Kegiatan pembangunan pada zaman modern baik di daerah kota maupun daerah pedesaan berkembang
secara pesat, hal ini terjadi seiring dengan perkembangan populasi manusia, ekonomi, dan teknologi.
Pembangunan tersebut dapat meliputi konstruksi jembatan, bangunan bertingkat, jalan, maupun
terowongan. Setiap pekerjaan pembangunan membutuhkan jenis bahan bangunan yang berkualitas
agar suatu konstruksi dapat bertahan dalam jangka waktu panjang dan tidak terjadi kerusakan yang
dapat merugikan pihak yang membangun dan menggunakan infrastruktur tersebut.
Peran ahli geologi sangat dibuthkan untuk melakukan eksplorasi sumberdaya batuan yang bernilai
ekonomis dan memiliki kualitas yang baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan, sehinga
dibutuhkan pemahaman yang baik udntuk dapat melakukan hal tersebut.
Daerah pegunungan seatan terdiri atas beberapa jeis litologi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan, seperti batupasir, zeolite, batugamping batuanbeku, dan pasir. Salah satu daerah yang
memiliki sumberdaya batuan yang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai pertambangan batuan adalah
breksi tufan dan batupasir formasi kebobutak pada daerah daerah wa……batuan tersebut telah
dieksploitasi dan digunakan sebagai batu temple untuk irigasi.
Faktor geologi dan keteknikan tidak diperhatikan dalam kegiatan ekspolitasi batuan pada daerah
tersebut. Penelitian untuk menentukan karakteristik petrologi dan sifat keteknikan pada batuan di
daerah tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan pemanfaatan sebagai bahan
bangunan.
Perumusan masalah
Bagaimanakah karakteristik petrologi, karakteristik sifat keteknikan sumberdaya breksi tufan dan…. Pada
daerah penilitan, serta bagimana sifat keteknikan batuan untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
Manfaat penilitan
Penelitian mengenai petrologi dan sifat keteknikan batuan pada breksi daerah penelitian dapat
digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik petrologi , sifat keteknikan sumberdaya
bresi tufan.
Batasan masalah
Penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai petrologi fan sifat ketikan bresi tufan dan batu pasir
pada daerah penelitian. Penelitian yang akan dilaksanakan dibatasi pada
a. Kandungan mineralogy dan tekstur batuan yang diamati secara petrografi untuk menentukan
proses pembentukan batuan
b. Sifat keteknikan batuan yang diteliti terbatas pada analisis kekutan batuan, berat jenis, berat
batuan dalam keadaaan kering dan aus dan serapan air
c. Pengaruh tekstur dan komposisi mineral penyusun batuan terhadap sifat keteknikan
Tujuan penelitian
Mekanika batuan menurut US national Committee On Rock Mechanics 1984 dalam rai dkk 2014
adalah ilmu yang mempelajari perilaku batuan yang berkaitan dengan gaya yang dialami batuan
tersebut pada lingkungannya. Sedangkan menuurt Hudson dan Harrison 1990 dalam rai dkk 2014
adalah ilmu yang mempelajari respon batuan yang mengalami gaya, baik gaya yang bersifat alami
seperti struktur geologi maupun gaya rekayasa seperti pekerjaan konstruksi. Terdapat sifat
terntentu yang dimiliki oleh batuan dalam kaitaannya dengan ilmu mekanika batuan, sifat tersebut
memiliki parameter-parameter terentu yang dapat ditentukan di lapangan maupun di laboratorium
rai 2014. Parameter dalam sifat fisik batuan tersebut dapat diukur menggunakan pengujian tanpa
merusak maupun pengujian daengan merusak batuan hingga hancur. Sifat fisik batuan terdiri dari
serapan air, densitas, berat jenis dan perubahan volume dalam keadaan kering dan basah.
Sifat batuan yang kedua adalah sifat mekanika batuan , yaitu sifat yang berhubungan dengan
property dai batuan yang dibutuhkan khusu untuk menntukan komponen dari batuan yang
berhubungan dengan pekerjaan keteknikan. Properti batuan yang berkaitan dengan mekanika
batuan diantaranya kekuatan dari batuan dan ketahanan aus.
Menurut goodman 1989, terdapat beberapa jenis pengujian kuat tekan batuan yang dilakukan
untuk mengetahui nilai dari kekuatan suatu batuan, salah satu metode yang paling umum yang
digunakan dalah uniaxial compressive strength test (uji kuat tekan uniaksial)
Pengujian kuat tekan uniaksial ini dapat menentukan hasil yang berbeda, karena memiliki prosedur
yang beragam. Pengujian dilakukan dengan menekan batuan dari satu arah, sampel batuan tersebut
memiliki bentuk silinder dengan perbandingan panjng dan lebar 2 hingga 2,5
Menurut rai dkk 2014, dalam pengujian kuat tekan uniaksial terdapat tiga jeis pecah abtuan, yaitu
shear failure yang terjadi ketika rekahan tunggal atau bebrapa rekahan mepropagasi ke seulurh
rekahan batuan dan terjadi pergeseran seprangjang rekahan yang terbentuk. Kedua dalah azial
splitting terbentuk jika rekahan yang terjadi searah atau parallel dengan arah tegangan yang
diberikan. Kondisi ini menunujukan bawa ikatan butir batuan akan runtuh jika terkena tarikan
(strain). Terakhir adalah multiple cracking yaitu rekahan terbentuk pada bidang yang tidak beraturan
dan merupakankombinasi dari dua jenis rekahan sebelumnya.
Pada gambar dibawah ditunjkan bebrapa klasifikasi yang digunakan dalam memntetukan kekutan
batuan yang dididaat dar niali uji kuat tekan dengan metode uji kuat tekan uniaxial
sIFAT keteknikan suatu batuan erat hubungannya dengan sifat fisika, sifat mekanika maupun tingkat
pelapkan dari batan tersebut. Sifat fisika dan mekanika yang dilaksakan dijelaskan pada table II.4.
Dalam langer dan knepper Jr 1995, dijelaskan komponen-komponen batuan yang berhubungan
dengan sifat fisika dan tingkat pelapukann.
a. Sifat Pelapukan
Terbentuk dari proses geologi yang dialami oleh batuan tersebut. Factor yang diperhatiakn
dalam mengetahui sifat fisika batuan diantaranta adalah
1. Ukuran partikel serta distribusinya, batuan dengan sifat keteknikan yang bai umumnya
memiliki ukuran butir yang seragam. Namun,batuan dengan ukuran butir yang tidak
seragram dapat dijadikan bahan bangunan yang baik.
2. Bentuk partikel, bentuk partikel menenurut Smith dan collis 1993 dalam langer dan knepper
jr 1995, dikelompokan seperti pada table ii.3
Bentuk partikel Deskripsi
Round Terbentuk dari hasil gesekan selama proses
transportasi batuan
Irregular Memiliki bentuk tidak beraturan, sehingga
terbentuk akibat gesekan dan memiliki sisi
yang rounded
Angular Bentuk sisi yang cukup tajam dan terbentuk
dari gesekan dengan permukaan kasar pada
lapisan planar
Flaky Salah satu dimensinya lebih kecil dari dua
dimensi lainnya
Elongated Salah satu dimensinya lebih besar drapidada
dua dimensi lainya
Flaky dan elongated Seluruh tiga dimensina memiliki ukuran yang
berbeda
3. Porositas, merupakan presentasi pori dari total volume batuan, porositas data berpengaruh
pada kekuatan dan elastisitas suatu bahan bangunan dan dapat mempengaruhi
permeabilitas , daya serap dan ketahanan.
4. Specific gravity, dapat menjadi indicator yang tepat untuk mementukan kualitas bahan
bangunan . tingkat specific gravity yang rendah mengindikasikan batuan yang lemah atau
mudah menyerap air dan berpori. Sehingga bahan bangunan yang baik seharusnya memiliki
nilai specific gravity yang tingg
5. Serapan air, factor ini data diketahui dari perunbahan berat batuan dalam kedaaan basah
dan kering. Batuan yang dapat mdigunkan sebagai bahan bangunan memiliki perubahan
volume yang sangat kecil atau bhakan tidak mengalami perubhan volume saat kedaan
kering dan basah. Pemekaran dan penyusutan dapat menyebabkan rekahan pada saat
batuan dijadikan bahan bangunan
b. Sifat mekanika batuan
1. Ketahanan aus, merupakan kemampuan batuan untuk bertahan terhadap gerusan oleh
material lain. Ketahanan aus seuatu batuan di tentukan material penyusun dan memliki
satuan mm/menit
2. Kekutan, batuan yang memiliki kekuatan buruk maka menghasilakn bahan bangunan yang
buruk pula. Hal ini disebabkan karena batuan yang lemah akan mudah terpecahkan.
Sifat batuan Pengujian sifat Jenis pengujian
keteknikan
Sifat fisika batuan Ukuran pertikel dan Ya Petrografi
distribusi
Bentuk partikel Ya Petrografi
Porositas Tidak -
Specific gravity Ya Ui serapan air
Serapan air Ya Uji serapan air
Hubungan antara kekuatan dan bulk density (attewell & farmer, 1976)
2. Ukuran dan Bentuk Butir
Luas kontak interangular akan mengikat dengan berkurangnya ukuran butir rata-rata
dan berkurangnya bentuk menyudutnya sehinnga mempengaruhi besarnya gaya
pengikat antar partikel
3. Mineralogi
Dalam batuan sedimen, kekuatan batuan sangat ditentukan oleh mineral pengikat antar
butirannya (semen). Meriam, dkk dalam Attewell& farmer 1976 mengemukakan bahwa
kuat tarik batuan akan meningkat secara proporsional dengan bertambahnya
kandungan kuarsa pada batuan granitic.
Hubungan ini juga di temukan pada bayuan sedimen seperti batupasir dan batulanau.
Tetapi secara umum belum dapat disimpulkan hubungan secara pasti antara kekuatan
batuan dengan mineralogy atau pertrologinya.
4. Kandungan Air
Cosgrove & Price 1990 mengemukakan bahwa kehadiran air dalam jumlah yang cukup
besar dalam pori-pori batuan mengakibatkan terjadinya kelelahan yang dapat
menurunkan energy permukaan sehingga akan mengurangi kekuatan batuan.
Brotodiharjo 1982 juga menegaskan hal ini denhan mengemukaan bahwa penjenuhan
contoh dalam air ternayata mengurangi harga kuat tekan batuan dibandingkan batuan
kering dalam temperature kamar.
5. Faktor External
Faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap kekuatan batuan adalah kecepatan
penekanan (rate of loading). JIka kecepatan penekanan meningkat maka akan terjadi
peningkatan kekutan dan modulus keknyalan sehingga regangan pada runtuhan akan
menurun (Stagg&Zienkiewicz,1968) ISRM (1972) dalam Brontodiharjo 1982),
menyarankan ntuk menggunakan batas kecepatan antara 0,5-1,0 Mpa/detik , sedangkan
spesifikasi ASTM menyebutkan bahwa kecepatan penekanan standard berkisar 0,7
Nmm-2s-1
6. Geometri Sampel
Diameter sampel untuk berbentuk silinder juga berpengaruh terhadap kuat tekan
batuan. Pada umumnya harga kuat tekan sampel berkurang karena besar diameternya
(Brotodiharjo,1982) ISRM menetapkan standard diameter contoh sebesar +/- 54mm .
Panjang sampel juga mempengaruhi nilai kuat tekannya. Semakin panjang sampel maka
semakin berkurang harga kuat tekannya.
7. Pelapukan
Kekuatan atau daya dukung batuan dipengaruhi oleh tingkat pelapukannya. Pada
batuan yang mengalami pelapukan, kekuatan ikatan antar butir dari partikel-partikel
batuan cenderung berkurang. Johnson & De Graff (1988) mengemukanan bahwa factor
pelapukan kimia atau alterasi batuan dapat menerunkan nilai compressive strenghth .
Hal ini disebakan oleh adanya perubahan sifat fisis batuan tersebut.
8. Diskontinuitas
Dalam sebuah pekerjaan kontruksi keteknikan, kekuatan dan defoormabilitas batuan
yang terihat adalah kekuatan dan deformabilitas seluruh massa batuan, bukan hanya
sifat indeks dari sampel batuan intact saja(Johnson&De graff, 1988) . Sebuah masa
batuan lebih bersifat heterogen dan anisotropic dibandingkan batuan intact.
Karakteristik anisotropic yang umum dijumpai adalah adanya diskontinuitas fisik batuan
berupa bidang perlapisan, kekar, sesar dan foliasi. Banyak ahli beranggapan bahwa
kekuatan massa batuan lebih menrupakan fungus dari diskontinuitas masssa batuan dari
pada suatu batuan intact.
Suatu diskontinuitas dicirikan oleh adannya orientasi , spasi, kontinuitas, krateristik
permukaan diskontinuitas dan jarak antar permukaan diskontinuitas serta tebal dan
jenis material pengisi (bila ada). Kekuatan massa batuan yang banyak dipengaruhi oleh
tegangan geser pada permukaan diskontinuitas umunnya sangat tergantung pada factor
factor tersebut diatas.
Spasi dikontinuitas mempengaruhi kekuatan masa batuan dan kualitasnya.
Dikontinuitas yang spasinya sangat rapat akan mempengaruhi kekuatan massa batuan,
sebaliknya bila spasi diskontinuitas pada batuan relative besar maka perilaku massa
batuan akan mendekati sifat batuan intactnya (Johnson&De Graff)
Draft
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik merupakan batuan yang terbentuk dari erupsi vulkanik, fragmen
batuan piroklastik dapat berasal dari erupsi maupun material erupsi yang suda
mengalami transport. Saat magma bergerak menuju permukaan, magma dapat
mengalami kontak dengan air, sehingga mengalami erupsi yang menghasilkan
fragmen hidroklastik (fisher dan scminke,1984) Fragmen batuan piroklastik dapat
terbentuk sebagai fallout deposit atau endapan piroklastik yang mengalami
transport oleh udara maupun air dan langsung jatuh ke permukaan, serta
pyroclastic flow atau deposit yang mengalir di permukaan baik didaerat maupun di
lautan. Proses pembentukan batuan piroklastik oleh hasil erupsi gunung api
eksplosif terlihat dalam illusrtrasi gambar….
Berdasarkan klasifikasi pada table diatas, maka batuan pirokasltik dapat dibagi
menjadi :
a. Ukuran fragmen >64
Ukuran fragmen batuan >64 mm disebut dengan block maupun bomb. Block
memiliki fragmen berbentuk angular-sbangular yang terdiri atas cognate dan
accidental material yang berasal dari basement gunung api, sedangkan bomb
adalah istilah untuk batuan piroklastik yang terlempar dari gunung api dalam
kondisi meleleh secara parsial dan kemudia mengalami pengerasan saat berada
di daerat. Umumnya bomb dihasilkan oleh magma yang bersifat asam hingga
intermediet
Jenis Batuan pada deposit block maupun bomb dalam bentuk yang belum
terkonsolidasi adalah agglomerate, lapisan block maupun bomb, dan block
tephra. Sedangkan batuan piroklastik dengan ukuran fragmen tersebut adalah
agglomerate dan pirokasltik breccia.
Selain batuan batuan piroklastik, terdapat juga klasfikasi mengenasi batuan berjenis mix atau campuran
anatara piroklastik dan epiklastik. Klasifikasi batuan pada jenis campuran, tidak hanya didasarkan pada
ukuran material pada batuan, namun juga didasarkan dari komposisi penusun batuan. Sehingga
keberadaan material epiklastik yang cukup dominan (> 25%) , memiliki penamaan yang berbeda
daripada batuan piroklastik. TAtacara penamaan batuan mix pirokasltik dan epiklastik dijelaskan pada
table dibawah ini.
Batuan piroklastik memiliki tekstur piroklastik, batuan ini memiliki komposisi berupa fragmen batuan,
pumice dan abu vulkanik. Abu vulkanik memiliki ukuran yang sangat halus, sehingga dalam identifikasi
batuan yang umumnya digunakan adalah kandungan pumice dan fragmen batuan.
Struktur batuan piroklastik dapat membantu dalam interpretasi lapangan, hal yang harus diperhatikan
dalam struktur batuan piroklastik diantaranya adalah geomteri lapisan, hubungan anatara satu lapisan
dan lapisan lainya, bentuk dari perlapisan batuan seperti laminasi dan cross bedding, tanda di
permukaan dan lainya ( fisher dan schimnek)
Perlapisan batuan piroklastik memiliki jenis yang hampir sama dengan batuan sedimen, disebut dengan
perlapisan apabila memilii ketebalan lebih dari 1 cm dan disebut dengan laminasi apabila memiliki
ketebalan kurang dari 1cm.
Pada suatu perlapisan batuan batuan piroklastik dapat ditemui tingkatan perlapisan atau graded
bedding yang bersifat dvertikal dalam satu lapisan batuan. Tingkatan perlapisan tersebut dapat
terbentuk pada matrix maupun fragmen batuan, terdapat beberapa jeis bentuk tingkat perlapisn seperti
yang dijelaskan pada gambar dibawah….
Terdapat beberapa jenis graded bedding yang ditunjukan oleh gambar dibawah, pada jenis A dan B,
perlapisan menunjukan hasil perpindahan material satu aliran, dengan jenis A disebut dengan normal
grading dan jenis B disebut dengan reverse grading. Pada jenis D,G,dan H perlapisan terbentuk oleh
lebih dari satu proses pengendapan dengan jarak waktu yang dekat. Perlapisan yang ditunukan pada
jenis C dan D disebut dengan symmetric grading dengan ururatan halus ke kasar maupun sebaliknya.
Gambar:jjenis graded bedding pada batuan piroklastik, anda panah mengarah pada butir berukuran
halus (Fisher dan Schimnke , 1984)
Struktur batuan piroklastik lainya adalah crossbeding, merupkan stratifikasi batuan pirokasltik yang
perlapisannya membentuk sudut terhadap lapisan dibawahnya. STurktur cross bedding, menurut fisher
dan schimnke terbentuk oleh perpindahan butir di sepanjang permukaan yang terpindah oleh angina
ataupun air, sehingga berkembang bentukan ripple atau gelembur maupun dune dalam ukuran yang
berbeda.
Jenis struktur yang terakhir adalah perlapisan massif , strukutr ini memiliki definisi sebagai sebuah tubuh
bauan yang tebal dan tidak memiliki laminasi maupun pensejajaran ukuran butir(grading). Tubuh batuan
massif memiliki ciri terikat homoen, mengandung material berukuran lapilli dan fragmen berukuran
block yang mengambang bersamaan degan matrix berukuran lebih halus (fisher dan schimke , 1984)
Klasifikasi batupasir siliklastik yang umumnya digunakan dalam penetuan nama batuapasir adalah
klasifikasi batupasir menurut pettijohn dkk 1987 (Tucker,2001). Klasifikasi ini merupakan sebuah
klasifikasi sederhana, yang membedakan batupasir menjadi dua kelompik utama berdasarkan tekstur
dan kompisisi mineral penyusun batuan… Kelompok batuasir dibedakan menjadi arenites, yaitu
batupasir yang hanya terdiri atas grain atau butir mineral dan wackes, yaitu batupasir yang mengandung
matrix lebih dari 15%.
Penamaan arenites dan wackes dibedakan lagi berdasrkan kandungan mineral kuarsa, feldspar,
dan fragmen batuan. Berdasarkan kandungan komposisi mineral dominan dalam batupasir maka dapat
diketahui juga batuan awal yang membentuk batupasir terebut. Sebagai contoh quartzarenite memiliki
kandungan mineral kuarsa mencapai >95%, menunjukan batuan ini terbentuk dari batuan ortho
quartzite yang merupakan batuan metamorf derajat rendah (tucker,2001)
Klasifikasi ini juga menitik beratkan pada kehadiran matrix dalam batupasir. Namun, kebedaradaan
matrix dalam batupasir pada klasifikasi ini tidak dapat menjelaskan sumber batuan tersebut. Menurut
tucker 2001 hal ini dapat disebabkan karena keberadaan matrix dalam suatu batupasir dapat terbentuk
bersamaan dengan butir sedimen atauun terbentuk dari hasil alterasi buir sedimen yang tidak stabil
dalam proses diagenesis ataupun sementasi.