Anda di halaman 1dari 37

|1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan
disegala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan dibidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat dalam
bidang kesehatan itu sendiri. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-
Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain : perubahan upaya kuratif
menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif
menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi
kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta
secara aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya.

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek


pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu,


keluarga, kelompok ataupun masyarakat ditatanan pelayanan kesehatan
komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan
komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat
profesional dan mempunyai potensi keperawatan secara mandiri sesuai

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|2

dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Profesi Ners


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia melaksanakan
Praktik Keperawatan Komunitas di lingkungan Desa Borongpa’la’la Kec.
Pattallasang Kab. Gowa menggunakan pendekatan yang berbasis keluarga,
kelompok dan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinaan, mengatasi
masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri sehingga diharapakan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif
dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek keperawatan komunitas mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan keperawatan komunitas melalui tahap proses
keperawatan: pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan, dengan fokus klien individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek asuhan keperawatan komunitas di
lingkungan Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kec. Pattallasang Kab.
Gowa , mahasiswa mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas.
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk
komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi.
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan
kesehatan komunitas.
d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor
resiko personal, sosial dan lingkungan.
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|3

f. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk


mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
g. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterampilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.
h. Mengembangkan rasa percaya diri dalam melakukan asuhan
keperawatan komunitas.
C. MANFAAT
1. Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Untuk Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi tentang
kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Pattallassang guna membantu program kesehatan pada
masyarakat.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|4

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Praktek Keperawatan Komunitas yang dilakukan
kelompok 3 mahasiswa Profesi Ners Angkatan VIII Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muslim Indonesia selama 6 minggu (18 November
2019 s/d 28 Januari 2019) berlokasi di Dusun Bontoa Desa Borongpa’la’la
Kec. Pattallasang, Kab. Gowa.

E. METODE PENULISAN
Penulisan laporan hasil praktek profesi keperawatan komunitas ini
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Studi literatur, dengan membaca dan mempelajari buku serta makalah
yang berhubungan dengan keperawatan komunitas.
2. Wawancara, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada warga
dan pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
kuesioner/format pengkajian komunitas.
3. Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap pola perilaku atau
kebiasaan yang terkait dengan kesehatan warga di lingkungan Dusun
Bontoa Desa Borongpa’la’la Kec. Pattallasang, Kab. Gowa.
4. Winshield survey, dengan mengamati secara sekilas keadaan Masyarakat
Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kec. Pattallasang Kab. Gowa.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan hasil praktek profesi keperawatan
komunitas ini adalah sebagai berikut :
- Bab I. Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode serta sistematika penulisan laporan hasil praktek komunitas.
- Bab II. Tinjauan Teoritis
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep teori pelayanan kesehatan
utama, konsep keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan
komunitas.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|5

- Bab III. Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di Lingkungan Desa


Borongpa’la’la Kec. Pattallasang, Kab. Gowa.
Pada bab ini akan diuraikan tentang kegiatan-kegiatan mahasiswa selama
menjalankan proses asuhan keperawatan dimulai dari tahap persiapan,
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi
- Bab IV. Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan analisa pelaksanaan proses asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa di Dusun Bontoa Desa
Borong Pa’la’la Kec. Pattallasang, Kab. Gowa.
- Bab V. Penutup
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran
- Daftar Pustaka
- Lampiran- lampiran

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|6

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PELAYANAN KESEHATAN UTAMA


Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) adalah pelayanan kesehatan
pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan
sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya tentu dengan biaya
yang dapat dijangkau oleh masyarakat untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib pribadi (self determination) (Mubarak, 2015).

Pelayanan Kesehatan Utama (Primary Health Care) merupakan


pendekatan yang praktis untuk melaksanakan asuhan perawatan kesehatan
masyarakat di tingkat individu, keluarga dan masyarakat/komunitas, dalam
bentuk yang dapat diterima dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya,
dengan melibatkan partisipasi sepenuhnya dari masyarakat dan
operasionalnya di Indonesia dalam bentuk pembangunan kesehatan
masyarakat desa, dengan kegiatan yang nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) (Mubarak, 2015).

PKU pada dasarnya bertujuan untuk mengoptimalkan derajat


kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat secara mandiri dalam arti mampu mengenal masalah, faktor-
faktor penghambat dan faktor pendukung yang dimiliki serta mampu
menentukan alternatif penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi
(Mubarak, 2015).

Usaha untuk memperoleh atau meningkatkan status kesehatan


merupakan suatu anjuran dari Allah SWT, karena dengan kesehatan manusia
bisa beribadah dan bekerja, oleh karena itu manusia harus selalu bersyukur
akan nikmat kesehatan yang Allah berikan hal ini Sesuai dengan Sunnah Nabi
untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah
Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim
indonesia
|7

SWT. Bahkan bisa dikatakan Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang
terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur
terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa
menjaga kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran,

َ ‫َذ‬
‫َّن‬‫تأ‬َ ْ‫ِذ‬‫َإ‬
‫ْ و‬ ‫تم‬‫ْ شَكَر‬
ُْ ‫ِن‬‫ْ َلئ‬‫ُم‬ ُّ‫ر‬
‫َبك‬
‫َاب‬
‫ِي‬ ‫َذ‬‫َّ ع‬
‫ِن‬ ‫ْ إ‬
‫تم‬ُْ
‫َر‬‫َف‬
‫ْ ك‬‫ِن‬ َ‫ْ و‬
‫َلئ‬ ُۖ
‫م‬‫نك‬َّ‫د‬
َ‫ِي‬ ‫ََلَز‬
‫ِيد‬ ‫َلشَد‬
Artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Q.S Ibrahim [14]:7)
Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan
duniawi yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan
ukhrawi atau kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan
semacamnya sudah menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan
Islam merupakan kewajiban kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin.
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa
yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak
daripada yang apa yang bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa
beribadah, berjihad, berdakwah dan membangun peradaban dengan baik, jika
faktor fisik berada dalam kondisi yang kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara
tidak langsung, merupakan faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya
kebenaran dan terwujudnya kebaikan.
Fungsi dari Pelayanan Kesehatan Utama adalah pemeliharaan
kesehatan, pemecahan diagnosa penyakit dan pengobatan, pelayanan tindak
lanjut dan pemberian sertifikat. Adapun tanggung jawab perawat dalam PKU
(Mubarak, 2015) adalah :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
|8

3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan


4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijakan tentang kesehatan masyarakat.
Sasaran PKU adalah individu, keluarga/kelompok dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan
tersier.Jadi keluarga atau kelompok masyarakat ditingkatkan untuk
menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Mubarak, 2015).

Strategi PKU adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan


mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Agar delapan unsur utama
PKU yaitu peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah
kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk
KB, penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik,
imunisasi, tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik lokal,
tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat
tradisional dalam masyarakat (Mubarak, 2015).

Prinsip dalam pelaksanaan PKU berorientasi pada distribusi


pelayanan kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan
teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau fasilitas yang ada di dalam
masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi
sektoral. Kegiatan dalam PKU meliputi : penyuluhan kesehatan terhadap
masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta
pengobatannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi,
pencegahan penyakit menular, pengadaan obat esensial, sanitasi dan
pengadaan air bersih (Sumijatun, 2000).

Hubungan konsep PKU dan komunitas adalah untuk melaksanakan


kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan menjadi
tingkat rumah tangga (individu dan keluarga), tingkat masyrakat (pimpinan
atau tokoh), tingkat rujukan pertama (Rumah Sakit tipe A dan B), serta
Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim
indonesia
|9

menyelenggarkan kerja sama lintas sektoral dan lintas program yang


melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan dalam
hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam
PKU diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya.Sebagai akhir tujuan PKU diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas dimana dia
tinggal (Sumijatun, 2000).

B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau
teori keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat,
diantaranya ;

Menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh,


mampu berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat, mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan pada masyarakat tersebut (Stanhope, 2010).

Sedangkan Ruth B. Freeman (1981) mendefinisikan perawatan


komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan
kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini
tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Stanhope,
2010).
Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan
kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat, praktiknya memerlukan
acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam
kebutuhan dasar komunitas.Banyak konseptual model keperawatan
dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah konsep model dari Betty
Neuman (1972), yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi
masalah kesehatan (Mubarak, 2015).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 10

Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget
pelayanan kesehatan.Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi
yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier.

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit
atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya.Pencegahan
primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan
dalam komunitas.Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya
masalah kesehatan.Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini,
intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan
kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi
sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses
penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya (Stanhope, 2010). Model teori
Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang
mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya dalam komunitas yaitu biologis, psikologis, sosio kultural,
perkembangan dan spiritual (Stanhope, 2010).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 11

Sumber energi infrastruktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem


pertahanan stressor yaitu garis resisten, garis pertahanan normal, garis
pertahanan fleksibel. Ketiga lapisan pertahanan tersebut bertujuan untuk
melindungi infra struktur atau sumber energi dari stressor yang dapat
mempengaruhi komunitas (Stanhope, 2010).
Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah semua orang
yang membentuk masyarakat (Anderson, 1988). Secara lebih rinci sasaran ini
terdiri dari tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.
1. Tingkat Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan
(ketidakmampuan dalam merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan
sebab, maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara
fisik, mental dan sosial.
Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan
keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu
(misal : TBC, ibu hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian
pada masalah dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
bermasalah kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga menurut Stanhope
(2010) berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga.
d. Menciptakan lingkungan yang sehat.
e. Memanfaatkan sumber daya dalam keluarga untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 12

3. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat dari sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok berisiko atau masyarakt wilayah binaan. Pada tingkat
komunitas asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan
resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau) dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan perilaku care (perawatan) dan
rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat terjangkau oleh masyarakat dan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan
keperawatan (Mubarak, 2015).
Keperawatan komunitas ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan
menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyuluruh dan
umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas. Strategi
yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan
kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan
pemerintah (Mubarak, 2015).
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat
menanggulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses
keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc. Forlane (2014)
yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 13

nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan, faktor-faktor


lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial
komunitas ekonomi dan rekreasi.Semua aspek ini dikaji melalui
pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah (Mubarak,
2015).
2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisa
untuk mengetahui stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa
berat yang muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan
masalah dan diagnosa keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri
dari :
a. Masalah sehat - sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan (Mubarak, 2015)
3. Perencanaan
Strategi intervensi keperawatan komunitas mencakup tiga aspek,
yaitu primer, sekunder dan tersier, melalui pendidikan kesehatan dan
kerjasama (partnership). Untuk meningkatkan kerjasama dan proses
kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan
kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas
yang dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986), ada
tiga model pendekatan pengorganisasian komunitas yaitu pendekatan
perencanaan sosial (social planning), pendekatan social action, namun
yang dominan adalah dengan pendekatan locality development yang
berarti mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber
dana yang dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada
(Stanhope, 2010).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 14

Pendekatan pengembangan masyarakat (locality development)


dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi
masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi
mereka untuk partisipasi aktif dalam memecahkan masalah kesehatannya
sendiri (Mubarak, 2015).
4. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunikasi berfokus pada
tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 2014).
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, dilakukan sebelum terjadi
sakit.Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga memperpendek
masa sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau tidak dapat diperbaiki lagi
(irreversibel). Menurut Mubarak (2015) kegiatan rehabilitasi selain
bertujuan menghambat proses penyakit juga mengembalikan individu
ke fungsi yang optimal, intervensi atau tindakan yang dilakukan untuk
pencapaian tujuan dengan cara :
1) Aktifitas atau kegiatan program
2) Pembentukkan kelompok kerja kesehatan (POKJAKES).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas atau masyarakat terhadap
program kesehatan yang telah dilaksanakan meliputi masukan (input),
pelaksanaan (process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 15

pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas menurut Mubarak (2015)


adalah :

a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


b. Perkembangan atau kemajuan proses apakah sesuai dengan
perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan,
fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan penggunaannya
d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas.
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan
intervensi.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 16

BAB III

DATA HASIL PENGKAJIAN

Berdasarkan uraian konsep asuhan keperawatan komunitas pada Bab II,


mahasiswa berusaha menerapkan konsep asuhan keperawatan komunitas di
wilayah Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La, Kecamatan Pattallassang, Kab.
Gowa adapun pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas tersebut adalah sebagai
berikut:
A. PERSIAPAN
Pada tahap persiapan ini, langkah awal yang dilakukan mahasiswa adalah
mengidentifikasi sumber-sumber yang ada dalam masyarakat dengan
melakukan pendekatan kepada pengurus atau aparat pemerintahan setempat,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dan kader kesehatan untuk
selanjutnya mengadakan pertemuan dalam rangka membina hubungan saling
percaya, antara mahasiswa dengan masyarakat serta mendapatkan gambaran
keadaan kesehatan masyarakat.
Pertemuan pertama diadakan tanggal 18 November 2019 pukul 11.00
WITA dengan Kepala Kecamatan Pattallassang, Kepala Desa, Kepala Dusun,
serta aparatur pemerintahan terkait yang bertujuan untuk menjelaskan maksud
dan tujuan keberadaan mahasiswa Keperawatan UMI yang akan melakukan
Praktik Komunitas di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La, Kecamatan
Pattallassang Kab. Gowa.
Berdasarkan masukan masyarakat dan hasil identifikasi masalah
kesehatan di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La, Kecamatan Pattallassang,
Kab. Gowa. selanjutnya dibuat instrumen/format pengkajian untuk menjawab
masalah yang teridentifikasi secara tepat.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 17

B. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
Langkah awal penerapan asuhan keperawatan komunitas adalah
melakukan pengkajian dengan jalan pengumpulan data yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan menggunakan instrumen/format pengkajian yang
ada dan dilaksanakan pada tanggal 19-21 november 2019. Pengumpulan
data dilaksanakan terhadap masyarakat di Lingkungan Dusun Bontoa Desa
Borong Pa’La’La, Kecamatan Pattallassang, Kab. Gowa dengan jumlah
122 KK.
2. Tabulasi dan Analisa data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan tabulasi dan analisa data
sebagai landasan untuk menetapkan masalah kesehatan yang ada di Dusun
Bontoa Desa Borong Pa’La’La, Kecamatan Pattallassang, Kab. Gowa.

C. DATA HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI


DUSUN BONTOA DESA BORONG PA’LA’LA, KECAMATAN
PATTALLASSANG, KABUPATEN GOWA NOVEMBER 2019

Tabel 3.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Kabupaten Gowa
Umur (n) (%)
0-5 tahun 51 10,8
6-9 tahun 51 10,8
10-19 tahun 93 19,7
20-40 tahun 150 31,8
41-60 tahun 96 20,3
61-75 tahun 23 4,9
> 75 tahun 8 1,7
Total 472 100
Sumber : Data Primer November 2019
Dari 123 KK RT 04 Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan
Patalasang Gowa kelompok usia tertinggi adalah 20-40 tahun dengan jumlah
150 (31,8%), dan terendah >75 tahun 1 (1,7%).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 18

Tabel 3.2
Distribusi Penduduk Berdasarkan jenis kelamin di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Kabupaten Gowa

Jenis Kelamin (n) (%)


Laki-Laki 224 47,5
Perempuan 248 52,5
Total 472 100

Sumber : Data Primer November 2019

Dari 123 KK di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan


Patalasang Kabupaten Gowa kelompok jenis kelamin tertinggi adalah jenis
kelamin perempuan dengan jumlah 248 (47,5%), dan yang terendah adalah
jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 224 (47,5%).

Tabel 3.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Dusun Bontoa
Desa Borong PA’La’La Kecamatan Patalasang Gowa
Pekerjaan (n) (%)
PNS 31 6,6
Wiraswasta 64 13,6
Petani 84 17,8
IRT 98 20,8
Lainnya 59 12,5
Tdk/Blm Kerja 136 28,8
Total 472 100

Sumber : Data Primer November 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang


Gowa kelompok pekerjaan tertinggi adalah petani yang berjumlah 84 orang
(17,8%), dan 136 ( 28,8) orang tidak atau belum bekerja yang didalamnya
terdapat lansia, pelajar, mahasiswa, bayi dan balita.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 19

Tabel 3.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Kabupaten Gowa
Pendidikan (n) (%)
TK 23 4
SD 181 38
SMP 69 15
SMA 94 20
DIII 1 0,2
S1 24 5
S2 2 0,3
Tdk/Blm Sekolah 78 17
Total 472 100

Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok Pendidikan Terakhir Responden yang paling tinggi adalah
Pendidikan SD dengan jumlah181 orang (38%), dan 78 orang tdk atau belum
sekolah, dimana didalamnya terdapat lansia yang tidak bersekolah dan bayi
dan balita yang belum bersekolah.

Tabel 3.5
Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Kepala Keluarga
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La
Kecamatan Patalasang Kabupaten Gowa

Suku (n) %
Makassar 443 93,9
Bugis 29 6,1
N 472 100,0
Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok Suku Responden yang paling tertinggi adalah Suku Makassar

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 20

dengan jumlah 443 orang (93,9%) dan yang terendah adalah suku bugis 29
orang (6,1%).

Tabel 3.6
Distribusi Penduduk Berdasarkan Status kepemilikan rumah di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La
Kepemilikan Rumah (n) (%)
Pribadi 115 94,3
Kontrak 6 4,9
Menumpang 1 0,8
Total 122 100

Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok Status Kepemilikan Rumah yang paling tertinggi adalah Status
Kepemilikan Rumah Pribadi dengan jumlah 115 (94,3%), dan yang terendah
adalah menumpang dengan jumlah 1 (0,8%).

Tabel 3.7
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Kepala Keluarga
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang
Penghasilan (n) (%)
< 1.000.000 58 47,5
1.100.000 – 3.000.000 52 42,6
3.100.000 – 5.000.000 12 9.8
Total 122 100
Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok Penghasilan Rata-rata PerBulan yang paling tertinggi adalah
Penghasilan < 1.000.000 dengan 58 (47,5%), dan yang terndah adalah
penghasilan 3.100.000 – 5.000.000 dengan jumlah 12 (9.8%).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 21

Tabel 3.8
Distribusi Penduduk Berdasarkan jenis bangunan rumah Kepala Keluarga
di Rt 4, Dusun Manjalling, Desa Bonto Bunga, Kecamatan Moncongloe,
Kabupaten maros, 2019
Jenis Bangunan Rumah (n) (%)
Permanen 86 70,5
Semi Permanen 33 27
Panggung/Kayu 3 2,5
Total 122 100

Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok Jenis Bangunan Rumah yang paling tertinggi adalah Jenis bangunan
rumah permanen dengan jumlah 86 (70,5%), dan jenis rumah semi permanen
dengan jumlah 33 (27%), dan yang terendah jenis bangunan rumah panggung
atau kayu dengan jumlah 3 (2,5%).

Tabel 3.9
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Membuka Jendela
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La
Kebiasaan Membuka
(n) (%)
Jendela
Ya 92 75,4
Kadang-Kadang 26 21,3
Tidak 4 3,3
Total 122 100

Sumber : Data Primer, 2019

Dari 22 KK RT 04 Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan


Patalasang Gowa kelompok rumah yang terdapat jendela dengan jumlah 22
(100%)

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 22

Tabel 3.10

Distribusi Penduduk Berdasarkan Cahaya Matahari Yang Masuk Ke Rumah


Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang
Cahaya Matahari Yang
(n) (%)
Masuk
Ya 119 97,5
Tidak 3 2,5
Total 122 100

Sumber : Data Primer, 2019


Dari 22 KK RT 04 Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan
Patalasang Gowa kelompok cahaya matahari yang masuk ke rumah dengan
hasil ya 119 (97,5%) dan tidak 3 (2,5%)

Tabel 3.11
Distribusi Penduduk Berdasarkan Vektor Penyakit Di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang
Vektor Penyakit (n) (%)
Lalat 60 49,2
Nyamuk 62 50,8
Total 122 100

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang


Gowa kelompok Vektor Penyakit tertinggi adalah nyamuk 62 (50,8%) dan
lalat 60 (49,2%), dimana dipengaruhi oleh kebisaan masyarakat yang masih
membuang barang bekas (kaleng, botol, dll) di tempat sampah, yang
seharusnya dikubur untuk mengurangi pertumbuhan vektor penyakit.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 23

Tabel 3.12
Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Minum Di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang
Sumber Air Minum (n) (%)
Sumur Pompa 112 91,8
Sumur Gali 4 3,3
Galon 6 4,9
Total 122 100

Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa


kelompok sumber air minum tertinggi adalah sumor pompa 112 (91,8%),
sedangkan sumber air terrendah adalah air galian sumur 4 (3,3%) dimana
dalam pengolahannya, air dimasak terlebih dalu sebelum dikonsumsi.

Tabel 3.13
Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Mandi Di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Kabupaten Gowa
Sumber Air Mandi (n) (%)
Sumur Pompa 118 96,7
Sumur Gali 4 3,3
Total 122 100

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang


Gowa kelompok sumber air mandi tertinggi adalah sumur pompa 118
(96,7%) dan terendah sumur gali 4 (3,3) dimana rata- rata masyarakat tidak
terdapat bak penampungan dan hanya menggunakan ember sabagai
penampungan, sehingga ember dibersihkan setiap harinya dan rata-rata ember
yang digunakan sebagai penyimpanan air tertutup 99 (81,1%), dan terbuka
hanya 23 (18,9%).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 24

Tabel 3.14
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengelolaan Sampah Di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasanga Gowa

Kondisi pembuangan sampah (n) %


Ditutup dan dibakar 122 100

N 122 100,0
Sumber : Data Primer, 2019

Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang


Gowa, pengolaan sampah yang dilakukan oleh masyaraka sekitar adalah
dikumpulkan dan dibakar 122 (100%), hanya saja tempat pembakarannya
tidak dibuat sesuai standar dan juga pembuangan barang bekas (botol, kaleng,
dll) masih dibuang begitu saja, yang seharusnya dikubur.

Tabel 3.15
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Lansia Melakukan Pemeriksaan
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang
Kebiasaan Melakukan
(n) (%)
Pemeriksaan
1x tiap bulan 22 40
Saat Sakit 33 60
Total 55 100
Sumber : Data Primer, 2019

Kebanyakan lansia di dusun Bontoa desa Borong Pa’La’La kecamatan Patalasang


Gowa, melakukan pemeriksaan kesehatan hanya saat sakit saja 33 (60%) dan 22
(40%) melakukan pemeriksaan kesehatan tiap bulannya di posyandu dusun
bontoa.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 25

Tabel 3.16
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Yang Sering Diderita Lansia
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasa Gowa
Penyakit Yang Diderita
(n) (%)
Lansia
Hipertensi 30 54,5
Diabetes Melitus 1 1,8
Asam Urat 10 18,2
Lainnya 14 25,5
Total 55 100
Sumber : Data Primer 2019
Penyakit lansia yang sring diderita lansia di dusun Bontoa desa Borong
Pa’La’La kecamatan Patalasang Kabupaten gowa, penyakit lansia yang tertinggi
hipertensi 30 (54,5%) dan yang terendah Diabetes melitus 1 (1,8%).

Tabel 3.17
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Yang Sering
Diderita Bayi atau Balita Di Dusun Bontoa
Penyakit (n) (%)
Batuk 5 9,8
Demam 20 39,2
Kejang-Kejang 1 2
Diare 25 49
Total 51 100
Sumber : Data Primer, 2019

Penyakit yang sering diderita oleh bayi dan balita di Dusun Bontoa
Desa Borong Pa’La’La Kecamatan Patalasang Gowa yang tertinggi adalah
diare 25 (49%) dan yang terendah adalah kejang-kejang 1 (2%).

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 26

Tabel 3.18
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kesulitan Makan Pada Anak
Di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La
Kesulitan Makan (n) (%)
Ya 36 70,6
Tidak 15 29,4
Total 51 100
Sumber : Data Primer, 2019

Kesulitan makan anak di Dusun Bontoa Desa Borong Pa’La’La


Kecamatan Patalasang Gowa, 36 (70,6%) anak mengalami kesulitan makan
yang dikarenakan kebiasaan jajan di sekolah maupun disekitar tempat
tingggal, dan 15 (29,4%) anak tidak mengalmi kesulitan makan.

D. ANALISIS SWOT PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas


yang diinginkan. Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data
kesehatan komunitas dengan menggunakan kuesioner pengkajian yang
dibagikan oleh pihak institusi. Setelah kuesioner pengkajian siap, maka
penanggung jawab masing-masing dusun mempunyai hak dalam mekanisme
pengumpulan datanya, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan kepala
dusun, ketua RT dan RW, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kader
kesehatan.
Dari pengumpulan data didapatkan bahwa, warga mayoritas suku
makassar, adapun kegiatan dari warga mayoritas bekerja pagi sampai sore
hari dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih cukup kurang.
Hal tersebut inilah yang menjadi kendala terutama dalam mengumpulkan
warga pada saat program kerja akan direalisasikan, namun berkat kerjasama
yang baik dan model pendekatan secara persuasif dengan mengikuti
kebiasaan warga, maka permasalahan tersebut dapat diatasi.
Dengan adanya respon yang begitu positif dari masyarakat Dusun

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 27

Bontoa, dibuktikan dengan adanya perhatian dan antuasiasme dari warga


terhadap keberadaan mahasiswa praktek beserta program-program yang di
canangkan, sehingga keseluruhan proses pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan baik.
Berikut gambaran analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor
pendukung dan penghambat pengkajian keperawatan komunitas.
Strength/Kekuatan
a. Adanya dukungan dari pemerintah Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la,
Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa
b. Adanya dukungan positif dari masyarakat/keluarga yang diminta datanya
(masyarakat cukup kooperatif).
c. Adanya dukungan dari kepala RT dan RW serta tokoh-tokoh
masyarakat/agama dan pemuda.
Weakness/Kelemahan
a. Jenis pekerjaan penduduk yang rata-rata petani sehingga memungkinkan
pada saat pendataan tidak berada di tempat.
b. Masih ditemukan beberapa masyarakat setempat yang tidak menguasai
bahasa Indonesia terutama warga yang berusia lanjut.
Opportunity/Kesempatan
a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan.
b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup sehat.
Threat/Ancaman
a. Keakuratan pengkajian dari pengumpulan data secara mendalam.
b. Jawaban hasil pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Adapun strategi yang digunakan pada saat pengumpulan data adalah
dengan melakukan kerjasama dengan kepala dusun, ketua RT dan RW,
petugas pustu dan puskesmas serta petugas kecamatan dan berbaur dengan
pemuda dan masyarakat, sehingga keberadaan mahasiswa lebih nyata dan

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 28

terasa.
Dari hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang
dirasakan masyarakat, meliputi:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), banyaknya vektor penyebab pertumbuhan
penyakit, serta pembuangan sampah yang belum terorganisir dengan
baik di lingkungan Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la, Kecamatan
Pattalasang, Kabupaten Gowa
b. Meningkatnya angka penyakit Hipertensi pada masyarakat terutama
lansia di Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la, Kecamatan Pattalasang,
Kabupaten Gowa
Dari kedua masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian. Kami
mengadakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) II untuk dianalisa lebih
lanjut bersama masyarakat sehingga dapat menghasilkan solusi, yaitu
program-program apa yang mesti akan dilakukan dalam membantu warga
Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’La’La, Kecamatan Pattallassang, Kab.
Gowa.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Melalui analisa masalah, maka setelah dirumuskan permasalahan
kesehatan warga dilakukanlah penentuan prioritas masalah atas dasar
urgensitas dari masalah.
Berdasarkan MMD 2 yang dilaksanakan pada hari Sabtu 23
November 2019, maka ditentukan prioritas masalah kesehatan sebagai
berikut:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), banyaknya vektor penyebab pertumbuhan
penyakit, serta pembuangan sampah yang belum terorganisir dengan baik
di lingkungan Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la, Kecamatan
Pattalasang, Kabupaten Gowa

b. Meningkatnya angka penyakit Hipertensi pada masyarakat terutama

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 29

lansia di Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la, Kecamatan Pattalasang,


Kabupaten Gowa

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi atau menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan. Jadi rencana keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan
memberi alasan ilmiah berdasarkan literatur, hasil penelitian dan
pengalaman praktik.
Adapun kegiatan-kegiatan yang disepakati oleh mahasiswa dengan
masyarakat antara lain:
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu Penyuluhan
Pengolahan Sampah, Pengolahan Air Limbah dan Hipertensi
b. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yaitu
Penyuluhan Cuci Tangan
c. Senam Lansia
d. Kerja Bakti (Sabtu Bersih)
e. Lomba Adzan dan Hafidz Al-Qur’an
f. Pelatihan P3K

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 30

BAB IV
PEMBAHASAN

Konsep keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan


kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko
tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat
tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan
informasi yang valid dan akurat.
Melalui praktik keperawatan komunitas yang melibatkan berbagai pihak
baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama diperoleh data yang
sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada
masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan
tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi:
Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Pembahasan ini pun
mengacu pada analisis SWOT (Strength/kekuatan. Weakness/kelemahan,
Opportunity/kesempatan dan Threat/ancaman).

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas
menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data demografi: Umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan nilai-nilai keyakinan serta
riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi
komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan,
keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang kesehatan, sarana
pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan ekonomi.

Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara


(door to door) serta observasi langsung berdasarkan format pengkajian.
Analisis Swot:
Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim
indonesia
| 31

1. Strength / kekuatan
Kekuatan dari pengkajian adalah adanya motivasi dari mahasiswa
untuk melakukan pengkajian karena adanya dukungan positif dari
masyarakat, dan tawaran kerjasama dari pihak puskesmas, kader
kesehatan, serta aparat pemerintahan
2. Weakness / kelemahan
Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang di peroleh hal
ini diakibatkan kurang efektifnya bahasa yang digunakan oleh mahasiswa,
karena sebagian besar masyarakat kurang memahami bahasa Indonesia dan
data yang diperoleh tidak didapatkan secara menyeluruh namun dibagi
berdasarkan populasi masyarakat Dusun Bontoa
3. Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik
dari masyarakat karena kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
untuk menunjang tingkat kesehatan secara menyeluruh di masyarakat.
4. Threat / ancaman
Keakuratan data yang diragukan disebabkan karena tingkat
pendidikan rendah yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap
pertanyaan yang diberikan serta tidak adanya keluarga yang ditemui ketika
dilakukan pendataan.

A. Perencanaan
Analisis SWOT:
a. Strength : Pada perencanaan ini adalah motivasi dari mahasiswa untuk
melakukan kegiatan yang telah di rencanakan sebab adanya dukungan
dari pihak pemerintah setempat, puskesmas, kader dan beberapa tokoh
masyarakat serta tokoh agama untuk mewujudkan kegiatan yang telah
direncanakan,
b. Weakness : Pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana yang
dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 32

pembiayaan besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk


menghadapi kendala dana tersebut.
c. Opportunity : Banyaknya masyarakat yang antusias untuk mengikuti
kegiatan yang telah direncanakan serta kerjasama yang baik antara kepala
dusun dan masyarakat untuk membantu mewujudkan kegiatan yang telah
direncanakan.
d. Threat: Pada perencanaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif
masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan
dengan kesibukan dalam rutinitas sehari-hari mayoritas penduduk
lingkungan Dusun Bontoa adalah Petani. Bantuan dan dan fasilitas dari
puskesmas belum dapat dipastikan pada saat penyusunan perencanaan
ini.

B. Implementasi
Dalam pembahasaan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT
berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang ada.
1. Masalah Kesehatan I : Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan
Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’la’la, Kecematan Pattalasang,
Kabupaten Gowa.
Analisis SWOT :
Strength : Adanya keinginan mahasiswa untuk memberikan
penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
penyuluhan Diare serta mahasisswa melakukan kerjasama untuk
pelaksanaan kerja bakti bersama masyarakat.
Weakness : Kurang efektifnya penyuluhan yang diberikan kepada
masyarakat karena keterbatasan masyarakat dalam memahami bahasa
indonesia serta ketersedian sentral sampah yang masih minum oleh
dinas pemerintah terkait.
Opportunity : Dukungan kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh
agama dan kader kesehatan yang sudah aktif dan sejalannya beberapa

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 33

kegiatan dengan program pemerintah dan puskesmas, sehingga


memudahkan untuk pelaksanaan kegiatan. Misal kerja bakti sabtu
bersih.
Threat : Dalam kegiatan ini tidak adanya tindak lanjut terutama dari
masyarakat karena beberapa perencanaan membutuhkan dana
swadaya masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah setempat dan
pihak puskesmas setempat.

2. Masalah kesehatan II : Meningkatnya angka penyakit Hipertensi


pada masyarakat terutama lansia di Dusun Bontoa, Desa Borong
Pa’la’la, Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa.
Analisis SWOT :

Strength : Untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah adanya


motivasi dari mahasiswa setelah melihat perilaku dan kebiasaan
masyarakat untuk penderita hipertensi terutama keluarga yang
memiliki penyakit hipertensi
Weakness : Kurang efektifnya penyuluhan yang diberikan kepada
masyarakat karena keterbatasan masyarakat dalam memahami bahasa
indonesia.
Opportunity : Adanya beberapa program pemerintah dan puskesmas
yang sejalan dengan program mahasiswa misalnya senam lansia

Threat : Kurangnya partisipasi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan


dan senam karena banyaknya lansia yang mengalami gangguan
kesehatan serta masih kurangnya kesadaran masyarakat terutama
lansia tentang kesehatannya.

C. Kegiatan Ekstra
1. Lomba Adzan dan Hafalan Al-Qur’an
Salahsatu kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa melihat
antusiasme anak-anak di Dusun Bontoa untuk terus belajar tentang
agama terutama belajar Al-Qur’an, sehingga mahasiswa melakukan
Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim
indonesia
| 34

kerjasama dengan kepala dusun, tokoh agama dan masyarakat untuk


mengadakan kegiatan perlombaan bagi seluruh anak-anak di dusun
bontoa. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
tentang tata cara Adzan yang benar, untuk meningkatkan pemahaman
tentang cara yang tepat dalam belajar menghafal Al-Qur’an serta
meningkatkan kecintaan dan keimanan kepada Al-Qur’an. Kegiatan ini
memiliki kekurangan ialah kurang efektifnya pelaksanaan karena harus
mengumpulkan seluruh anak-anak dusun bontoa, sehingga waktu
pelaksanaan sedikit mengalami keterlambatan dari jadwal yang
ditetapkan. Namun kegiatan ini memiliki peluang sebagai bentuk
apresiasi kepada anak-anak dusun bontoa, sehingga anak-anak bisa
lebih giat dan semangat dalam mempelajari Al-Qur’an.
2. Pelatihan P3K
Kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa ini merupakan salahsatu
program kerja yang bertujuan memberikan pelatihan kepada seluruh
anak-anak di Dusun Bontoa yang bersekolah di MI GUPPI tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan yang kemungkinan besar bisa
dialami anak-anak di sekolah. Kegiatan ini memiliki kekurangan ialah
pelaksanaan kegiatan berfokus pada anak-anak kelas lima, sehingga
tidak semua anak-anak di sekolah dasar mendapatkan pengetahuan
secara menyeluruh. Kegiatan ini memiliki peluang sebagai salahsatu
metode yang bisa memandirikan anak-anak sekolah tentang
penanganan pada pertolongan pertama kepada teman-temannya
disekolah.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 35

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut Asuhan keperawatan komunitas yang diberikan bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat yang bersifat
komprehensif melalui kerja sama dan peran serta masyarakat. Sasaran
keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga, dan masyarakat, yang
menekankan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan tidak mengabaikan aspek kuratif , rehabilitative, dan Spiritual.
1. Asuhan keperawatan yang diberikan, terdiri dari pengkajian, perencanan,
implementasi dan evaluasi
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas di lingkungan Dusun
Bontoa, Desa Borong Pa’La’La, Kec.Patalassang, Kab.Gowa mahasiswa
melibatkan peran serta masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Selama melakukan praktek keperawatan komunitas, mahasiswa bekerja
sama dengan masyarakat melakukan pengkajian, menetapkan masalah,
menentukan prioritas, membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan dan
evaluasi.
4. Adapun masalah kesehatan yang ditemukan di lingkungan Dusun Bontoa,
Desa Borong Pa’La’La adalah:
- Kurangnya Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan Dusun Bontoa, Desa
Borong Pa’La’La, Kec.Patalassang, Kab.Gowa
- Meningkatnya angka penyakit hipertensi pada masyarakat terumata
pada lansia di lingkungan Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’La’La,
Kec.Patalassang, Kab.Gowa
5. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat dalam mengatasi
masalah tersebut antara lain:

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 36

- Penyuluhan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


(PHBS) diantaranya : penyuluhan pengolahan sampah, pengolahan air
limbah dan penyuluhan hipertensi yang dilaksanakan pada tanggal 27
November 2019
- Penyuluhan Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Sekolah Dasar yaitu penyuluhan Cuci Tangan pada tanggal
12 Desember 2019
- Senam lansia yang dilaksanakan setiap Minggu mulai tanggal 24
November 2019, 01 Desember 2019, 08 Desember 2019,15 Desember
2019, 22 Desember 2019
- Kerja bakti di lingkungan Dusun Bontoa yang dilaksanakan setiap
minggu tepatnya sabtu Bersih pada tanggal 30 November 2019, 07
Desember 2019, 21 Desember 2019
- Lomba Adhzan dan Hafidz Al-Qur’an Di Dusun Bontoa yang
dilaksanakan pada tanggal 06 Desember-07 Desember 2019
- Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang
dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2019
6. Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas didapatkan hasil
antara lain, terlaksananya kegiatan penyuluhan (pada masyarakat umum),
terlaksananya senam lansia atau senam sehat, terlaksananya kegiatan kerja
bakti, terlaksananya kegiatan pelatihan P3K di Sekolah Dasar.
7. Keberhasilan yang telah dicapai merupakan kerja sama antara mahasiswa
dan masyarakat melalui tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
pemuda, Puskesmas, pemerintah setempat (camat, kepala Desa, kepala
Dusun serta masyarakat) pihak pendidikan PSIK UMI serta peran serta
masyarakat lainnya di Lingkungan Dusun Bontoa, Desa Borong Pa’La’La,
Kec.Patalassang, Kab.Gowa

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia
| 37

B. SARAN
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas telah
dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Kerjasama yang baik dari pihak pemerintah Desa, pihak Sekolah,
Puskesmas yang perlu dipertahankan / ditingkatkan dimasa-masa
mendatang, demi terlaksananya praktek komunitas yang berkualitas.
2. Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan
yang berkesinambungan kepada masyarakat, terutama keluarga yang
beresiko.
3. Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat
agar senantiasa menindak lanjuti kegiatan praktik keperawatan komunitas
yang telah dilakukan oleh mahasiswa, sehingga masalah kesehatan yang
timbul di masyarakat dapat ditangani.

Posko 3_Kep. Komunitas Ners Angk. VIII Universitas muslim


indonesia

Anda mungkin juga menyukai