Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

I. Konsep Medis
A. Pengertian
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis
verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat. (Brunner&Suddarth, 2014).
Apendiktomi adalah peradangan dari apendiks vermiformis,
apendisitis akut biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks yang diakibatkan oleh fekalit/apendikdolit, hiperplasia
limfoid, benda asing, parasit, neoplasma, atau striktur karena
fibrosis akibat perdangan sebelumnya. Apendiks memiliki panjang
bervariasi sekitar 6 hingga 9 cm. Obstruksi lumen yang terjadi
mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga
menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding
lumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe
sehingga menimbulkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat tersebut, terjadi apendisitis akut fokal yang
ditandai oleh nyeri periumbilikal. (Wibosono.E.W Saditya W.,2014).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya
makanan keras yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa
keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbulah
kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan tadi (Saydam
Gozali, 2015).
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. berbagai hal
sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan
sebagai faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe,
tumor apendiks dan cacing askaris.
2. Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E.
hystolitica.
3. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan
makanan yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian
intrasekal, yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan
terjadi penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2014).

C. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan
lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing,
striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan
menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan
terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.
Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus
semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus.
Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan
spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa,
lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis
terjadilah peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah,
dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini yang kemudian disebut
dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh pecah, akan menyebabkan apendisitis
perforasi. Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis (Mansjoer,
2016)

D. MANIFESTASI KLINIK
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di
dasari dengan radang mendadak umbai cacing yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang
peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis adalah:
1. Nyeri visceral epigastrium.
2. Nafsu makan menurun.
3. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik
Mc Burney.
4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena
focus pada nyerinya, muntah-muntah, lemah, latergik,
pada bayi 80-90% apendisitis terjadi perforasi
(Tsamsuhidajat & Wong de jong, 2015).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk
menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi
peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena
adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan).
pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma.

b. Pemeriksaan USG
USG cukup membantu dalam penegakan diagnosa
apendisitis terutama untuk wanita hamil dan anak-anak.
Gambaran dilatasi diameter apendiks > 6 mm menunjukan
gambaran appendisitis.

c. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada
apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada
apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran
ke kiri. Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau
terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks
yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai
respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan
perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED)
meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin
penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila


diagnose apendisitis telah ditegakan dan harus segera
dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.

b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan


pemebedahan dilakukan.

c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.

d. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang


harus dilakukan adalah operasi membuang apendiks
(apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage.
(Brunner & Suddarth, 2014).
II. Konsep Keperawatan
A. PENGKAJIAN FOKUS
2. Dasar data pengkajian Pasien
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-
kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas,
kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus
d. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia, mual / muntah
e. Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney. Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan
tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin,
batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba di duga
perforasi atau infark pada appendiks) keluhan berbagai rasa
nyeri atau gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi
appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau
telentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada
kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau
posisi duduk tegak nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi
peritoneal.
f. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
g. Pernafasan
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal

B. PATHWAYS KEPERAWATAN

Obstruksi apendiks, Infeksi

Tekanan intra lumen

Penekanan pembuluh darah

Menghambat aliran limpe

Inflamasi pada apendiks

Nyeri Apendisitis
Perencanaan tindakan pembedahan

Mempersepsikan tindakan bedah yang negatif

Pembedahan
Ansietas Kondisi fisik menurun
Kekuatan otot menurun
Trauma jaringan
Penurunan saraf simpatis
Resiko Perdarahan
Resiko jatuh

C. Penatalaksanaan Keperawatan
 Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri,
mencegah defisit volume cairan, mengatasi ansietas,
mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh gangguan
potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal,
mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris yang
optimal.
 Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan,
mulai jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang
nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan
laksatif.
 Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan
analgetik narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila
dapat ditoleransi.
 Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya
tanda-tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau
abses sekunder (Brunner & Suddarth, 2014).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedra fisik
Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah diberikan intervensi
keperawatan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
• Klien melaporkan nyeri berkurang
• Klien tidak cemas ( tenang)
• Nadi kembali Normal
Intervensi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas,
intensitas dan skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


Tujuan dan kriteria hasil : Setelah diberikan intervensi
keperawatan ansietas klien berkurang dengan kriteria hasil :
• Klien tidak gelisa
• Klien tidak tegang
Intervensi :
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
 Temani klien untuk mengurangi kecemasan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasi secara faktual mengenai diagnosa, pengobatan
dan prognosis

Intra Operatif
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan
kriteria hasil : Tidak ada perdarahan pasca operasi
Intervensi :
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
 Pertahankan bedres selama perdarahan
 Anjurkan segerah melapor jika ada perdarahan
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
2. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur infasif
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi yang ditandai
dengan :
 Kemerahan pada luka
 Drainase purilent tidak ada
 Tidak ada peningkatan sel darah putih
Intervensi :
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
 Batasi jumlah pengunjung
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan
 Pertahankan teknik septik pada pasien beresiko tinggi
 Kolaborasi pemberian obat

Pasca Operatif
1. Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Tujuan dan Kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan klien tidak jatuh saat ambulasi maupun
dari tempat tidur dengan kriteria hasil :
- Jatuh dari tempat tidur menurun
- Jatuh saat dipindahkan menurun
Intervensi :
 Identifikasi faktor resiko jatuh
 Pastikan roda tempat tidur selalu terkunci
 Pasang hadrall tempat tidur
 Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
berpindah

2. Resiko Aspirasi ditandai dengan efek agen farmakologis


Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan diharapkan klien tidak mengalami aspirasi yang
ditandai dengan :
 Frekuensi pernapasan normal
 Tidak tersedak atau muntah
Intervensi
 Monitor pola napas
 Monitor tingkat kesadaran
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Monitor mual muntah
 Hangatkan tubuh klien
 Berikan oksigen
 Kolaborasi pemeberian antiemetik

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, 2009, Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi II,
diterjemahkan oleh A. Samik Wahab & Soedjono Aswin, Yogyakarta,
Gadjah Mada University.

R Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2015, At a Glance Ilmu Bedah Edisi


3, Jakarta, Erlangga.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G Bare (2016), Buku Ajar
Keperawatan Medical Bedah Edisi 8, EGC, Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran.

Wibosono.E.W Saditya W.,(2014) Ilmu Bedah Muthakhir, EGC,


Jakarta, Penerbit Buku kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai