Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berjalan setelah kemerdekaan
dengan dasar-dasar pengelolaan perekonomian negara yang diatur dalam Pasal 33 ayat
(1) hasil amandemen IV UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, yang kemudian telah membawa
perubahan dalam masyarakat Indonesia yang digerakkan oleh pembangunan ekonomi
dengan berbagai eskalasi dan dinamikanya1, maka perlu didukung oleh suatu undang-
undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya
iklim dunia usaha yang kondusif dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik.
Kondisi tata kelola korporasi yang baik pasca krisis tahun 1997 2, bagi pihak ketiga
sangat bermanfaat sehingga dapat melindungi hak dan kewajibannya, yang sejatinya tidak
hanya diserahkan semata-mata kepada iktikad baik Direksi dan Komisaris 3. Perusahaan
harus memberikan insentif yang memadai bagi komisaris dan direksi untuk mencapai
tujuan perusahaan demi kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya. 4 Pengelolaan
perusahaan yang baik adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna meningkatkan nilai
perusahaan (corporate value) dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders berlandaskan moral, etika, dan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
mengharuskan adanya kelembagaan komisaris sebagai salah satu organ perseroan, bahkan
perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dana masyarakat,
perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat atau perseroan
terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang komisaris. Kedudukan komisaris
1
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2014), hal. 1
2
Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 87
3
Erman Rajagukguk. Perlunya Pembaharuan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang
Pasar Modal dalam Hubungannya dengan Pelaksanaan Good Corporate, dalam Makalah Lokakarya
Pengelolaan Perusahaan (Corporate Governance), Program Pascasarjana FH USU dan University of South
Carolina, Medan, 27 Juni 2000, hal. 1
4
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governance Perkembangan Pemikiran dan
Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007), hal. 1

1
yang berisiko ini kemudian oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas menetapkan persyaratan yang cukup ketat bagi seseorang yang ingin
menduduki jabatan sebagai komisaris. Persyaratan untuk menjadi anggota komisaris
cukup berat, Pasal 110 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas menguraikan syarat untuk menjadi anggota dewan komisaris harus cakap
melakukan tindakan hukum, selain itu ada syarat lain, yaitu dalam 5 (lima) tahun terakhir
sebelum pengangkatannya tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau
anggota komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan
pailit atau dihukum melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan atau
berkaitan dengan sektor keuangan. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan
pengelolaan perusahaan yang baik, maka memerlukan komisaris yang memperlihatkan
adanya kesadaran untuk menata ulang keberadaan dan kegiatan usahanya secara baik.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut ada permasalahan yang ditemui, diantaranya:
1. Bagaimana kewajiban dan tanggung jawab dewan komisaris dalam Perseroan
Terbatas ?
2. Bagimana tanggung jawab anggota dewan komisaris atas kesalahan atau kelalaian
yang menyebabkan kerugian pada Perseroan Terbatas ?

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dalam Perseroan Terbatas
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran
dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Selanjutnya dalam Pasal 108 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan dan
memberi nasihat kepada Direksi. Tugas utama Dewan Komisaris, melakukan pengawasan
terhadap5:
1. Kebijakan pengurusan perseroan yang dilakukan Direksi, dan;
2. Jalannya pengurusan pada umumnya.

Pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris perseroan dilakukan semata-mata


untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, yang artinya bahwa
pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk
kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara
menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, sebagaimana ditegaskan
dalam pasal 108 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Dewan komisaris perseroan dalam melakukan pengawasan tersebut haruslah
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yaitu yang tertuang dalam anggaran dasar
perseroan, yang mana pengawasan dan pemberian nasihat tersebut memang untuk
kepentingan perseroan dan bukan untuk kepentingan pribadi para anggota dewan
komisaris maupun kepentingan pihak atau golongan tertentu.

Tugas pengawasan dapat juga dilakukan dewan komisaris terhadap sasaran atau
obyek tertentu antara lain6:
1. Melakukan audit keuangan
5
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 439
6
M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 439-440

3
Pengawasan dibidang keuangan dianggap sangat relevan dan urgen, karena masalah
keuangan merupakan urat nadi yang sangat sentral bagi perseroan. Keadaan
keuangan perseroan merupakan refleksi dari gambaran kondisi perseroan. Oleh
karena itu, pengawasan dengan melakukan audit atas keluar masuknya keuangan
perseroan, harus dilakukan dengan cermat
2. Pengawasan atas organisasi Perseroan
Pengawasan atas organisasi perseroan, dilakukan dengan cara mengaudit
strukturhnya. Tujuan utama melakukan audit organisasi, agar strukturnya selalu
dapat di up date sesuai dengan keadaan dan perkembangan perseroan
3. Pengawasan terhadap personalia
Pengawasan personalia dilakukan untuk mengetahui kekurangan maupun kelebihan
personalia yang mungkin terjadi. Selain itu dapat juga mengetahui cara recruit dan
seleksi yang berjalan, sudah tepat atau tidak.

Subtansi kewajiban dan tanggung jawab pelaksanaan tugas pengawasan dewan


komisaris sebenarnya sudah diatur dalam Pasal 114 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas, yakni sebagai berikut:
(1) Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1).
(2) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
(3) Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau
lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung
renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
(5) Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

4
a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan
c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut.
(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat
anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri.

B. Tanggung Jawab Anggota Dewan Atas Kesalahan atau Kelalaian Yang


Meneyebabkan Kerugian Pada Perseroan Terbatas

Pada prinsipnya, hukum harus ditegakkan apabila anggota dewan komisaris salah
atau lalai menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau
kelalaian itu perseroan mengalami kerugian, maka setiap anggota dewan komisaris
bertanggung jawab secara pribadi. Berdasarkan Pasal 114 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan, bahwa setiap anggota
Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2). Meskipun kerugian yang dialami perseroan karena pengurusan yang dilakukan
oleh direksi, namun anggota dewan komisaris tetap ikut memikul tanggung jawab secara
pribadi, apabila kerugian itu terjadi sebagai akibat kesalahan atau kelalaian pengawasan
dewan komisaris. Tanggung jawab pribadi anggota dewan komisaris yang salah atau lalai
melaksanakan tugas dikontruksikan sebagai berikut7:
1. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan;

7
M. Yahya Harahap, Op.cit., hal. 460-461

5
2. Tanggung jawab pribadi melekat pada diri anggota dewan komisaris apabila ia
bersalah, atau lalai menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat;
3. Meskipun kerugian itu timbul dari pengurusan direksi, anggota dewan komisaris
tetap bertanggung jawab secara pribadi, apabila dalam pengawasan pelaksanaan
pengurusan direksi itu terdapat unsure kesalahan atau kelalaian anggota dewan
komisaris;
4. Luasnya tanggung jawab pribadi anggota dewan komisaris, sebatas kesalahan dan
kelalaiannya. Namun dalam praktiknya ketentuan ini sangat sulit diterapkan, yakni
kesulitan mengukur secara obyektif, sampai sebatas mana kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan;
5. Dalam Pasal 114 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas menyebutkan, bahwa dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)
anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pengelolaan perusahaan yang baik adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan dalam jangka panjang dengan
memperhatikan kepentingan stakeholders berlandaskan moral, etika, dan peraturan perundang-
undangan. Pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan komisaris dengan
melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi dengan itikad baik (good faith duty) serta wajib hati-hati (duty

6
care) atau prudential duty. Pengawasan yang dilakukan untuk kepentingan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan. Selain pengawasan, tugas dewan komisaris ialah memberi nasihat
kepada direksi. Namun bentuk nasihat yang dikemukakan, secara yuridis hanya bersifat
rekomendasi dan tidak mengikat kepada direksi. Tugas pemberian nasihat yang berbentuk
pendapat atau petunjuk dapat dilakukan dewan komisaris untuk pembuatan rencana kerja yang
proposional dalam rangka upaya memajukan dan mengembangkan perseroan sesuai dengan
prinsip Good Corporate Governance yang pelaksanaannya juga sesuai dengan prinsip-prinsip
perusahaan dan Good Corporate Governance (GCG).
Prinsip hukum yang harus ditegakkan apabila anggota dewan komisaris salah atau lalai
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau kelalaian itu
perseroan mengalami kerugian, maka setiap anggota dewan komisaris bertanggung jawab secara
pribadi. Meskipun kerugian yang dialami perseroan karena pengurusan yang dilakukan oleh
direksi, namun anggota dewan komisaris tetap ikut memikul tanggung jawab secara pribadi,
apabila kerugian itu terjadi sebagai akibat kesalahan atau kelalaian pengawasan dewan
komisaris. Sedangkan Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
apabila telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, tidak mempunyai kepentingan
pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang
mengakibatkan kerugian; dan telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul
atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai