penghidupan, mengabdi pada ilmu dan jiwa yang penuh

tawadhu maka dia yang akan berhasil."

(Imam Syafi’i)

)٣٣( َ‫صالِحًا َوقَا َل ِإنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬


َ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّمن َدعَا ِإلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru

kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk

orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

(Q.S. Al Fushilat : 33)

iv
ABSTRAK

Muhammad Thoriq Sahala Asysyufi, 18.01.0109. Tinjauan Maqashid Syari’ah


Terhadap Akad Mudharabah Dalam Transakasi Penggarapan Lahan (Studi
Kasus Program Pemberdayaan Pada Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah
Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger, Lebak, Banten). Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah Depok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai-nilai yang terkandung


dalam maqashid syari’ah bisa tercapai melalui akad mudharabah penggarapan
lahan.Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami
sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang pada
masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger. Data yang didapat dari
penelitian melalui proses dokumentasi dan wawancara dengan pengurus
YASMUI, warga pengelola lahan, alim ulama dan tokoh masyarakat.

Hasil dari penelitian ini menunujukan bahwa praktik mudharabah dalam


transaksi penggarapan lahan yang ada di Lembah Barokah Ciboleger memberikan
beberapa kemaslahatan untuk masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger
baik dari segi ekonomi, sosial maupun agama.

Kesimpulan dalam skripsi ini yaitu warga Lembah Barokah Ciboleger harus
melalui beberapa prosedur yang telah ditentukan oleh yayasan sebelum
menggarap lahan. Tinjauan Maqashid Syariah terhadap akad mudharabah yaitu
adalah sesuai dengan ketentuan hukum muamalahnya dan masyarakat
mendapatkan maslahat dari praktik mudharabah ini baik itu yang bersifat
dharuriyat (kebutuhan premier), hajiyat (kebutuhan sekunder), maupun tahsiniyat
(kebutuhan tersier).

Kata kunci : Mudharabah, Tinjauan Maqashid Syariah

v
ABSTRACT

Muhammad Thoriq Sahala Asysyufi, 18.01.0109. Review of Maqashid Syari'ah


Against Mudharabah Contracts in Land Cultivation Transactions (Case Study of
Empowerment Program at Spirit Foundation Building Ukhuwah Islamiyah,
Lembah Barokah Ciboleger, Lebak, Banten). Sharia Economic Law Study
Program. Al-Qudwah Islamic High School Depok.

This study aims to determine whether the values contained in maqashid


shari'ah can be achieved through a mudharabah contract for land cultivation.
Using descriptive qualitative research methods. Qualitative research that uses
open interviews to examine and understand the attitudes, views, feelings, and
behaviors of individuals or groups of people in the village community of Lembah
Barokah Ciboleger. The data obtained from the research through the
documentation process and interviews with YASMUI administrators, residents of
land managers, religious scholars and community leaders.

The results of this study indicate that the practice of mudharabah in land
cultivation transactions in the Lembah Barokah Ciboleger provides several
benefits for the people of the Lembah Barokah Ciboleger village both in terms of
economy, social and religion.

The conclusion in this thesis is that the residents of Lembah Barokah


Ciboleger must go through several procedures that have been determined by the
foundation before cultivating the land. Maqashid Syariah's review of the
mudharabah contract is that it is in accordance with the provisions of the
muamalah law and the community gets benefits from this mudharabah practice,
whether it is dharuriyat (primary needs), hajiyat (secondary needs), and
tahsiniyat (tertiary needs).

Keywords : Mudharabah, Review of Maqashid Syariah

vi
KATA PENGANTAR

bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua . shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu melaksanakan ajaranya.

Proposal skripsi yang berjudul “Tinjauan Maqashid Syari’ah Terhadap


Akad Mudharabah Dalam Transakasi Penggarapan Lahan (Studi Kasus Program
Pemberdayaan Pada Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah, Lembah
Barokah Ciboleger, Lebak, Banten). ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi
persyaratan pembuatan skripsi program studi strata satu (S1) Fakultas Syari’ah
Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah
Depok. Dalam penulisan proposal skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan
kelemahanya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan saran
dalam rangka penyempurnaanya.

Alhamdulillah, proposal skripsi ini dapat diselesaikan penulis berkat


bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
turut membantu, antara lain :

1. Dr. Nurhadi, MM. M.Pd. selaku ketua STAI Al-Qudwah Depok


2. Sigit Suhandoyo, S.E.I, M.Kom.I selaku kaprodi Hukum Ekonomi
Syariah STAI Al-Qudwah Depok
3. Kusnan Imron, SE.I, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyusun
skripsi ini.
4. dr. Arius Karman, MARS. selaku ketua umum YASMUI Lembah
Barokah Ciboleger

vii
5. Dosen dan staf STAI Al-Qudwah Depok
6. Pengurus YASMUI Lembah Barokah Ciboleger
7. Umi, Abi tercinta, saudara, keluarga, dan masyarakat Lembah Barokah
Ciboleger yang telah membantu saya selama ini

Semoga bantuan jasa yang telah diberikan kepada penulis, Allah catat
sebagai amal ibadah yang akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
Amin ya robbal ‘alamin.

Depok, 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................iii

MOTTO................................................................................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1

B. Fokus Penelitian ..............................................................................................7

C. Pertanyaan Penelitian........................................................................................8

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................8

BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR ................................10

A. Kajian Teori ....................................................................................................10

1. Teori Maqashid Syari’ah...................................................................................10

2. Fiqih Muamalat.................................................................................................30

3. Akad Mudharabah.............................................................................................36

B. Penelitian yang Relevan...................................................................................51

C. Kerangka Berpikir............................................................................................53

ix
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................55

A. Tujuan Penelitian ............................................................................................55

B. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................................55

C. Metode Penelitian ...........................................................................................57

D. Sumber Data ...................................................................................................58

E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................59

F. Teknik Analisa Data ........................................................................................62

G. Pemeriksaan Keabsahan Data..........................................................................64

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................66

A. Temuan Penelitian............................................................................................66
B. Pembahasan Penelitian.....................................................................................82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................96

A. Kesimpulan.......................................................................................................96
B. Saran.................................................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................100

LAMPIRAN.........................................................................................................103

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian...............................................................103

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian.............................................................104

Lampiran 3 Pedoman Wawancara.......................................................................105

Lampiran 4 Hasil Wawancara..............................................................................106

Lampiran 5 Deskripsi Tempat penelitian.............................................................130

Lampiran 6 Profil Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah..................132

Lampiran 7 Foto Penelitian..................................................................................146

Lampiran 8 Biodata Penulis.................................................................................153

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang rahmatan lil ‘alamin, artinya Islam adalah

agama yang membawa rahmat untuk semua umat. Dikatakan demikian karena

Islam datang membawa ketenangan, kedamaian, keamanan, dan perlindungan

kepada umat manusia. Selain itu Islam juga agama yang bersifat universal dan

menyeluruh, agama yang di dalamnya mencakup semua sisi kehidupan di dunia

dan berlaku pada setiap zaman. Di dalam agama Islam tidak ada satupun masalah

yang tidak dijelaskan secara mendalam baik itu mengenai tentang perekonomian,

kehidupan sosial, kehidupan individual, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.

Semua telah diatur dengan baik dalam Islam.

Agama Islam sendiri dalam menetapkan semua hukum yang ada, baik

berupa perintah maupun larangan pastinya ada nilai atau tujuan yang ingin

dicapai untuk kemaslahatan umat manusia, atau yang biasa disebut dengan

Maqashid syari’ah. Maqashid syari’ah dirumuskan sebagai tujuan syari’ah dan

merupakan ilmu yang terlahir dari kajian ushul fiqh untuk melakukan istinbathul

ahkam atau menyimpulkan hukum. Konsep Maqashid syari’ah tersebut bertujuan

untuk mewujudkan kemaslahatan sebagai unsur utama tujuan hukum. Keberadaan

Maqashid Syari’ah merupakan sebuah metode ikhtiar pengembangan nilai-nilai

yang ada dalam syari’ah dalam memberikan alternatif pemecahan berbagai

permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan umat. Oleh karenanya konsep ini

1
2

merupakan hal penting untuk menjadi alat analisis menyimpulkan sebuah hukum

dengan melihat realitas sosial masyarakat yang terus berkembang.

Para ulama telah menulis tentang maksud-maksud syara’,

beberapa maslahah dan sebab-sebab yang menjadi dasar syariah telah

menentukan bahwa maksud-maksud tersebut dibagi dalam dua golongan

sebagai berikut:

a.) Golongan Ibadah, yaitu membahas masalah-masalah Ta’abbud yang

berhubungan langsung antara manusia dan khaliqnya, yang satu persatu

nya telah dijelaskan oleh syara’.

b.) Golongan Muamalat Dunyawiyah, yaitu kembali pada maslahah-maslahah

dunia, atau seperti yang ditegaskan oleh Al Izz Ibnu Abdis Salam sebagai

berikut:

“Segala macam hukum yang membebani kita semuanya, kembali kepada

maslahah di dalam dunia kita, ataupun dalam akhirat. Allah tidak

memerlukan ibadah kita itu. Tidak memberi manfaat kepada Allah taatnya

orang yang taat, sebagaimana tidak memberi mudarat kepada Allah

maksiatnya orang yang durhaka”.1

Pengembangan usaha mikro memiliki hubungan yang sangat erat dengan

upaya pemberdayaan masyarakat miskin yang merupakan pelaku utama usaha

tersebut. Secara konseptual pemberdayaan tersebut merupakan upaya untuk


1
Khairun Nisa, Maqashid Al-Syari’ah Perspektif Nuruddin AlKhadimi, (Universitas Islam
Indonesia), hlm. 18
3

meningkatkan harkat dan martabat seluruh masyarakat yang berada dalam kondisi

sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Partisipasi dari seluruh elemen suatu negara sangat diperlukan,

baik itu dari pemerintah atau lembaga-lembaga non pemerintah yang berfokus

terhadap pemberdayaan sosial maupun masyarakat itu sendiri. Misalnya,

pemerintah dengan kebijakan yang mendukung perkembangan usaha mikro kecil,

masyarakat yang menggunakan barang atau jasa hasil usaha mikro kecil dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, dunia usaha yang bisa berjalan lancar sehingga

tidak terjadi kecurangan yang berakibat terpuruknya usaha mikro kecil serta

lembaga keuangan maupun lembaga sosial baik itu milik pemerintah ataupun non

pemerintah yang dapat mendukung dan membantu mengatasi permasalahan

permodalan yang merupakan permasalahan umum dihadapi oleh mereka.

Keterbatasan modal baik itu modal investasi awal, modal kerja atau produksi, dan

modal operasional akan menyebabkan ruang gerak usaha mikro kecil semakin

sempit, misalnya mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena

tidak adanya kemampuan untuk pengadaan biaya operasional guna melanjutkan

usaha. Bila hal tersebut tidak bisa teratasi dengan baik, maka dapat disimpulkan

bahwa usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan akan kembali sulit

diupayakan.

Dalam usaha masyarakat memajukan kegiatan perekonomian daerah, tentu

mereka harus bisa memanfaatkan kelebihan atau potensi yang dimiliki dari suatu

daerah tersebut, mulai dari kondisi sosial maupun geografis, seperti halnya

masyarakat daerah pegunungan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai


4

petani atau segala pekerjaan yang berkaitan dengan cocok tanam, oleh karena

kondisi yang ada tersebut, maka akan banyak terjadi praktik muamalat salah

satunya adalah akad mudharabah dalam menggarap lahan atau kebun, dikarenakan

sebagian masyarakat tidak memiliki luas lahan yang cukup yang bisa mereka

gunakan untuk bercocok tanam. Praktik muamalat seperti ini sangat dibutuhkan

oleh masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki keterbatasan baik secara

finansial maupun unsur lain yang sangat dibutuhkan dalam menunjang kegiatan

perekonomian mereka.

Salah satu bentuk muamalat yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam

memudahkan transaksi kegiatan ekonomi mereka adalah akad mudharabah,

karena dengan adanya akad tersebut masyarakat yang tadinya memiliki

keterbatasan dalam kepemilikan lahan atau kebun yang dapat mereka gunakan

bisa teratasi, dan tentunya akad mudharabah yang mereka praktikkan harus sudah

sesuai dengan tuntunan syari’at agar tujuan dari pada akad mudharabah bisa

tercapai sepenuhnya.

Ada dan disyari’atkannya praktik muamalat khususnya akad mudharabah

dalam Islam dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang memiliki kemampuan

untuk memanfaatkan lahan namun tidak mempunyai hak kepemilikan agar bisa

memanfaatkan dan mengelola lahan begitu juga sebaliknya ada masyarakat yang

mempunyai hak kepemilikan atas lahan yang cukup namun tidak memilki

kemampuan dalam mengelolanya, sebagai bentuk usaha mereka dalam

meningkatkan kesejahteraan, maka dari itu sangat penting bagi masyarakat untuk
5

memerhatikan akad yang mereka lakukan dengan dengan ketentuan syari’at yang

ada untuk mencapai tujuan yang ada dalam akad mudharabah tersebut.

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dan yang disabdakan

oleh Rasulullah SAW secara umum, landasan dasar mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Sebagaimana yang terdapat pada

ayat-ayat dan hadist berikut:

1. Al-Qur’an

a. Surat Al-Muzammil ayat 20

... ِ ‫ض يَ ْبتَ ُغونَ ِم ْن فَضْ ِل هَّللا‬


ِ ْ‫َوآخَ رُونَ يَضْ ِربُونَ فِي األر‬

Artinya: ...dan yang lainnya ada orang-orang yang berusaha dimuka bumi mencari

karunia Allah.... (QS. Al-Muzammil: 20)

b. Surat Al-Jumu’ah ayat 10

َ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َواذُْآرُوا هَّللا َ َآثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
ِ ْ‫ت الصَّالةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي األر‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬

Artinya: Maka apabila telah ditunaikan salat, maka hendaklah kamu bertebaran

dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya

supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah: 10)

c. Surat AL-Baqarah ayat 198

ُ‫ت فَاذُْآرُوا هَّللا َ ِع ْن َد ْال َم ْش َع ِر ْال َح َر ِام َواذُْآرُوه‬


ٍ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح َأ ْن تَ ْبتَ ُغوا فَضْ ال ِم ْن َربِّ ُك ْم فَِإ َذا َأفَضْ تُ ْم ِم ْن َع َرفَا‬
َ ‫لَي‬

َ‫َآ َما هَدَاُآ ْم َوِإ ْن ُآ ْنتُ ْم ِم ْن قَ ْبلِ ِه لَ ِمنَ الضَّالِّين‬

Artinya: Tidaklah dosa bagi kamu untuk mencari karunia dari Tuhanmu.Maka
apabila kamu berangkat dari Arafah (selesai wuquf), maka berzikirlah kamu
6

kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan ingatlah Allah sebagaimana Dia telah
menunjuki kamu meskipun kamu sebelum itu sungguh termasuk orang-orang
yang sesat. (QS. Al-Baqarah: 198)

2. Hadist Nabi

ِ َ‫ت ْالبَ َّزا ُر َح َّدثَنَا نَصْ ُربْنُ ْالق‬


‫اس ِم ع َْن َع ْب ِدالرَّحْ َم ِن ب ِْن دَا ُو َد ع َْن‬ ٍ ِ‫َح َّدثَنَا ْال َح َسنُ بْنُ َعلِ ِّى ْال َخالَّ ُل َح َّدثَنَا بِ ْش ُرب ِْن ثَاب‬

َ‫ضةُ َواَ ْخالَط‬ َ َ‫ث فِ ْي ِه َّن ْالبَ َرَآةُ ْالبَ ْي ُع اِلَى اَ َج ٍل َو ْال ُمق‬
َ ‫ار‬ ٌ َ‫ ثَال‬.‫م‬.‫ قَا َل َرسُوْ ل اهللا ص‬:‫ب ع َْن َأبِ ْي ِه قَا َل‬
ٍ ‫صهَ ْي‬
ُ ‫ح ْب ِن‬
ِ ِ‫صال‬
َ

‫ ابن ماجه‬ ‫ت الَ لِ ْلبَي ِْع ) رواه‬


ِ ‫ْالبُ ِّر بِال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Khalal, terlah
menceritakan kepada kami Yasir bin Tsabit Al-Bazar, telah menceritakan kepada
kami Nashr bin Qosim dari Abdurrahman bin Daud dari Sholih bin Shuhaib R.A
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: tiga hal yang di dalam terdapat
keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudhrabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu
Majah)2
Dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10 dan surat Al-Baqarah ayat 198 ini sama-

sama mengandung sebuah dorongan atau motivasi bagi kaum muslimin untuk

melakukan upaya perjalanan usaha guna mencari karunia Allah SWT. Salah satu

bentuk usaha tersebut adalah dengan melakukan kerja sama dalam kontrak

mudharabah, sebagai mana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dengan

Khadijah, dengan modal dari Khadijah. Beliau pergi ke Syam dengan membawa

modal tersebut untuk diperdagangkan. Yang kemudian perniagaan tersebut

mendapatkan keuntungan yang banyak dan beliau pun mendapat bagian dari

keuntungan itu.

Tujuan dari pada agama Islam mensyari’atkan dan membolehkan untuk

seorang individu memberikan keringanan kepada individu lain melalui praktik

muamalat yang ada, dikarenakan terkadang sebagian orang memiliki harta, tetapi
2
Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, Juz II, hlm. 768
7

tidak berkemampuan mengelolanya dengan maksimal. Dan di sisi yang lain

terkadang ada juga orang yang tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai

kemampuan mengelolanya dengan maksimal. Karena itu, syari’at

memperbolehkan muamalat ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil

manfaatnya.

Idealnya praktik muamalat dalam kegiatan perekonomian masyarakat

khususnya pada akad mudharabah akan berbanding lurus dengan meningkatnya

kemaslahatan yang ada pada masyarakat, jadi dapat dikatakan bahwa semakin

baik dan benarnya kegiatan muamalat khususnya akad mudharabah yang terjadi

antara yayasan dan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger akan berbanding lurus

dengan peningkatan kemaslahatan yang ada pada masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger. Realita yang ada perkembangan kemaslahatan dan kesejahteraan

masyarakat Lembah Barokah tidak mengalami peningkatan yang signifikan yang

bisa dirasakan oleh pihak yayasan maupun masyarakat selama 4 tahun, maka

dapat diangkat tema penelitian yang berjudul ”Tinjauan Maqashid Syari’ah

Terhadap Akad Mudharabah Dalam Transakasi Penggarapan Lahan (Studi

Kasus Program Pemberdayaan Pada Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah

Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger, Lebak, Banten)”.

B. Fokus Penelitian

Sehubungan dengan masalah diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi

beberapa masalah yang berhubungan dengan analasis maqashid syari’ah dalam

akad mudharabah penggarapan lahan , antara lain :


8

a. Tinjauan maqashid syari’ah terhadap akad mudharabah

b. Praktik akad mudharabah

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalahnya

adalah :

1. Bagaimana implementasi akad mudharabah yang ada di Lembah Barokah

Ciboleger?

2. Faktor apa saja yang mendukung tercapainya kemaslahatan masyarakat ditinjau

dari maqashid syariah dalam akad mudharabah yang terjadi di Lembah

Barokah Ciboleger?

3. Faktor apa saja yang menghambat tercapainya kemaslahatan masyarakat

ditinjau dari maqashid syariah dalam akad mudharabah yang terjadi di Lembah

Barokah Ciboleger?

4. Strategi apa saja yang sudah dilakukan oleh yayasan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger melalui akad

mudharabah?

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara teoritis


9

Untuk menambah wawasan tentang praktik mudharabah khususnya masyarakat

Lembah Barokah Ciboleger.

2. Kegunaan secara praktis

a. Bagi peneliti

1. Peneliti bisa mempraktikan teori muamalat dengan benar

2. Merupakan suatu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syari’ah STAI Al-Qudwah.

b. Bagi yayasan

1. Yayasan bisa menerapkan teori muamalat dengan masyarakat secara baik dan

benar

c. Bagi masyarakat

1. Masyarakat bisa mempraktikan muamalat yang baik dan benar agar

2. Masyarakat mendapat kemaslahatan secara penuh dari muamalat maupun kerja

sama dengan pihak yayasan


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Teori Maqashid Syari’ah

a. Definisi Maqashid Syari’ah

Pembicaraan mengenai maqashid syari'ah dalam Islam merupakan suatu

pembahasan krusial pada aturan Islam yang tidak pernah luput dari pada perhatian

ulama. Sebagian ulama menempatkannya pada bahasan ushul fiqh, dan ulama lain

membahasnya menjadi materi tersendiri dan diperluas pada filsafat hukum Islam.

Bila diteliti seluruh perintah dan embargo atau larangan Allah pada Al-Qur'an,

begitu pula yang ada pada sunnah Nabi Muhammad SAW yang terumuskan pada

fiqh, akan terlihat bahwa semuanya memiliki tujuan eksklusif dan tidak terdapat

adanya satupun hukum yang sia-sia. Semuanya memiliki nasihat yang mendalam,

yaitu menjadi rahmat bagi umat manusia, sebagaimana yang ditegaskan pada

beberapa ayat Al-Qur'an, yang kemudian diantaranya terdapat pada surat Al-

Anbiya' :107, mengenai tujuan Nabi Muhammad SAW diutus. Rahmat semua

alam pada ayat tersebut diartikan sebagai kemaslahatan umat. Sedangkan, secara

sederhana maslahat itu bisa diartikan menjadi sesuatu yang baik dan bisa diterima

bagi logika atau akal sehat. Diterima logika atau akal sehat mengandung

pengertian bahwa logika atau akal itu bisa mengetahui dan tahu motif yang

terdapat pada penetapan suatu hukum atau aturan, yaitu lantaran mengandung

10
11

kemaslahatan buat manusia, baik dijelaskan sendiri secara langsung alasan

berlakunya peraturan tersebut oleh Allah SWT atau dengan menggunakan metode

rasionalisasi. Jadi maqashid syari’ah adalah merupakan bahasan yang mencoba

mengungkapkan sebuah tabir hikmah di balik dari pada disyari’atkannya sebuah

hukum, dengan diangkatnya pembahasan tentang maqashid syari’ah itu maka tabir

penutup yang menjadi esensi di balik ditetapkannya hukum Islam maka suatu

hukum menjadi produk yang lebih dinamis dalam beradaptasi dengan adanya

perubahan kondisi dan perubahan zaman.

Ketika dilakukan pengkajian terhadap buku-buku Ushul Fiqih klasik


tidak ditemukan ada di antara mereka yang memberikan batasan pengertian
Maqasid Syariah secara epistimologi, termasuk ulama yang mempunyai
perhatian besar terhadap Maqasid seperti Imam Haromain Al Juwaini, Al-
Gazali dan Al-’Izz bin Abdussalam. Boleh jadi karena ”Maqasid Syariah” pada
waktu itu belum menjadi sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, atau belum
dianggap perlu untuk dijelaskan karena sudah jelas maknanya bagi kalangan
tertentu. Imam Al-Ghazali beliau dalam membahas Maqasid tidak memberikan
batasan secara rinci mengenai pengertian Maqasid Syariah terkecuali hanya
mengatakan bahwa; “wa maqshudu syar’i min al khalqi khamsatun wa hiya:
’an yahfadha lahum dinahum wa nafsahum, wa ‘aqlahum wa naslahum wa
mãlahum” (tujuan syariat Allah SWT bagi makhluk-Nya adalah untuk menjaga
agama mereka, jiwa mereka, akal, keturunan, dan harta mereka).3

Secara literal Maqasid Syariah merupakan kata majmuk (murakkab idlafi)

yang terdiri dari kata Maqashid dan al-syariah. Menurut kata dasarnya, kedua

kata tersebut masing-masing mempunyai pengertian tersendiri. Kata ”Maqashid ”

adalah jama’ (plural) dari kata ”maqshad” (mashdar mimy) dari kata kerja

”qashada, yaqshidu qashdan wa maqshadan” yang memiliki arti sebagai

legitimasi;

3
Al Ghazali, Al Mustashfa (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyyah. 1993), hlm. 253
12

Sedangkan kata ”Syariah” secara harfiah berasal dari akar kata "syara'a"

dan memiliki arti sebagai sumber air (mata air) yang dapat digunakan sebagai air

minum, orang Arab menyebutnya: "masyra'at al-mai" artinya: "maurid al- mai"

(sumber air).4 Dalam kaitan ini, arti kata di atas dapat dipadukan karena kata

"Syariah" berarti jalan yang membekas menuju air karena sudah sering dilalui,

tetapi digunakan dalam pengertian sehari-hari sebagai sumber air yang selalu

diambil orang untuk keperluan hidup mereka. Dua kata di atas (Maqasid dan

syariah) jika digabung menjadi satu maka bisa menghasilkan makna sebagai

”maksud agama atau hal-hal yang menjadi maksud dan tujuan dalam agama”.

Upaya menemukan makna di balik sebuah teks seumpama maqashid

syari’ah ini, pada dasarnya sudah dimulai sejak masa Imam Madzhab dengan

dikenalnya istilah dilalah al-‘ibarah, dilalah al’isyarah, dilalah ad-dilalah dan

dilalah al iqtdha di kalangan hanafiah sedang bagi Syafi’iyyah bahwa istilah al-

manthuq dan al-mafhum (mubarak, 2002: 76-83). Temuan ini menjadi indikasi

bahwa kajian maslahah dalam sejarah hukum Islam sudah dimulai sejak

munculnya para Imam Madzhab. Kajian ini mulai terarah di masa Imam

Haramain yang kemudian lebih dispesifikasikan oleh muridnya Al-Ghazali. Pada

masa-masa ini maqashid syari’ah bukanlah menjadi prioritas utama karena

perdebatan ulama di masa itu lebih pada sumber hukum antara yang disepakati

dan diperdebatkan. Kevakumannya dalam kurun waktu ±200 tahun hingga

kemunculan Asy-Syathibi memformulasikan ulang dengan bahasa dan topik yang

4
Ibn Mandzur,Lisanul arab, (Beirut: Dar Shadir, 1998), hlm 238
13

lebih sistematis dalam kitabnya al Muwaqofat fi Ushul asy-Syariah tentang

konsep maqashid syari’ah. Namun kematangan teori ini berada di masa Islam

sudah mengalami dalam masa kemunduran.

Lelapnya ‘tidur’ konsep maqashid syariah setelah ditinggalkan Asy-


Syatibi, kemudian baru terbangun kembali gerakan pembaharu dan pemikir-
pemikir Muslim terkemudian muncul, seperti Muhammad Abduh, Muhammad
Iqbal dan Rasyid Ridho (Syaukani, 2006: 135). Muhammad Abduh sangat
apresiatif terhadap konsep ini hingga ia menganjurkan agar kitab al Muwaqofat fi
Ushul asy-Syariah dijadikan referensi dalam mengkaji filsafat hukum Islam.
Sanada dengan ini, Iqbal pun beranggapan bahwa konsep inilah yang pantas untuk
diterapkan dalam pembaharuan hukum keluarga di pakistan (Haq, 2007:25). Dari
sinilah perlahan tapi pasti konsep ini sampai ke abad dimana kita berada
sekarang.5

Meskipun di kalangan ulama ushul terdapat perbedaan istilah antara satu

dengan lainnya. Muhammad Abu Zahra misalnya, menyebutnya dengan maqasid

al-ahkam. Semenjak Zaky al-Din Sya’ban dan Abdul Wahab Khalaf,

mengistilahkan dengan maqasid al-tasri’. Najmuddin al-Thufi lebih banyak

membahasakannya dengan al-maslahah, sedangkan maqashid al-syari’ah

merupakan istilah yang digunakan oleh Imam Ishaq al-Syathibi dan Abdul Karim

Zaidan, namun pada prinsipnya perbedaan istilah itu sebenarnya mengandung

pengertian sama. Untuk menghindari kekeliruan dan kesimpangsiuran pemakaian

istilah, maka dalam tulisan ini akan digunakan istilah maqashidal-syari’ah

semata.6

Berikut beberapa pendapat ulama tentang makna maqashid syari’ah:


5
Eka Suriansyah, Maqashid Syariah Antara Al-Gazali dan Asy-Syathibi dalam teori Diakronik,
Jurnal Harati Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik Volume 2, Edisi 4, Tahun 2011, hlm. 109-110.
6
Suansar Khatib, Konsep Maqashid Al-Syari’ah: Perbandingan Antara Pemikiran Al-Ghazali dan
Al Syathibi, Jurnal Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan Volume 5, No. 1, 2018,
hlm. 53
14

1. Abu Ishaq al-Syatibi (w. 790H/1388 M) dalam bukunya “al Muwafaqat”

menandaskan” bahwa yang dimaksud dengan maqashid al-syari’ah ialah

ketentuan-ketentuan hukum yang disyariatkan Allah untuk kemaslahatan

manusia.

2. Menurut ‘Allal al-Fasiy dalam karyanya menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan maqashid al-syari’ah adalah tujuan yang dikehendaki syara’ dan

rahasia-rahasia yang ditetapkan (Allah) pada setiap hukum.

3. Sedangkan menurut al-Ghazali, maslahat makna asalnya merupakan maslahat

dalam hukum Islam adalah setiap hal yang di maksudkan untuk memelihara

tujuan syariat yang pada intinya terangkum dalam al-mabaadi’ al-khamsyah

yaitu perlindungan terhadap agama (hifzd al-din), jiwa (hifzd al-nafs) akal

(hifzd –‘aql), keturunan (hifdz al-nasl), dan harta (hifzd al-maal). Setiap hukum

yang mengandung tujuan memelihara kelima hal tersebut disebut maslahat, dan

setiap hal yang membuat hilangnya lima unsur ini disebut mafsadah.

4. Lebih jauh dimaksud at-Thufi tentang almaslaha disini adalah al-maslaha yang

sejalan dengan tujuan syara’. Ia berbeda dengan maslaha mursalah yang

dinisbahkan kepada mazhab Maliki. Maslaha dalam pengertian at-Thufi lebih

luas dari pada itu. Namun dalam hal ini, at-Thufi tidak membagi menjadi tiga

tingkatan menjadi dharuriat,hajiat dan tahsiniat. Dan hal lain yang

membedakan Thufi dengan ulama lainnya adalah bahwa al-maslaha itu terbatas

hanya pada hal muamalat, bukan ibadah.7

5. Menurut Ibnu ‘Asyur (Ibnu Asyur, 2011:5): “Maqasid al-Tasyri’ al-‘Am

hiya al-ma’ani wa al-hikam al-malhuzhah li al-syari’ fi jami’ ahwal al-tasyri’


7
Ibid, hlm. 54-55
15

au ma’zhamiha, bihaitsu la takhtasshu mulahazhatuha bi al-kaun fi nau’in

khasshin min ahkam al-syariah” (Maqasid Syariah adalah makna-makna dan

hikmah-hikmah yang dicatatkan/diperlihatkan oleh Allah SWT dalam semua

atau sebagian besar syariat-Nya, juga masuk dalam wilayah ini sifat-sifat

syariah atau tujuan umumnya).8

6. Ahmad Al-Raisuni mendefinisikan dengan Al-ghayat allati wudhi’at al

syari’atu liajli tahqiqiha li mashlahati al-‘ibadah (Maqasid Syariah adalah

tujuan-tujuan yang ditentukan oleh syariah untuk diwujudkan demi

kemaslahatan manusia)9.

Adapun makna dari maqashid syari’ah menurut penulis sendiri adalah segala

tujuan syari’at dari setiap ketentuan yang berupa larangan atau perintah yang telah

ditetapkan oleh Allah SWT yang terangkum dalam lima inti dasar syari’at yaitu

memelihara agama, memelihara nyawa, memelihara akal, memelihara keturunan,

dan memelihara harta yang mana ini dimaksudkan agar manusia mendapatkan

kemaslahatan .

b. Sumber dan Dasar Maqashid Syari’ah

a. Sumber Maqasid al-syariah

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT. menyebutkan beberapa kata syari’at

sebagai mana yang terdapat dalam QS. Al-Jassiyah/45:18 dan Asy- Syura/42:13

Kata syari’at menurut para ulama bisa diartikan dalam dua pengertian;

8
Ibnu Asyur, Maqasidusy Syariah Al Islamiyyah (Kairo: Dar El Kitab Al Misry, 2001), hlm. 5.
9
Ahmad Al-Raisuni, Al Fikr Al Maqasidiy (Casablanca: An Najah, 1999), hlm. 7.
16

1. Segala aspek kagamaan yang mencakup semua segi mulai dari akidah,

ibadah, adab, akhlak, hukum dan mu’amalat.

2. Dalam konsep terpisah syariah dan akidah memiliki tempat masing-masing,

dimana syariah lebih dikhususkan untuk konteks amaliah atau perbuatan saja,

sedangkan akidah adalah pondasi atau tempat dari pada muncul dan

berkembangnya syari’at, dan syari’at harus berakar kepada akidah.

Para ulama mengistilahkan kalimat Maqashid Syari’ah adalah: tujuan

yang menjadi target dari adanya suatu nash dan hukum-hukum partikular agar

bisa direalisasikan dalam kehidupan manusia baik untuk aspek kehidupan

individu maupun sosial, yang dapat berupa perintah, larangan, ataupun mubah.

Untuk individu, keluarga, jamaah dan umat. Maqashid Asy-Syari’ah

juga biasa disebut dengan hikmah-hikmah yang menjadi tujuan ditetapkannya

suatu hukum. Baik yang diwajibkan ataupun tidak. Kerana dalam setiap hukum

yang disyari’atkan oleh Allah SWT untuk umat muslim pasti terdapat hikmah

atau pelajaran.

Contohnya dalam larangan zina dan disyari’atkannya pernikahan, syari’at

Islam menempatkan kedudukan kehormatan perempuan sebagai hal yang harus

dijaga, dengan dilarangnya praktik zina ini menghindarkan kaum perempuan dari

pada diperjual belikan, kemudian lebih lanjut sebagai solusi yaitu

disyari’atkannya pernikahan agar terjaga kehormatan seorang perempuan dan

juga menghindari terjadinya percampuran nasab, tersebarnya penyakit seksual

menular.
17

b. Dasar Maqashid Syariah

Pada prinsipnya, mashlahat dan mafsadah yang ada di dunia bisa

diketahui oleh manusia dengan akal pikiran mereka, begitu pula dengan

ditetapkannya perintah dan larangan Allah SWT. Semua bisa dipahami oleh

seorang hamba karena perintah dan larangan tersebut dibangun atas dasar

mashlahat. Allah menjelaskan hal ini secara eksplisit dalam beberapa firmannya,

di antaranya firman Allah SWT. QS. al-A’raf/7:157 dan juga dalam QS. Al-

A’raf/7:33, pada kedua ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa segala hal yang

telah disyari’atkan oleh Allah baik berupa larangan maupun perintah bukanlah

tanpa sebab, karena pada dasarnya setiap larangan yang disyari’atkan untuk

manusia itu memiliki tujuan agar terhindar dari segala macam bahaya.

Imam Asy-Syatibi menyebutkan beberapa hal untuk mengenali maqashid

syari’ah yaitu:

1. Memahami Maqashid Syari’ah harus sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa

Arab karena nash yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis keduanya

menggunakan bahasa Arab.

2. Memahami Al-Awamir wa an-nawahi (perintah dan larangan) Allah SWT.

Karena dengan memahami Al-Awamir wa an-nawahi dengan baik dapat

menunjukkan maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya.

3. Mengetahui ‘Illat dalam setiap perintah dan larangan Allah SWT. Karena

dengan mengetahui ‘Illat dalam sebuah hukum Allah SWT., maka akan

mempermudah dalam menemukan hikmah dan maqashid yang terkandung

dalam perintah dan larangan Allah SWT.


18

4. Maqashid ashliyah wa maqashid taba’iyyah (maqashid inti dan maqashid

pelengkap). Misalnya dalam shalat, maqashid aslinya adalah ketundukan

kepada Allah SWT., dan maqashid pelengkapnya di antaranya mewujudkan

hati yang bersih. Dengan mengetahui maqashid taba’iyyah (maqashid

pelengkap), maka akan diketahui maqashid ashliyah (maqshid inti).

5. Sukur syaari’ (Allah SWT. tidak menjelaskan hukum tertentu) khususnya

dalam masalah ibadah, misalnya ketika Allah SWT. menjelaskan tata cara

ibadah tertentu, maka selebihnya adalah bid’ah, dan itu salah satu

maqashidnya.

6. Istiqro (meneliti hukum dalam masalah furu (masalah-masalah detail hukum)

untuk menemukan satu maqashid (tujuan) dan ‘illat yang menjadi titik

persamaan seperti kulliyatu al-khomsah (5 hajat manusia) yang dihasilkan

dari istiqro tersebut. Kelima hajat manusia tersebut yakni:

a. Hifdzu ad-din (memelihara agama)

b. Hifdzu an-nafs (memelihara jiwa)

c. Hifdzu al-aql (memelihara akal)

d. Hifdzu al-mal (memelihara harta)

e. Hifdzu an-nasab (memelihara keturunan)

Kelima kebutuhan ini bertujuan memenuhi tujuan-tujuan berikut, yaitu:

a. Dharuriyat, yaitu kebutuhan yang harus ada dan terpenuhi atau bisa disebut

dengan kebutuhan primer. apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka
19

akan mengancam keselamatan dan menyebabkan kerusakan.

b. Hajiyat, yaitu kebutuhan sekunder, dimana ketika kebutuhan ini tidak

terpenuhi tidak sampai mengancam keselamatan, namun akan menyebabkan

kesusahan yang bahkan mungkin berkepanjangan, tetapi tidak sampai

ketingkat yang dapat menyebabkan suatu kehancuran atau sama sekali tidak

berdaya.

c. Tahsinat, kebutuhan tersier atau pelengkap yaitu semua keperluan dan

perlindungan yang diperlukan agar kehidupan menjadi lebih nyaman dan

mudah.

7. Masalik at-ta’lil (cara mengetahui ‘illat), yaitu dengan menggunakan ijma’,

nash, tanbih dan munasabah. Terkhusus tanbih dan munasabah.Terkhusus

tanbih dan munasabah itu biasanya digunakan untuk mengungkap

maqashidjuz’iyyah (maqashid khusus) dan bukan maqashid‘ammah

(maqashid umum).

Sesungguhnya Allah SWT, tidak menciptakan sesuatu kecuali untuk

tujuan tertentu, ia juga memberi atau tidak memberi kecuali untuk target tertentu,

begitu pula ia tidak menambah atau mengurangi sesuatu kecuali atas hikmah

tertentu pula. Ketentuan tersebut berlaku dalam seluruh bagian/bidang dala

syariat Islam, baik itu ketentuan-ketentuan Allah yang berhubungan dengan

ibadah, muamalat dan ketetuan Allah dalam bidang lainnya

Hal ini ditegaskan oleh Imam asy-Syatibi dan ath-Thahir ibnu ‘Asyur:

‘Sesungguhnya secara prinsip,ketentuan ibadah itu mu’allalah (memiliki ‘ilat),


20

walaupun dalam ketentuan detailnya lebih banyak tiadak mu’allalah (tidak

dijelaskan ‘illatnya)’.

Jadi, tidak hanya ketentuan-ketentuan muamalat yang memiliki ‘illat dan

tujuan (maqashid), tetapi juga ketentuan-ketentuan ibadah seperti yang ada

dalam firman Allah SWT QS at-Taubah 9:103. Dalam ayat ini Allah

menegaskan tujuan disyariatkannya zakat yang termasuk dalam kategori ibadah.

Ketentuan ibadah yang tidak ber’illat itu sesungguhnya bukan karena tidak

dijelaskan oleh Allah SWT, untuk tujuan ketundukan hamba kepada Allah SWT.

Tidak boleh menetapkan atau menafikan Maqashid syariah kecuali atas

dasar dalil. Oleh karena itu, menisbatkan suatu maqshad (tujuan hukum) atas

hukum tertentu dalam syariat islam itu sama halnya menisbatkan sebuah

perkataan dan hukum kepada Allah SWT.10

Karena syariat ini adalah syariat Allah SWT, dan setiap target dalam

syariat islam itu adalah target Allah SWT. Jika maqashid syariah itu tidak

berdalil, maka itu sama halnya berdusta kepada Allah SWT, karena

menisbatkan sesuatu yang bukan hukum Allah SWT dan ini terlarang

sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an surat al-Isra’/17:36, yang

menerangkan bahwa pada dasarnya setiap individu manusia itu dilarang untuk

berbuat dan berbicara sembarangan tanpa didasari oleh ilmu dan kebenaran

informasi.

c. Kedudukan Maqashid Syariah

Said Ramadhan al-Buthi menegaskan bahwa mashlahat itu bukan dalil


10
Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis Fikih
dan Ekonomi, hlm.54
21

yang berdiri sendiri seperti halnya Al-Qur’an, hadis, ijma dan qiyas. Tetapi

mashlahat adalah sebuah kaidah umum yang merupakan kesimpulan dari

sekumpulan hukum yang bersumber pada dalil-dali syar’i.

Mashlahat adalah kaidah umum yang disimpulkan dari banyak masalah

furu’ yang bersumber kepada dalil-dalil hukum. Maksudnya, hukum-hukum

fikih dalam masalah furu’ dianalisis dan kemudian disimpulkan bahwa semua

memiliki titik kesamaan yaitu memenuhi atau melindungi mashlahat seorang

hamba baik untuk mashlahat di dunia dan akhiratnya. Memenuhi hajat hamba

adalah kaidah umum sedangkan hukum- hukum furu’ yang bersumber kepada

dalil-dalil syariah adalah furu’.

Oleh karena itu, mashlahat itu harus memiliki sandaran dalil baik Al-

Qur’an, hadis, ijma ataupun qiyas atau minimal tidak ada dalil baik dari sumber

hukum utama yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menentangnya. Jika

mashlahat itu berdiri sendiri, maka mashlahat menjadi tidak berlaku dan

mashlahat tersebut tidak bisa dijadikan sandaran. Mashlahat tidak bisa dijadikan

dalil yang berdiri sendiri dan sandaran hukum-hukum tafshili, tetapi legalitasnya

harus didukung oleh dalil-dalil syar’i.

Mashlahat dan maqashid syariah tidak bisa dijadikan satu-satunya alat

atau dalil bagi seorang muslim kaitannya dengan memutuskan sebuah hukum

maupun berfatwa. Tetapi setiap ijtihad harus menggunakan kaidah-kaidah

ijtihad yang lain sebagaimana yang ada dalam bahasan ushul fiqih.

Menurut penulis, tepatnya, maqashid syariah atau mashlahat memiliki

dua kedudukan yaitu:


22

Pertama, maqashid syariah sebagai salah satu sumber hukum, khususnya

masalah yang tidak dijelaskan dalam nash karena maqashid syariah merupakan

kaidah umum yang merupakan kesimpulan dari sekumpulan hukum yang

bersumber pada Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Dalam bisnis syariah, mashlahat ini sangat penting karena ketentuan fikih
terkait bisnis syariah banyak yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Al-
Hadis, oleh karena itu, dalil-dalil mashlahat seperti mashlahat mursalah, sad
dzarai’, urf dan lain sebagainya adalah sumber hukum yang penting.Kedua,
mashlahat adalah target hukum, maka setiap hasil ijtihad dan hukum syariah
harus dipastikan memenuhi aspek mashlahat dan hajat manusia. Singkatnya
mashlahat menjadi indikator sebuah produk ijtihad.11

Menurut al-Thufi, dalam muamalat dalil yang terkuat adalah mashlahat,

sedang dalam bidang ibadah dan hal yang disamakan dalam ibadah, dalil yang

dipedomani adalah nash dan ijma’. Yang termasuk dalam hal yang disamakan

dalam ibadah ialah ketentuan ketentuan yang berbicara tentang hudud dan uqubat

(ancaman-ancaman hukum atas pelaku tindak pidana), muqaddarat (ketentuan-

ketentuan hukum yang memiliki ukuran dan batasan tertentu), yang semuanya

didasarkan atas nash.12

Pendapat at-Thufi diatas yang menyatakan bahwa mashlahat yang

merupakan dalil terkuat dalam bidang muamalat mengandung arti bahwa jika

terjadi sebuah kontradiksi antara mashlahat dan dalil-dalil lainnya karena dalil

lainnya mengandung suatu kemudharatan, maka kecuali terhadap kemudharatan

yang didasarkan atas dalil yang bersifat khas, mashlahat wajib didahulukan atas

dalil lain tersebut, melalui takhsis dan bayan.

11
Op. Cit, Oni Sahroni, hlm. 41-42.
12
Op. Cit, Suansar Khatib, hlm. 55
23

Menyangkut kehujjahan mashlahat dalam perspektif ulama ushul

(ushulliyun) dan fuqaha (ahli hukum Islam), ada dua hal yang patut digarisbawahi:

Pertama, semua ulama sepakat menerima kehujjahan mashlahat selama

keberadaannya mendapatkan dukungan nash (maslahah mu’tabarat).13

Kedua, perbedaan ulama dalam menanggapi mashlahat baru terjadi ketika

mereka mendiskusikan kehujjahan maslahah mursalah14 dan bila terjadi

pertentangan (ta’arud) antara mashlahat dengan nash syara’. Hal ini didasarkan

atas pandangan menyangkut keberadaan mashlahat menurut syara’. Dalam hal ini

al-Syalabi membaginya menjadi tiga bagian15 yakni:

pertama, kemashlahatan yang didukung oleh syara’, hal ini berarti terdapat

dalil khusus yang menjadi dasar bentuk dan jenis kemashlahatan tersebut.

Kedua, kemashlahatan yang ditolak oleh syara’, karena bertentangan

dengan ketentuan syara’. Misalnya syara’ menentukan bahwa orang yang

melakukan hubungan seksual di siang hari dalam bulan ramadhan dikenakan

hukuman memerdekakan budak, atau puasa selama dua bulan berturut-turut atau

memberi makan bagi 60 orang fakir miskin.16

Namun hal ini oleh al-Lais bin Sa’ad, ahli fikih mazhab Maliki di Spanyol,

menetapkan hukuman puasa dua bulan berturut-turut bagi seorang (penguasa

Spanyol) yang melakukan hubungan seksual dengan istrinya di siang hari dalam
13
Jaih Mubarok, Metodologi.. hlm. 155
14
Abdul Halim. “Maslahah Mursalah Relevansinya Dengan Pembaharuan Hukum Islam”.
Antologi Kajian Islam Tinjauan Filsafat, Tasawuf, Institusi, Pendidikan, al-Qur’an, Hukum dan
Ekonomi Islam. Seri 12. (Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Press, 2007), hlm. 39.
15
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi…hlm. 1145-1146
16
Lihat Imam Az Zubaidi, Ringkasan Hadist Shahih Al Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002)
dan Imam Az Zubaidi, Ringkasan Hadist Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002)
24

bulan ramadhan. Ulama memandang hukuman ini bertentangan dengan hadis

Rasulullah SAW di atas, karena bentuk hukuman itu harus diterapkan secara

berturut. Karenanya ulama ushul fiqih memandang mendahulukan hukuman puasa

dua bulan berturut-turut dari memerdekakan budak merupakan kemashlahatan

yang bertentangan dengan syara’, sehingga hukumnya batal/ditolak syara’.

Kemashlahatan seperti ini menurut kesepakatan ulama disebut al-maslahah al-

mulgah.17 Mashlahat mulgah (terabaikan) dijelaskan oleh Musthafa Sa’id al-

Khin18 secara sederhana, mashlahat yang diabaikan ini adalah suatu pendapat yang

oleh ulama tertentu dipandang memiliki kegunaan karena dihubungkan dengan

situasi psikososial, sedangkan setelah itu, pendapat ulama tersebut diabaikan oleh

ulama sesudahnya karena situasi psikososial pelaku telah berubah.19

Di sisi lain, kajian mengenai mashlahat sebenarnya bisa didekati dari dua

pendekatan yang berbeda. Mashlahat sebagai tujuan syara’ dan mashlahat sebagai

dalil hukum yang berdiri sendiri. Semua ulama sepakat bahwa mashlahat adalah

tujuan syara’, namun mereka berbeda pendapat dalam keberadaanya sebagai dalil

hukum. Oleh karenanya, maka terjadilah dialektika antara nash, realitas dan

kemashlahatan.

Nash sendiri dalam pandangan ulama ushul berdasarkan dalalahnya dibagi

ke dalam dalalah qoth’iyah dan dalalah dzanniyah.20 Tidak ada yang menyanggah

bahwa nash-nash tersebut ditujukan untuk kemashlahatan manusia. Menurut al-

17
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi…hlm. 1145
18
Op. Cit. Jaih Mubarok. Metodologi..hlm. 160
19
Ahmad al-Raysuni dan Muhammad Jamal Barut, Ijtihad. hlm. 20
20
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih. Terj. Faiz el Muttaqien (Jakarta: Pustaka Amani,
2003), hlm. 36-37.
25

Raysuni perbedaaan pandangan menyangkut nash atau mashlahat dapat dibagi

pada dua perspektif yakni persoalan-persoalan dan masalah yang terdapat dalam

teks, dan hukumnya ditetapkan secara terperinci dan jelas dan perspektif kedua

lebih pada persoalan-persoalan dan masalah baru yang tidak dijelaskan oleh teks

secara khusus, terbatas ataupun langsung.21

Persoalannya selanjutnya baru muncul ketika terjadi pertentangan antara

mashlahat dalam pandangan nash dengan mashlahat dalam pandangan manusia

dalam dua perspektif di atas. Jawaban persoalan tersebut dapat diklasifikasi

menjadi dua: Pertama, jika mashlahat bertentangan dengan nash yang qoth’iy al-

dilalah, maka jumhur ulama (kecuali al-Thufi) sepakat untuk lebih mendahulukan

nash. Akan tetapi, bila pertentangan tersebut terjadi dengan nash yang dzanny al-

dilalah, maka dalam hal ini ada beberapa pendapat ulama.

Pertama, pendapat yang lebih mendahulukan nash secara mutlak. Bagi

mereka nash menempati derajat tertinggi dalam hierarki sumber hukum Islam.

Sehingga bila ada sumber hukum apa pun yang bertentangan dengan nash, maka

nash lebih didahulukan. Pendukung pendapat ini adalah Syafi’iyah dan Hanabilah.

Kedua, pendapat yang mendahulukan mashlahat dari pada nash, jika

mashlahat itu bersifat daruriyah, qot’iyah, dan kulliyah. Al-Ghazali

mencontohkan dengan dibolehkannya membunuh orang Islam yang dijadikan

21
Galih Nasrullah Kartika MR dan Hasni Noor, Konsep Maqashid Al-Syariah dalam Menentukan
Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser Auda), Jurnal Al Iqtishadiyah Volume 1, 2014,
hlm. 65
26

perisai hidup oleh musuh dengan tujuan menyelamatkan negara dan masyarakat

yang terancam.22

Ketiga, pendapat yang lebih mendahulukan mashlahat dari pada nash.

Pendapat ini dapat diklasifikasi lagi dalam dua kelompok. Pertama, pendapat

Malikiyyah dan Hanafiyyah. Mereka lebih mengamalkan mashlahat dari pada

nash, jika nash tersebut bersifat dzanni, baik dilalah maupun subut, sedangkan

mashlahatnya bersifat qoth’iy. Kedua, Sulaiman al-Thufi yang berpendapat boleh

mengamalkan mashlahat lebih dahulu dari pada nash, baik nash tersebut bersifat

qoth’iy maupun dzanny. Hanya saja wilayah cakupannya pada bidang muamalat

saja.23

d. Metode Penetapan Maqashid Syari’ah

Perdebatan mengenai Maqashid al-syariah ini, tidak saja terkait dengan

kehujjahan Maqashid al-syariah sebagai sumber pengembangan hukum. Metode-

metode pengembangan hukum islam yang berdasarkan atas Maqashid al-syariah

seperti istihsan dan mashlahat mursalah

Bagi Abdul Wahhab Khallaf, Maqashid al Syariah adalah suatu alat bantu

untuk memahami redaksi Al Quran dan Al Hadits, menyelesaikan dalil-dalil yang

bertentangan dan menetapkan hukum terhadap yang tidak tertampung dalam Al

Quran dan Al Hadits.

Dari apa yang disampaikan Abdul Wahhab Khallaf ini, menunjukkan

Maqashid al Syariah tidaklah mandiri sebagai dalil hukum tetapi merupakan dasar

22
Ibid, hlm. 66
23
Op. Cit. Ahmad al-Raysuni, hlm. 31-32
27

bagi penetapan hukum melalui beberapa metode pengambilan hukum. Namun

begitu, sebagaimana disinggung dalam pendahuluan hampir keseluruhan metode

dipertentangkan/tidak disepakati oleh ulama, karena faktor teologi.

Pengetahuan tentang Maqashid Syari’ah, seperti ditegaskan oleh Abd al-


Wahhab Khallaf, adalah hal yang sangat penting yang dapat dijadikan alat bantu
untuk memahami redaksi Al-Qur’an dan Sunnah, menyelesaikan dalil-dalil yang
bertentangan dan yang sangat penting lagi adalah untuk menetapkan hukum
terhadap kasus yang tidak tertampung oleh Al-Qur’an dan Sunnah secara kajian
kebahasaan.24

Dalam Memahami maqashid al-syariah, menurut al syatibi terbagi kepada

tiga kelompok dengan metode pemahaman yang berbeda-beda,yakni : Pertama,

ulama yang berpendapat bahwa maqashid al syariah adalah suatu sesuatu yang

abstrak, tidak dapat diketahui kecuali lewat petunjuk Tuhan yang terungkap dalam

bentuk zahir lafal yang jelas. Petunjuk itu tidak memerlukan penelitian, yang pada

gilirannya akan bertentangan dengan kehendak bunyi lafal. Kelompok itu disebutl

al-Zahiriyah.

Kedua, ulama yang tidak menempuh pendekata zahir lafal nash. Kelompok

itu terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama berpendapat bahwa

maqashid al-syari’ah diketahui bukan dari zahir lafal dan bukan pula dari tunjukan

zahir lafal. Maqashid al-syari’ah merupakan hal lain yang ada di balik tunjukan

zahir yang terdapat dalam semua aspek syari’at. Kelompok itu disebut ulama al-

Batiniyyah. Golongan kedua berpendapat bahwa maqashid al-syari’ah harus

dikaitkan dengan pengetian zahir lafal. Artinya zahir lafal tidak harus mngandung

24
Achmad Musyahid Idrus, Urgensi Filsafat Hukum Islam Dalam Penetapan Hukum Islam:
Kajian Filosofis Terhadap Persoalan Hukum Kontemporer, (Makassar :Alauddin University Press
,2014) hlm.77-79.
28

tunjukan mutlak. Apabila terdapat pertentangan zahir lafal dengan nalar, maka

yang diutamakan dan didahulukan adalah pengertian nalar, baik atas dasar

keharusan menjaga kemashlahatan atau tidak. Kelompok itu disebut ulama al-

Muta’ammiqin fial-Qiyas.

Ketiga, ulama yang melakukan penggabungan dan pendekatan (zahir lafal

dan pertimbangan ilat) dalam suatu bentuk yang tidak merusak pengertian zahir

lafal dan tidak pula merusak kandungan makna/ilat, sehingga tetap berjalan secara

harmoni tanpa kontradiksi-kontradiksi. kelompok itu disebut ulama al-Rasikhin.

Kaitannya dengan hal tersebut, Imam al-syatibi dalam memahami

maqashid syari’ah merumuskan tiga cara, yaitu:

Melakukan analisis terhadap lafal perintah dan larangan. Suatu perintah

menurutnya menghendaki perwujudan dari sesuatu yang didiperintahkan.

Perwujudan isi dan perintah itu menjadi tujuan yang dikehendaki oleh al- syar’i.

Demikian pula sebaliknya, sebuah larangan menghendaki suatu perbuatan yang

dilarang itu ditinggalkan. Keharusan meninggalkan perbuatan yang dilarang

merupakan tujuan yang diinginkan oleh Tuhan.

Menelaah illat al-amr (perintah) dan an-nahy (larangan). Menurutnya

pemahaman maqasid al-syari’ah dapat dilakukan melalui analisis ilat hukum yang

terdapat dalam Alquran dan hadis. Ilat hukum itu adakalanya tertulis secara jelas

dalam ayat atau hadis, maka menurutnya, harus diikuti apa yang tertulis itu.

Namun, apabila ilat tidak tertulis , maka harus dilakukan tawaqquf disini bukan

bersifat pasti tetapi sebaliknya. Imam al-Syatibi mengemukakan bahwa tawaqquf


29

dalam masalah mu’amalah misalnya, dapat diketahui dengan ta’addi tersebut.

Selain itu, kedinamisan Imam al-Syatibi juga dapat dilihat dari definisinya

mengenai ilat. Menurutnya, ilat adalah kemashlahatan– kemashlahatan dan

hikmah-hikmah yang berkaitan dengan perintah (al-amr) dan kebolehan (al-

ibahah) dan kemafsadatan (al-mafasid) yang berkaitan dengan larangan (al-nahy).

Dengan demikian, ilat suatu hukum adalah kemashlahatan dan kemafsadatan itu

sendiri.

Analisis terhadap sikap diam syar’i. Ini merupakan cara memahami

persoalan- persoalan hukum yang tidak disebut oleh al-syar’i.

Sedangkan menurut Ibnu ‘Asyur, untuk menetapkan adanya maqasid al-

syari’ah dalam tasyri’ dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

Melakukan pengamatan terhadap perilaku syariat (istiqra’ al syari’ah fii

tasarrufatiha). Cara ini dibagi menjadi dua: Pertama, pengamatan atas hukum-

hukum yang telah diketahui ‘illat-nya, yaitu ‘illat-illat hukum yang telah

ditetapkan oleh ulama ushul fiqh. Dengan cara ini, kata Ibnu ‘Asyur, kita akan

dengan mudah menyimpulkan maksud- maksud yang terkandung di dalam

hukum-hukum tersebut.

Menggunakan dalil-dalil dari nash-nash Alquran yang mempunyai

kejelasan dalalat, sehingga kemungkinan adanya dalalat lain dipahami dari zhahir

ayat sangat kecil.

Sebagai contoh, firman Allah swt. QS. al-Baqarah/2:185 dan pada ayat

yang lain QS. al-Hajj/22:78, Allah swt. berfirman :


30

Ayat-ayat ini, di samping keberadaannya yang qath’i, juga mempunyai

dalalat yang jelas sehingga menunjukkan pada tujuan tertentu atau paling tidak

mempunyai indikasi yang jelas ke arahnya. Cara ini mempunyai keterbatasan

karena tidak semua jenis maqasid bisa diketahui dengan cara ini, mengingat

disyaratkan harus adanya kejelasan dalalat dalam nash sehingga yang bisa

diketahui dengan metode ini hanyalah maqasid umum saja.

Dengan menggunakan hadis-hadis mutawatir. Cara ini terbatas hanya pada

dua keadaam yaitu: Pertama, keadaan al-mutawatir al ma’nawi yang diperoleh

dari pengamatan mayoritas sahabat atau perbuatan Rasulullah Saw. Dengan cara

ini dihasilkan pemahaman tentang tasyri’.

2. Fiqih Muamalat

a. Pengertian Muamalat

Secara garis besar fiqih terbagi menjadi dua bagian yaitu Fiqih Ibadah dan

Fiqih muamalat, adapun fiqih ibadah itu mencakup segala bentuk peribadatan

seorang hamba seperti : sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan

fiqih muamalat cakupan pembahasannya adalah tentang hubungan antar sesama

manusia. Sehingga Fiqih Muamalat adalah keseluruhan kegiatan muamalat

manusia berdasarkan hukum-hukum Islam yang berupa peraturan-peraturan yang

berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunah, haram, makruh dan mubah.

Hukum-hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut

urusan Ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara


31

manusia dengan Allah dan urusan muamalat dalam kaitannya dengan

hubungan horizontal antara manusia dengan manusia lainnya.

Sehingga jika diperhatikan dari cakupan pembahasannya fiqih muamalat

memiliki porsi yang lebih besar dalam kehidupan sehari-hari, jika seorang muslim

sholat 5 kali dalam sehari maka sisanya adalah kegiatan yang sebagian besarnya

berkaitan dengan fiqih muamalat

Kata fiqih berasal dari kata arab al-fiqh berarti mengerti, tahu atau paham.
Sedangkan menurut istilah, fiqih dipakai dalam dua arti: dalam arti ilmu hukum
(jusiprudence) dan dalam arti hukum itu sendiri (law). Dalam arti pertama, fiqih
adalah ilmu hukum islam, yaitu suatu cabang studi yang mengkaji norma-norma
syariah dalam kaitannya dengan tingkah laku konkret manusia. Dalam pengertian
kedua, fiqih adalah hukum Islam itu sendiri, yaitu kumpulan norma-norma atau
hukum-hukum syara’ yang mengatur tingkah laku manusia, baik hukum-hukum
itu ditetapkan langsung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW
maupun yang merupakan hasil ijtihad, yaitu interpretasi dan penjabaran oleh para
ahli hukum Islam (fuqaha) terhadap kedua sumber tersebut.25

Fiqih secara istilah adalah Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat

bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci.

Adapun muamalat menurut pandangan ulama memiliki 3 makna :

Pertama, sebagian ulama mendefinisikan muamalat sebagai hukum-hukum

syar’i yang berkaitan dengan interaksi sesama manusia di dunia baik dalam

masalah pernikahan, waris, peradilan, maupun harta. Sehingga dalam d efinisi ini

muamalat memiliki cakupan yang sangat luas.

Kedua, definisi muamalat yang dianut oleh sebagian besar ulama

hanafiyah yaitu hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan hubungan sesama

25
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) hlm. 5
32

manusia dalam bidang harta dan keluarganya, sehingga dalam definisi ini cakupan

muamalat adalah tentang penikahan, talak, nafkah dan sebagainya.

Ketiga, para ulama lebih spesifik mendifinisikan makna muamalat adalah

hukum-hukum syari’ah yang mengatur hubungan antara manusia dengan

sesamanya hanya dalam masalah harta. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Ali

Fikri bahwa muamalat adalah ilmu yang mengatur pertukaran harta benda,

manfaat atau jasa antar sesama manusia dengan perantara akad dan perjanjian.26

Pengertian ketiga inilah yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu muamalat

yang mengatur hubungan antar sesama manusia dalam perkara harta, sehingga

pembahasan mengenai pernikahan, jinayat, dan hudud tidak termasuk didalamnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi fiqih muamalat

adalah:

Pengetahuan mendalam tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan

pertukaran harta yang mengungkap tujuan, illat dan sumber hukum-hukum

tersebut kemudian mengaitkannya dengan maqashid syariah yang bersifat general

sehingga dimungkinkan untuk menerapkan hukum-hukum tersebut pada kasus-

kasus baru.27

Penulis berpendapat bahwa makna dari fiqih muamalat sendiri adalah

segala aturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam dalam mengatur interaksi

sosial yang melibatkan antara dua atau lebih pelaku sosial untuk menghindari

adanya kecurangan maupun kedzaliman yang dapat merigukan para pelaku sosial

yang terlibat didalamnya.


26
Ali Fikri, al-Mu’amalat al Maliyah wa al-Adabiyah, hlm. 7
27
Muhammad Utsman Syubair, al-Madkhal ila Fiqh alMu’amalat al-Maliyah (Jordan: Dar an-
Nafais, 2009), hlm. 12-13.
33

b. Sumber dan Dasar Muamalat

Hukum asal dalam Muamalat adalah mubah (diperbolehkan) para ulama

fiqih sepakat bahwa hukum asal dari transaksi muamalat adalah diperbolehkan

(mubah), kecuali terdapat dalil atau nash yang melarangnya. Dengan demikian,

maka tidak bisa dikatakan bahwa sebuah transaksi itu dilarang selama tidak

ditemukan dalil nash yang secara sharih atau jelas melarang suatu jenis kegiatan

muamalat tertentu. Berbeda dengan hukum ibadah, karena hukum asalnya adalah

haram. Sehingga seorang muslim tidak bisa melakukan sebuah ibadah jika

memang tidak ditemukan nash yang memerintahkannya, ibadah kepada Allah

tidak bisa dilakukan jika tidak terdapat syariat yang menjelaskan hukum dari

ibadah tersebut. Kaidah fiqih yang dipakai pada identifikasi transaksi-transaksi

ekonomi juga memakai kaidah fiqih muamalat. kaidah dasar muamalat adalah:

‫ت اِإْل بَا َحة ِإاَّل َأن يَ ُد َّل َدلِ ْي ٌل َعلَى تَحْ ِر ْي ِمهَا‬
ِ ‫اَأْلصْ ُل فِ ْي ْال ُم َعا َماَل‬

Pada dasarnya, semua bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya.

(hukum awal dari pada urusan muamalat merupakan boleh (mubah),

kecuali terdapat dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa seluruh hal yang

berkaitan dengan muamalat yang belum terdapat ketentuan baik dalam bentuk

larangan maupun anjuran yang terdapat pada pada dalil hukum Islam (Al-Qur’an

juga Al-Hadist), maka kembali ke hukum asal muamalat tadi merupakan hal yang

diperbolehkan dalam Islam. Kaidah fiqih pada muamalat di atas menaruh arti

bahwa pada aktivitas muamalat yang notabene urusan dunia, manusia diberikan

kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang mampu menaruh


34

manfaat pada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tadi tidak

terdapat ketetapan hukum yang melarangnya. Kaidah ini berdasarkan dalam

Hadist Rasulullah “kalian lebih memahami atas urusan duniamu”. Bahwa pada

urusan kehidupan dunia yang penuh menggunakan perubahan atas ruang dan

waktu, Islam menaruh kebebasan absolut pada manusia untuk memilih jalan

hidupnya, tanpa menaruh dasar-dasar aturan kaku yang bersifat dogmatis.

Asas muamalat

Dalam muamalat, harus dilandasi beberapa asas, karena tanpa asas ini, suatu

tindakan tidak dinamakan sebagai muamalat, Asas muamalat terdiri dari:

a.       Asas  ‘adalah

Asas ‘adalah (keadilan) atau pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan

dalam bidang muamalat yang bertujuan agar harta tidak hanya dikuasai oleh

segelintir orang saja, tetapi harus didistribusikan secara merata di antara

masyarakat, baik kaya maupun miskin, dengan dasar tujuan ini maka dibuatlah

hukum zakat, shodaqoh, infaq.

b.      Asas Mu’awanah

Asas mu’awanah mewajibkan seluruh muslim untuk tolong menolong dan

membuat kemitraan dengan melakukan muamalat, yang dimaksud dengan

kemitraan adalah suatu startegi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip

saling membutuhkan dan saling membesarkan.

c.       Asas Musyarakah
35

Asas musyarakah menghendaki bahwa setiap bentuk muamalat kerjasama

antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat

melainkan bagi keseluruhan masyarakat, oleh karena itu ada harta yang dalam

muamalat diperlakukan sebagai milik bersama dan sama sekali tidak dibenarkan

dimiliki perorangan.

d.      Asas Manfaah (tabadulul manafi’)

Asas manfaah berarti bahwa segala bentuk kegiatan muamalat harus

memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat, asas ini merupakan

kelanjutan dari prinsip atta’awun (tolong menolong/gotong royong)

atau mu’awanah (saling percaya) sehingga asas ini bertujuan menciptakan

kerjasama antar individu atau pihak –pihak dalam masyarakat dalam rangka saling

memenuhi keperluannya masing-masing dalam rangka kesejahteraan bersama.

Asas manfaah adalah kelanjutan dari prinsip pemilikan dalam hukum Islam

yang menyatakan bahwa segala yang dilangit dan di bumi pada hakikatnya adalah

milik Allah SWT, dengan demikian manusia bukanlah pemilik yang berhak

sepenuhnya atas harta yang ada di bumi ini, melainkan hanya sebagai pemilik hak

memanfaatkannya.

e.       Asas Antarodhin

Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap bentuk

muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-

masing, Kerelaan disini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat,

maupun kerelaan dalam arti kerelaan dalam menerima dan atau menyerahkan

harta yag dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalat lainnya.


36

f.       Asas Adamul Gharar

Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk muamalat tidak boleh

ada gharar atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak

merasa dirugikan oleh pihak lainnya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur

kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi.

g.      Kebebasan Membuat Akad

Kebebasan berakad/kontrak merupakan prinsip hukum yang menyatakan

bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat pada nama-

nama yang telah ditentukan dalam undang-undang syariah dan memasukkan

klausul apa saja dalam akad yang dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya

sejauh tidak berakibat makan harta bersama dengan jalan batil.

3. Akad Mudharabah

a. Akad

Menurut kamus Hukum arti akad adalah perjanjian. Ditinjau dari hukum
islam, perjanjian yang sering disebut dengan akad merupakan suatu perbuatan
yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan persetujuan masing-
masing. Dengan kata lain akad adalah perikatan antara ijab dan Kabul secara yang
dibenarkan syara’, yang menerapkan persetujuan kedua belah pihak.28

Menurut Ahmad Azhar Basyir akad adalah suatu perikatan antara ijab dan

Kabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan akibat-akibat

hukum. Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang

diinginkan, dan Kabul adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya.29

28
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqi, pengantar fiqih muamalat (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1997), hlm. 28.
29
Wardah Yuspin, Penerapan Prinsip Syariah Dalam Pelaksanaan Akad Murabahah. (Jurnal Ilmu
Hukum, Vol.10, No.1, Maret 2007), hlm. 58.
37

Akad merupakan bidang kajian hukum ekonomi islam atau muamalat.

Term akad berasal dari bahasa arab, al-‘aqd, yang berarti ”mengikat,

menyambung atau menghubungkan.”30 Secara termitologis hukum islam, akad

memiliki beberapa defenisi, namun secara prinsip dapat dikategorikan dalam dua

bentuk, yaitu:

1) Menurut pasal 262 Mursyid al-Hairan ila Ma’rifah Ahwal al-Ihsan, bahwa

akad merupakan pertemuan gaib yang diajukan oleh salah satu pihak dengan

ijab kabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad.31

2) Menurut Syamsul Anwar, akad adalah pertemuan ijab dan kabul sebagai

pernyataan dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada

objeknya.

Berdasarkan pengertian diatas bisa dipahami adanya keterikatan atau

interaksi aturan. Pertama, akad adalah pertemuan atau ketertkaitan ijab dan kabul

yang mendorong keluarnya dampak aturan. Lantaran ijab adalah penawaran yang

diajukan oleh satu pihak, sedangkan kabul merupakan jawaban persetujuan yang

diberikan oleh pihak terkait, akad menjadi tanggapan terhadap penawaran pihak

yang pertama. Akad tidak akan terjadi jika pernyataan kehendak masing-masing

pihak tidak ada keterkaitan antara satu sama lain. Sebab akad menghendaki

adanya keterkaitan kehendak kedua belah pihak yang tercermin pada ijab dan

kabul.

30
Ahmad Abu Fath, al-Mu’amalat fi al-Syari’ah al-Islamiyyah wa al-Qawanin al-Misriyyah
(Kairo: Dar al-Furjani, 1983), hlm. 139.
31
Muhammad Qadri Basya, Mursyid al-Hairan ila Ma’rifah Ahwal al-Ihsan (Kairo: Dar al-urjani,
1983), hlm. 139.
38

Kedua, akad adalah tindakan hukum dua pihak, lantaran didalam akad

pertemuan ijab yang merupakan bentuk atau wujud dari kehendak berdasarkan

satu pihak sedangkan kabul yang hendak menyatakan kehendak pihak lain.

Tindakan hukum dari satu pihak misalnya janji memberi hadiah, wasiat, wakaf

atau pemeberian sebuah hak bukan termasuk akad, lantaran tindakan-tindakan itu

bukan adalah tindakan dua pihak, sebagai akibatnya tidak membutuhkan kabul.

Sebagian besar ulama fuqaha memang memisahkan secara tegas kehendak

sepihak berdasarkan akad, namun sebagaian yang lainnya menjadikan akad

meliputi kehendak sepihak. Bahkan saat membahas berbagairagam akad khusus,

para fuqaha tidak membedakan antara akad dan kehendak sepihak sebagai

akibatnya membahas divestasi atau pelepasan hak, wasiat dan wakaf beserta-sama

menggunakan membahasa jual-beli, sewa menyewa, termasuk diskusi mengenai

bantuan gratis menjadi transaksi yang wajib membutuhkan ijab dan kabul atau

ijab saja.

Ketiga, tujuan akad adalah agar melahirkan suatu dampak hukum.

Jelasnya, tujuan akad merupakan maksud beserta yang dituju dan yang hendak

diwujudkan oleh para pihak terkait melalui perbuatan akad. Akibat aturan akad

pada islam disebut “hukum akad”. Tercapainya akad tercermin dalam terciptanya

dampak hukum. Misalnya, maksud para pihak pada akad jual beli merupakan buat

melakukan pemindahan kepemilikan atau hak atas suatu benda berdasarkan

penjual pada pembeli menggunakan imbalan yang diberikan sang pembeli.

Terjadinya pemindahan kepemilikan tadi adalah dampak hukum akad jual beli.

b. Mudharabah
39

Istilah mudharabah oleh ulama Hijaz menyebutkan dengan Qiradh.

mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. pengertian

memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul

kakinya dalam menjalankan usaha.32

Sedangkan menurut pengertian istilah mudharabah menurut para ulama

adalah sebagai berikut:

a. Mazhab Hanafi

Mudharabah adalah akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan

mata uang tunai yang diserahkan kepada pengelola dengan mendapatkan sebagian

dari keuntungannya jika diketahui dari jumlah keuntungannya.

b. Mazhab Syafi‟i

Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan kepada orang

lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya dibagi diantara mereka berdua.

c. Mazhab Hambali

Mudharabah adalah penyerahan suatu modal tertentu dan jelas jumlahnya

atau semaknanya kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan

bagian tertentu dari keuntungannya.

d. Mazhab Maliki

Mudharabah adalah penyerahan uang dimuka oleh pemilik modal dalam

jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha

32
M. Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha, (Beirut: Darun Nafais, 1985), hlm. 327.
40

dengan uang tersebut disertai dengan sebagian imbalan dari keuntungan usahanya.

Selain empat mazhab di atas, pendapat lainnya mengenai mudharabah

diungkap juga oleh Ibn Rusyd, Sayyid Sabiq dan Abdurrahaman Al-Jaziri.

Menurut Ibn Rusyd dalam kitab “Bidayat al Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid”,

Ibn Rusyd menyamakan isitilah mudharabah dengan qiradh atau muqaradhah,

ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama sebagai perkongsian modal

dan usaha. Di dalam kitab tersebut Ibn Rusyd tidak terlalu banyak membahas

mengenai definisi mudharabah karena telah dibahas secara lengkap oleh ulama

lain khususnya imam mazhab.33

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama pemilik modal (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan, apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal sedangkan kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.34

Secara termitologi, para ulama fiqih mendefenisikan mudharabah atau

qiradh dengan “pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja

(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi

milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan”.35

Sehingga dari definisi yang telah dipaparkan oleh para ulama fiqih terdapat

dua poin yang menjadi fokus dalam transaksi mudharabah ini seperti persentase

33
OJK, “Seri Standar Produk Perbankan Syariah 5 Standar Produk Mudharabah”, hlm. 17
34
Nur Husna, “Implementasi Akad Mudharabah Pada Petani Bawang Merah”, (Makasar: UIN
ALAUDDIN, 2018), hlm. 29.
35
Nasrun Haroen, Fiqh al-Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama), hlm. 175-176.
41

modal atau kontribusi baik dari pemilik modal maupun penggarap lahan,

persentase pembagian keuntungan dan juga kerugian yang akan diperoleh dan

juga ditanggung kedua belah pihak.

Penulis berpendapat bahwa arti dari mudharabah adalah kerja sama antara

pemodal dan pengelola dalam sebuah usaha untuk mendapatkan keuntungan dari

usaha tersebut dengan ketentuan pembagian keuntungan dan kerugian yang sudah

disepakati oleh pemodal dan pengelola.

c. Sumber dan Dasar Akad Mudharabah

1. Al-Qur’an

Adapun dalil Al-Qur’an yang menjadi sumber legalitas akad mudharabah terdapat

pada surat Al-Muzammil ayat 20 dan surat Al-Jumu’ah ayat 10.

2. Hadist

a. Hadis riwayat Imam Baihaqi dari Ibnu Abbas:

‫صا ِحبِ ِه َأ ْن اَل يَ ْسلُكَ بِ ِه‬


َ ‫ضا َربَةً ا ْشتَ َرطَ َعلَى‬
َ ‫ب ِإ َذا َدفَ َع َمااًل ُم‬ ِ ِ‫ َكانَ ْال َعبَّاسُ بْنُ َع ْب ِد ْال ُمطَّل‬: ‫س قَا َل‬ ٍ ‫ع َِن ا ْب ِن َعبَّا‬
– ِ‫ضا ِم ٌن فَ ُرفِ َع شَرْ طُهُ ِإلَى َرسُوْ ِل هللا‬ ْ ‫ى بِ ِه َذاتَ َكبِ ٍد َر‬
َ ‫طبَ ٍة فَِإ ْن فَ َع َل فَهُ َو‬ َ ‫بَحْ رًا َواَل يَ ْن ِز َل بِ ِه َوا ِديًا َواَل يَ ْشت َِر‬
ُ‫صلّى هللا عليه وسلم – فََأ َجا َزه‬
َ

“Dari ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan
harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan, dan menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika
persyaratan yang ditetapkan Abbas itu di dengar Rasulullah, beliau
membenarkannya.” (HR. Imam Baihaqi)

Hadist diatas merupakan Al-Sunnah al-taqririyah atau persetujuan

Rasulullah SAW terhadap perilaku atau tindakan sahabat yang mempraktikkan


42

mudharabah. Praktik Mudharabah dalam hadist ini menjelaskan mengenai praktik

mudharabah muqayyadah. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah yang

pemilik modal menentukan persyaratan kepada pengelola usaha seperti

menentukan jenis usaha, lokasi, jangka waktu, dan tujuan usaha harus sesuai

dengan kesepakatan dan apa yang telah ditentukan oleh pemilik modal.36

b. Hadis riwayat Ibnu Majah

ٌ ‫ [[ ثَاَل‬-‫–صلَّى هللا عليه وسلم‬


‫ث‬ َ ِ‫ال َرسُو ُل هللا‬ َ َ‫ب ع َْن َأبِ ْي ِه ق‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ ‫صهَ ْي‬
ُ ‫ح ْب ِن‬ َ ‫ع َْن َع ْب ِد الرّحْ َم ِن ْب ِن دَا ُو َد ع َْن‬
ِ ِ‫صال‬
]] ‫ت اَل لِ ْلبَي ِْع‬
ِ ‫ضةُ وَِإ ْخاَل طُ ْالبُرِّ بِال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي‬
َ ‫فِ ْي ِه َّن ْالبَرْ َكةُ ْالبَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل َو ْال ُمقَا َر‬

“Dari Abdirrahman bin Dawud dari Sholih bin Shuhaib dari ayahnya
berkata: “Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tiga hal yang di dalamnya
berisi berkah, yaitu: “jual-beli tidak secara tunai, menyerahkan permodalan dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah)37

Kalimat “Keberkahan” dalam hadist diatas mengindikasikan


diperbolehkannya praktik mudharabah. Dengan adanya mudharabah ini, maka
usaha yang dijalankan oleh nasabah akan berkembang dan tumbuh menjadi lebih
baik, begitu juga dengan pihak bank, modalnya akan bertambah karena akan
mendapat financial return.38

3. Ijma’

Dalil ijma’ yang menjadi dasar diperbolehkannya akad mudharabah ini

menurut Wahbah Zuhayli adalah ketika para sahabat menyerahkan harta anak

yatim kepada seorang pengelola atau mudharib sebagai bentuk praktik

mudharabah, dan para sahabat tidak ada yang mengingkari praktik tersebut, ijma’

ini termasuk ke dalam jenis ijma’ sukuti yang artinya sahabat diam atau tidak ada

36
Imam Mustofa, Fiqih Muamalat Kontemporer, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 157-158.
37
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Mudharabah.
38
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 188-189.
43

yang menyatakan pendapat mengenai masalah tersebut, sehingga ijma’ tersebut

bisa dijadikan sebuah dasar legalitas syari’ah mengenai akad mudharabah

4. Qiyas

Sedangkan dalam dalil qiyas mudharabah dianalogikan dengan Al-

Musaqat dimana salah satu pihak memiliki modal yang cukup namun tidak

memiliki kemampuan atau kompetensi yang memadai u ntuk mengelola modal

tersebut, dan di pihak lain yang memiliki kemampuan yang mumpuni namun tidak

memiliki modal, sehingga akad mudharabah menjembatani antara pemilik modal

dan keahlian bisa saling bekerja sama untuk memberikan manfaat antara yang satu

dan lainnya agar terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan nilai dan prinsip yang

sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Macam-macam Mudharabah

Pada dasarnya mudharabah memiliki sifat mutlak yang artinya pemilik

modal (Shahibul maal) tidak menetapkan syarat-syarat tertentu kepada mudharib

atau pengelola usaha, mudharabah jenis ini disebut mudharabah muthlaqah.

Namun apabila sang pemilik modal melalui pertimbangannya dipandang perlu

untuk menentukan syarat-syarat atau batasan-batasan kepada mudharib agar

terhindar dari kerugian, bilamana mudharib melanggar batasan-batasan yang

sudah disepakati maka mudharib berkewajiban untuk mengganti kerugian yang

diterima, mudharabah jenis ini disebut mudharabah muqayyadah.

1. Mudharabah Muthlaqah
44

Dalam mudharabah mutlaqah ini pemilik modal tidak memberikan batasan

atau syarat kepada pengelola. Contohnya apabila pemilik modal berkata : “saya

berikan modal ini kepada Anda sebagai akad mudharabah, dengan ketentuan bagi

hasil bahwa keuntungan dibagi dua”. Dalam akad tersebut tidak ada batasan atau

syarat yang diberikan kepada mudharib seperti jenis usaha, tempat usaha, objek

yang akan dijadikan usaha, atau ketentuan-ketentuan lain.

2. Mudharabah Muqayyadah

Jenis mudharabah ini merupakan kebalikan dari akad mudharabah

muthlaqah, dimana shahibul maal memberikan batasan atau ketentuan kepada

pengelola mengenai jenis usaha, tempat usaha atau objek yang dijadikan usaha.

Namun apabila dalam implementasinya pengelola bertentangan dengan syarat-

syarat yang telah diberikan oleh pemilik modal maka ia bertanggung jawab penuh

atas akibat yang ditimbulkan oleh keputusannya tersebut, baik secara materi atau

non materi.

3. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana

menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Di awal kerjasama

akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik

dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan

kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana dapat menanamkan modalnya

dalam usaha tersebut, jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah


45

musytarakah yang merupakan perpaduan antara mudharabah muthlaqah dan

mudharabah muqayyadah.39

Ulama Hanafiyah dan Imam Ahmad membolehkan memberikan batasan

dengan masa yang akan datang, sedangkan ulama syafi’iyah dan malikiyah

melarangnya.40

e. Rukun dan Syarat

1. Rukun

Rukun mudharabah menurut ulama hanafiyah adalah ijab dan qabul,

dengan menggunakan kalimat atau lafal yang menunjukkan arti mudharabah,

seperti lafal yang digunakan oleh mudharib “saya terima” atau “saya setuju”

apabila lafal yang menjadi rukun tersebut sudah terpenuhi maka akad sudah

dianggap sah.

Menurut jumhur ulama, rukun mudharabah ada tiga, yaitu

a. Aqid, yaitu pemilik modal memberikan sebagian hartanya untuk dikelola oleh

mudharib.

b. Ma’qud ‘alaih, yaitu modal yang disediakan oleh shahibul maal dan diberikan

kepada mudharib yang bekerja sebagai tenaga dalam pekerjaan tersebut kemudian

keuntungan dibagi setelah panen.

c. Shighat, yaitu ijab dan qabul.

Menurut Sayid Sabiq, rukun mudharabah adalah ijab dan kabul yang

keluar dari orang yang memiliki keahlian.41

39
Sri Nurhayati (wasila), Akuntansi Syariah di Indonesia, hlm.131
40
Andi Intan Cahyani, Fiqih Muamalat (cet; 1, Jakarta: AU Press 2013), hal. 136
41
Op. Cit. Nur Husna, hlm. 33
46

2. Syarat Mudharabah

Syarat-syarat sah mudharabah sebagai berikut:

a. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang

itu berbentuk emas atau perak batangan, maka emas hiasan atau barang dangan

lainnya mudharabah tersebut batal.

b. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasarruf,

maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila dan orang-orang

yang berada di bawah kemampuan.

c. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang

diperdagangkan dan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut yang akan

dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

d. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas

persentasenya, umpamanya setengah atau sepertiga.

e. Melafalkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini kepadamu

untuk didagangkan jika ada keuntungan akan dibagi dua, dan kabul dari

pengelola.

f. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta

untuk berdagang di negara tertentu, pada waktu tertentu sementara di waktu lain

tidak terkena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad

mudharabah, yaitu keuntungan, bila dalam mudharabah ada persyaratan-

persyaratan, maka mudharabah tersebut menjadi rusak (fasid) menurut pendapat

Syafi’i dan Malik. Adapun menurut Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal

mudharabah tersebut sah.42


42
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Prenadana Media Group, 2016),hlm. 195- 196.
47

f. Hal-hal yang Dapat Membatalkan Akad Mudharabah

Mudaharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai berikut:

a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah. Jika salah satu

syarat mudharabah tidak terpenuhi, sedangkan modal sudah dipegang oleh

pengelola dan sudah diperdagangkan, maka pengelola mendapatkan sebagian

keuntungannya sebagai upah, karena tindakan atas izin pemilik modal dan ia

melakukan tugas berhak menerima upah. Jika terdapat keuntungan, maka

keuntungan tersebut untuk pemilik modal. Jika ada kerugian, kerugian itu

menjadi tanggung jawab pemilik modal karena pengelola adalah sebagai buruh

yang hanya berhak menerima upah dan tidak bertanggung jawab atas sesuatu

apa pun, kecuali atas kelalaiannya.

b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola modal

atau pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad.

Keadaan seperti ini pengelola modal bertanggung jawab jika terjadi kerugian

kerena dialah penyebab kerugian.43

c. Larangan berusaha dan pemecatan Mudharabah menjadi batal dengan adanya

pembatalan mudharabah oleh pihak yang bekerjasama, larangan untuk

melanjutkan usahanya atau karena terjadi pemecatan. Jika memenuhi syarat

dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika pembatalan atau

larangan, maka adad mudharabah sah untuk dibatalkan. Akan tetapi jika

pengusaha tidak mengetahui bahwa mudharabah telah dibatalkan, pengusaha

(mudharib) dibolehkan untuk tetap mengusahakannya.

43
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana 2016), hlm. 201.
48

d. Meninggal dunia salah satu pihak Disepakati oleh jumhur ulama bahwa

mudharabah dinyatakan batal jika sala seorang pihak yang berakad (aqid)

meninggal dunia, baik pemilik modal maupun pengelola. Hal ini karena

mudharabah berhubungan dengan perwakilan yang akan batal dengan

meninggalnya wakil atau yang mewakilkan. Pembatalan tersebut dipandang

sempurna dan sah, baik diketahui oleh salah seorang yang melakukan akad

atau tidak. Namun bagi ulama malikiyah menyatakan bahwa tidaklah batal

mudharabah disebabkan meninggalnya salah seorang yang melakukan akad,

tetapi dapat diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.

e. Salah satu pihak sakit gila Ulama sepakat bahwa seorang yang ada dalam

ikatan perjanjian dan mengalami sakit gila maka secara langsung akadnya

dinyatakan batal. Hal tersebut sangat wajar sebab seorang yang gila maka dia

tidak bersyarat untuk melakukan perjanjian. Demikian pula dalam hal akad

mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian dalam

mudharabah.

f. Pemilik modal murtad Apabila pemilik modal murtad (keluar dari islam) atau

terbunuh dalam keadaan murtad, atau bergabung dengan musuh serta telah

diputuskan oleh hakim atas pembatalannya, menurut imam Hanafih, hal itu

membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan musuh sama saja dengan

mati. Hal itu menghilangkan keahlian dalam kepemilikan harta, dengan dalil

bahwa harta orang murtad dibagikan diantara para ahli warisnya.

g. Modal rusak di tangan pengusaha Jika harta rusak sebelum dibelanjakan,

mudharabah menjadi batal. Hal ini karena modal harus dipegang oleh
49

pengelola. Jika modal rusak, mudharabah dianggap rusak jika modal diberikan

kepada orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.44

transaksi mudharabah dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 2.1 Skema Transaksi Akad Mudharabah

Dari ilustrasi gambar tersebut diatas disampaikan penjelasan sebagai

berikut:

1. Pengelola usaha (mudharib) mengajukan pembiayaan kepada pemilik modal

(shahibul maal) atas suatu rencana proyek usaha. Kemudian diadakan

negosiasi sampai pemilik modal (shahibul maal) menyetujui proyeksi yang

diajukan oleh Pengelola usaha dengan syarat dan analisis yang ditetapkan oleh

pihak pemilik modal. Pada tahap negosiasi tercapai kesepakatan berarti sudah

terjadi. 

2. Perjanjian dibuat dengan perlengkapan seluruh dokumen yang dibutuhkan.

Pada tahap ini data diartikan sebagai asas formalisme. Di mana akad terjadi

44
Nur Husna, op. cit., hal. 39.
50

jika sudah terjadi formalitas suatu perjanjian sesuai dengan peraturan yang

berlaku, pemilik modal sebagai shahibul maal (pihak pertama), dan pengelola

usaha sebagai mudharib (pihak kedua).

3. Mudharib menyalurkan dana pembiayaan untuk proyek yang telah disepakati.

4. Mudharib memberikan nisbah bagi hasil atau nilai keuntungan sesuai dengan

nilai kontrak. Lazimnya dibayarkan secara regular dalam interval per-bulan. 

5. Perjanjian pembiayaan akad mundharabah selesai sesuai dengan nota

perjanjian atau sebagian pihak mengakhiri dengan beberapa alasan peraturan

atau perundang-undangan yang berlaku.

B. Penelitian Relevan

1. Dalam sebuah tesis yang berjudul “Konstruk Maqasid Syariah Fikih

Muamalat Dalam Pemikiran Abdullah Bin Bayyah” yang ditulis oleh

Susanto tahun 2021 beliau menjelaskan bahwa Penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman bahwa fiqih muamalat adalah salah satu

objek kajian hukum islam. Dalam penetapannya para ulama klasik ber-

istinbath (melakukan penggalian hukum) sesuai zamannya. Di era modern

ulamanya harus bisa menyesuaikan zamanny adalam melakukan metode

penggalian hukum. Salah satu tokoh cendikawan islam kontemporer yang

menyerukan kajian metodologi penetapan hukum islam adalah Abdullah

bin Bayyah yang berasal dari Mauritania dan sekarang menjadi Mufti

Agung Majelis Fatwa Syariah Nasioanl Uni Emirat Arab. Fokusnya

adalah fiqih muamalat kontemporer, dan menjadikan Maqasid Syariah


51

sebagai nalar ijtihadnya. Dalam penelitian tesis ini ditemukan bahwa perlu

adanya formulasi Maqasid Syariah sebagai referensi utama dalam

menetapkan hukum ekonomi syariah/fiqih muamalat khususnya

problematika kontemporer. Abdullah bin Bayyah merumuskan lima

Maqasid Syariah Fiqih Muamalat yaitu; ar Rawaj (perputaran harta), al

wudhuh (transparansi), al hifdz (pemeliharaan harta), at Tsabat

(Keutuhan) dan al Adl (keadilan dalam transaksi).45

2. Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Tinjauan Maqashid Syariah Terhadap

Pemberdayaan Zakat Produktif di BAZNAS Jepara” yang ditulis oleh Nur

Kholis dan Zain Kholisatul Ma’rufah mengatakan bahwa Langkah

inovatif BAZNAS Jepara dalam pemberdayaan zakat produktif layak

untuk dilakukan kajian secara mendalam, mengingat di tempat lain, dalam

pengelolaannya tidak lebih dari sebatas pemenuhan kebutuhan konsumtif

bagi mustahik zakat. Oleh karena itu kajian ini dimaksudkan untuk

menjelaskan praktik pemberdayaan zakat produktif tersebut berikut

tinjauannya dalam maqashid syariah. Jenis kajian ini adalah kualitatif

dengan menggunakan metode kajian lapangan. Hasil dari kajian ini dapat

dinyatakan bahwa langkah pemberdayaan zakat produktif oleh BAZNAS

tersebut dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat terlebih bagi

para mustahik zakat, oleh karena itu langkah inovatif tersebut sangat

efektif dan beralasan secara syariat dalam rangka memastikan

45
Susanto, Tesis Konstruk Maqasid Syariah Fikih Muamalat Dalam Pemikiran
Abdullah Bin Bayyah (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2021) hlm. VII.
52

terwujudnya kemaslahatan.46

3. Dalam sebuah SKRIPSI yang berjudul “Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah

dalam Ranah Praktik Manajemen Laba Efisien pada Perbankan Syariah

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” yang ditulis oleh Irmawati beliau

menjelaskan bahwa Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam

praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam

konsep maqashid al-syari’ah harus mendasarkan tujuannya kepada utilitas

materi maupun nonmateri yang selanjutnya mengorientasikan utilitas

tersebut kepada stakeholders. Adapun untuk membangun, mewujudkan

serta memaksimalkan praktik manajemen laba efisien pada perbankan

syariah, maka dalam perbankan syariah sesuai ketetapan dalam Islam

tidak diperbolehkan membuat keuntungan yang berlebihan serta

mengabaikan tanggungjawab dan komitmen kepada para pemangku

kepentingan. Perbankan syariah harus menyajikan laporan keuangannya

secara andal dan dapat dibandingkan yang didasarkan pada prinsip

amanah agar kesejahteraan ummat (falah) serta kehidupan yang lebih baik

(hayat thayyibah) dapat terealisasi.47

C. Kerangka Berpikir

Menurut Wahbah Zuhaiyli maqashid Syari’ah adalah Makna makna serta

sasaran-sasaran yang disimpulkan pada semua hukum atau pada kebanyakannya,

46
Nur Kholis dan Zain Kholisatul Ma’rufah, Tinjauan Maqashid Syariah Terhadap Pemberdayaan
Zakat Produktif di BAZNAS Jepara, (Jurnal Studi Hukum Islam Vol 06, No. 01, 2019) hlm. 13.
47
Irmawati, SKRIPSI, Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah dalam Ranah Praktik Manajemen Laba
Efisien pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Makasar: UIN Alaudin,
Januari, 2017) hlm. xii.
53

atau tujuan dari syariat serta rahasia-rahasia yang ditetapkan Syari’ (Allah SWT)

pada setiap hukum dari hukum-hukumnya

Menurut penulis maqashid syari’ah adalah maslahat yang terkandung

dalam hikmah serta tujuan syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah SWT selaku

syari’ pada setiap hukum yang diturunkan-Nya baik berupa perintah maupun

larangan untuk umat islam.

Menurut madzhab hambali makna Mudharabah adalah penyerahan suatu

modal tertentu dan jelas jumlahnya atau semaknanya kepada orang yang

mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.

Menurut penulis Mudharabah adalah akad antara pemilik modal (shahibul

maal) dengan pengelola (mudharib) berupa penyerahan modal kepada pengelola

dengan syarat dan ketentuan yang disepakati bersama dengan pembagian hasil

yang adil sesuai dengan kontribusi dari kedua pihak yang berakad.
54
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah nilai-nilai yang terkandung dalam maqashid syari’ah bisa

tercapai melalui akad mudharabah penggarapan lahan, yang meliputi :

1. Implementasi akad mudharabah yang ada di Lembah Barokah Ciboleger.

2. Faktor yang mendukung tercapainya kemaslahatan masyarakat ditinjau dari

maqashid syariah dalam akad mudharabah yang terjadi di Lembah Barokah

Ciboleger.

3. Faktor yang menghambat tercapainya kemaslahatan masyarakat ditinjau dari

maqashid syariah dalam akad mudharabah yang terjadi di Lembah Barokah

Ciboleger.

4. Strategi yang sudah dilakukan oleh yayasan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger melalui akad

mudharabah.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini rencana akan dilakukan di Lembah Barokah Ciboleger,

Ds. Bojongmenteng, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak, Banten 42362 Tlp. 0821

2123 5323.

55
56

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2021/2022, pada bulan Desember 2021 sampai dengan bulan februari 2022

(insyaAllah) yang dilakukan secara random atau acak menyesuaikan dengan

kebutuhan informasi dan data serta menyesuaikan dengan kesediaan

responden penelitian.

3. Jadwal Penelitian

Setiap rangkaian aktifitas atau kegiatan yang berkenaan

dengan penelitian ini dituangkan ke dalam bagan sebagai berikut:

No. Keterang Bulan


an
Sep Okt Nov Des Jan Feb
1.
Pengajuan judul Skripsi
1.
2.
Penyusunan Proposal Skripsi
3.
Seminar Proposal Skripsi

4. Penyerahan surat izin penelitian


kepada pihak yayasan
5.
Pengumpulan Data
6.
Pengolahan Data
7.
Penyelesaian Skripsi
8.
Sidang Skripsi
Tabel 3.1
57

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif dari sisi definisi dikemukakan bahwa

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah

dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau

sekelompok orang.48

Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif merupakan upaya untuk

menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,

perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.49

Sehingga penelitian kualitatif adalah penelitian yang dituangkan dalam

bentuk kata-kata baik tertulis maupun lisan, dan objeknya adalah manusia.

Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang dibahas tidak berkenaan

dengan angka-angka. Tetapi mendeskripsikan, menguraikan, dan menganalisa

maqashid syari’ah terhadap akad mudharabah dalam transaksi penggarapan lahan

di Lembah Barokah Ciboleger dengan apa adanya. Penelitian kualitatif adalah

suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak

menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Dalam hal ini penelitian

kualitatif adalah penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita, perilaku, dan juga

tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik.50

48
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2014)
hlm.5
49
Ibid., hlm. 6
50
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu
Sosial, Keagamaan dan Pendidikan), (Bandung: Citapustaka Media,2012) hlm: 41
58

Di dalam penelitian peneliti tidak melakukan manipulasi atau

memberikan perlakuan-perlakuan terhadap variabel atau merancang sesuatu yang

diharapkan terjadi pada variabel. Tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek

dan komponen berjalan sebagaimana adanya.

Seperti yang ditegasnya Lexy J. Moleong dalam bukunya bahwa

penelitan kualitatif merupakan penelitian untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Dengan metode kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat

mengungkapkan fakta-fakta yang komprehensif tentang analisa maqashid

syari’ah terhadap akad mudharabah dalam transaksi penggarapan lahan di Lembah

Barokah Ciboleger.

D. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk

mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Peneliti

akan mencari data dari beberapa orang di Lembah Barokah Ciboleger, yaitu

antara lain: ketua MUI Kec. Leuwidamar, penyuluh keagamaan Kec.

Leuwidamar, pembina agama Lembah Barokah Ciboleger. Warga pengelola

modal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel


59

non-probability sampling, dengan teknik sampling yang digunakan Snowball

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang ada awalnya

jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah

sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang

memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber

data51

B E G
A

H
C
F

Gambar 3.1

Rancangan Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian. Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang

dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik menunjukan

suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat

51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D) (Bandung: CV. ALFABETA, 2011) hlm. 220
60

dilihatkan penggunaannya.52

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi dokumentasi,

observasi, wawancara yang masing-masing secara singkat dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara.53

Esterberg sebagaimana dikutip Sugiyono menjelaskan 3 macam jenis

wawancara yaitu: Wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan

Wawancara tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan apabila peneliti telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam

melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan- pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan dan

pada wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama.

b. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur dilakukan lebih bebas dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan wawancara semi terstruktur adalah menemukan

52
Unaradjan Dominikus Dolet, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta:Atmajaya,2013) hlm. 130
53
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, Metode Penelitian.
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 2008), hlm.199
61

permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh responden.54

c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan

yang terstruktur. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi

yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara ini sangat berbeda dari

wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons,

yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya.55

Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara terstruktur ialah menjaring data/informasi dari banyak

orang. Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai ketua MUI Kec. Leuwidamar,

penyuluh keagamaan Kec. Leuwidamar, pembina agama Lembah Barokah

Ciboleger., sebagai sumber data dalam penelitian.

2. Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga

dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.56

Tujuan untuk menambah kepercayaan informasi dari macam-macam sumber dari

suatu kejadian.

54
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan,(Medan: Perdana
Publishing, 2017), hlm: 108-109.
55
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2014), hlm. 190-191.
56
Satori Djam’an, Profesi Keguruan.(Jakarta : Universitas Terbuka,2010), hlm.149
62

3. Observasi.

Menurut Syaodih N observasi (observation) atau pengamatan merupakan

suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.57

Menurut Arikunto dalam menggunakan observasi cara yang paling

efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang

kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman

diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar

mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat

kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki.58 Tujuan dari obaservasi

ini untuk mengumpulkan data tentang pandangan ulama mengenai analisa

maqashid syari’ah terhadap akad mudharabah dalam transaksi penggarapan lahan

yang ada di Lembah Barokah Ciboleger.

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data dalam

penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data yang berlangsung dan

setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Sugiyono

kegiatan yang dilakukan yaitu data reduction, data display, dan coclusion
57
Ibid, hlm. 153
58
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : PT.
Rineka Cipta,2010) hlm. 229
63

drawing/verifivation.59

Data yang diperoleh dari lapangan, kemudian diolah agar lebih

sederhana. Kegiatan analisis data yang dilakukan yaitu :

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono reduksi data ialah mereduksi berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya.60 Mereduksi data akan mempermudah dan akan memperjelas

dalam memberikan gambaran yang telah diperoleh di lapangan serta dapat

mempermudah peneliti ketika melakukan pengumpulan data berikutnya. Selain

itu, peneliti dapat memilah-milah mana yang relevan atau sesuai dengan fokus

penelitian, sehingga akan dapat menjawab pertanyaan peneliti.

2. Penyajian data

Langkah selanjutnya Sugiyono menjelaskan, setelah reduksi data yaitu

men-display-kan data atau penyajian data yang dimaksudkan agar mudah

dipahami apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, dapat merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.61

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya yaitu peneliti menarik kesimpulan. Kesimpulan


awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan dapat berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan dapat menjawab
fokus masalah sejak awal, tetapi juga mungkin juga tidak sebab fokus masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian di lapangan. Sugiyono mengatakan, penelitian kualitatif merupakan
59
Ibid ,. hlm. 246

60
Ibid ,. hlm. 247

61
Ibid ,. hlm. 249
64

temuan baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah
diteliti menjadi jelas.62

G. Pemerikasaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat

keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability).63Pengujian data uji kredibilitas

data atau kepercayaaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan sebagai

berikut :

1. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Penulis berupaya

untuk mempertajam pengamatan agar mendapatkan data yang lengkap, akurat

yang sesuai dengan fokus penelitian. Dengan melakukan pengamatan dengan

tekun maka penulis akan dapat memahami masalah yang diteliti secara

menyeluruh dan mendalam sehingga hasil penelitiannya akan valid.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Triangulasi bisa diartikan juga bahwa peneliti menggunakan teknik

62
Ibid ,. hlm. 252
63
Satori Djam’an, op.cit., hlm.64
65

pengumpulan data yang berbeda – beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama dengan cara peneliti menggunakan observasi partisipatif,

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak.64

3. Menggunakan bahan referensi

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti yaitu data hasil wawancara dengan adanya rekaman wawancara atau

gambaran suatu keadaan berupa foto-foto atau dokumen autentik.65

64
Indranata, Iskandar. Metode Penelitian. (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia 2008), hlm. 138
65
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D)
(Bandung: CV. ALFABETA, 2011) hlm. 270 - 275
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

1. Implementasi Akad Mudharabah Yang Ada Di Lembah Barokah

Ciboleger

a. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Akad Mudharabah

Pada dasarnya masyarakat Lembah Barokah Ciboleger sudah

mempraktikan akad mudharabah ini sudah sejak lama bahkan sebelum mereka

masuk Islam akad ini sudah berlaku baik antar masyarakat muslim maupun non

muslim, dengan berdasarkan pengetahuan atau praktik yang telah dilakukan oleh

nenek moyang mereka, namun untuk pengetahuan dasar yang mendetail mengenai

praktik muamalah sendiri masih sangatlah minim, pertama hal ini disebabkan

minimnya pengetahuan masyarakat yang baru masuk islam, kedua kurangnya

perhatian ulama dan kyai mengenai pembinaan masyarakat pada praktik

muamalah khususnya dalam akad mudharabah.

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Kyai Muhamad Sudin

selaku pembina agama di Lembah Barokah Ciboleger, beliau mengatakan bahwa

minimnya pengetahuan masyarakat terhadap fiqih muamalah ini disebabkan

karena kurangnya minat para mualaf untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang

ajaran Islam karena merasa dengan mereka menguasai ilmu yang berkaitan

dengan rukun Islam yakni, syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji itu sudah cukup

66
67

menurut mereka dalam hal belajar ilmu agama, padahal lebih dari pada itu Islam

mengatur kehidupan manusia lebih detail lagi hingga ke praktik muamalah dalam

keseharian para mualaf harus sesuai dengan tuntunan syari’at. Selain faktor

tersebut ada faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan mereka terhadap akad

mudharabah juga disebabkan kurangnya perhatian ulama dan kyai setempat

menyangkut kesesuaian praktik masyarakat dengan fiqih, dengan dalih

masyarakat tidak mau dicampuri urusannya ketika sudah melibatkan masalah

ekonomi karena mereka hanya melakukan transaksi mudharabah sesuai dengan

apa yang telah dicontohkan oleh para orang tua mereka. Adapun untuk praktik

yang ada di yayasan sendiri tentunya sudah jauh lebih baik dan sesuai dengan

syariah, karena sebelum disosialisaikan ke warga terlebih dahulu dikaji oleh

pembina agama kampung Lembah Barokah Ciboleger. Dibandingkan dengan

praktik bagi hasil yang dilakukan oleh warga di luar kampung Lembah Barokah

Ciboleger. Karena untuk pembagian dan syarat-syaratnya semua terpenuhi.66

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh ketua harian Yayasan Spirit

Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) bapak Drs. Syahriwal beliau

menyampaikan bahwa kurangnya perhatian ulama terhadap praktik muamalah

yang telah berjalan pada masyarakat tidak dievaluasi dan ditinjau dari segi fiqih,

dan meskipun sudah mulai banyak masyarakat yang sedikit demi sedikit belajar

tentang fiqih muamalah mereka juga masih bingung untuk

mengimplementasikannya dalam kehidupan sosialnya secara langsung karena

66
Wawancara dengan pembina agama Lembah Barokah Ciboleger Kyai Muhamad Sudin di
kediaman beliau pada hari Rabu, 20 April 2021 pukul 15.55 – 16.20 WIB. Lihat lampiran
wawancara halaman 124-126.
68

kurangnya pembinaan masyarakat dan mereka dalam masalah transaksi selalu

terpaku dengan apa yang sudah dijalankan oleh orang tua mereka, sehingga sulit

untuk mengubah kebiasaan tersebut dan membutuhkan waktu yang tidak

sebentar.67

Pendapat yang sedikit berbeda disampaikan oleh pembina agama sekaligus

ketua pelaksana pemberdayaan ekonomi masyarakat mualaf dan dhuafa Lembah

Barokah Ciboleger (LBC) yaitu ustadz Ahmad Suhadi menurut beliau minimnya

pengetahuan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger disebabkan karena

kurangnya minat masyarakat baik mualaf maupun dhuafa kaitannya masalah ilmu

pengetahuan karena bagi mereka selama sebuah kegiatan atau pekerjaan itu tidak

memberikan keuntungan secara materi kepada mereka besar kemungkinan tingkat

antusias masyarakat terhadap kegiatan atau acara tersebut sangatlah rendah, hal ini

dibuktikan dengan dari banyaknya seminar dan pelatihan yang diadakan

masyarakat kurang bisa memaksimalkan kegiatan tersebut sehingga banyak

proyek yang dilakukan itu mengalami kegagalan. Namun pada praktik muamalah

yang sudah berjalan selama ini itu tidak terjadi banyak penyimpangan ditinjau dari

segi fiqih.68

Pendapat Ustadz Ahmad Suhadi tersebut juga senada dengan apa yang

disampaikan oleh Kyai Haji Johanda yang sampai saat ini masih menjabat sebagai

Ketua Umum MUI Kecamatan Leuwidamar yang mana menurut pandangan

67
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130
68
Wawancara pembina agama dan pelaku pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger
Ustadz Ahmad Suhadi di kediaman beliau, pada hari Selasa, 12 April 2022, pada pukul 20.30-
21.15 WIB. Lihat lampiran wawancara halaman 117-122.
69

beliau praktik muamalah yang dilakukan oleh masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger Khususnya akad mudharabah tidak terjadi penyimpangan dalam

implementasinya hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat baik mualaf

maupun dhuafa’ tidak sepenuhnya bodoh dalam urusan fiqih, karena pada

kenyataannya mereka juga mempraktikkan akad mudhrabah maupun akad yang

lain sudah sesuai dengan tuntunan syari’at meskipun ada sedikit kecacatan dalam

praktiknya namun hal tersebut masih bisa dibenahi. Secara Khusus karena lingkup

tugas beliau hanya di lingkup kecamatan jadi sangat jarang MUI mengeluarkan

fatwa tentang praktik muamalah karena memang MUI juga melakukan pengkajian

terhadap kegiatan perekonomian dan hanya menemukan beberapa kecacatan

dalam praktiknya semisal gadai atau rahn adalah bentuk praktik muamalah yang

sering disalah gunakan atau melenceng dari tuntunan syari’at, namun untuk di

kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger sendiri beliau belum menemukan

permaslahan yang sampai harus mengeluarkan fatwa karena setiap minggu beliau

sendiri lah yang melakukan monitoring ke lokasi tersebut, meskipun sedari

dulunya mereka hanya menerapkan aturan trasaksi hanya berdasarkan yang

dilakukan oleh orang tuanya akan tetapi tidak semua yang mereka praktikkan

tersebut salah hanya terdapat sedikit kecacatan yang terjadi, ini menunjukkan

bahwa mereka tidak sepenuhnya bodoh tentang muamalah hanya memerlukan

penyuluhan yang tepat sehingga yang mereka kegiatan ekonomi yang mereka

lakukan sehari-hari sesuai dengan tuntunan syariat Islam.69

69
Ibid
70

b. Prosedur Akad Mudharabah Dalam Transaksi Penggarapan Lahan Yang Terjadi

di Lembah Barokah Ciboleger

Pada praktik akad mudharabah itu sendiri tentu ada beberapa persyaratan

dan rukun yang berlaku menurut fiqih muamalah dan apa bila syarat dan rukun

yang sudah menjadi ketentuan dalam akad maka akad tersebut bisa rusak atau

cacat.

Menurut penuturan Ustadz Ahmad Suhadi dalam implementasi akad

mudharabah ini ada beberapa proses yang dilaksanakan oleh panitia pelaksana

pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger yang mana proses tersebut

adalah salah satu bentuk implementasi dari program pembinaan keagamaan juga

sehingga transaksi yang dilakukan oleh yayasan dan juga warga Lembah Barokah

Ciboleger bisa tetap berada dalam koridor syariat. Ada 3 tahapan yang dilakukan

oleh yayasan sebelum memodali masyarakat dalam penggarapan lahan, tahap

yang pertama adalah sosialisasi tentang program yang akan dilaksanakan hal ini

bertujuan untuk memberikan pemahaman masyarakat tentang tata cara dan aturan

aturan yang harus dilakukan masyarakat sebelum mulai menggarap lahan. Kedua

pembagian lahan dimana masyarakat akan dipersilahkan untuk memilih tempat

dimana mereka akan menggarap lahan hal ini bertujuan agar masyarakat bisa

menyesuaikan lahan yang cocok menurut mereka untuk digarap, karena adanya

perbedaan jenis usaha yang akan dikembangkan oleh mereka seperti berternak

ayam kampung, berternak bebek, menanam pohon albasiah, menanam jahe, dan

budidaya ikan, maka dari itu pihak pengelola atau warga diberikan kebebasan

untuk memilih lahan mana yang akan mereka garap. Dan tahap ketiga adalah
71

penandatangan kontrak yang berisikan tentang aturan aturan yang berlaku selama

transaksi ini masih berjalan, seperti aturan bagi hasil, bagi rugi, dan lama waktu

warga bisa menggarap lahan.70

Manambahkan dari pernyataan Ustadz Ahmad Suhadi, Drs. Syahriwal

juga mengatakan 3 tahapan proses tersebut adalah bentuk evaluasi dari kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang sudah dilakukan dari tahun 2018 dikarenakan

sulitnya tercapainya target yang sudah direncanakan antara yayasan selaku

pemodal dan warga selaku pengelola dan didapati bahwa kurangnya sosialisasi

dan rasa tanggung jawab menjadi faktor yang mempengaruhi hasil dari akad

mudharabah yang telah dilaksanakan selama ini, sehingga pengkajian terus

dilakukan agar pemodal dan pengelola modal bisa mendapatkan keuntungan

sesuai dengan yang diharapkan bersama dan juga agar tercapainya salah satu

tujuan dari kegiatan pemberdayaan ekonomi ini adalah masyarakat yang makmur

dan sejahtera.71

c. Konsep pembagian keuntungan dan kerugian dalam praktik mudharabah

Adapun konsep pembagian keuntungan hasil yang telah disetujui antara

pengelola dan pemodal sabagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Ahmad selaku

ketua pemberdayaan ekonomi bahwa untuk bagi hasil itu dibagi menjadi 3 bagian

dengan rincian 2 bagian adalah untuk pengelola dalam hal ini adalah warga

Lembah Barokah Ciboleger dan 1 bagian adalah untuk yayasan. Dan pernah

yayasan mengalami kerugian, jadi pada saat itu karena pandemi covid 19, yayasan
70
Ibid
71
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130
72

memprogramkan untuk masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger

kaitannya dengan akad mudharabah mutlaq dengan mengelola jahe merah, saat itu

yayasan membiayai program penanaman jahe dengan harga pembibitan 40 ribu

rupiah per kilogramnya, dan karena kondisi tanah yang kurang bagus dan

anjloknya harga jahe merah ketika panen jadi baik pengelola maupun yayasan

mengalami kerugian, dikarenakan saat itu tidak ada kesepakatan mengenai

pembagian kerugian jadi pemodal atau yayasan menanggung kerugian 100%.72

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Drs. Syahriwal beliau

menyampaikan untuk pembagian keuntungan kaitannya dengan program agro

pertanian dan peternakan, ini sudah disepakati untuk dibagi menjadi 3 bagian, 2

bagian untuk pengelola dan 1 bagian untuk pemodal. Beliau juga menyampaikan

bahwa program mudharabah ini pernah beberapa kali mengalami kerugian, yang

paling besar itu adalah ketika penanaman 10.000 bibit jahe merah yang dinilai

bisa mendongkrak perekonomian masyarakat yang waktu itu memang sedang

banyak dicari ditengah pandemi, akan tetapi begitu musim panen hasilnya kurang

bagus dan harga jahe anjlok jauh, dalam hal ini yayasan menanggung kerugian

seluruhnya akan tetapi bukan berarti warga tidak mengalami kerugian, mereka

juga rugi waktu dan tenaga, jadi pemodal dan pengelola menanggung kerugian.73

Pendapat lain yang disampaikan oleh kyai Sudin adalah Bila terjadi

kerugian tentu ditanggung oleh kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan

72
Wawancara pembina agama dan pelaku pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger
Ustadz Ahmad Suhadi di kediaman beliau, pada hari Selasa, 12 April 2022, pada pukul 20.30-
21.15 WIB. Lihat lampiran wawancara halaman 117-122.
73
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130.
73

yang berlaku, apabila tidak ada kesepakatan maka kerugian ditanggung pemodal,

seperti halnya penanaman jahe tahun lalu kerugian ditanggung seluruhnya oleh

pemodal atau yayasan, tapi bukan berarti warga tidak rugi mereka juga rugi waktu

dan tenaga selama mengelola jahe.74

2. Faktor Yang Mendukung Tercapainya Kemaslahatan Masyarakat

Ditinjau Dari Maqashid Syariah Dalam Akad Mudharabah Yang Terjadi Di

Lembah Barokah Ciboleger

a. Faktor yang mendukung tercapainya kemaslahatan

Adapun faktor-faktor yang dapat mendukung tercapainya kemaslahatan

masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger menurut Ustadz Ahmad Suhadi

ada beberapa faktor yaitu program-program pemberdayaan ekonomi yang

diberikan ke masyarakat adalah program yang dikuasai oleh masyarakat kampung

Lembah Barokah Ciboleger, kemudian meningkatkan SDM yang mana para

mualaf ini tidak pernah bersekolah jadi ilmu yang mereka dapatkan itu hanya

berasal dari pengetahuan orang tua mereka. Adapun faktor penghambat itu ada

banyak sekali seperti susahnya menerapkan manajemen finansial yang baik untuk

mereka, kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, menikah muda

tanpa adanya persiapan yang matang sehingga menjadi beban untuk mertua

maupun orang tua, dan keinginan untuk mendapatkan hasil secara instan.75

74
Wawancara dengan pembina agama Lembah Barokah Ciboleger Kyai Muhamad Sudin di
kediaman beliau pada hari Rabu, 20 April 2021 pukul 15.55 – 16.20 WIB. Lihat lampiran
wawancara halaman 124-126.
75
Wawancara pembina agama dan pelaku pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger
Ustadz Ahmad Suhadi di kediaman beliau, pada hari Selasa, 12 April 2022, pada pukul 20.30-
21.15 WIB. Lihat lampiran wawancara halaman 117-122.
74

Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan oleh Drs. Syahriwal

yang mengatakan bahwa secara keseluruhan faktor pendukungnya tentu selain

kondisi geografis yang ada sudah sangat mendukung untuk kegiatan berekebun

dengan memanfaatkan modal dan lahan dari yayasan, selain itu letak Lembah

Barokah Ciboleger sendiri yang sangat dekat dengan wisata Suku Baduy bisa

menjadi alternatif untuk wisatawan merasakan perkampungan muslim yang mirip

seperti Suku Baduy dan ini bisa menjadi pendongkrak untuk ekonomi masyarakat

juga.76

Pendapat lain yang disampaikan oleh ketua MUI Kyai Haji Johanda Yang

menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesejahteraan warga adalah kualitas

Sumber Daya Manusianya, karena itulah yang mempengaruhi pola fikir

masyarakat, ketika mereka mempunyai ilmu yang cukup untuk memahami tujuan

dari pembinaan dan pemberdayaan maka akan lebih mudah baik yayasan maupun

masyarakatnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.77

Pendapat lain yang disampaikan oleh Ir. Purnomo selaku bendahara dan

pendiri YASMUI menilai faktor yang dapat mempercepat naiknya tingkat

kesejahteraan masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger ini adalah

pendidikan, mau bagaimanapun pendidikan merupakan hal yang tidak bisa

diabaikan dampaknya terhadap pola fikir dan pola hidup mereka yang cenderung

menginginkan segala sesuatu yang instan tanpa melalui proses, bila melihat latar

76
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130.
77
Wawancara ketua umum MUI Kecamatan Leuwidamar Kyai Haji Johanda di Masjid Al Fatih,
Desa Bojongmenteng, pada hari Rabu, 13 April 2022, pada pukul 20.00-20.40. Lihat la,piran
wawancara halaman 122-124.
75

belakang pendidikan mereka itu tidak sampai lulus sekolah dasar bahkan ada

beberapa yang buta huruf, ini juga menandakan betapa terbelakangnya masyarakat

Lembah Barokah Ciboleger dalam hal pendidikan, jadi pengadaan fasilitas

pendidikan seperti R.A. dan juga Pondok Pesantren adalah bentuk usaha yayasan

untuk meningkatkan kualitas dari pada warga dan menjaga generasinya muda dan

anak-anak agar bisa lebih baik dari pada orang tua mereka.78

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Ibu Erni Agustianti selaku

penyuluh keagamaan Kabupaten Lebak, beliau menyimpaikan ada rantai faktor

yang saling bersambung yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Lembah

Barokah Ciboleger ini, puncaknya ada di masalah pendidikan yang mana ini akan

berpengaruh terhadap bagus atau tidaknya tingkat SDM, tingkat SDM ini juga

memberikan pengaruh terhadap pola fikir dan ini yang mempengaruhi mereka

dalam melihat program pembinaan maupun pemberdayaan, dan pada akhirnya ini

akan menjadi sebuah pola dalam kehidupan mereka, warga yang memiliki tingkat

kesadaran pendidikan yang lebih tinggi berdampak juga pada pola hidup yang

lebih bagus juga sehingga kesejahteraannya bisa dibilang lebih baik dari pada

yang tidak.79

3. Faktor Yang Menghambat Tercapainya Kemaslahatan Masyarakat

Ditinjau Dari Maqashid Syariah Dalam Akad Mudharabah Yang Terjadi Di

Lembah Barokah Ciboleger

78
Wawancara dengan pendiri sekaligus bendahara YASMUI Bapak Ir. Purnomo Samsu Rahardjo di
kediaman beliau Islamic Village, Tangerang pada hari Senin, 21 Mei 2022, Pukul 13.30 – 14.15.
Lihat lampiran wawancara halaman 130-133.
79
Wawancara dengan penyuluh keagamaan Kebupaten Lebak, Ibu Erni Agustianti di R.A Nurul
Ilmi Lembah Barokah Ciboleger, pada hari Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 09.00 – 09.45. Lihat
lampiran wawancara halaman 133-135.
76

a. Faktor yang menghambat tercapainya kemaslahatan

Kyai Sudin berpendapat bahwa faktor yang menjadi penghambat adalah

dikarenakan pola fikir warga yang hanya terpaku dengan kebutuhan sehari-hari

saja jadi tidak ada usaha lebih atau cita-cita untuk lebih berkembang, semisal

mereka berhutang itu adalah untuk kebutuhan yang konsumtif, bukan untuk hal

yang produktif, padahal apabila mereka mau meluangkan waktunya untuk

kegiatan produktif yang lain itu bisa menjadi sumber pemasukan untuk memenuhi

kebutuhan harian mereka dan juga lemahnya SDM yang serta minimnya

pengetahuan agama mereka.80

Secara keseluruhan faktor penghambat yang disampaikan oleh ketua

harian YASMUI Drs. Syahriwal adalah SDM warga Lembah Barokah Ciboleger

ini karena ketika SDM nya mumpuni untuk melaksanakan program yang sudah

direncanakan oleh yayasan sedikit banyak pasti bisa mendorong tingkat

kesejahteraan mereka, begitu juga sebaliknya ketika SDM yang ada tidak cukup

mumpuni untuk program yang ada kemungkinan gagal program yang dilakukan

juga tinggi, jadi perlu sekali untuk mengedukasi dan membina agar SDM warga

Lembah Barokah Ciboleger ini hingga dinilai mampu. Karena untuk faktor seperti

kondisi geografis posisi Lembah Barokah Ciboleger ini sudah sangat strategis.81

b. Maslahat yang diperoleh warga melalui akad mudharabah

80
Wawancara dengan pembina agama Lembah Barokah Ciboleger Kyai Muhamad Sudin di
kediaman beliau pada hari Rabu, 20 April 2021 pukul 15.55 – 16.20 WIB. Lihat lampiran
wawancara halaman 124-126.
81
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130.
77

Menurut Ibu Erni Agustianti selaku penyuluh keagamaan mengatakan

bahwa ada beberapa maslahat yang bisa masyarakat Lembah Barokah Ciboleger

dapatkan melalui akad mudharabah ini, bila kita lihat dari segi pembinaan

maslahat yang mereka dapatkan tentunya adalah keilmuan mereka semakin

meningkat hal ini yang mengarahkan mereka untuk lebih rajin dalam beribadah,

dan mampu menerapkan konsep kehidupan yang islami mulai dari tata cara

beribadah yang benar, mengenal halal dan haram, mempraktikan kegiatan

muamalah yang sesuai dengan syariat, sehingga mereka bisa lebih menjaga diri

mereka dari pada kemurtadan. Dan dari segi pemberdayaan tentunya semua terkait

dengan masalah ekonomi, yaitu kebutuhan mereka dapat terpenuhi yang nantinya

ini akan berdampak juga pada antusias warga Lembah Barokah Ciboleger

terhadap program pemberdayaan sehingga keduanya saling terikat dan harus

berjalan bersama agar maslahat yang dimaksudkan dapat dicapai secara penuh.82

Pendapat lain yang disampaikan Ustadz Ahmad Suhadi beliau

menyampaikan bahwa maslahat yang mereka dapatkan dari kegiatan

pemberdayaan ini adalah warga Lembah Barokah Ciboleger bisa mempraktikkan

ilmu fiqih muamalah dengan benar sesuai dengan yang telah kita sosialisasikan,

kemudian mereka memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

mereka, dan dengan mereka memproduktifkan lahan kosong yang ada di yayasan

ini sebagai salah satu bentuk menerapkan sunnah nabi, jadi maslahat yang mereka

dapatkan adalah maslahat duniawi dan juga maslahat ukhrawi.83


82
Wawancara dengan penyuluh keagamaan Kebupaten Lebak, Ibu Erni Agustianti di R.A Nurul
Ilmi Lembah Barokah Ciboleger, pada hari Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 09.00 – 09.45. Lihat
lampiran wawancara halaman 133-135.
83
Wawancara pembina agama dan pelaku pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger
Ustadz Ahmad Suhadi di kediaman beliau, pada hari Selasa, 12 April 2022, pada pukul 20.30-
78

Adapun menurut pendapat yang disampaikan oleh Bapak Jumar pelaku

akad mudharabah yang telah beberapa kali melakukan transaksi ini mengatakan

bahwa manfaatnya yang beliau rasakan adalah bisa mendapatkan modal untuk

menggarap lahan, karena beliau menyampaikan susahnya mencari pinjaman

modal untuk menggarap lahan apabila tidak ada program seperti ini. Dan dengan

adanya program dari yayasan beliau tidak perlu untuk kerja keluar kota karena

yayasan menyediakan lahan serta modal yang nanti dibagi hasil, dan bisa sering

datang ke masjid untuk melaksanakan sholat jama’ah dan mengikuti kegiatan

yayasan seperti pengajian, sosialisasi, kerja bakti.84

Hal lain berkaitan dengan manfaat dari program ini yang dirasakan oleh

Bapak Usro adalah bahwa menurutnya Manfaat yang didapat antara lain warga

jadi memiliki lahan untuk digarap, dan mereka bisa mengajukan modal untuk

menanam kayu dan itu pun sisa lahan yang tidak terpakai masih bisa

dimanfaatkan untuk menanam pisang, jahe, singkong yang proses panennya cepat,

sehingga bisa dijual atau dimakan sendiri, dan warga jadi tidak perlu untuk

menggarap lahan orang yang jauh dari tempat tinggal mereka.85

4. Strategi Yang Sudah Dilakukan Oleh Yayasan Untuk Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat Lembah Barokah Ciboleger Melalui Akad

Mudharabah.

21.15 WIB. Lihat lampiran wawancara halaman 117-122.


84
Wawancara warga pelaku mudharabah Lembah Barokah Ciboleger, Bapak Jumar di kediaman
beliau, pada hari Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 16.00 – 16.20. Lihat lampiran wawancara halaman
136-138.
85
Wawancara warga pelaku mudharabah Lembah Barokah Ciboleger, Bapak Usro di kediaman
beliau, pada hari Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 17.00 – 17.30. Lihat lampiran wawancara halaman
138-140.
79

a. Strategi yang dilakukan oleh yayasan

Pendapat yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Suhadi mengenai strategi

yang sudah dilakukan yayasan semenjak berdirinya yayasan tahun 2017 banyak

sekali program yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat baik melalui program pembinaan, seminar, dan pemberdayaan

ekonomi. Dan untuk program pemberdayaan ekonomi sendiri melalui akad

mudharabah dalam pengelolaan lahan yayasan sendiri sudah banyak seperti,

penanaman talas sumedang, penanaman 10.000 bibit jahe merah, penanaman kayu

albasiah, penanaman kencur, penanaman pisang kepok, 4000 kopi, dan 200 bibit

avokad serta buah-buahan yang lain, dan yayasan juga sudah sering memodali

warga yang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usaha mereka

seperti penjualan atap, kerajinan, madu dan masih banyak lagi.86

Bapak Drs. Syahriwal juga mengatakan bahwa sudah banyak usaha yang

dilakukan oleh yayasan untuk mewujudkan hal tersebut mulai dari segi

pemberdayaan ekonomi, pariwisata, pembinaan keagamaan semuanya sudah

dilakukan untuk menunjang agar terwujud masyarakat yang mampu secara

ekonomi, paham akan ajaran agama Islam dan muslim yang taat.87

Pendapat lain yang disampaikan oleh bapak Ir. Purnomo yaitu awal mula

kegiatan pemberdayaan ini adalah dengan menjadikan kampung mualaf ini karena

posisinya strategis dan berdekatan dengan wisata suku Baduy yayasan ingin
86
Wawancara pembina agama dan pelaku pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger
Ustadz Ahmad Suhadi di kediaman beliau, pada hari Selasa, 12 April 2022, pada pukul 20.30-
21.15 WIB. Lihat lampiran wawancara halaman 117-122.
87
Wawancara dengan ketua YASMUI Bapak Drs. Syahriwal di kediaman beliau pada hari Jum’at,
22 April pukul 21.30 – 22.15. Lihat lampiran wawancara halaman 126-130.
80

menduplikasikan kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger ini sebagai wisata

Suku Baduy kedua agar bisa menjadi tempat pariwisata dan bisa menjadi

pendorong untuk sektor ekonomi yang lain namun hal tersebut gagal, kemudian

program pemberdayaan yang disesuaikan dengan keahlian dan minat warga yaitu

dengan memodali mereka sesuai dengan keahlian mereka. Ada beberapa

diantaranya pengerajin oleh-oleh khas baduy, kemudian perabotan rumah tangga,

ada juga yang berternak, produksi bubuk jahe merah, pembibitan lebah madu,

program inilah yang sampai sekarang masih kita lanjutkan dengan memanfaatkan

lahan yayasan yang masih luas agar bisa diproduktifkan untuk kegiatan

pemberdayaan serupa yang memiliki nilai ekonomis, untuk menunjang

kesejahteraan mereka, karena yang diharapkan oleh yayasan adalah ketika

kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi mereka akan lebih antusias dan semangat

dalam mengikuti program-progam pembinaan yang ada diyayasan, yang

kemudian menjadikan kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger ini menjadi

kampung yang menerapkan nilai-nilai Islam secara kafah.88

b. Usaha yang dilakukan oleh pihak dari luar yayasan

Beberapa kiat atau usaha yang telah dilakukan oleh MUI kecamatan

sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kyai Haji Johanda beliau mengatakan

telah menjalankan banyak sekali program dan agenda dalam upaya pembinaan

para mualaf baduy ini, diantaranya adalah mengkontrol setiap kegiatan pembinaan

mualaf yang ada di Kecamatan Leuwidamar, selain itu beliau juga menugaskan

88
Wawancara dengan pendiri sekaligus bendahara YASMUI Bapak Ir. Purnomo Samsu Rahardjo di
kediaman beliau Islamic Village, Tangerang pada hari Senin, 21 Mei 2022, Pukul 13.30 – 14.15.
Lihat lampiran wawancara halaman 130-133.
81

atau menempatkan para ulama atau kyai untuk perkampungan mualaf yang belum

ada pembinanya sehingga mengenai perkembangan para mualaf ini bisa dikontrol

dan mereka bisa lebih kuat lagi menggenggam ajaran Islam.89

Hal lain yang berkaitan dengan pembinaan juga disampaikan oleh Ibu Erni

Agustianti beliau mengatakan untuk pembinaan mualaf itu ada beberapa program

yang dimiliki oleh penyuluh keagamaan Kabupaten Lebak, karena wilayah kerja

beliau ada di Lebak, diantaranya adalah pengajian rutin untuk mualaf setiap

minggunya dimana ini ditujukan untuk warga binaan yang sudah memiliki

keilmuan cukup tentang agama Islam, kemudian pembelajaran privat untuk para

mualaf yang benar-benar baru bersyahadat dan belum mengenal apapun tentang

agama Islam, menyemarakkan hari-hari besar dalam Islam dengan kegiatan yang

memiliki dampak positif untuk warga.90

B. Pembahasan Penelitian

1. Implementasi Akad Mudharabah Yang Ada Di Lembah Barokah

Ciboleger

a. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Akad Mudharabah

Menurut penuturan beberapa narasumber yang peneliti wawancarai tingkat

pengetahuan tahu keilmuan masyarakat yang ada di kampung mualaf Lembah

Barokah Ciboleger ini masih sangatlah rendah dan bahkan hampir keseluruhan

warganya tidak mengerti tentang istilah-istilah muamalah khususnya mudharabah,

89
Wawancara ketua umum MUI Kecamatan Leuwidamar Kyai Haji Johanda di Masjid Al Fatih,
Desa Bojongmenteng, pada hari Rabu, 13 April 2022, pada pukul 20.00-20.40. Lihat lampiran
wawancara halaman 122-124.
90
Wawancara dengan penyuluh keagamaan Kebupaten Lebak, Ibu Erni Agustianti di R.A Nurul
Ilmi Lembah Barokah Ciboleger, pada hari Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 09.00 – 09.45. Lihat
lampiran wawancara halaman 133-135.
82

dikarenakan mayoritas kegiatan muamalah mereka sehari-hari hanya berdasarkan

pengetahuan yang mereka dapatkan dari pada praktik muamalah yang dilakukan

oleh para orang tua mereka, namun meskipun demikian bukan berarti praktik yang

mereka lakukan selama ini adalah salah, karena pada dasarnya warga Lembah

Barokah Ciboleger tidak mengenal atau masih asing dengan fiqih muamalah dan

istilah-istilah yang ada di dalamnya, dan pada praktiknya pun mereka juga

melakukan ijab dan kabul dan bahkan praktik yang sekarang mereka lakukan

menggunakan surat persetujuan yang mengatur segala ketentuan baik itu tata cara

pembagian hasil atau keuntungan dan kerugian apabila terjadi kerugian.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh jumhur ulama, rukun mudharabah ada

tiga, pertama Aqid, yaitu pemilik modal memberikan sebagian hartanya untuk

dikelola oleh mudharib. Dalam akad ini adalah Yayasan Spirit Membangun

Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) dan Masyarakat Lembah Barokah Ciboleger

selaku mudharib. Kedua Ma’qud ‘alaih, yaitu modal yang disediakan oleh

shahibul maal dan diberikan kepada mudharib yang bekerja sebagai tenaga dalam

pekerjaan tersebut kemudian keuntungan dibagi setelah panen. Ketiga Shighat,

yaitu ijab dan qabul.

Hukum asal dalam Muamalah adalah mubah (diperbolehkan) para ulama

fiqih sepakat bahwa hukum asal dari transaksi muamalah adalah diperbolehkan

(mubah), kecuali terdapat dalil atau nash yang melarangnya. Dengan demikian,

maka tidak bisa dikatakan bahwa sebuah transaksi itu dilarang selama tidak

ditemukan dalil nash yang secara sharih atau jelas melarang suatu jenis kegiatan

muamalah tertentu. Berbeda dengan hukum ibadah, karena hukum asalnya adalah
83

haram. Sehingga seorang muslim tidak bisa melakukan sebuah ibadah jika

memang tidak ditemukan nash yang memerintahkannya, ibadah kepada Allah

tidak bisa dilakukan jika tidak terdapat syariat yang menjelaskan hukum dari

ibadah tersebut. Kaidah fiqih yang dipakai pada identifikasi transaksi-transaksi

ekonomi juga memakai kaidah fiqih muamalah, kaidah dasar muamalah.

Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya.

(hukum awal dari pada urusan muamalah merupakan boleh (mubah),

kecuali terdapat dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa seluruh hal yang

berkaitan dengan muamalah yang belum terdapat ketentuan baik dalam bentuk

larangan maupun anjuran yang terdapat pada pada dalil hukum Islam (Al-Qur’an

juga Al-Hadist), maka kembali ke hukum asal muamalah tadi merupakan hal yang

diperbolehkan dalam Islam. Kaidah fiqih pada muamalah di atas menaruh arti

bahwa pada aktivitas muamalah yang notabene urusan dunia, manusia diberikan

kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang mampu menaruh

manfaat pada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tadi tidak

terdapat ketetapan hukum yang melarangnya.

b. Prosedur Akad Mudharabah Dalam Transaksi Penggarapan Lahan Yang

Terjadi Di Lembah Barokah Ciboleger

Ada beberapa prosedur yang ada dalam akad mudharabah ini yang

dilakukan antara yayasan dan juga warga guna mempermudah eksekusinya,

prosedur pertama adalah tahap sosialisasi yakni dimana tim program


84

pemberdayaan akan melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah untuk

mensosialisasikan program ini secara mendetail kepada warga yang memiliki

keahlian untuk memproduktifkan lahan baik untuk bercocok tanam, berternak atau

untuk budidaya ikan, sosialisasi ini bertujuan agar tidak terjadi salah faham dan

mencegah kecemburuan sosial antar warga yang masih sangat rentan dengan

konflik sosial seperti ini. Kedua, penanda tanganan surat perjanjian bagi warga

yang memiliki minat untuk mengikuti program ini dengan syarat dan ketentuan

yang sudah tertulis di surat perjanjian. Ketiga, pemilihan lahan yang sesuai

dengan usaha yang akan dilakukan oleh masyarakat ini beralasan karena kondisi

geografis Lembah Barokah Ciboleger sendiri yang merupakan daerah lembah

yang mengakibatkan adanya perbedaan kontur tanah seperti adanya tanah yang

curam, sumber air, sungai, dan tanah yang datar sehingga potensi yang dimiliki

berbeda. Keempat, pemberian modal yang akan digunakan oleh masyarakat untuk

mengelola lahan. Dalam praktik ini aqid atau pihak yang berakat adalah yayasan

(pemilik modal, warga (pengelola), ma’qud alaih (uang sejumlah yang dibutuhkan

dan disepakati), ijab kabul berupa surat perjanjian yang berisi tentang pernyataan

kesanggupan dan penentuan bagi hasil.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

dimana pihak pertama pemilik modal (shahibul maal) menyediakan seluruh

(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan, apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal sedangkan kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya


85

kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola

harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Perjanjian dibuat dengan

perlengkapan seluruh dokumen yang dibutuhkan. Pada tahap ini data diartikan

sebagai asas formalisme. Di mana akad terjadi jika sudah terjadi formalitas suatu

perjanjian sesuai dengan peraturan yang berlaku, pemilik modal sebagai shahibul

maal (pihak pertama), dan pengelola usaha sebagai mudharib (pihak kedua).

Berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW pernah memberikan saran

kepada petani kurma yang ada di Madinah untuk tidak mengawinkan benih kurma

yang mana hal ini adalah sesuatu yang sudah mereka lakukan selama ini, dan

berakhir dengan panen yang mengecewakan bagi petani kurma, kemudian para

petani kurma tersebut komplain kepada Rasulullah SAW dan mengatakan panen

yang mereka dapatkan sangat menurun beliau akhirnya menyadari

keterbetasannya tersebut dan manjawab “Kamu sekalian lebih mengetahui urusan

duniamu” (H.R ath-Thabrani)

c. Konsep pembagian keuntungan dan kerugian dalam praktik mudharabah

Penerepan konsep pembagian keuntungan dan kerugian yang sudah

dilakukan sebelumnya tanpa adanya surat perjanjian khusus yang mengatur hal

tersebut menjadikan adanya kecacatan ketika terjadi kerugian, dan pemodal ketika

terjadi kerugian tidak bisa menuntut untuk membagi kerugian kepada penggarap

tanpa adanya kesepakatan atau bukti yang mengatur hal tersebut, inilah yang

kemudian menjadi evaluasi untuk mencantumkan juga kesepakatan apabila terjadi

kerugian, meskipun pada dasarnya pengelola ketika terjadi kerugian ia juga rugi
86

apabila dibandingkan dengan tenaga dan waktu yang dia keluarkan atau bahkan

hingga keluar biaya dalam pengelolaannya. Untuk ketentuan bagi hasilnya sendiri

adalah diatur menjadi 3 bagian atau lebih rincinya 2 bagian untuk pengelola dan 1

bagian untuk pemodal atau yayasan

Pada konsep bagi hasil dalam akad mudharabah akan selalu berkaitan juga

dengan pembagian kerugian sehingga baik pemodal maupun pengelola bisa lebih

meminimalisir beban kerugian yang ditanggung, meskipun islam sendiri tidak

mengatur secara spesifik mengenai ketentuan bagi hasil itu sendiri, asalkan akad

tidak merugikan atau mendzolimi satu pihak maka itu sah sah saja sebagaimana

yang tertulis dalam surat al baqarah ayat 279 yang artinya :

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu

bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak

menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

2. Faktor Yang Mendukung Tercapainya Kemaslahatan Masyarakat

Ditinjau Dari Maqashid Syariah Dalam Akad Mudharabah Yang

Terjadi Di Lembah Barokah Ciboleger

a. Faktor yang mendukung tercapainya kemaslahatan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi progres tercapainya

kemaslahatan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger sebagaimana yang

dituturkan oleh beberapa tokoh dan pengurus Yayasan Spirit Membangun

Ukhuwah Islamiyah sendiri adalah kondisi geografis dimana Lembah Barokah


87

Ciboleger ini memiliki tanah yang produktif untuk ditanami, terdapat sumber air

yang melimpah, kemudian letaknya yang sangat strategis berdekatan dengan

wisata Suku Baduy, serta memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari fasilitas

kesehatan, fasilitas pendidikan formal maupun non formal, dan fasilitas

peribadahan. Selain dari pada faktor di atas program-program yang disediakan

oleh yayasan sebenarnya sudah terkonsep dengan baik dan memiliki tujuan yang

jelas hal ini juga bisa menjadi faktor pendukung tercapainya kemaslahatan warga

masyarakat Kampung Lembah Barokah Ciboleger.

Sesungguhnya Allah SWT, tidak menciptakan sesuatu kecuali untuk

tujuan tertentu, ia juga memberi atau tidak memberi kecuali untuk target tertentu,

begitu pula ia tidak menambah atau mengurangi sesuatu kecuali atas hikmah

tertentu pula. Ketentuan tersebut berlaku dalam seluruh bagian/bidang dalam

syariat Islam, baik itu ketentuan-ketentuan Allah yang berhubungan dengan

ibadah, muamalah dan ketetuan Allah dalam bidang lainnya

Hal ini ditegaskan oleh Imam asy-Syatibi dan ath-Thahir ibnu ‘Asyur:

“Sesungguhnya secara prinsip,ketentuan ibadah itu mu’allalah (memiliki ‘ilat),

walaupun dalam ketentuan detailnya lebih banyak tiadak mu’allalah (tidak

dijelaskan ‘illatnya)”. Jadi, tidak hanya ketentuan-ketentuan muamalah yang

memiliki ‘illat dan tujuan (maqashid)

3. Faktor Yang Menghambat Tercapainya Kemaslahatan Masyarakat

Ditinjau Dari Maqashid Syariah Dalam Akad Mudharabah Yang

Terjadi Di Lembah Barokah Ciboleger

a. Faktor yang menghambat tercapainya kemaslahatan


88

Adapun faktor yang menghambat tercapainya kemaslahatan masyarakat

adalah bersumber dari rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap

pendidikan, dilihat dari data warga, mayoritas jenjang pendidikan mereka adalah

tamatan Sekolah Dasar dan tidak lulus Sekolah Dasar, lebih parahnya lagi

beberapa diantara mereka adalah buta huruf, ini disebabkan juga oleh peraturan

adat yang dahulu mereka pegang selama menjadi anggota adat Suku Baduy yakni

dimana mereka memang tidak diperbolehkan untuk sekolah, sehingga pola fikir

ini tetap mereka bawa hingga kini meskipun sudah mualaf dan tidak lagi tinggal

di daerah adat Suku Baduy, faktor ini lah yang menjadikan SDM masyarakat

kampung Lembah Barokah Ciboleger ini sangat memprihatinkan, ditengah zaman

yang semakin berkembang persaingan kerja yang semakin tinggi serta tuntutan

zaman yang semakin beragam membuat mereka tidak bisa bersaing dimanapun

dan hanya mengandalkan kemampuan bertahan hidup mereka dari yang mereka

pelajari dari orang tua mereka, dampak yang lainnya adalah terhadap program-

program pembinaan keagamaan menjadi terhambat perkembangannya karena pola

fikir masyarakat yang cenderung tidak tertarik terhadap kegiatan yang tidak ada

nilai ekonominya.

Apabila seluruh program pembinaan dan pemberdayaan memiliki tujuan

harusnya tujuan tersebut sesuai dengan tujuan syariat karena tidak boleh

menetapkan atau menafikan maqashid syariah kecuali atas dasar dalil. Oleh

karena itu, menisbatkan suatu maqshad (tujuan hukum) atas hukum tertentu

dalam syariat islam itu sama halnya menisbatkan sebuah perkataan dan hukum

kepada Allah SWT. Karena syariat ini adalah syariat Allah SWT, dan setiap
89

target dalam syariat islam itu adalah target Allah SWT. Jika maqashid syariah

itu tidak berdalil, maka itu sama halnya berdusta kepada Allah SWT, karena

mengisbatkan sesuatu yang bukan hukum Allah SWT dan ini terlarang

b. Maslahat yang diperoleh warga melalui akad mudharabah

Setiap hukum syariat yang Allah SWT turunkan kepada hambanya pasti

didalamnya mengandung maslahat untuk hambanya, begitu juga dengan hukum

muamalah yang telah Allah SWT dan Rasulullah SAW jelaskan dalam Al Qur’an

dan Sunah semuanya memiliki maslahat yang bisa dicapai melalui muamalah

tersebut, salah satu maslahat utama yang terkandung dalam hukum muamalah

adalah yang berkaitan dengan perekonomian hal ini bisa diketahui karena fiqih

muamalah adalah hukum fiqih yang mengatur segala bentuk interaksi dan

transaksi antara manusia dalam kegiatan perekonomian, dari akad mudharabah

yang telah dilakukan oleh masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger

maslahat yang diperoleh adalah pemenuhan kebutuhan harian, yang berdampak

langsung kepada kegiatan yang lain seperti shalat jama’ah, kegiatan pembinaan,

dan kegiatan sosial kemasyarakatan yang lain. Artinya kebutuhan primer,

sekunder maupun tersier warga bisa terpenuhi melalui akad mudharabah ini

sehingga terwujud 5 maqshid syariah hifdzu ad-din (memelihara agama) dengan

indikasi masyarakat pengelola menjadi lebih aktif mengikuti beribadah dan

kegiatan keagamaan, kedua hifdzu an-nafs (memelihara jiwa) dengan indikasi

terpenuhinya kebutuhan hidup mereka melalui akad mudharabah jiwa mereka bisa

terjaga, ketiga hifdzu al-aql (memelihara akal) dengan indikasi sering mengikuti

kegiatan pembinaan keilmuan dan wawasan masyarakat terhadap agama


90

meningkat, keempat hifdzu al-mal (memelihara harta) masyarakat terhindar dari

memperoleh harta dari pekerjaan yang diharamkan atau praktik muamalah yang

diharamkan, kelima hifdzu an-nasab (memelihara keturunan) dengan indikasi dari

hasil mudharabah ini mereka bisa menyekolahkan dan menafkahi anak mereka.

Sebagaimana yang ditegaskan pada beberapa ayat Al-Qur'an, diantaranya

terdapat pada surat Al-Anbiya' :107, mengenai tujuan Nabi Muhammad SAW

diutus. Rahmat semua alam pada ayat tersebut diartikan sebagai kemaslahatan

umat. Sedangkan, secara sederhana maslahat itu bisa diartikan menjadi sesuatu

yang baik dan bisa diterima bagi logika atau akal sehat. Diterima logika atau akal

sehat mengandung pengertian bahwa logika atau akal itu bisa mengetahui dan

tahu motif yang terdapat pada penetapan suatu hukum atau aturan, yaitu lantaran

mengandung kemaslahatan buat manusia, baik dijelaskan sendiri secara langsung

alasan berlakunya peraturan tersebut oleh Allah SWT atau dengan menggunakan

metode rasionalisasi. Jadi maqashid syari’ah adalah merupakan bahasan yang

mencoba mengungkapkan sebuah tabir hikmah di balik dari pada disyari’atkannya

sebuah hukum, dengan diangkatnya pembahasan tentang maqashid syari’ah itu

maka tabir penutup yang menjadi esensi di balik ditetapkannya hukum Islam

maka suatu hukum menjadi produk yang lebih dinamis dalam beradaptasi dengan

adanya perubahan kondisi dan perubahan zaman. Dalam menentukan maqashid

syariah sendiri ada sebuah metode yang dikenal dengan istilah “Istiqro” (meneliti

hukum dalam masalah furu (masalah-masalah detail hukum) untuk menemukan

satu maqashid (tujuan) dan ‘illat yang menjadi titik persamaan seperti kulliyatu
91

al-khomsah (5 hajat manusia) yang dihasilkan dari istiqro tersebut. Kelima hajat

manusia tersebut yakni:

a. Hifdzu ad-din (memelihara agama)

b. Hifdzu an-nafs (memelihara jiwa)

c. Hifdzu al-aql (memelihara akal)

d. Hifdzu al-mal (memelihara harta)

e. Hifdzu an-nasab (memelihara keturunan)

Kelima kebutuhan ini bertujuan memenuhi tujuan-tujuan berikut, yaitu:

e. Dharuriyat, yaitu kebutuhan yang harus ada dan terpenuhi atau bisa disebut

dengan kebutuhan primer. apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi,

maka akan mengancam keselamatan dan menyebabkan kerusakan.

f. Hajiyat, yaitu kebutuhan sekunder, dimana ketika kebutuhan ini tidak

terpenuhi tidak sampai mengancam keselamatan, namun akan menyebabkan

kesusahan yang bahkan mungkin berkepanjangan, tetapi tidak sampai

ketingkat yang dapat menyebabkan suatu kehancuran atau sama sekali tidak

berdaya.

g. Tahsinat, kebutuhan tersier atau pelengkap yaitu semua keperluan dan

perlindungan yang diperlukan agar kehidupan menjadi lebih nyaman dan

mudah.

4. Strategi Yang Sudah Dilakukan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Lembah Barokah Ciboleger Melalui Akad Mudharabah.


92

a. Strategi yang dilakukan oleh Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah

(YASMUI)

Upaya para pengurus yayasan kaitannya dalam meningkatkan kesejahteraan ini

pada dasarnya bukan hanya dilakukan dengan program pemberdayaan saja akan

tetapi dengan memunculkan potensi yang dimiliki oleh kampung Lembah

Barokah Ciboleger baik dari segi geografis maupun demografis sehingga potensi

yang ada bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dalam proses meningkatkan

kesejahteraan masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger, adapun program

pemberdayaan sendiri tidak terbatas hanya dari akad mudharabah dalam

traansaksi penggarapan lahan saja lebih dari pada itu pelatihan dan sosialisasi

terkait dengan pertanian, kerajinan, dan pariwisata hingga saat ini masih terus

dilakukan agar kedepannya terdapat inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan

dan memajukan perekonomian masyarakat, selain dari pada program

pemberdayaan yang telah dilakukan upaya lain untuk mendukung suksesnya visi

dan misi yayasan serta menjadikan warga yang mandiri strategi yang lainnya

adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pendidikan hal ini ditandai dengan pendirian Raudhatul Athfal Nurul Ilmi, dan

Pesantren Nurma Al Barokah, ini dimaksudkan agar masyarakat yang awalnya

masih asing dengan program-program pendidikan sedikit demi sedikit bisa

terbuka wawasannya terkait dengan pendidikan, bukan hanya agar mempermudah

para generasi muda dalam mencari pekerjaan namun juga mengubah pola fikir

lingkungan yang sebelumnya menutup diri dengan perkembangan zaman baik itu

dari segi teknologi informasi namun juga pendidikan.


93

Sebagaimana asas dari pada muamalah yaitu asas musyarakah yang

menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah kerjasama antar pihak yang saling

menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan bagi keseluruhan

masyarakat, oleh karena itu ada harta yang dalam muamalat diperlakukan sebagai

milik bersama dan sama sekali tidak dibenarkan dimiliki perorangan. Kemudian

asas manfaat yang berarti bahwa segala bentuk kegiatan muamalat harus

memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat, asas ini merupakan

kelanjutan dari prinsip atta’awun (tolong menolong/gotong royong)

atau mu’awanah (saling percaya) sehingga asas ini bertujuan menciptakan

kerjasama antar individu atau pihak –pihak dalam masyarakat dalam rangka saling

memenuhi keperluannya masing-masing dalam rangka kesejahteraan bersama.

Asas manfaat adalah kelanjutan dari prinsip pemilikan dalam hukum Islam yang

menyatakan bahwa segala yang dilangit dan di bumi pada hakikatnya adalah milik

Allah SWT, dengan demikian manusia bukanlah pemilik yang berhak sepenuhnya

atas harta yang ada di bumi ini, melainkan hanya sebagai pemilik hak

memanfaatkannya.

b. Strategi yang dilakukan oleh pihak dari luar yayasan

Selain dari pada strategi yang dilakukan oleh yayasan sendiri tentu dengan

berdirinya kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger ini juga menarik

perhatian instansi pemerintah, komunitas-komunitas sosial, serta komponen-

komponen masyarakat yang tergerak untuk ikut membantu membina dan

memberdayakan masyarakat mualaf yang ada di kampung Lembah Barokah

Ciboleger ini, misalnya adalah kemenag dengan penyuluh agamanya, kemudian


94

MUI, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Mitshubisi Pajero Club Indonesia (MPCI),

serta masih banyak komunitas-komunitas lain yang memiliki sumbangsih

terhadap kemajuan masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger,

sebagaimana yang telah dilakukan oleh para penyuluh agama terkait dengan

pembinaan agama masyarakat, kemudian IDI yang mendirikan fasilitas kesahatan

untuk berobat masyarakat secara gratis, kemudian Mitshubisi Pajero Club

Indonesia (MPCI) yang memeberikan pelatihan tentang penanaman buah-buahan

yang baik dan benar serta memberikan bibit buah-buahan diantaranya avokad,

buah naga, kopi secara gratis kepada masyarakat dalam rangka ikut membantu

menyukseskan jalannya program pemberdayaan masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger.

Salah satu asas muamalah sebagaimana yang ada pada surat Al Maidah

ayat 2 yang artinya “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa” Ayat tersebut adalah dalil dari pada asas  mu’awanah

yang mewajibkan seluruh muslim untuk tolong menolong dan membuat kemitraan

dengan melakukan muamalah, yang dimaksud dengan kemitraan adalah suatu

startegi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan

dan saling membesarkan.


95

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Masyarakat Kampung Lembah Barokah Ciboleger pada umumnya tidak

mengetahui dan mengenal istilah-istilah dalam fiqih muamalah dalam

kegiatan ekonomi mereka sehari-hari. Masyarakat setempat tidak begitu

faham tentang akad mudharabah juga rukun dan syarat-syaratnya serta hal-hal

yang dapat membatalkan akad mudharabah, namun dengan adanya

pembinaan, praktik mudharabah yang mereka lakukan bisa sesuai dengan

fiqih, rukun dari akad mudharabah sendiri adalah adanya aqid dalam hal ini

adalah Yayasan selaku pemilik modal dan warga selaku pengelola, ma’qud

‘alaih atau modal yang disediakan oleh yayasan adalah berupa sejumlah uang

yang dibutuhkan dan disepakati, shighat atau ijab qabul dalam transaksi ini

dilakukan ketika penandatanganan surat perjanjian, dan pembagian

keuntungannya adalah 3 bagian, yaitu 2 bagian untuk pengelola (warga) dan 1

bagian untuk pemilik modal (yayasan). Dengan terpenuhinya syarat dan


96

rukun akad mudharabah maka hal tersebut sudah sesuai dengan syari’at.

Ditinjau dari maqashid syari’ah terhadap akad mudharabah yang dilakukan,

tercapai 5 tujuan syari’ah. Pertama hifdzu ad-din (memelihara agama)

dengan indikasi masyarakat pengelola menjadi lebih aktif mengikuti

beribadah dan kegiatan keagamaan, kedua hifdzu an-nafs (memelihara jiwa)

dengan indikasi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka melalui akad

mudharabah jiwa mereka bisa terjaga, ketiga hifdzu al-aql (memelihara akal)

dengan indikasi sering mengikuti kegiatan pembinaan keilmuan dan wawasan

masyarakat terhadap agama meningkat, keempat hifdzu al-mal (memelihara

harta) masyarakat terhindar dari memperoleh harta dari pekerjaan yang

diharamkan atau praktik muamalah yang diharamkan, kelima hifdzu an-nasab

(memelihara keturunan) dengan indikasi dari hasil mudharabah ini mereka

bisa menyekolahkan dan menafkahi anak mereka.

2. Terdapat beberapa faktor yang mendukung dan menghambat tercapainya

kemaslahatan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger melalui akad

mudharabah, faktor pendukung pertama adalah kondisi serta letak geografis

Lembah Barokah Ciboleger yang strategis yang mana sangat cocok untuk

melakukan program pemberdayaan. Faktor kedua adalah lengkapnya fasilitas

yang ada di Lembah Barokah Ciboleger, seperti fasilitas kesehatan dalam

bentuk klinik kesehatan, fasilitas pendidikan formal yang saat ini masih

merintis mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Raudhatul

Athfal (RA) setingkat TK, fasilitas pendidikan non formal dalam bentuk
97

pesantren, fasilitas ibadah yang teridiri dari 4 mushola dan 1 masjid sebagai

pusat kegiatan keagamaan. Faktor ketiga adalah program-program

pemberdayaan, pembinaan, serta pelatihan yang mana setiap program tersebut

sudah dikonsep oleh tim ahli dan memiliki arah serta tujuan yang jelas untuk

mendukung tercapainya kemaslahatan masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger khususnya melalui akad mudharabah dalam transaksi penggarapan

lahan.

3. Adapun faktor penghambatnya adalah sumber daya manusia Lembah

Barokah Ciboleger yang dinilai kurang kompeten untuk menjalankan

program-program dari yayasan baik itu program pembinaan, pemberdayaan

dan pelatihan. Yang mana ini disebabkan oleh minimnya kesadaran

masyarakat Lembah Barokah Ciboleger terhadap pendidikan.

4. Strategi yang telah dilakukan oleh pihak YASMUI maupun pihak diluar

YASMUI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger diantaranya program pemberdayaan melalui akad mudharabah

dalam transaksi penggarapan lahan, pemeberian bantuan bibit tanaman,

pelatihan khusus untuk kelola wisata, pembinaan kegamaan yang

dilaksanakan rutin setiap minggunya, dan cek kesehatan gratis di klinik yang

ada di Lembah Barokah Ciboleger.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas yang peneliti dapatkan berdasarkan

wawancara, maka terdapat beberapa saran yang dipaparkan sebagai masukan yang
98

bermanfaat untuk pengurus Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah

(YASMUI) dan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger, diantaranya adalah :

1. Bagi para ustadz dan kyai yang senantiasa mengajarkan ilmu agama kepada

masyarakat agar tetap selalu istiqomah dan lebih maksimal lagi dalam

mengajarkan Islam dan selalu memotivasi para warga mualaf binaan agar

mereka dapat memahami agama Islam secara kafah.

2. Bagi para pelaksana program pemberdayaan agar lebih gencar lagi

mensosialisasikan manfaat bukan hanya dari segi ekonomi tapi juga manfaat

untuk kehidupan akhirat melalui praktik muamalah yang sesuai dengan

tuntunan syariat, dan juga bahaya melakukan praktik muamalah yang dilarang

oleh syariat.

3. Perlunya penekanan kepada masyarakat bahwasannya pendidikan untuk

generasi muda itu penting bukan hanya mempermudah mereka menyesuaikan

diri dengan perkembangan zaman namun juga dapat mengangkat derajat dan

martabat orang tua.

4. Bagi lembaga dari luar YASMUI yang ikut andil baik dalam program

pembinaan, pelatihan, dan pemberdayaan agar bisa saling berkoordinasi satu

sama lain. Sehingga program yang sudah berjalan bisa memiliki kelanjutan

dan dampak baik yang lebih banyak untuk masyarakat.

5. Bagi masyarakat Lembah Barokah Ciboleger agar senantiasa mengamalkan

ilmu yang sudah didapatkan dan untuk lebih rajin lagi belajar dan bertanya

tentang hukum khususnya segala hukum yang berkaitan dengan muamalah,

agar terhindar dari praktik-praktik yang diharamkan oleh Allah SWT.


99

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad
dalam Fikih Muamalat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Asyur, Ibnu. 2001. Maqasidusy Syariah Al Islamiyyah. Cairo: Dar El Kitab Al


Misry.

Basya,Muhammad Qadri. 1983. Mursyid al-Hairan ila Ma’rifah Ahwal al-Ihsan.


Kairo: Dar al-urjani.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya
Dolet, Unaradjan Dominikus. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Jakarta:Atmajaya.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan
Mudharabah.

Fikri,Ali. al-Mu’amalat al Maliyah wa al-Adabiyah. Jilid 1.


al Ghazali. 1993 Al Mustashfa. Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyyah.

Halim, Abdul. 2007. Antologi Kajian Islam Tinjauan Filsafat, Tasawuf, Institusi,
Pendidikan, al-Qur’an, Hukum dan Ekonomi Islam. Pascasarjana IAIN Sunan
Ampel Press.
Haroen, Nasrun Haroen, 2018. Fiqh al-Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.
100

Husna, Nur Husna. 2018. Implementasi Akad Mudharabah Pada Petani Bawang
Merah. Makasar : SKRIPSI, UIN Alaudin.

Idrus, Achmad Musyahid. 2014. Urgensi Filsafat Hukum Islam Dalam Penetapan
Hukum Islam: Kajian Filosofis Terhadap Persoalan Hukum Kontemporer. Cet: 1.
Makassar :Alauddin University Press.
Indranata, Iskandar. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian


Kualitas, Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Irmawati. 2017. Tinjauan Maqashid Al-Syari’ah dalam Ranah Praktik
Manajemen Laba Efisien pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Makasar: SKRIPSI UIN Alaudin.
Karim, Oni Sahroni dan Adiwarman A. Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam:
Sintesis Fikih dan Ekonomi.
Khallaf, Abdul Wahhab. 2003. Ilmu Ushul Fikih. (Terj. Faiz el Muttaqien).
Jakarta: Pustaka Amani.

Khatib, Suansar. 2018. Konsep Maqashid Al-Syari’ah: Perbandingan Antara


Pemikiran Al-Ghazali dan Al-Syathibi. Jurnal Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi
dan Keagamaan. Vol 5, No. 1.
Ma’rufah, Nur Kholis dan Zain Kholisatul. 2019. Tinjauan Maqashid Syariah
Terhadap Pemberdayaan Zakat Produktif di BAZNAS Jepara. Jurnal Studi Hukum
Islam Vol 06, No. 01.
Mandzur, Ibn. 1998. Lisanul arab. Beirut:Dar Shadir.

Mardani, 2016. Fiqih Ekonomi Syariah. cet. 1 Jakarta: Prenadana Media Group
Moleong, Lexy J. 2014. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Mustofa, Imam. “Fiqih Muamalat Kontemporer” Jakarta: Rajawali Pers (2016),
Nisa, Khairun. 2018. Maqashid Al-Syari’ah Perspektif Nuruddin Al Khadimi
Universitas Islam Indonesia: 18
Noor, Galih Nasrullah Kartika MR dan Hasni. 2014. Konsep Maqashid Al-
Syariah dalam Menentukan Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser
Auda” Jurnal Al Iqtishadiyah. Vol. 1.
OJK, Seri Standar Produk Perbankan Syariah 5 Standar Produk Mudharabah.
hal.17
101

Qal’aji, M. Rawas Qal’aji. 1985. Mu’jam Lughat al-Fuqaha. Beirut: Darun


Nafais.
al-Qazwaini, Abi Abdillah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Juz II: 768
al-Raisuni, Ahmad Al-Raisuni. 1999. Al Fikr Al Maqasidiy. Casablanca: An
Najah.
Rodin, Dede. 2015. Tafsir Ayat Ekonomi. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
ash-Shiddieqi, Teungku Muhammad Hasbi. pengantar fiqih muamalat. Semarang:
Pustaka Rizki.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan R&D). Bandung: CV. ALFABETA.
Suriansyah, Eka. 2011 Maqashid Syariah Antara Al-Gazali dan Asy-Syathibi
dalam teori Diakronik. Jurnal Harati Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik. Vol.
2, No. 4
Susanto. 2021. Tesis Konstruk Maqasid Syariah Fikih Muamalat Dalam
Pemikiran Abdullah Bin Bayyah. Purwokerto: IAIN Purwokerto.
Syahrum dan Salim. 2012 Metodologi Penelitian Kualitatif (Konsep dan
Aplikasi dalam Ilmu Sosial, Keagamaan dan Pendidikan). Bandung:
Citapustaka Media.
Syubair, Muhammad Utsman 2009. al-Madkhal ila Fiqh alMu’amalat al-
Maliyah” Jordan: Dar an-Nafais.
Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiah. 2017. Proposal Pengembangan
Program Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiah.. Tangerang.
az Zubaidi, Imam. 2002. Ringkasan Hadist Shahih Al Bukhari. Jakarta: Pustaka
Amani.

az Zubaidi, Imam. 2001. Ringkasan Hadist Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka


Amani.
102

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Surat Izin Penelitian dari STAI Al Qudwah Depok.

LAMPIRAN 2
103

Surat Keterangan Telah Menyelesaikan penelitian dari ketua Yayasan Spirit

Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).

LAMPIRAN 3
Pedoman Wawancara
104

1. Seberapa kenalkah masyarakat Lembah Barokah Ciboleger terhadap akad

mudharabah?

2. Bagaimana praktik mudharabah dalam transaksi penggarapan lahan yang

terjadi di Lembah Barokah Ciboleger?

3. Bagaimana konsep pembagian keuntungan dalam praktik mudharabah

yang ada di Lembah Barokah Ciboleger?

4. Pernahkah masyarakat pengelola mengalami kerugian selama menjalankan

praktik mudharabah ini?

5. Apabila Pernah bagaimana konsep pembagian kerugian antara pihak

pengelola dan yayasan selaku pemilik modal?

6. Apakah praktik mudharabah yang dilakukan selama ini sudah sesuai

dengan tuntunan syari’at?

7. Faktor apa saja yang mendukung tercapainya kemaslahatan masyarakat

melalui akad mudharabah?

8. Faktor apa saja yang menghambat tercapainya kemaslahatan masyarakat

melalui akad mudharabah?

9. Strategi apa saja yang sudah dilakukan oleh yayasan untuk meningkatkan

tingkat kesejahteraan masyarakat melalui akad mudharabah?

10. Maslahat apa saja yang didapatkan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger

melalui akad mudharabah ini?

LAMPIRAN 4

Transkrip Wawancara
105

Hasil Wawancara 1

b. Narasumber : Ustadz Ahmad Suhadi (Ketua pembina keagamaan dan

pemberdayaan kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger)

c. Tempat : Rumah Ustadz Ahmad Suhadi kampung muallaf Lembah Barokah

Ciboleger.

d. Hari/Tanggal : Selasa, 12 April 2022, Pukul 20.30 – 21.15

Pewawancara : Sejak kapan kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger ini

berdiri.?

Narasumber : “Jadi kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger ini berdiri

tahun 2017 atas gagasan almarhum dr. Ashari.”

Pewawancara : Apa alasan yang melatar belakangi berdirinya kampung ini.?

Narasumber : “Berdirinya Lembah Barokah Ciboleger ini dilatar belakangi oleh

kepedulian dokter Ashari terhadap para muallaf yang berasal dari Suku Baduy

yang mana mereka hidup di tanah milik orang dan tanpa adanya izin yang legal,

berawal dari hal tersebut akhirnya beliau membuatkan perkampungan khusus

untuk mereka serta wadah untuk pembinaan para muallaf tersebut.”

Pewawancara : Seberapa jauh pemahaman masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger ini mengenai praktik mudharabah atau bagi hasil?

Narasumber : “Untuk masyarakat muallaf kampung Lembah Barokah Ciboleger

dalam masalah hal mudharabah ini mereka kurang begitu faham dengan hal

tersebut, karena meraka itu lebih cenderung memilih hal yang simpel, karena

untuk belajar ataupun memahami hal yang lebih dalam mengenai syariat Islam

itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena kebanyakan dari mereka
106

juga baru mengenal istilah dasar dalam agama ketika mereka mulai mengikuti

kegiatan pembinaan yang diporogramkan oleh yayasan, tapi untuk mengenai

kegiatan perekonomian salah satunya bagi hasil ini sudah saya atur agar sesuai

dengan syariat, sebagaimana saya kemarin memproduktifkan lahan seluas 4

hektar diperuntukkan agro pertanian dan peternakan yang nantinya akan dikelola

oleh masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger menggunakan akad

mudharabah ini dengan kesepakatan bagi hasilnya dibagi menjadi 3 bagian

dengan rincian 2 bagian untuk pengelola 1 bagian untuk pemodal”

Pewawancara : Bagaimana prosedur untuk bisa menggarap lahan itu seperti apa?

Narasumber : “Ada 3 tahapan yang dilakukan oleh yayasan sebelum memodali

masyarakat dalam penggarapan lahan, tahap yang pertama adalah sosialisasi

tentang program yang akan dilaksanakan hal ini bertujuan untuk memberikan

pemahaman masyarakat tentang tata cara dan aturan aturan yang harus

dilakukan masyarakat sebelum mulai menggarap lahan. Kedua pembagian lahan

dimana masyarakat akan dipersilahkan untuk memilih tempat dimana mereka

akan menggarap lahan hal ini bertujuan agar masyarakat bisa menyesuaikan

lahan yang cocok menurut mereka untuk digarap, karena adanya perbedaan jenis

usaha yang akan dikembangkan oleh mereka seperti berternak ayam kampung,

berternak bebek, menanam pohon albasiah, menanam jahe, dan budidaya ikan,

maka dari itu pihak pengelola atau warga diberikan kebebasan untuk memilih

lahan mana yang akan mereka garap. Dan tahap ketiga adalah mengisi surat

kesanggupan dan persetujuan untuk hak guna garap yang akan diisi oleh

masyarakat. penandatangan kontrak yang berisikan tentang aturan-aturan yang


107

berlaku selama transaksi ini masih berjalan, seperti aturan bagi hasil, bagi rugi,

dan lama waktu warga bisa menggarap lahan.”

Pewawancara : Pernahkah warga kampung Lembah Barokah Ciboleger selaku

pengelola selama mengelola atau menggarap lahan yayasan ini mengalami

kerugian?

Narasumber : “Pernah, jadi pada saat itu karena pandemi covid 19, yayasan

memprogramkan untuk masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger

kaitannya dengan akad mudharabah mutlaq dengan mengelola jahe merah, saat

itu yayasan membiayai program penanaman jahe dengan harga pembibitan 40

ribu rupiah per kilogramnya, dan karena kondisi tanah yang kurang bagus dan

anjloknya harga jahe merah ketika panen jadi baik pengelola maupun yayasan

mengalami kerugian, dikarenakan saat itu tidak ada kesepakatan mengenai

pembagian kerugian jadi pemodal atau yayasan menanggung kerugian 100%”

Pewawancara : Apabila sudah terjadi kerugian seperti yang ustadz ceritakan

bagaimana pembagian kerugian untuk pengelola dan pemodal?

Narasumber : “Untuk pembagian kerugian itu ditanggung keseluruhannya oleh

yayasan dan tidak dibebankan sama sekali untuk warga yang menjadi

pengelola.”

Pewawancara : Apakah praktik mudharabah yang selama ini dilakukan antara

warga selaku pengelola dan yayasan selaku pemodal ini sudah sesuai dengan

syariat?
108

Narasumber : “Untuk praktik mudharabah yang selama ini dilakukan itu sudah

sesuai baik untuk pembagian keuntungan maupun kerugian itu sudah disepakati

di awal, sebagaimana yang baru saja saya sampaikan untuk pembagian

keuntungan kaitannya dengan program agro pertanian dan peternakan, ini sudah

disepakati untuk dibagi menjadi 3 bagian, 2 bagian untuk pengelola dan 1 bagian

untuk pemodal.”

Pewawancara : faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kesejahteraan

masyarakat melalui akad mudharabah ini?

Narasumber : “Program-program pemberdayaan ekonomi yang diberikan ke

masyarakat adalah program yang dikuasai oleh masyarakat kampung Lembah

Barokah Ciboleger, kemudian meningkatkan SDM yang mana para muallaf ini

tidak pernah bersekolah jadi ilmu yang mereka dapatkan itu hanya berasal dari

pengetahuan orang tua mereka. Adapun faktor penghambat itu ada banyak sekali

seperti susahnya menerapkan manajemen finansial yang baik untuk mereka,

kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, menikah muda tanpa

adanya persiapan yang matang sehingga menjadi beban untuk mertua maupun

orang tua, dan keinginan untuk mendapatkan hasil secara instan. Jadi program

apapun itu bentuknya baik pemberdayaan, penyuluhan, maupun pembinaan bila

mana hal tersebut tidak memberikan keuntungan finansial untuk mereka maka

mereka akan cenderung tidak antusias.”

Pewawancara : Maslahat apa saja yang warga kampung Lembah Barokah

Ciboleger dapatkan dari akad mudharabah dalam penggarapan lahan ini.?


109

Narasumber : “Maslahat yang mereka dapatkan dari kegiatan pemberdayaan

ini adalah warga Lembah Barokah Ciboleger bisa mempraktikkan ilmu fiqh

muamalah dengan benar sesuai dengan yang telah kita sosialisasikan, kemudian

mereka memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, dan

dengan mereka memproduktifkan lahan kosong yang ada di yayasan ini sebagai

salah satu bentuk menerapkan sunnah nabi, jadi maslahat yang mereka dapatkan

adalah maslahat duniawi dan juga maslahat ukhrawi.”

Pewawancara : strategi apa saja yang telah dilakukan yayasan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

Narasumber : “Semenjak berdirinya yayasan tahun 2017 banyak sekali program

yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik melalui

program pembinaan, seminar, dan pemberdayaan ekonomi. Dan untuk program

pemberdayaan ekonomi sendiri melalui akad mudharabah dalam pengelolaan

lahan yayasan sendiri sudah banyak seperti, penanaman talas sumedang,

penanaman 10.000 bibit jahe merah, penanaman kayu albasiah, penanaman

kencur, penanaman pisang kepok, 4000 kopi, dan 200 bibit avokad serta buah-

buahan yang lain, dan yayasan juga sudah sering memodali warga yang memiliki

jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usaha mereka seperti penjualan atap,

kerajinan, madu dan masih banyak lagi.”

Hasil Wawancara 2

a. Narasumber : Kyai Haji Johanda (Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan

Lewudiamar, Kabupaten Lebak)


110

b. Tempat : Masjid Al Fatih Lembah Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Rabu, 13 April 2022, Pukul 20.30 – 21.00

Pewawancara : Sejauh manakah pemahaman masyarakat daerah leuwidamar

khususnya warga kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger ini terkait praktik

muamalah.?

Narasumber : “Sepengetahuan saya sebagai ketua MUI masih banyak warga

atau bahkan mayoritas dari warga itu belum sepenuhnya memahami fiqih yang

mengatur tentang transaksi mereka, karena memang pada dasarnya motivasi

mereka hijrah atau muallaf itu karena faktor ekonomi, dimana dahulunya di

kampung Lembah Barokah Ciboleger ini memang banyak sekali donatur yang

peduli dan antusias dengan adanya kampung muallaf ini sehingga mereka sering

memberikan santunan kepada mereka sehingga motivasi mereka muallaf itu

bukan 100 persen karena Islam namun karena mereka ingin menerima bantuan

tersebut, karena hal tersebut juga lah yang membuat mereka masih setengah-

setengah dalam belajar agama.”

Pewawancara : Apa saja usaha yang telah dilakukan oleh MUI kaitannya dengan

pembinaan para muallaf ini.?

Narasumber : “Saya pribadi telah menjalankan banyak sekali program dan

agenda dalam upaya pembinaan para muallaf baduy ini, diantaranya adalah

mengkontrol setiap kegiatan pembinaan muallaf yang ada di Kecamatan

Leuwidamar, selain itu saya juga menugaskan atau menempatkan para ulama

atau kyai untuk perkampungan muallaf yang belum ada pembinanya sehingga
111

mengenai perkembangan para muallaf ini bisa dikontrol dan mereka bisa lebih

kuat lagi menggenggam ajaran Islam.”

Pewawancara : Apakah MUI pernah mengeluarkan fatwa tentang praktik

muamalah yang menyimpang yang terjadi di kampung Lembah Barokah

Ciboleger.?

Narasumber : “Secara Khusus karena lingkup tugas saya hanya di lingkup

kecamatan jadi sangat jarang kami mengeluarkan fatwa tentang praktik

muamalah karena memang MUI juga melakukan pengkajian terhadap kegiatan

perekonomian dan hanya menemukan beberapa kecacatan dalam praktiknya

semisal gadai atau rahn adalah bentuk praktik muamalah yang sering disalah

gunakan atau melenceng dari tuntunan syari’at, namun untuk di kampung

muallaf Lembah Barokah Ciboleger sendiri saya belum menemukan permaslahan

yang sampai harus mengeluarkan fatwa karena setiap minggu saya sendiri lah

yang melakukan monitoring ke lokasi tersebut, meskipun sedari dulunya mereka

hanya menerapkan aturan trasaksi hanya berdasarkan yang dilakukan oleh

orang tuanya akan tetapi tidak semua yang mereka praktikkan tersebut salah

hanya terdapat sedikit kecacatan yang terjadi, ini menunjukkan bahwa mereka

tidak sepenuhnya bodoh tentang muamalah hanya memerlukan penyuluhan yang

tepat sehingga yang mereka kegiatan ekonomi yang mereka lakukan sehari-hari

sesuai dengan tuntunan syariat Islam.”

Pewawancara : Apakah dengan adanya akad mudharabah yang diprogramkan

oleh yayasan Lembah Barokah Ciboleger ini mampu memberikan kesejahteraan

untuk para muallaf.?


112

Narasumber : “Tentu saja, karena para muallaf ini kebanyakan masuk Islam

karena faktor ekonomi, jadi begitu kebutuhan mereka bisa terpenuhi dan

kesejahteraan meningkat, maka mereka akan lebih giat lagi mengikuti pembinaan

agama, dan lebih mudah untuk diarahkan.

Pewawancara : Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat kesejahteraan

masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesejahteraan

warga adalah kualitas Sumber Daya Manusianya, karena itulah yang

mempengaruhi pola fikir masyarakat, ketika mereka mempunyai ilmu yang cukup

untuk memahami tujuan dari pembinaan dan pemberdayaan maka akan lebih

mudah baik yayasan maupun masyarakatnya untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Hasil Wawancara 3

a. Narasumber : Ustadz Muhamad Sudin (pembina keagamaan, ketua DKM

masjid Al Fatih, dan pemimpin ponpes Nurma Al Barokah kampung muallaf

Lembah Barokah Ciboleger)

b. Tempat : Rumah Ustadz Muhamad Sudin kampung muallaf Lembah

Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Selasa, 20 April 2022, Pukul 15.55 – 16.20

Pewawancara : Seberapa jauhkah pemahaman masyarakat kampung muallaf

Lembah Barokah Ciboleger.mengenai akad mudhrabah atau praktik muamalah

yang lain.?
113

Narasumber : “Untuk pemahaman masyarakat mengenai istilah fiqh muamalah

seperti mudharabah atau yang lain itu mereka kurang begitu faham namun

mereka itu sudah melakukan praktik muamalah baik itu bagi hasil, gadai ataupun

yang lain hanya berdasarkan apa yang sudah dipraktikkan oleh orang-orang

terdahulu. Adapun yang sudah belajarpun untuk mempraktikkannya juga

mengalami kesusahan sebagaimana praktik jual beli yang terjadi disini itu

muathah saja dan tidak menggunakan ijab kabul.”

Pewawancara : Apakah akad mudharabah yang dilakukan antara masyarakat

kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger dan yayasan itu sudah sesuai

dengan syariah.?

Narasumber : “Kalo untuk praktik yang ada di yayasan sendiri tentunya sudah

jauh lebih baik dan sesuai dengan syariah, karena sebelum disosialisaikan ke

warga terlebih dahulu dikaji oleh pembina agama kampung Lembah Barokah

Ciboleger. Dibandingkan dengan praktik bagi hasil yang dilakukan oleh warga di

luar kampung Lembah Barokah Ciboleger. Karena untuk pembagian dan syarat-

syaratnya semua terpenuhi.”

Pewawancara : Faktor apa saja yang menghambat kesejahteraan warga Lembah

Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Warga itu hanya terpaku dengan kebutuhan sehari-hari saja jadi

tidak ada usaha lebih atau cita-cita untuk lebih berkembang, semisal mereka

berhutang itu untuk kebutuhan yang konsumtif, bukan untuk hal yang produktif,

padahal apabila mereka mau meluangkan waktunya untuk kegiatan produktif


114

yang lain itu bisa menjadi sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan harian

mereka dan juga lemahnya SDM yang serta minimnya pengetahuan agama

mereka.”

Pewawancara : Apabila sudah terjadi kerugian bagaimana pembagian kerugian

untuk pengelola dan pemodal.?

Narasumber : “Bila terjadi kerugian tentu ditanggung oleh kedua belah pihak

sesuai dengan kesepakatan yang berlaku, apabila tidak ada kesepakatan maka

kerugian ditanggung pemodal, seperti halnya penanaman jahe tahun lalu

kerugian ditanggung seluruhnya oleh pemodal atau yayasan, tapi bukan berarti

warga tidak rugi mereka juga rugi waktu dan tenaga selama mengelola jahe.”

Hasil Wawancara 4

a. Narasumber : Drs. Syahriwal (Ketua Harian Yayasan Spirit Membangun

Ukhuwah Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger)

b. Tempat : Rumah Ustadz Muhamad Sudin kampung muallaf Lembah

Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Jum’at, 22 April 2022, Pukul 21.30 – 22.15

Pewawancara : Seberapa jauhkah pemahaman masyarakat kampung Lembah

Barokah Ciboleger?

Narasumber : “Menurut pandangan saya masyarakat kampung Lembah

Barokah Ciboleger ini kurang begitu faham atau bahkan sama sekali tidak faham

tentang muamalah, jadi praktik muamalah mereka itu hanya berdasarkan apa

yang mereka ketahui dari orang tua mereka, asalkan perkara tersebut
115

menguntungkan untuk mereka itu akan dilakukan oleh mereka karena minimnya

kesadaran masyarakat khususnya para muallaf ini mengenai pentingnya belajar

agama.”

Pewawancara : Bagaimanakah peranan ulama setempat kaitannya dengan

pembinaan warga muallaf khususnya pada bidang muamalah?

Narasumber : “Kembali lagi ke faktor ekonomi karena meskipun para kyai

maupun ustadz sudah gencar melakukan pembinaan untuk masalah muamalah ini

warga kurang begitu memperhatikan atau bahkan tidak ada kesadaran dalam diri

mereka ketika praktik muamalah yang mereka lakukan itu salah dampak yang

akan mereka terima itu apa, makanya segala hal yang menguntungkan dan

memudahkan mereka pasti akan dilakukan.”

Pewawancara : Apakah praktik mudharabah yang ada di kampung Lembah

Barokah Ciboleger dalam penggarapan lahan yang sekarang sedang dilakukan itu

sudah sesuai dengan syariat atau belum.?

Narasumber : “Saya melihat praktiknya itu sudah sesuai akadnya juga sudah

jelas tertera dalam surat perjanjian yang ada, dan masalah bagi hasilnya pun

juga jelas dan antara pemodal dan penelola juga sudah sepakat jadi ini sudah

sesuai menurut fiqih.”

Pewawancara : pernahkah selama menjalankan praktik mudharabah ini

mengalami kerugian dan bagaimana pembagian kerugiannya.?

Narasumber : ”pernah beberapa kali mengalami kerugian, yang paling besar itu

adalah ketika penanaman 10.000 bibit jahe merah yang dinilai bisa mendongkrak
116

perekonomian masyarakat yang waktu itu memang sedang banyak dicari

ditengah pandemi, akan tetapi begitu musim panen hasilnya kurang bagus dan

harga jahe anjlok jauh, dalam hal ini yayasan menanggung kerugian seluruhnya

akan tetapi bukan berarti warga tidak mengalami kerugian, mereka juga rugi

waktu dan tenaga, jadi pemodal dan pengelola menanggung kerugian.”

Pewawancara : Bagaimana prosedur akad mudhrabah dalam penggarapan lahan

yang ada di Lembah Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Langkah awal yayasan melakukan sosialisasi terkait akad

mudharabah ini supaya masyarakat memiliki ilmu tentang praktik bagi hasil yang

sesuai dengan fiqih, kemudian diberikan syarat yang harus dipenuhi agar bisa

menggarap lahan seperti KTP, mengisi surat perjanjian dan beberapa syarat

lain, dimaksudkan agar mereka bisa serius melaksanakan program ini, kemudian

barulah mereka diberikan kesempatan untuk memilih kavling mana yang ingin

mereka garap yang sesuai dengan rencana mereka, baik itu untuk berternak,

berkebun ataupun untuk budidaya ikan, setidaknya ada 3 tahapan yang dilakukan

sebelum kemudian warga Lembah Barokah Ciboleger bisa menggarap lahan

sekaligus mendapatkan modal, hal ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi

program semenjak tahun 2018 dikarenakan sulitnya tercapainya target yang

sudah direncanakan antara yayasan selaku pemodal dan warga selaku pengelola

dan didapati bahwa kurangnya sosialisasi dan rasa tanggung jawab menjadi

faktor yang mempengaruhi hasil dari akad mudharabah yang telah dilaksanakan

selama ini, sehingga pengkajian terus dilakukan agar pemodal dan pengelola

modal bisa mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan bersama


117

dan juga agar tercapainya salah satu tujuan dari kegiatan pemberdayaan

ekonomi ini adalah masyarakat yang makmur dan sejahtera.”

Pewawancara : faktor apa saja yang mendukung dan menghambat naiknya

kesejahteraan masyarakat melalui akad mudharabah ini?

Narasumber : “Secara keseluruhan faktor pendukungnya tentu selain kondisi

geografis yang ada sudah sangat mendukung untuk kegiatan berekebun dengan

memanfaatkan modal dan lahan dari yayasan, selain itu letak Lembah Barokah

Ciboleger sendiri yang sangat dekat dengan wisata Suku Baduy bisa menjadi

alternatif untuk wisatawan merasakan perkampungan muslim yang mirip seperti

Suku Baduy dan ini bisa menjadi pendongkrak untuk ekonomi masyarakat juga,

namun kembali lagi yang menjadi penghambat adalah SDM warga Lembah

Barokah Ciboleger ini karena ketika SDM nya mumpuni untuk melaksanakan

program yang sudah direncanakan oleh yayasan sedikit banyak pasti bisa

mendorong tingkat kesejahteraan mereka, begitu juga sebaliknya ketika SDM

yang ada tidak cukup mumpuni untuk program yang ada kemungkinan gagal

program yang dilakukan juga tinggi, jadi perlu sekali untuk mengedukasi dan

membina agar SDM warga Lembah Barokah Ciboleger ini hingga dinilai mampu.

Karena untuk faktor seperti kondisi geografis posisi Lembah Barokah Ciboleger

ini sudah sangat strategis.”

Pewawancara : Strategi apa saja yang sudah dilakukan yayasan untuk

meningkatkan kesejahteraan warga Lembah Barokah Ciboleger ini.?


118

Narasumber : “Sudah banyak sekali usaha yang dilakukan oleh yayasan untuk

meuwujudkan hal tersebut mulai dari segi pemberdayaan ekonomi, pariwisata,

pembinaan keagamaan semuanya sudah dilakukan untuk menunjang agar

terwujud masyarakat yang mampu secara ekonomi, paham akan ajaran agama

Islam dan muslim yang taat.”

Hasil Wawancara 5

a. Narasumber : Ir. Purnomo Samsu Raharjo (Bendahara dan salah satu pendiri

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah, Lembah Barokah Ciboleger)

b. Tempat : Rumah Bapak Ir. Purnomo, Islamic Village, Tangerang

c. Hari/Tanggal : Senin, 21 Mei 2022, Pukul 13.30 – 14.15

Pewawancara : Sejak kapan Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah ini

berdiri dan apa tujuannya.?

Narasumber : “YASMUI (Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah) ini

berdiri sejak 2017 berawal dari kepedulian dari dokter Ashari yang tanahnya

dipakai tanpa izin oleh para muallaf yang berasal dari suku baduy, mereka

tinggal di lahan-lahan kosong milik orang dikarenakan ketika mereka muallaf

mereka tidak diperbolehkan untuk membawa harta mereka selama menjadi

bagian dari anggota adat suku baduy. Adapun tujuan didirikannya YASMUI

adalah membina dan mengarahkan para muallaf dan dhuafa’ yang ada agar

menjadi muslim yang kafah dan menjadi muslim yang berdaya.”

Pewawancara : Usaha apa saja yang dilakukan yayasan untuk mencapai tujuan

tersebut.?
119

Narasumber : “Pertama karena mayoritas mereka adalah muallaf dan belum

pernah mendapatkan pembinaan jadi yang dilakukan oleh yayasan adalah

meletakkan pondasi yang kuat dalam hal aqidah karena masih banyak takhayul-

takhayul yang mereka bawa dari sebelum memeluk Islam, juga minimnya

kesadaran mereka untuk menerapkan pola hidup modern dan islami sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membina mereka hingga bisa

dikatakan sejahtera. Dan sesudah aqidah mereka kuat barulah yayasan mulai

memprogramkan kegiatan pemberdayaan ekonomi, agar berimbang antara

kehidupan dunianya dan juga kehidupan akhiratnya.”

Pewawancara : Apa saja bentuk kegiatan pemberdayaan yang sudah dilakukan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lembah Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Awal mula kegiatan pemberdayaan ini adalah dengan

menjadikan kampung muallaf ini karena posisinya strategis dan berdekatan

dengan wisata suku Baduy yayasan ingin menduplkasikan kampung muallaf

Lembah Barokah Ciboleger ini sebagai wisata suku baduy kedua agar bisa

menjadi tempat periwisata dan bisa menjadi pendorong untuk sektor ekonomi

yang lain namun hal tersebut gagal, kemudian program pemberdayaan yang

disesuaikan dengan keahlian dan minat warga yaitu dengan memodali mereka

sesuai dengan keahlian mereka. Ada beberapa diantaranya pengrajin oleh-oleh

khas baduy, kemudian perabotan rumah tangga, ada juga yang berternak,

produksi bubuk jahe merah, pembibitan lebah madu, program inilah yang sampai

sekarang masih kita lanjutkan dengan memanfaatkan lahan yayasan yang masih

luas agar bisa diproduktifkan untuk kegiatan pemberdayaan serupa yang


120

memiliki nilai ekonomis, untuk menunjang kesejahteraan mereka, karena yang

diharapkan oleh yayasan adalah ketika kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi

mereka akan lebih antusias dan semangat dalam mengikuti program-progam

pembinaan yang ada diyayasan, yang kemudian menjadikan kampung muallaf

Lembah Barokah Ciboleger ini menjadi kampung yang menerapkan nilai-nilai

Islam secara kafah.”

Pewawancara : Faktor apa saja yang mempengaruhi meningkatkannya

kesejahteraan warga Lembah Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Saya menilai faktor yang dapat mempercepat naiknya tingkat

kesejahteraan masyarakat kampung Lembah Barokah Ciboleger ini adalah

pendidikan, mau bagaimanapun pendidikan merupakan hal yang tidak bisa

diabaikan dampaknya terhadap pola fikir dan pola hidup mereka yang cenderung

menginginkan segala sesuatu yang instan tanpa melalui proses kalo saya

mengibaratkannya, bila melihat latar belakang pendidikan mereka itu tidak

sampai lulus sekolah dasar bahkan ada beberapa yang buta huruf, ini kan juga

menandakan betapa terbelakangnya masyarakat Lembah Barokah Ciboleger

dalam hal pendidikan jadi pengadaan pendidikan seperti R.A. dan juga Pondok

Pesantren adalah bentuk usaha yayasan untuk meningkatkan kualitas dari pada

warga dan menjaga generasinya muda dan anak-anak agar bisa lebih baik dari

pada orang tua mereka.”

Pewawancara : Apa harapan bapak untuk kampung muallaf Lembah Barokah

Ciboleger ini.?
121

Narasumber : “Harapan kami sebenarnya selaku pendiri yayasan sudah

tercantum semuanya dalam visi dan misi yayasan, adapun harapan saya pribadi

ingin kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger ini menjadi percontohan

untuk kampung muallaf yang lain dalam segala segi baik pendidikan, pembinaan,

penyuluhan, dan pemberdayaan, dan seluruh warga kampung ini menerapkan

kehidupan yang islami secara kaffah.”

Hasil Wawancara 6

a. Narasumber : Erni Agustianti (Penyuluh keagamaan Kabupaten Lebak)

b. Tempat : RA Nurul Ilmi, kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 09.00 – 09.45

Pewawancara : Program apa saja yang dimiliki oleh penyuluh keagamaan untuk

pembinaan para muallaf.?

Narasumber : “Untuk pembinaan muallaf itu ada beberapa program yang

dimiliki oleh penyuluh keagamaan Kabupaten Lebak, karena wilayah kerja saya

ada di Lebak, diantaranya adalah pengajian rutin untuk muallaf setiap

minggunya dimana ini ditujukan untuk warga binaan yang sudah memiliki

keilmuan cukup tentang agama Islam, kemudian pembelajaran privat untuk para

muallaf yang benar-benar baru bersyahadat dan belum mengenal apapun tentang

agama Islam, menyemarakkan hari-hari besar dalam Islam dengan kegiatan yang

memeiliki dampak positif untuk warga.”


122

Pewawancara : Apa usaha yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas

keilmuan warga binaan khususnya yang ada di Lembah Barokah Ciboleger dalam

masalah fiqih muamalah.?

Narasumber : “Sebagaimana yang tadi sudah saya sebutkan yakni melalui

kajian rutin mingguan dan membuka forum diskusi dengan mereka tentang

masalah fiqih atau hal lain yang menyangkut kondisi kehidupan mereka.”

Pewawancara : Bagaimana pandangan ibu selaku penyuluh keagamaan terkait

program pemberdayaan ekonomi Lembah Barokah Ciboleger melalui akad

mudharabah pada penggarapan lahan yayasan.?

Narasumber : “Saya mendukung sepenuhnya program-program pemberdayaan

seperti ini karena kembali lagi ketika mereka muallaf dan kemudian keluar dari

keanggotaan adat Suku Baduy mereka tidak diperbolehkan membawa harta

mereka keluar sehingga melalui program-program pemberdayaan seperti ini

diharapkan dapat menjadi salah satu sumber nafkah mereka.”

Pewawancara : maslahat apa saja yang akan masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger dapatkan melalui program pembinaan dan pemberdayaan ini.?

Narasumber : “Tentu banyak sekali maslahat yang mereka dapatkan, bila kita

lihat dari segi pembinaan maslahat yang mereka dapatkan tentunya adalah

keilmuan mereka semakin meningkat hal ini yang mengarahkan mereka untuk

lebih rajin dalam beribadah, dan mampu menerapkan konsep kehidupan yang

islami mulai dari tata cara beribadah yang benar, mengenal halal dan haram,

mempraktikan kegiatan muamalah yang sesuai dengan syariat, sehingga mereka


123

bisa lebih menjaga diri mereka dari pada kemurtadan. Dan dari segi

pemberdayaan tentunya semua terkait dengan masalah ekonomi, yaitu kebutuhan

mereka dapat terpenuhi yang nantinya ini akan berdampak juga pada antusias

warga Lembah Barokah Ciboleger terhadap program pemberdayaan sehingga

keduanya saling terikat dan harus berjalan bersama agar maslahat yang

dimaksudkan dapat dicapai secara penuh.”

Pewawancara : Faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat

muallaf khususnya Lembah Barokah Ciboleger.?

Narasumber : “Dari yang saya pahami ada rantai faktor yang saling

bersambung yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Lembah Barokah

Ciboleger ini, puncaknya ada di masalah pendidikan yang mana ini akan

berpengaruh terhadap bagus atau tidaknya tingkat SDM, tingkat SDM ini juga

memberikan pengaruh terhadap pola fikir dan ini yang mempengaruhi mereka

dalam melihat program pembinaan maupun pemberdayaan, dan pada akhirnya

ini akan menjadi sebuah pola dalam kehidupan mereka, warga yang memiliki

tingkat kesadaran pendidikan yang lebih tinggi berdampak juga pada pola hidup

yang lebih bagus juga sehingga kesejahteraannya bisa dibilang lebih baik dari

pada yang tidak.”

Hasil Wawancara 7

a. Narasumber : Jumar (Warga Pengelola Lahan)


124

b. Tempat : Rumah pak Jumar kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 16.00 – 16.20

Pewawancara : Bapak Jumar sudah dari kapan mualafnya?

Narasumber : “sudah lama, sudah 7 tahun sejak tahun 2015 ”

Pewawancara : Tahun berapa bapak masuk ke kampung muallaf Lembah

Barokah Ciboleger ini?

Narasumber : “Sudah 3 tahun”

Pewawancara : Berarti semenjak tahun 2019 ya pak?

Narasumber : “Iya bener 2019.”

Pewawancara : Selama di kampung muallaf ini apa kegiatan bapak sehari-hari?

Narasumber : “Ya biasa aja, kalo siang pekerjaan tani berkebun juga, kalo

malam tidak pengajian langsung istirahat.”

Pewawancara : Terus perbedaan setalah masuk dan sebelum masuk apa ya kang?

Narasumber : “Perbedaanya kalo disini lebih disiplin, ada aturannya yang baik

baik gitu, sebelum disini sholat jarang, tidak ada kegiatan masyarakat seperti

pengajian, kerja bakti begitu.”

Pewawancara : Manfaat dari disiplinnya itu apa?

Narasumber : “Iya enak aja, jadi semua kegiatan itu bisa terjadwal.”
125

Pewawancara : Kalo untuk bapak Jumar sendiri dari kegiatan pemberdayaan

ekonomi, misal penanaman 10.000 bibit jahe, penanaman talas dan sampai

sekarang apa manfaat yang pak Jumar dapatkan.?

Narasumber : “Kalo untuk manfaatnya bagi saua, bisa mendapatkan modal

untuk menggarap lahan, karena jujur susah cari pinjaman modal untuk

menggarap lahan kalo tidak ada program seperti ini.”

Pewawancara : Kalo yang berhubungan dengan kehidupan pak Jumar sehari-hari

apa manfaatnya?

Narasumber : “Saya jadi tidak perlu untuk kerja keluar kota karena yayasan

menyediakan lahan serta modal yang nanti dibagi hasil, jadi saya bisa sering

datang ke masjid untuk sholat jama’ah dan mengikuti kegiatan yayasan seperti

pengajian, sosialisasi, kerja bakti, dan hasilnya syukur Alhamdulillah bisa untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saya.”

Pewawancara : Bapak Jumar sendiri menggarap lahannya untuk apa.?

Narasumber : “kalo yang sekarang saya tanami pohon albasiah dan juga saya

bikin ternak ayam. Kalo yang dulu banyak saya tanami singkong, pisang raja,

kayu jengjeng.”

Pewawancara : Berapa bagi hasilnya pak kalo sudah panen.?

Narasumber : “Kalo yang ada disurat itu katanya 2 bagian untuk saya 1 bagian

nanti dikasihkan untuk yayasan.”

Pewawancara : Kalo misal itu rugi, ditanggung oleh siapa?


126

Narasumber : “Kalo dulu rugi semuanya ditanggung yayasan jadi saya cuman

rugi waktu dan tenaga saja.”

Pewawancara : Harapannya biar masyarakat lebih sejahtera itu apa?

Narasumber : “Harapannya harus kompak itu mah, mau dibidang agama dan

lain lain harus kompak pokoknya mah”

Pewawancara : Apa perlu ditertibin lagi kayak sekarang ini?

Narasumber : “Perlu, penting itu mah.”

Hasil Wawancara 8

a. Narasumber : Usro (Warga Pengelola Lahan)

b. Tempat : Rumah pak Usri kampung muallaf Lembah Barokah Ciboleger.

c. Hari/Tanggal : Selasa, 24 Mei 2022, Pukul 17.00 – 17.20

Pewawancara : Kang Usro sendiri maulaf atau memang sudah muslim sejak

kecil.?

Narasumber : “Saya itu kecil tinggal di Baduy kemudian keluarga saya mualaf

jadi karena saya tidak faham apa itu mualaf waktu itu hanya ikut saja, tapi kalo

keluarga istri saya itu memang asli mualaf semua, meskipun tidak bersamaan ada

seperti mertua saya itu sudah 10 tahun dan kakak ipar saya yang baru 3 tahun”

Pewawancara : Sejak tahun berapa kang Usro tinggal di Lembah Barokah

Ciboleger ini.?
127

Narasumber : “Saya itu termasuk yang paling awal menempati kampung ini jadi

sekitar tahun 2017 kalo sekarang 2022 jadi ya jalan 5 tahun.”

Pewawancara : Bagaimana tanggapan kang Usro terkait program pemberdayaan

ini yang diadakan oleh yayasan.?

Narasumber : “Sangat membantu karena keahlian warga itu kan terbatas

kebanyakan bertani, berkebun, berternak jadi dengan adanya program

pemberdayaan yang ada di yayasan sekarang ini memudahkan untuk menambah

penghasilan.”

Pewawancara : Kang Usro sendiri sekarang lahannya dikelola seperti apa.?

Narasumber : “Kalo saya sendiri kavling saya sebagian saya buat kolam ikan,

sekelilingnya saya tanami pisang sama singkong.”

Pewawancara : Apa saja manfaat yang diperoleh atau yang kang Usro rasakan

selama mengikuti program pemberdayaan ini.?

Narasumber : “Manfaatnya bagi saya itu jadi punya lahan untuk digarap, misal

kita ngajuin modal untuk menanam kayu albasiah itu pun masih bisa kita

manfaatkan untuk nanam pisang, jahe, singkong yang panennya cepat, jadi bisa

dijual atau dimakan sendiri, dan saya jadi tidak perlu untuk jauh jauh lagi cari

kerja.”

Pewawancara : Sebelum menggarap lahan itu dari yayasan ada persyaratan atau

tidak kang.?
128

Narasumber : “Sebenarnya mah syaratnya kita harus tanggung jawab dengan

modal yang sudah diberikan, dan nanti ketika panen juga apabila ada

keuntungan kita bagi hasil juga disetor ke Ustadz Ahmad, sama kalo rugi itu

pembagiannya bagaimana ada tertulis di surat perjanjian itu.”

Pewawancara : Kang Usro sendiri tahu atau tidak kalo program pemberdayaan

ini kalo dalam istilah fiqihnya itu mudharabah.?

Narasumber : “Kalo itu saya sendiri kurang begitu faham, taunya ada bagi hasil

begitu saja semidal panen ikan, atau ternak, atau tanaman. Karena saya juga

sudah sering melakukan praktik seperti ini dari sebelum masuk ke kampung ini.”

Pewawancara : Adakah perbedaan kondisi kehidupan antara sebelum masuk ke

kampung mualaf ini dan setelahnya, apabila ada apa saja itu kang.?

Narasumber : “Ada banyak perubahan, dulu waktu sebelum masuk ke kampung

Lembah Barokah Ciboleger ini saya sering kerja di kebon dan itu jaraknya

sangat jauh dari rumah karena letaknya di tengah hutan, jadi untuk ikut kegiatan

masyarakat itu susah, sholat juga jarang bahkan ngaji pun tidak bisa, apalagi

keluarga istri saya yang dulunya tinggal di Baduy dan masih menganut

kepercayaan Sunda Wiwitan itu, banyak sekali pantangan dan larangan,

sehingga kita tidak bisa bebas. Tapi semenjak masuk kampung ini saya bisa

mengubah kebiasaan untuk sering-sering sholat jamaah, ikut pengajian, dan

alhamdulillah sekarang sudah bisa baca Al Quran meskipun sedikit-sedikit.”


129

LAMPIRAN 5

Deskripsi Tempat Penelitian

Kampung Lembah Barokah Ciboleger atau yang sering disingkat dengan

kata (LBC) merupakan sebuah kampung yang didirikan oleh seorang dokter yang

bernama Ashari bin Haji Tasmail, beliau merupakan seorang dokter dan juga

entrepreneur, salah satu bisnis beliau adalah properti, beliau memiliki banyak

tanah di berbagai daerah dan salah satunya ada di dekat kawasan Suku Baduy atau

lebih tepatnya di Desa Bojongmenteng.

Suku Baduy sendiri memiliki suatu peraturan adat yaitu ketika seorang

anggota adat memutuskan untuk memeluk sebuah kepercayaan baik itu Islam,

Kristen, Hindu, dsb. maka mereka akan diberikan sanksi dengan tidak boleh lagi

tinggal di tanah adat dan mereka juga tidak diperbolehkan untuk membawa harta

benda mereka yang masih mereka simpan di kawasan tanah adat, karena itu

mereka yang memutuskan untuk mualaf akan diusir dari tanah adat dan tidak

memiliki apapun.

Bermula dari tahun 2016 dengan informasi adanya masyarakat mualaf

Baduy yang hidup nomaden atau berpindah-pindah tempat dalam keadaan

dhuafa . berbekal sedikit informasi tersebut berlanjut diawal tahun 2017 selama 7

bulan dengan dimotori oleh seorang dokter yaitu dr. Ashari dilakukan pengecekan

lokasi untuk memastikan kebenaran dan akurasi informasi tersebut sebagai bahan

evaluasi. Hasil evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa perlu adanya bantuan

terprogram dengan baik dan tentu tidak mungkin dilakukan secara individual.
130

Oleh karena itu atas inisiatif dr. Ashari dan kawan-kawan dibentuklah sebuah

yayasan yang diberi nama YASMUI untuk menangani masalah tersebut agar

semua pihak dapat berperan dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat tersebut.

Dengan akta Notaris Amsori Hardyanto. SH.,M.Kn.

Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) didirikan

oleh komunitas dokter yang berjuang bersama sejak kuliah, didukung oleh warga

Islamic Village, merekalah cikal bakal pendiri sekaligus pengurus YASMUI. Jauh

sebelum yayasan terbentuk, komunitas dokter ini sudah bekerja mencari lahan

untuk pemukiman masyarakat Baduy mualaf, termasuk membuat program

pemberdayaan untuk masa depan mereka, hingga terbentuk YASMUI, yang fokus

menangani, membina, dan memberdayakan masyarakat Baduy mualaf. Salah satu

Wakif dari kampung mualaf itu sendiri adalah dr. Nora Wardani, MS.SPGK dan

Nazhir Ir. Nandang Solihin yang mana beliau juga sebagai ketua dari pembina

Yayasan Spitit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).

Tanah bangunan yang diwakafkan kepada YASMUI, tidak diperbolehkan

untuk diperjual belikan atau diwariskan. Kepemilikan dan fasilitas akan tetap

menjadi hak milik yayasan dimana sepanjang masa berikutnya akan bertambah

dari segi luasan dan cakupan pemberdayaannya.

Membangun sebuah kawasan termasuk perumahan dan fasilitas

pendukung usaha bagi para mualaf, dalam rentang waktu sampai bisa mandiri dan

mampu. Setelah mampu dimaksud meninggalkan kawasan untuk digantikan

dengan mualaf baru. Demikian secara bergulir sehingga akan menciptakan pola

pemberdayaan umat.
131

LAMPIRAN 6

Profil YASMUI (Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah)

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi YASMUI (Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah

Islamiyah) yang ada di kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger terdiri atas:91

PEMBINA YAYASAN

Ketua : Ir. H. Nandang Solihin

Anggota :

1. Drs. H. Rizqullah.MBA

2. Hj. Nora Wardani. MS.Dr.SPGK

3. H. Achmad Sumantono

4. Hj. Wiwik Magdalena

PENGAWAS YAYASAN

Ketua : Ir. H. Hurisal Jamhur

Anggota :

1. Dr. Hj. Uyainah

2. Dr. H. Chairil Anwar Soleh

3. Herry Yulianto Rachmawan

4. Drs. Sunaryo

5. Ir. H. Hatian Zulkarnain


91
Dokumen profil Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiah
132

6. Chanam Muklison, SSI

7. Azam Prakoso

8. Budi Santoso

9. H. Hamim

PENGURUS YAYASAN

Ketua Umum : Dr. H. Arius Karman, MARS

Ketua Harian : Drs. Syahriwal

Sekretaris Umum : H. Sabarno, S.H

Sekretaris : Ipat Nurul Faidah

Bendahara Umum : Ir. H. Purnomo Samsu Rahardjo

Bendahara : Erni Agustianti

Pengelola Sagaranten : Edy Mulyadi

2. Visi dan Misi Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI)

Adapun yang menjadi Visi, Misi diantaranya:

a. Visi YASMUI

“Meneguhkan keimanan dan perilaku Islam Kaffah melalui

pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan”.

b. Misi YASMUI

1) Menyiapkan lahan guna terwujudnya kemandirian ekonomi umat

Islam.

2) Melaksanakan syiar Islam Rahmatan Lil Alamin.

3) Menyelenggarakan Pendidikan agama Islam.


133

4) Menyelenggarakan layanan kesehatan bagi masyarakat.

3. Letak Geografis Kampung Mualaf Lembah Barokah Ciboleger

Secara umum kondisi geografis Kampung Mualaf terletak di Desa Bojong

Menteng Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten. Daerah ini

merupakan wilayah yang strategis. Perkembangan kawasan Kampung mualaf

berawal dari lahan seluas 5,7 ha yang dihuni 48 kepala keluarga dan sekarang

sudah mencapai 9,1 ha dari target 30 ha yang dibebaskan YASMUI kemudian

tanah itu pergunakan untuk membangun perumahan yang diberi nama Lembah

Barokah Ciboleger (LBC), yang saat ini sudah terbangun 51 rumah yang tersebar

dalam 4 cluster. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Cluster Ar-Rozzaq 21 unit Rumah, 2 Musholla dan 1 MCK

2. Cluster Ar-Rahman 14 unit Rumah, 1 Musholla dan 2 MCK

3. Cluster Ar-Rahim 12 unit Rumah, 1 Musholla dan 1 MCK

4. Cluster As-salam 4 unit Rumah, 1 Musholla dan 1 MCK

Dari data yang diterima oleh peneliti bahwa dibeberapa bagian tanah

wakaf akan terus dibangun unit rumah untuk ditempati para mualaf Baduy. Selain

itu, perluasan tanah atau kawasan yang akan terus dilakukan agar mencapai target

30 hektar agar bisa menampung sekitar 300 kepala keluarga (KK) sehingga selain

untuk pemukiman bisa juga digunakan untuk pertanian, perkebunan serta

konservasi lainnya.

4. Kondisi Demografis Kampung Mualaf Lembah Barokah Ciboleger

Kondisi Kampung Mualaf Lembah Barokah Ciboleger sekarang ini kurang

lebih 149 jiwa yang terdiri dari 40 kepala keluarga, 72 laki-laki dan 77 perempuan
134

yang menempati areal seluas 9,1 ha. Yang tersebar di empat cluster dengan

kepadatan penduduk 149 jiwa.

Semakin bertambahnya penduduk Baduy yang masuk Islam, semakin

memacu penduduk untuk menempati setiap areal yang kosong. Namun sampai

saat ini kepadatan penduduk masih sangat wajar bahkan yang diharapkan

YASMUI dari adanya kampung mualaf penduduk Baduy yang tidak memiliki

tempat tinggal dan sudah memeluk Agama Islam bisa berpindah dan ingin dibina

agar kehidupannya jauh lebih layak dan rasa ingin tahu terhadap pengetahuan

Agama Islam semakin bertambah.92

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Cluster Ar-Razak

Status hub dlm


No Nama L/P Status Perkawinan
Keluarga
1 Suhadi L Kawin Kepala Rumah Tangga
Hilma P Kawin Istri
Sayidatu’nasah P Belum Kawin Anak
Rizki Herawati P Belum Kawin Anak

2 Arkani L Kawin Kepala Rumah Tangga


Eni P Kawin Istri

3 Reba L Kawin Kepala Rumah Tangga


Rohemah P Kawin Istri
Muhamad
L Belum kawin Anak
Rizal
Siti Raisyah P Belum kawin Anak

4 Hamid L Kawin Kepala Rumah Tangga


Narmah P Kawin Istri
Nemah P Belum kawin Anak
Anipah P Belum kawin Anak

92
Biodata Warga Binaan Yayasan Membangun Ukhuwah Islamiah
135

5 Arjoni L Kawin Kepala Rumah Tangga


Marti P Kawin Istri
Aminah P Belum Kawin Anak
Asmah P Belum kawin Anak
Atinah P Belum kawin Anak
Nabila P Belum kawin Anak

6 Anda L Kawin Kepala Rumah Tangga


Lilis P Kawin Istri
Anak P Belum Kawin Anak

7 Pardi L Kawin Kepala Rumah Tangga


Sapnah P Kawin Istri
Muhamad
L Belum Kawin Anak
Ikhsan

8 Ombak L Kawin Kepala Rumah Tangga


Murtapiah P Kawin Istri
Muhdi L Belum kawin Anak
Oman L Belum kawin Anak
Samudra L Belum kawin Anak
Ridho L Belum kawin Anak

9 Edi Junaedi L Kawin Kepala Rumah Tangga


Hati P Kawin Istri

10 Ratno L Kawin Kepala Rumah Tangga


Imas P Kawin Istri
Siti Anisa P Belum Kawin Anak
Thomas L Belum Kawin Anak

11 Rasman L Kawin Kepala Rumah Tangga


Rasmanah P Kawin Istri
Muhamad
L Belum Kawin Anak
Rijal
Paldi L Belum Kawin Anak

12 Domo L Kawin Kepala Rumah Tangga


Siska P Kawin Istri
Rita P Belum kawin Anak
Yuda L Belum kawin Anak

13 Ahmad L Kawin Kepala Rumah Tangga


Umyati P Kawin Istri
136

Aam P Belum kawin Anak


Rapli L Belum kawin Anak

14 Sarman L Kawin Kepala Rumah Tangga


Yayan P Kawin Istri
Susan P Belum kawin Anak

15 Eman L Kawin Kepala Rumah Tangga


Mariah P Kawin Istri

16 Edy L Kawin Kepala Rumah Tangga


Uni P Kawin Istri

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Ar-Rohman

Status hub dlm


No Nama L/P Status Perkawinan
Keluarga
1 Samin L Kawin Kepala Rumah Tangga
Aminah P Kawin Istri
Sarman P Kawin Anak
Wati P Kawin Anak
Gilang L Belum kawin Anak
Medi L Belum kawin Anak
Sayuti P Kawin Menantu
Yulia P Kawin Menantu

2 Madrais L Kawin Kepala Rumah Tangga


Muhati P Kawin Istri

3 Rohani L Kawin Kepala Rumah Tangga


Sumiyati P Kawin Istri
Rini Aryanti P Belum kawin Anak
Octaviana P Belum kawin anak

4 Edi L Kawin Kepala Rumah tangga


Nasyati P Kawin Istri
Moh.Epis p L Belum kawin Anak
Niko L Belum kawin Anak

5 Arsonah p Kawin istri

6 Sudin L Kawin Kepala Rumah Tangga


137

Widya Astuti P Kawin istri


Aldi Dwinata L Belum kawin Anak
Aldo pratama L Belum kawin Anak

7 Surya L Kawin Kepala Rumah Tangga


Mila P Kawin Istri
Sobri L Belum Kawin Anak

Muhamad
8 L Kawin Kepala Rumah Tangga
sudin
Dedeh P Kawin Istri
Taufik Hidayat L Belum Kawin Anak
Rohilah P Belum Kawin Anak
Maulana L Belum Kawin Anak

9 Ahid L Kawin Kepala Rumah Tangga


Rere P Kawin Istri
Rizwan L Belum kawin Anak
M.Maher R L Belum kawin Anak

10 Usro L Kawin Kepala Rumah Tangga


Sani P Kawin Istri
Riyan Saputra L Belum kawin anak

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Cluster Ar-Rohim

Status hub dlm


No Nama L/P Status Perkawinan
Keluarga
1 Aswadi L Kawin Kepala Rumah Tangga
Murpah P Kawin Istri
Ayu widia A P Belum Kawin Anak
Upang
L Belum Kawin Anak
Ramadani S

2 suherman L Kawin Kepala Rumah Tangga


Rohemah P Kawin Istri
138

Azka L Belum kawin Anak

3 Reza L Kawin Kepala Rumah Tangga


Yanti P Kawin Istri
Yosep L Belum kawin Anak

4 Sukanta L Kawin Kepala Rumah Tangga


Amsah P Kawin Istri

5 Arki L Kawin Kepala Rumah Tangga


Sarminah P Kawin Istri
Andrian L Belum kawin Anak

6 Abeng L Kawin Kepala Rumah Tangga


Sarah P Kawin Istri
Via P Belum kawin Anak

7 Yai P Kawin Istri


Dika L Kawin Anak

8 Sanip L Kawin Kepala Rumah Tangga


Uyum P Kawin Istri
Kartika P Belum kawin Anak
Siti Maulida P Belum kawin Anak

9 Pai L Kawin Kepala Rumah Tangga


Jatimah P Kawin Istri
Indra L Belum kawin Anak
Sahril L Belum kawin Anak
Siti khodijah P Belum k awin Anak

10 Santari L Kawin Kepala Rumah Tanga


Ma’mun L Kawin Anak
Sana P Kawin Anak

11 Asep L Kawin Kepala Rumah Tangga


Lina P Kawin Istri

12 Sambas L Kawin Kepala Rumah Tangga


Lina P Kawin Istri
Nisa P Belum kawin Anak
Adel P Belum kawin Anak

Tabel 4.4
139

Jumlah Penduduk Cluster As-Salam

Status hub dlm


No Nama L/P Status Perkawinan
Keluarga
1 Murhani L Kawin Kepala Rumah Tangga
Sopiah P Kawin Istri
Supriatna P Belum Kawin Anak
Lani P Belum Kawin Anak

2 Ayanidah L Kawin Kepala Rumah Tangga


Amunipah P Kawin Istri
Lina P Belum kawin Anak

3 Sardi L Kawin Kepala Rumah Tangga


Juli P Kawin Istri
Arniah P Belum kawin Anak
Pulung L Belum kawin Anak

4 Sahadi L Kawin Kepala Rumah Tangga


Anisa P Kawin Istri
Sumyati P Belum kawin Anak

5. Kondisi Sosial Keagamaan dan Sosial Umum di Kampung mualaf Lembah

Barokah Ciboleger

Letak sosiografis adalah letak suatu tempat yang dituju dari sosio-

kulturalnya baik dari segi ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Letak

sosiografis Kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger sebagai betrikut:

1. Kondisi sosial Keagamaan dan Pendidikan

Keberadaan masyarakat kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger

sangat komplek sekali. Hal ini dilihat bahwa struktur masyarakatnya berada dalam

lingkungan hunian. Keberaadan ini mau tidak mau bagi wilayah Lembah Barokah

Ciboleger harus terbuka dalam berbagai asimilasi kehidupannya.


140

Masyarakat Baduy yang terkenal dan kental dengan suku dan kebudayaan

nya sangatlah melekat didiri suku Baduy walaupun ada beberapa dari mereka

yang sudah berpindah agama, tetapi jiwa dan kebiasaan nya masih terbawa,

sehingga yayasan akan terus memberikan pembinaan kepada masyarakat Baduy

mualaf yang baru memeluk agama Islam. Agar masyarakat Baduy bisa

menjalankan ibadah dengan baik dan menjadi Islam yang kaffah.

Sementara itu dari segi sosial dan pendidikan keduanya merupakan bidang

yang sangat berkaitan guna menunjang lancarnya kegiatan-kegiatan masyarakat

yang ada di kampung mualaf. Akan tetapi dari segi keduanya masih sangatlah

terbilang belum cukup baik, salah satunya dari sisi pendidikan separuh remaja

masih buta huruf dan putus sekolah. Oleh karenanya pihak Yayasan menyediakan

sarana pendidikan agar anak-anak kampung mualaf bisa melanjutkan pendidikan

hingga ke jenjang yang tinggi dan bisa memunculkan generasi yang lebih baik.

Dengan adanya sarana-sarana sosial yang ada di wilayah kampung mualaf

Baduy, demikian masyarakat seharusnya turut aktif dalam bidang sosial

kemasyarakatan yaitu membantu cek kesehatan (Posyandu) atau pembuatan

kerajinan dari bahan alami untuk diperjual belikan guna meningkatkan

perekonomian dari masyarakat itu sendiri. Hal ini sejalan dengan program

Yayasan agar masyarakat mandiri dalam bidang ekonomi.

Maka kehidupan sosial budaya masyarakat kampung mualaf Baduy

menurut Bendahara sekaligus pendiri yayasan (Ir. Purnomo Samsu Rahardjo),

bahwa dengan adanya sarana-sarana pendidikan tersebut, maka pola kehidupan

masyarakat kampung mualaf Baduy ada dampak positif dan negatifnya.


141

Beliau mengatakan: “Dampak positifnya bahwa masyarakat kampung

mualaf Baduy mengenal pola kehidupan atau wawasan yang maju melalui

pendidikan. Dan dampak negatifnya sebagaian masyarakat masih sering kali tidak

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang sudah diarahkan dari Yayasan

atau pihak lain yang ikut serta membina masyarakat mualaf Baduy”.93

Tabel 4.5

No Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

1 SD/ Sederajat L/P 76

2 SMP/Sederajat L/P 4

3 SMA/Sederajat L/P -

4 Diploma/Sarjana L/P -

5 Putus Sekolah/Buta Huruf L/P 69

Jumlah Tingkat Pendidikan

2. Kondisi ekonomi dan mata pencaharian

Ekonomi merupakan perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan

pilihan atas sumber daya yang langka dalam upaya meningkatkan kualitas

hidupnya. Penduduk kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger mayoritas

93
Wawancara dengan pendiri dan bendahara YASMUI Bapak Ir. Purnomo Samsu Rahardjo di
kediaman beliau Islamic Village, Tangerang pada hari Senin, 21 Mei 2022, Pukul 13.30 – 14.15.
Lihat lampiran wawancara halaman 130-133.
142

memiliki sektor ekonomi dan mata pencaharian yang cukup luas terutama pada

sektor pertanian dan perkebunan serta sebagian kecil beternak.

Keadaan ekonomi masyarakat kampung mualaf mayoritas bekerja di

sektor pertanian, perkebunan, dan berdagang hal ini di dukung oleh faktor alam

yang di kelilingi oleh perladangan yang berupa sawah dan perkebunan. Bahkan

ada beberapa dari masyarakat yang merantau ke luar kota hanya untuk mencari

nafkah dan memenuhi perekonomian keluarga mereka yang pada dasarnya

mencari pekerjaan didaerah sekitar ciboleger masih sulit dan tidak adanya

lowongan pekerjaan bagi masyarakat setempat khususnya kampung mualaf.

Tabel 4.6

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani / Berkebun 20

2 Buruh 13

3 Wiraswasta 5

4 Beternak 2

5 Pedagang 1

3. Kondisi Lingkungan dan kesehatan masyarakat

Masyarakat kampung mualaf Lembah Barokah Ciboleger pada hakikatnya

rukun, damai dan bekerja sama apabila diajak bermusyawarah baik secara kerja
143

bakti, gotong royong, dan lain nya. Akan tetapi ada beberapa masyarakat yang

mengeluh masalah lingkungan mengenai sampah yang masih minim ketersediaan

tempat akhir pembuangan sampah, dan dari Yayasan pun perlu meningkatkan lagi

pembinaan terhadap lingkungan agar masyarakat paham dan sadar bahwa

lingkungan yang bersih sangatlah penting bagi kesehatan diri sendiri maupun

sekitar.

Mengenai sarana kesehatan dikampung mualaf LBC akan dibangun tempat

sarana kesehatan berupa klinik dan apotek untuk memenuhi warga Lembah

Barokah Ciboleger dan sekitarnya, untuk sementara ketersediaan tenaga kerja

seperti dokter atau perawat belum sepenuhnya tinggal dikampung mualaf dan

masih bergilir dalam jangka waktu seminggu 3 kali untuk mengecek kesehatan

masyarakat kampung mualaf.

4. Kondisi Budaya dan wisata

Kondisi budaya dan wisata bahwa Ciboleger merupakan pusat wisata

Baduy, wisata Culture yang tidak ada dua nya di Indonesia yang merupakan

Budaya serta kerajinan tangan nya yang cukup terkenal dan bahkan bukan hanya

sekitar daerah Banten saja yang ingin berkunjung dan menikmati ke alamian nya,

dari luar daerah pun ingin berkunjung ke daerah Baduy luar dan Baduy dalam.

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Baduy luar dan Baduy dalam setiap hari

libur tidak kurang dari 200 orang, yang terdiri dari anak-anak SMA, Mahasiswa,

dan kelompok komunitas. Sebagian wisatawan menginap di Baduy dalam (Cibeo)

yang merupakan akses nya cukup jauh dari terminal, beranjak dari alasan tersebut

Yayasan berinisiatif membangun penginapan di LBC yang merupakan jaraknya


144

tidak jauh dari Ciboleger atau terminal area masuk Baduy sehingga mereka yang

berkunjung ke Baduy luar tidak kesulitan mencari penginapan.94

5. Sarana keagamaan, kesehatan, Pendidikan dan Prasarana

a. Sarana Keagamaan: 4 Mushola, 1 Masjid;

b. Sarana Kesehatan: 1 Klinik;

c. Sarana Pendidikan: 1 PAUD, 1 Pesantren.

Adapun dalam prasarana Air Bersih dan Sanitasi memiliki 4 BOR, 5 MCK

Umum.

94
Proposal Pengembangan Program Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiah
145

LAMPIRAN 7

Foto Penelitian

a. Peneliti saat wawancara

bersama Ustadz Ahmad

Suhadi. Beliau adalah

pembina keagamaan

sekaligus ketua pelaksana

pemberdayaan ekonomi

masyarakat kampung

mualaf Lembah Barokah

Ciboleger.

b . Peneliti saat wawancara bersama Kyai Haji Johanda. Beliau

adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.


146

c . Peneliti saat wawancara bersama Kyai Muhamad Sudin. Beliau adalah

pembina keagamaan dan pemimpin ponpes Nurma Al Barokah Lembah Barokah

Ciboleger dan ketua DKM Masjid Al-Fatih.

d . Peneliti saat wawancara bersama Bapak Drs. Syahriwal. Beliau

adalah ketua harian Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah

(YASMUI).

e . Peneliti saat wawancara

bersama Bapak Ir. Purnomo Samsu

Rahardjo Beliau adalah Bendahara

sekaligus salah satu pendiri

kampung mualaf Lembah Barokah

Ciboleger.
147

f . Peneliti saat wawancara bersama

Ibu Erni Agustianti, M.Ag. Beliau

adalah penyuluh kegamaan

Kabupaten Lebak, Banten.

g . Peneliti saat wawancara bersama

Bapak Jumar. Beliau adalah warga

kampung mualaf Lembah Barokah

Ciboleger dan pengelola lahan

yayasan.
148

h. Peneliti saat wawancara bersama

Bapak Usro. Beliau adalah warga

kampung mualaf Lembah Barokah

Ciboleger dan pengelola lahan

yayasan.

Peta Denah Kampung Mualaf, Lembah Barokah Ciboleger


149
150

Foto program kegiatan penanaman 10.000 bibit jahe merah

Foto kegiatan pembinaan mualaf oleh penyuluh agama Ibu Erni Agustianti

Foto kondisi perumahan yang ada di kampung Lembah Barokah Ciboleger


151

LAMPIRAN 8
152

BIODATA PENULIS
Muhammad Thoriq Sahala Asysyufi, Lahir pada

hari jum’at, 05 Maret 1999, di Desa Padangan,

Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa

Timur. Anak pertama dari 3 bersaudara dari

pasangan Bapak Imam Basori dan Ibu Nur Kholifah.

Penulis sekarang bertempat tinggal di Desa

Padangan, RT 002, RW 001, Tulungagung. Penulis menempuh pendidikan

sekolah dasar pada tahun 2006 di Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Mutaqin

Padangan dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Darul

Hikmah Tulungagung dan tamat pada tahun 2014. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah

Negeri 2 Tulungagung dan tamat pada 2017. Dan di tahun yang sama penulis

mempelajari hukum-hukum Islam dan dasar ilmu syari’ah di Pesantren An-

Nuaimy Jakarta. Kemudian pada tahun berikutnya yakni 2018 penulis terdaftar

sebagai mahasiswa program studi hukum ekonomi syari’ah di Sekolah Tinggi

Agama Islam Al-Qudwah Depok program strata satu (S1).

Anda mungkin juga menyukai