Anda di halaman 1dari 37

Edisi revisi 25 Oktober 2017

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 1
MEMBANGUN JARINGAN DAN SISTEM BISNIS
Bagi yg baru, ini topik ke tiga, sebelumnya adalah Meningkatkan Plafon
Rejeki dan Kecerdasan Finansial Dasar. Jadi sebaiknya mempelajari ke
dua topik sebelumnya lewat video di grup, di youtube atau lewat e book.
Karena bisa jadi ada kata yg tidak dimengerti atau tidak disukai karena
belum memahami. Jika itu terjadi, mohon sabar dan ditelan saja dulu.
Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa orang biasa/miskin mencari
pekerjaan karena mereka umumnya berpikir secara linier (penambahan)
dan tidak punya kesabaran. Sedang orang kaya membangun jaringan
karena mereka sabar dan berpikir secara kelipatan atau eksponensial.
Orang biasa berusaha utk menjadi spesialis di satu bidang, sedang orang
kaya tetap generalis. Mereka membangun sistem sehingga bisa
mempekerjakan spesialis (orang biasa) untuk membangun bisnisnya.
Dalam membangun Jaringan dan Sistem Bisnis, ilmu yang dibutuhkan
bukan ilmu ilmu teknis atau hard skill seperti manajemen, hukum,
kedokteran, akuntansi dan lain lain. Yang diperlukan adalah soft skill
seperti kepemimpinan, kemampuan mengelola orang atau people skill,
sikap pada kesuksesan, sikap mengatasi kegagalan, manajemen waktu, dll.
Anda membutuhkan buku buku seperti Berpikir dan Berjiwa Besar (David
J Schwartz); Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain
(Dale Carnegie); Personality Plus (Florence Littaeur); Membangun
Kepemimpinan Di Dalam Diri Kita (John Maxwell) Membangun
Kepemimpinan Di Sekitar Kita (John Maxwell). Membaca buku buku itu
akan merupakan investasi seumur hidup yang tidak mengenal rugi.
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 2
DUA PILIHAN HIDUP
Ada 2 pilihan untuk menjalani hidup ini bagi orang dewasa yang tidak
memiliki banyak uang :
1. Cara pertama lebih mudah untuk dilakukan. Sebagian besar orang
akan memilih cara ini yaitu Anda hidup hemat. Anda menyederhana-
kan kehidupan sehingga pengeluaran bisa ditekan. Cara ini tidak
membutuhkan upaya yg terlalu keras, cukup pasrah kemudian
berfilsafat untuk menghibur diri sendiri. Ini bukan sesuatu yang salah.
2. Cara yang ke dua lebih sulit dan karenanya hanya dilakukan sedikit
orang saja. Anda bisa memperbanyak pendapatan, artinya anda
harus siap menambah kerumitan. Meningkatkan pendapatan tanpa
menambah kerumitan adalah sesuatu yang mustahil. Saya percaya
Anda semua orang hebat, yg selama ini sudah bekerja keras utk
meningkatkan pendapatan Anda. Jika ternyata sampai sekarang belum
memuaskan, berarti ada yang salah dalam caranya. Anda mungkin
perlu merubah caranya. Jika Anda tetap ngotot melakukan hal hal
yg sama seperti kemarin tetapi berharap mendapatkan hasil yg
berbeda, itu adalah sesuatu hal yg mustahil. Bahkan Albert
Einstein secara sinis mengatakan ini tanda tanda dini sebuah kegilaan.
Merubah cara berpikir dan bertindak itulah yang membuat rumit.
Anda harus siap melakukan sesuatu yg bahkan mungkin saat ini belum
terpikirkan, atau sesuatu yang Anda benci. Itulah yang disebut sebagai
peregangan, dan biasanya menimbulkan kerumitan dan ketidak nyamanan.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 3
HIDUP SEDERHANA ATAU BERJUANG ? :
Pada waktu masih muda, Anda mungkin punya cita cita yg besar. Ingin
naik haji, punya rumah besar, punya mobil bagus, rekreasi ke luar negeri,
naik kapal pesiar, membangun masjid, membantu orang dsb. Itu gambaran
di lingkaran yg besar. Tetapi apa daya, ternyata penghasilan Anda hanya
memenuhi lingkaran kecil itu.
Ada 2 pilihan yg bisa Anda lakukan, yaitu memasukkan semua keinginan
kedalam lingkaran pendapatan Anda yang kecil itu, atau memperbesar
pendapatan Anda sehingga semua yg dilingkaran besar bisa dipenuhi.
Jika Anda cenderung utk mengambil langkah pertama, maka itu cukup
mudah. Tinggal menyederhanakan kehidupan :
• Keinginan punya rumah besar diganti dg rumah tipe SSS (Sangat
sederhana sekali).
• Membangun masjid diganti membangun langgar dari bambu.
• Rekreasi ke Paris dirubah ke Pantai Kenjeran.
• Mobil ganti sepeda motor Dsb.
Jika Anda memilih berjuang, maka bukan berjuang secara fisik yg penting
krn itu sudah Anda lakukan sepanjang hidup ini. Yang penting adalah
berjuang secara mental yaitu mengalahkan diri Anda sendiri.
Merubah cara berpikir (gampang diucapkan tetapi sulit dilakukan).
Melakukan hal hal yg tidak disukai. Semakin tidak Anda sukai, semakin
perlu Anda lakukan.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 4
Logikanya sederhana, hal hal yg Anda sukai berarti sudah ada di pikiran
bawah sadar Anda. Hal atau pikiran itulah yg ikut berperan membawa
Anda ke tempat yg sekarang ini. Sebaliknya, hal hal yg disarankan mentor
tetapi tidak Anda sukai, berarti belum ada di data pikiran Anda. Artinya,
hal hal yg tidak Anda sukai itulah kemungkinan besar yg bisa membawa
perubahan kepada Anda. Lakukan saja apa yg ditunjukkan mentor Anda
dan belajarlah menyukainya (Zig Ziglar).
Mengapa banyak orang yang sudah mengikuti banyak seminar motivasi,
membaca banyak buku pengembangan diri dan mendengarkan banyak CD
motivasi tetapi HIDUPNYA TIDAK KEMANA MANA ? Itu karena
semua yg Anda lakukan adalah berdasarkan pilihan Anda sendiri. Tentu
saja bawah sadar Anda akan memilihkan seminar, buku dan CD yang
cocok dan bisa memperkuat programnya. Bukannya mengubah cara
berpikir sehingga nantinya mengubah nasib Anda, tetapi malah
memperkuat cara berpikir dan membuat nasibnya tetap stagnan. Keinginan
untuk berubah itu baru ada di pikiran sadar Anda. Sedangkan pikiran
bawah sadar 9x lebih kuat dibanding pikiran sadar. Dialah yang akan
selalu menang. Itulah yang membuat orang biasa yang memilih milih cara
dalam berubah, biasanya tidak akan kemana mana. Sebuah perubahan
selalu melibatkan orang lain yang memiliki otorita atau Anda beri otorita.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 5
CARA PINDAH KUADRAN.
Untuk bisa meluaskan lingkaran cita cita diatas, kita perlu punya uang dan
waktu yg cukup. Tempat paling nyaman untuk hidup seperti itu adalah di
kuadran I atau investor (lihat Cashflow Quadrant di materi Kecerdasan
Finansial Dasar). Kuadran dimana uang yg bekerja untuk kita dalam
bentuk perusahaan bersistem atau investasi seperti hotel, kost kost an,
kebun buah, ternak, saham dll. Orang orang besar jaman dulu banyak yg
berjuang untuk keturunannya dengan cara secepatnya sampai ke kuadran I.
Misalnya Rockefeller yg skrng sdh mencapai generasi ke 4 (Rockefeller
IV), mereka menikmati hasil kerja kakek buyutnya dulu dan terus
mengembangkannya.
Mengapa kita tidak berjuang untuk hal yang sama ? Satu satunya alasan
Anda sekarang tidak mengenal nama ke 4 mbah buyut Anda adalah karena
mereka tidak meninggalkan sesuatu yg patut dikenang. Misalnya nama
baik menjadi pahlawan, atau meninggalkan sumber uang yg tidak ada
habis habisnya. Kalau Anda berani melakukan itu, bukan tidak mungkin
nama Anda akan dikenal secara abadi di garis keturunan Anda.
Pindah kuadran bukan seperti pindah pekerjaan. Yg menjadi masalah
adalah kita ini dilahirkan, dibesarkan, sekolah dan bekerja di kuadran kiri.
Kita nyaris tidak mengenal satupun orang kuadran kanan. Kita tidak tahu
bagaimana mereka berpikir, bagaimana mereka bertindak dan bagaimana
mereka menghadapi masalah. Kita tidak tahu sama sekali tentang dunia
kuadran kanan, karena itu mustahil dapat menyeberang ke kanan tanpa

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 6
bantuan orang kuadran kanan. Kita cenderung takut kepada sesuatu yang
tidak kita ketahui.
Ada 2 cara utk bisa sampai ke kuadran I :
1. Cara yg pertama dengan usaha/upaya sendiri, dari E  S  B  I.
Anda membangun bisnis, membangun sistemnya sehingga menjadi
bisnis kuadran B dan kemudian hasilnya diinvestasikan. Cara ini
sangat berat dan hanya orang yg benar benar istimewa yg bisa sampai
ke kuadran I. Itupun biasanya sudah tua, karena untuk membangun
sistem dari S ke B, menurut Robert T Kiyosaki membutuhkan waktu
20 – 30 tahun dan perlu mengalami 2-3x bangkrut.
Seseorang dari kuadran E atau pegawai kemudian ingin membangun
bisnis sendiri (kuadran S), biasanya karena salah satu dari 3 alasan,
yaitu tidak ingin memiliki boss lagi, ingin bebas menentukan waktu
sendiri dan menginginkan penghasilan yang lebih besar. Tetapi fakta
menunjukkan hal yang sebaliknya dari harapan :
a. Tidak ingin memiliki boss  ternyata hanya menambah boss,
dari 1 atau 2 menjadi ratusan dan lebih kejam (konsumen).
b. Tidak ingin terikat waktu tetap  ternyata justru terikat
dengan waktu yang dia tetapkan sendiri untuk pelayanan.
Restoran harus dibuka setiap hari, begitu juga bengkel dsb.
c. Penghasilan lebih besar  di kuadran S ini orang biasanya
memiliki banyak hutang dan selalu kekurangan uang.
2. Cara ke dua adalah dengan bimbingan, dari kuadran E atau kuadran S
langsung ke kuadran B kemudian ke kuadran I. Cara ini 100%
predictable atau 100% bisa di prediksi. Jika Anda mengikuti
bimbingan dan sistemnya dengan benar maka Anda akan berhasil.
Sebaliknya jika tidak mengikuti atau menuruti caranya sendiri ya tidak
akan berhasil. Kita cenderung melakukan bisnis dengan cara cara
kuadran kiri yang mungkin tidak bisa diterapkan di kuadran kanan.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 7
BEDA KUADRAN KANAN DAN KIRI
Kuadran kanan adalah kuadran pemilik bisnis bersistem (kuadran B) dan
Investor, sedang kuadran kiri yaitu karyawan (Employee) dan Profesional
& Pengusaha kecil (Self Employed). 95% orang ada di kuadran kiri tetapi
hanya menguasai 5% kekayaan dan sumberdaya di dunia. Sedang kuadran
kanan hanya terdiri dari 5% populasi, tetapi menguasai 95% sumber dya di
dunia. Untuk lebih jelasnya lihat topik Kecerdasan Finansial Dasar.
Tentu bukan tanpa sebab nasib kedua belah pihak itu itu terasa njomplang.
Sejak awal sudah berbeda cara mereka berpikir dan bertindak. Akibatnya,
nasib mereka pun jauh berbeda.
Beberapa perbedaan yang sangat berpengaruh pada pencapaian di bidang
keuangan adalah :
1. Kuadran kiri budaknya uang (slave of money) dan kuadran kanan
majikannya uang (master of money). Kehidupan orang kuadran kiri
sangat dikendalikan oleh uang. Mereka selalu merasa kekurangan
uang, atau istilahnya “lapar uang”, jika tidak punya uang bawaannya
stress, jika punya banyak uang akan hidup mewah. Sebaliknya orang
kuadran kanan hidupnya tidak tergantung uang. Ada atau tidak ada
uang hidupnya tetap sederhana. Jauh dibawah tingkat penghasilannya.
2. Kuadran kiri fokus ke cara, sedang kuadran kanan ke hasil. Pada
umumnya kuadran kiri lebih mementingkan cara. Sayangnya, cara
yang mereka kenal sejak kecil hanya satu cara yaitu BEKERJA
MENCARI UANG, yang sudah terbukti bahwa uang tidak bisa
membuat mereka kaya. Akibatnya mereka harus terus menerus bekerja
sampai akhir hayat. Ada yang di satu bidang seperti dokter, pengcara,
ada juga yang di berbagai bidang. Misal pensiun sebagai tentara,

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 8
bekerja sebagai kepala satpam. Setelah itu pulang ke desa untuk
bertani, atau tetap di kota makelaran.
Sejak kecil anak anak orang kuadran kiri dilatih menyebut nama nama
pekerjaan jika ditanya besok kalau besar menjadi apa ? Akhirnya
hanya satu hal yang mereka kejar, yaitu pekerjaan. Jika mahasiswa
Anda tanya setelah lulus mau melakukan apa ?, 99% akan menjawab
“bekerja”. Entah mencari pekerjaan atau membangun bisnis,
pokoknya bekerja. Tidak ada yang berani mengatakan :“Saya akan
mencari penghasilan pasif 100 juta sebulan dan kemudian hidup
nyaman”. Karena itu memang tidak ada di program bawah sadarnya.
Sebaliknya orang kuadran kanan lebih berorientasi pada hasil.
Merekalah yang memiliki target penghasilan berapa?, kehidupan
seperti apa ? Bukan target bekerja. Jika sebuah bisnis memang
menjanjikan, maka dia akan melakukannya. Soal bagaimana caranya,
itu dipikirkan belakangan, karena pola pikirnya adalah generalis. Jika
perlu ya menyewa para spesialis.
3. Orang kuadran kiri senang bersaing, kuadran kanan senang
bekerjasama. Inilah sifat yang membuat orang kuadran kiri sulit
bekerjasama dengan pihak lain. Kerjasama bisnis biasanya gagal,
entah ditipu atau bagaimana. Banyak pensiunan pejabat BUMN yang
gagal ketika mencoba berbisnis sendiri. Kegagalannya disebabkan
tidak bisa bekerjasama karena itu memang tidak ada di genetiknya.
4. Orang kuadran kiri berpikir linier dan orang kuadran kanan
eksponensial. Berpikir linier artinya berpikir penambahan. Berapapun
yang dimiliki sekarang, bulan depan akan nambah sekian. Akibatnya
cenderung boros karena apa yang dimiliki sekarang tidak berpengaruh
pada penghasilan bulan depan. Selain itu, karena berpikir secara
penambahan, jika mengerjakan sesuatu yang tidak segera
menghasilkan uang akan menganggapnya percuma dan berhenti.
Sebaliknya, yang berpikiran eksponensial atau kelipatan, disamping
lebih sabar menunggu hasil, juga hemat, karena apa yang dimiliki
sekarang sangat berpengaruh dengan penghasilan bulan berikutnya.
5. Orang kuadran kiri mengembangkan hard skill, sedang kuadran
kanan mengutamakan soft skill. Orang kuadran kiri akan mencari
seminar seminar yang menjawab pertanyaan HOW atau bagaimana
caranya, yaitu seminar teknis. Sebaliknya orang kuadran kanan lebih
senang seminar atau buku yang bisa menjawab pertanyaan WHY atau
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 9
mengapa saya melakukan itu ?. Yaitu seminar inspirasi dan visi
sehingga kita menjadi tahu apa yang menjadi tujuan atau impian kita.
Soal bagaimana cara melakukannya itu urusan nanti. Kalau perlu
tinggal membayar orang kuadran kiri yang mengerti caranya.
Dengan 5 perbedaan besar diatas, sangat sulit bagi orang kuadran kiri
untuk pindah sendiri ke kuadran kanan. Perlu mentoring dan bimbingan
dari orang kuadran kanan. Robert T Kiyosaki dalam buku Business
School, mengatakan bahwa tempat yang paling tepat untuk belajar pindah
ke kuadran kanan adalah dengan mengikuti pendidikan di sebuah bisnis
networking yang baik. Di buku itu dijelaskan ada 8 nilai tersembunyi
dalam sebuah usaha networking. Nilai nilai yang membuat orang kuadran
kiri bisa secara fisik, mental dan emosi pindah ke kuadran kanan dan
menikmati segala keistimewaan hidup disana.
Mereka yang sudah di kuadran kanan, umumnya tidak ada yang ingin
pindah ke kuadran kiri. Jadi tidak perlu dibahas cara pindahnya. Saya
selama 15 tahun berada di kuadran kiri, menjadi dokter yang oleh sebagian
besar orang dianggap sukses secara ekonomi. Patokannya sederhana, di
organisasi isteri dokter maupun organisasi wanita lain, istri saya seringkali
ditunjuk menjadi bendahara.
Sejak 12 tahun terakhir ini, saya menyeberang ke kuadran kanan, dan tidak
ingin kembali ke kiri. Bahkan seringkali saya merasa kasihan melihat
orang yang bekerja keras mati matian hanya untuk penghasilan yang
relatif kecil. Kemudian setelah ada hasil, uangnya dibelikan rumah dan
mobil. Dia harus bekerja semakin keras lagi hanya untuk bisa merawat
rumah dan mobil itu. Padahal kalau saja mereka mau sedikit merendahkan
hati, peluang masuk ke kelompok 5% orang yang menguasai 95% uang di
dunia sekarang terbuka lebar. Kesempatan ini dulu hanya dimiliki oleh
anak anak para konglomerat. Sekarang terbuka untuk siapa saja.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 10
SISTEM BISNIS
Secara definisi, sistem bisnis bisa juga disebut sebagai sekelompok
komponen atau elemen yang disatukan menjadi satu kesatuan untuk
mencapai suatu tujuan bisnis yaitu mendapatkan keuntungan atau profit.
Sebuah bisnis yang bersistem akan mampu :
• Menciptakan kultur
• Bisa autopilot
• Hasil produk lebih baik dan stabil baik kualitas maupun
kuantitasnya.
• Mampu bersaing dalam jangka panjang.
• Membangun tim dan loyalitas karyawan.
Kalau saya ditanya bagaimana cara membangun sistem bisnis ? Tentu saya
tidak bisa menjawab karena setiap bisnis memiliki karakternya sendiri.
Kalau saya bisa membangun sistem bisnis, maka saya pasti sudah menjadi
konglomerat. Saya hanya tahu ilmu ilmu apa saja yang digunakan untuk
membangun sebuah sistem bisnis. Sayangnya ilmu itu baru saya peroleh di
usia menjelang limapuluhan, sehingga tidak efektif jika digunakan untuk
membangun bisnis mulai dari nol. Lebih baik bagi saya untuk bergabung
dengan bisnis yang sudah terbukti memiliki sistem yang sangat bagus.
Banyak orang yang salah mengartikan sistem bisnis dengan skema bisnis.
Akibatnya banyak bisnis yang jatuh karena pemiliknya mengira itu sistem,
padahal itu baru sebuah skema. Untuk bisa jalan dan menjadikan sistem,
masih membutuhkan jalan yang panjang dan lama.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 11
BERBAGAI JENIS SISTEM
Di sebuah bisnis bersistem pemilik bisnis tinggal menelpon sang direktur
atau dalam rapat umum pemegang saham ditentukan agar omset bisa
dinaikkan 20%, maka semua akan berjalan dengan otomatis. Tetapi di
sebuah bisnis tanpa sistem, jika pemilik menginginkan omset naik 20%,
maka dialah yang harus jungkir balik mengkoordinasikan semuanya
sehingga tujuan itu tercapai.
Kalau di bisnis besar, pemilik bisa memiliki sistem karena
membangunnya. Kalau di waralaba, kita membeli sistemnya. Sedang di
networking kita memakai sistemnya. Itulah yang seringkali menjadi
masalah di sebuah bisnis waralaba dan networking. Yaitu kecenderungan
tidak mengerjakan sesuai sistem dan kemudian gagal.
Di bidang tehnik, ada sistem suara atau sound system. Pengguna tinggal
berbicara saja di mike, maka sistem akan bekerja dan suara yang keras
akan keluar dari pengeras suaranya.
Disetiap bidang kehidupan ada sistem yang sudah berjalan di masyarakat.
Misalnya dalam mengerjakan sawah, ada sistem bagi hasil yang disetiap
daerah berbeda antara penggarap dan pemilik sawah. Ada yang penggarap
mendapat 20%, ada yang mendapat 30% tergantung tingkat kesuburan
tanah di daerah itu. Begitu juga di bidang kerjasama ternak, ada sistemnya
sendiri. Contoh di daerah Lumajang dan Probolinggo, ada sistem paro
bathi dan bathi anak. Paro bathi itu dengan model membesarkan ternak
kemudian dijual, keuntungannya di bagi dua. Ini cara yang disukai di
Probolinggo. Kalau bathi anak itu anaknya yang dibagi. Yang menerima
pertama adalah yang merawat. Di Lumajang lebih banyak yang begini.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 12
TIGA BISNIS BERSISTEM :
Ada 3 macam bisnis bersistem yg termasuk di kuadran B (Business
Owner) dan bisa memberi kita penghasilan pasif. Jika kita bisa
membangun salah satunya sehingga memberi penghasilan besar, maka kita
bisa pensiun dini dan anak keturunan kita akan menikmati hasil bisnis yg
kita bangun. Kita tidak mewariskan harta atau uang yg bisa habis, tetapi
mewariskan SUMBER UANG yang tidak pernah habis.
1. Korporasi atau konglomerasi. Jaman dulu, hanya ini bisnis yg
disebut sebagai bisnis bersistem. Korporasi adalah bisnis besar dengan
jaringan yg kompleks didalamnya. Sedang konglomerasi adalah
kumpulan korporasi. Disini, sistemnya diperoleh dg cara dibangun.
Butuh modal besar, keahlian khusus dan waktu yang lama untuk
membangunnya. Khususnya di perusahaan yang pertama. Jika
sistemnya sudah terbangun dan sudah autopilot, si pemilik bisa
membangun bisnis lain dan menduplikasikan sistem tersebut di
bisnisnya yg baru. Begitu seterusnya sehingga bisa memiliki puluhan
bisnis seperti pak Rennier Latief
2. Waralaba atau franchise, yaitu jaringan bisnis sejenis. Ada jaringan
restoran, jaringan toko pengecer dsb. Sistemnya diperoleh dg cara
membeli kepada pihak yg membuat sistem. Tentu butuh modal besar
dan resikonya juga sesuai dg modal. Untuk memiliki sebuah gerai
waralaba atau franchise tidak perlu keahlian. Yg penting punya uang.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 13
3. Networking atau Personal Franchise, yaitu jaringan konsumen atau
jaringan pebisnis perorangan. Ini bagian dari sebuah model distribusi
produk yang disebut PROSUMEN, yaitu dari produsen langsung ke
konsumen tanpa melalui grosir dan retail. Sistemnya diberikan secara
gratis oleh perusahaan mitra dan kita tinggal memakainya. Tidak
membutuhkan modal besar atau keahlian krn ada bimbingan. Bisa
dikerjakan paroh waktu sehingga selama kita membangun bisnis/ aset,
tidak ada perubahan penghasilan. Yang terpenting adalah Anda
mengerjakannya secara serius sesuai sistemnya. Jika mengerjakan
dengan cara Anda sendiri biasanya tidak berhasil.
Robert T Kiyosaki dalam buku Cashflow Quadrant yg saya baca tahun
2000 mengatakan : "Bagi Anda yg tidak memiliki modal, tidak berani
mengambil resiko, tidak memiliki keahlian dan sangat sibuk, satu satunya
cara menjadi Business Owner adalah dengan menjalankan bisnis
Networking yang menyediakan sistem bimbingan".
Saat itu saya belum mampu mengalahkan ego saya sendiri. Menurut saya,
menjalankan bisnis networking itu seperti yang dilakukan oleh staf saya di
Pacitan tujuh tahun lalu (1993). Dia datang ke rumah saya menawarkan
sejenis deterjen yang katanya “sabun ajaib”, tidak perlu dikucek.
Kemudian dia mengajak saya menjalankan bisnis itu. Tentu saja saya
menolaknya karena saya masih waras. Bayangkan jika seorang dokter
kandungan mengetok rumah orang dan menawarkan sabun ajaib ? Apa
kata dunia ?.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 14
KORPORASI DAN KONGLOMERASI :
Korporasi adalah bisnis besar, sedang konglomerasi adalah jaringan
korporasi. Dahulu, yang disebut bisnis bersistem itu ya cuma bisnis besar
ini. Biasanya dimulai dengan seorang muda yg berambisi dan membangun
sebuah bisnis. Kemudian jatuh bangun membangun sistem di bisnis itu
sehingga bisnisnya bisa autopilot alias jalan sendiri tanpa campur tangan
dia. Kemudian membangun bisnis yang lain, menduplikasikan sistemnya
disana dan membangun yang lain sampai akhirnya memiliki banyak
perusahaan yg autopilot. Andapun menjadi Business Owner yang bisa
menikmati waktu dan kekayaan Anda.
Jika Anda masih cukup muda dan memiliki keahlian bisnis, saya anjurkan
utk membangun korporasi aatau bisnis besar ini.
Menurut Robert T Kiyosaki, dibutuhkan waktu 20-30 tahun utk
membangun sistem, dan perlu bangkrut 2-3 kali dulu.
Pilihan lain seperti yang dilakukan pak Rennier Latif, mantan pemilik
Lapindo Brantas sebelum dijual ke grup Bakri. Beliau menjadi Trained
Entrepreneur atau entrepreneur terdidik, dan sekarang sudah memiliki
lebih dari 50 perusahaan. Sebelumnya, hanya dengan 8 perusahaan beliau
sudah jarang di rumah. Setelah belajar di trained entrepreneur barulah
beliau tahu bahwa selama ini beliau bukan pemilik bisnis (kuadran B),
tetapi pelaku bisnis atau kuadran S. Bisnisnya memang cukup besar, tetapi
cara berbisnisnya yang masih kecil.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 15
WARALABA
Waralaba adalah sebuah sistem bisnis, dimana ada seseorang yg
membangun sebuah bisnis. Kemudian dia membangun sistemnya sehingga
siapapun yg mengerjakan bisnis itu ditempat lain, bisnisnya akan tetap
berjalan dengan baik. Kalau Anda datang ke MC Donald atau toko
Indomaret, maka Anda akan menjumpai anak anak muda yg bukan ahli
manajemen. Tetapi mereka bisa menjalankan restoran atau toko nyaris
tanpa seorang pengawas yg memelototi kerja mereka. Sistem sudah
membuat mereka bekerja seperti mesin demi kepentingan pembuat sistem.
Siapapun yg memiliki uang bisa membeli franchise atau hak berbisnisnya.
Modal atau biaya pembangunan bisnis ditanggung yg meminta waralaba.
Perusahaan induk hanya menyediakan sistem.
Bisnis ini berawal dari Mc Donald yg dikembangkan oleh Ray Kroc (Anda
bisa menonton film THE FOUNDERS). Kemudian bermunculan bisnis
waralaba. Kondisi ini tidak disukai oleh para pebisnis besar yg merasa
bahwa tidak seharusnya sebuah sistem itu bisa diperjual belikan. Sehingga
seseorang tanpa pengalaman bisnis, tiba tiba bisa memiliki sebuah usaha
besar. Seharusnya sistem itu dibangun oleh pebisnis dan dinikmati oleh
orang yg membangun.
Sempat ada tuntutan ke Konggres Amerika agar sistem waralaba dilarang
karena dianggap tidak adil pada mereka yg berjuang jatuh bangun
membangun bisnisnya. Tidak sesuai dengan semangat Amerika. Konggres
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 16
mengambil suara dan yg setuju waralaba menang dengan angka tipis.
Bayangkan jika sistem waralaba ini dilarang krn sekarang ini, apapun di
waralabakan.
Jika anda memiliki uang, maka sebaiknya Anda membeli sebuah gerai
waralaba. Apa yg diperoleh tergantung jumlah uang yg Anda miliki. Jika
ingin memiliki mini market, dengan modal 1- 2 milyar akan mendapat
penghasilan antara 8 - 10 juta (data bbrp tahun lalu). Anda tidak
membutuhkan keahlian apa apa krn semua sdh ada sistemnya. Sayangnya
di Indonesia banyak waralaba lokal yg sistemnya belum terbukti kuat
tetapi sudah di waralabakan. Sehingga tidak sedikit waralaba yg kemudian
bangkrut. Seharusnya menjadi tugas pihak yang mewaralabakan untuk
beriklan sehingga bisnis maju dan rekanan diuntungkan. Tetapi yang
banyak terjadi justru rekanan yang dipakai sebagai iklan. Fungsinya jadi
mirip cabang.
Di negara maju, hanya bisnis yg sudah terbukti selama 5 tahun memiliki
cabang dan semua bisa jalan yang boleh di waralabakan.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 17
NETWORKING / PERSONAL FRANCHISE
Bisnis Networking atau personal franchise disebut juga jaringan
konsumen loyal. Dasarnya adalah sebuah sistem dagang yang disebut
PROSUMEN. Penjualan dari produsen langsung ke konsumen, tanpa
melewati rantai distribusi seperti grosir dan retail atau toko. Jika selama
ini kita membeli produk di supermarket, maka pelaku networking akan
membeli produk di tokonya mitra. Kemudian dia mengajak orang lain
untuk juga membeli produk di toko mitra itu. Dia mendapat bonus sekitar
10% dari jumlah omset yg dihasilkan oleh grup yg dibangun. Selama
orang orang di grup itu belanja maka dia akan terus mendapat bonus itu.
Kemudian orang yg puas dengan produknya itu juga akan mengajak orang
lain. Begitu seterusnya bisnisnya berkembang dari mulut ke mulut. Di
Amerika Serikat, 20% dari milyarder berasal dari bisnis networking ini.
Bisnis networking diawali dengan Direct Selling atau penjualan langsung,
kemudian berkembang menjadi Multi Level Marketing atau MLM dan
terakhir berkembang menjadi Network Marketing atau Networking.
Yang menarik dari bisnis networking adalah terbuka untuk semua orang
tanpa kecuali. Asal orang itu mau belajar utk bisa menerapkan sistemnya.
Maka sistem itu yg nantinya akan bekerja melindungi asetnya. Karena
semua orang bisa masuk dengan mudah tanpa syarat apapun, maka jauh
lebih banyak yg tidak mengerjakan dibanding yg mengerjakan.Sehingga
kesannya angka kegagalannya tinggi. Padahal tidak seperti itu.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 18
Kekuatan sebuah bisnis networking sekaligus juga menjadi kelemahannya,
yaitu :
1. Modalnya sangat kecil. Siapapun bisa bergabung karena lebih rendah
dari harga sepatu yang Anda pakai. Bahkan ada networking yang
nyaris gratis karena semua sudah disiapkan secara elektronik dan tidak
membutuhkan kertas yang biasanya untuk starter kit. Ini sekaligus
menjadi kelemahan, karena dengan modal yang kecil, kita seringkali
meremehkannya.
2. Tidak memiliki boss. Orang yang mensponsori Anda bukan boss Anda
dan juga tidak memiliki kewajiban membantu Anda. Mereka
membantu Anda supaya bisa mengembangkan bisnis bersama,
termasuk bisnis mereka juga.
Karena modalnya kecil dan tidak memiliki boss, maka Anda harus secara
sengaja mencari pendorong lain yaitu IMPIAN atau DREAM. Karena itu
banyak yang mengatakan bahwa bisnis networking bukan bisnis untuk
sekedar mencari uang. Ini bisnis untuk mencapai suatu impian, atau
menyelesaikan masalah Anda. Tanpa membangun impiannya, orang sulit
berhasil di bisnis networking.
Kabar buruknya, Anda hanya bisa bergabung dg sebuah bisnis networking
jika ada orang yg mengajak Anda. Akibat informasi dari mulut ke mulut
itulah, bisnis networking menjadi sosok yg menakutkan bagi sebagian
besar orang. Ini karena kita lebih banyak mendengar informasinya dari
ORANG YG GAGAL. Dimana mereka cenderung lebih menyalahkan
sistem atau bisnisnya dibanding menyalahkan diri mereka sendiri.
Bisnis networking selalu berhubungan dengan sebuah produk. Jika tidak
ada produk, hanya memainkan uang dalam sebuah sistem tertentu, maka
itu disebut permainan uang atau money game. Di banyak negara, money
game dinyatakan ilegal. Tetapi di Indonesia masih banyak yang
melakukan praktek money game dengan segala macam bungkus. Biasanya
pihak berwenang baru bertindak jika sudah ada laporan dari masyarakat
yang dirugikan. Jika belum ada laporan ya belum ada tindakan.
Contoh kasus money game lama seperti POMAS dan QSAR, sedang yang
terbaru adalah koperasi Pandawa dan Biro umrah First Travel. Meskipun
sebenarnya masih sangat banyak money game yang beroperasi di luar
sana.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 19
STATISTIK
BKPM nya Amerika mengeluarkan sebuah statistik yg menarik. Dari 100
bisnis yg didirikan, hanya 1 yg masih tersisa setelah 10 tahun. Pemilik
bisnis yg tersisa itu biasanya sdh mengalami kebangkrutan sebelumnya.
Artinya kalau Anda orang yg baru pertama kali membuka bisnis, hampir
100% bangkrut. Anda pasti sudah melihat banyak sekali bisnis yang hilang
timbul di sekitar Anda. Ada yang sejak diditikan sampai orangnya
meninggal ya tetap segitu gitu saja. Ini karena pelakunya tidak
memperlakukan bisnis sebagai sesuatu yang perlu dikembangkan. Mereka
mendirikan bisnis (toko, restoran dsb), kemudian bekerja disana.
Di bisnis networking, dikatakan 100% predictable atau 100% bisa
diprediksi. Jika kita serius mengerjakan dan mengikuti sistemnya maka
akan berhasil. Jika tidak mengikuti sistemnya maka akan gagal. Jika tidak
serius ya pasti akan gagal. Bisnis networking di desain sebagai bisnis part
time. Tetapi bukan berarti boleh dikerjakan hanya jika sempat. Kita perlu
menyediakan waktu dan perhatian penuh kepada bisnis ini. Banyak bisnis
networking bagus yg bisa mengubah kehidupan seseorang, termasuk saya.
Tetapi tentu lebih banyak lagi bisnis networking yang tidak bagus dan
berbau money game. Karena itu kita perlu berhati hati dalam memilihnya.
Bacalah banyak buku tentang hal ini, dan jangan mengambil ilmu hanya
dari internet.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 20
BELAJAR DI KUADRAN B
Kuadran B (Business Owner) adalah kuadran yg memberi tantangan
paling besar kepada seseorang. Mengapa banyak orang ke kuadran E dan
S karena kuadran ini tidak terlalu banyak menuntut dibanding kuadran B.
Di kuadran B, Anda berhubungan dengan 2 kata yaitu JARINGAN dan
SISTEM. Keduanya menyangkut orang lain di luar Anda. Sehingga bagi
Anda yg ingin ke kuadran B, Anda harus memiliki kemampuan
kepemimpinan dan people skill (keahlian tentang orang) yang tinggi.
Itulah kualitas yg jarang dimiliki orang sehingga sangat jarang orang
berhasil ke kuadran B. Apalagi ketrampilan itu tidak diajarkan di sekolah
formal. Sehingga sangat jarang orang yang mau mengerjakan hal hal yang
ilmunya tidak bisa diperoleh di sekolah formal maupun informal.
Robert T Kiyosaki dan Donald Trump mengatakan, bagi Anda yang
sekarang di E dan S, bergabung dengan sebuah bisnis networking yg baik
merupakan tempat paling tepat untuk mendidik diri kita ke kuadran B.
Disana Anda akan disediakan mentor yang melatih Anda dan menjaga
Anda secara mental dan emosi untuk bisa menyeberang ke kuadran kanan.
Tanpa bantuan mentor, nyaris mustahil Anda bisa menyeberang ke
kuadran kanan yg segala sesuatunya berbeda dg tempat Anda selama ini
yaitu di kuadran kiri. Atau kuadran pegawai, profesional dan pengusaha
kecil.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 21
3 MACAM ENTREPRENEUR
Di dunia ini ada 3 macam entrepreneur :
1. Born Entrepreneur, yaitu entrepeneur yg memang sejak awal
memiliki bakat atau mereka yg menang undian di kandungan dan
dilahirkan di lingkungan entrepreneur. Biasanya mereka sdh
memutuskan sejak awal untuk menjadi entrepreneur.
2. Accidental Entrepreneur atau Forced Entrepreneur. Sebagian
besar entrepreneur termasuk golongan ini. Yaitu mereka yg menjadi
entrepreneur karena terpaksa. Misalnya tidak diterima bekerja di mana
mana atau kena PHK. Biasanya mereka tidak begitu menginginkan
anaknya menjadi entrepreneur. Sehingga tidak ada pola pelatihan yg
intensif sejak si anak kecil. Akibatnya, dari generasi ke generasi
biasanya jarang ada peningkatan kualitas entrepreneurship mereka.
Berbeda dengan golongan 1 diatas.
3. Trained Entrepreneur, adalah entrepreneur yg dilatih. Latihannya
tentu bukan di sekolah bisnis karena di sekolah bisnis kita dilatih
menjadi pegawai. Pelatihan yg paling tepat menurut Robert T
Kiyosaki adalah di sebuah bisnis Networking yang baik. Anda bisa
membaca buku BUSINESS SCHOOL dan 21ST Century Business
dari Robert T Kiyosaki.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 22
NETWORKING, MLM DAN MONEY GAME
Banyak orang yg bingung dan menganggap sama saja ke tiga macam
bisnis ini. Padahal ke tiga nya sangat berbeda, baik dalam konsep maupun
pelaksanaannya.
1. Networking dan MLM merupakan pengembangan dalam sebuah
sistem PROSUMEN atau pemasaran produk langsung dari Produsen
ke Konsumen. Awalnya konsep ini dimulai dengan Direct Selling.
Dimana seseorang membeli langsung ke produsen dan menjualnya ke
konsumen. Keuntungannya cukup besar yi 60% dari harga konsumen.
Itu adalah keuntungan yg tadinya untuk grosir, retail dan iklan.
Kemudian muncul pengembangan utk bekerjasama beberapa orang
utk menjual produk. Terciptalah MLM atau Multi Level Marketing.
Untuk menjamin anggota tetap berjualan, dibuatlah syarat TUTUP
POINT, jika dia tidak membeli sejumlah tertentu produk maka
bonusnya tidak bisa cair.
2. Ternyata banyak orang yg tidak suka jualan, maka perusahaan MLM
merubah diri menjadi Networking atau JARINGAN KONSUMEN dg
memperbanyak produk yg dipasarkan. Dengan banyaknya produk,
orang tidak perlu menjual, cukup dg membeli untuk kebutuhan
sendiri. Mereka membuat batasan sendiri perlu belanja berapa per
bulan, karena jumlah itu yang akan ditiru oleh grupnya. Para pelaku

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 23
bisnis networking yg pintar akan berusaha belanja sebanyak dia bisa
supaya ditiru oleh grupnya. Dengan begitu, tanpa perlu memiliki grup
yg besar, omset besar sdh bisa dicapai.
3. Money game adalah SKEMA PONZI atau skema piramida. Charles
Ponzi adalah nama penipu tahun 1920 an. Biasanya bentuk grupnya
seperti piramida sama sisi. Money game menawarkan sebuah investasi
yang akan memberi keuntungan sangat besar, atau penjualan produk
dan jasa yang murah sehingga banyak yang berminat. Mereka yang
mendaftar terlebih dahulu akan mendapat uang dari mereka yang
mendaftar belakangan. Uang itu bisa berupa imbal balik investasi, jasa
misalnya umrah yang murah, atau mobil atau rumah yang hanya
membayar dalam jumlah tertentu. Uang yang kita bayarkan digunakan
untuk membayar orang yang lebih dahulu mendaftar, sedang kita
menunggu ada orang baru mendaftar.
Sesuai dengan program bawah sadarnya (pola pikir miskin), biasanya
orang biasa tidak suka dengan networking dan MLM tetapi justru senang
dengan money game. Karena money game sebagai bisnis tipu tipu yg
dibungkus dg janji keuntungan tinggi. Pikiran sadar yg butuh uang sangat
menyukai ide mendapat keuntungan. Dibalik itu, krn ini memang didesain
utk menguntungkan mereka yg lebih dahulu bergabung dan merugikan yg
bergabung akhir, maka bawah sadar suka dg sesuatu yg bisa menghabis
kan uang kita. Jika uangnya habis, maka kita akan bertambah keras
bekerja dan itulah tujuan dasar pikiran bawah sadar. Karena ke dua
pikiran bisa sinkron, maka kita merasa sangat tertarik dan dengan mudah
akan tertipu. Banyak orang yg bisa sampai kehilangan rumah karena ikut
money game ini.
Contoh money game yang paling banyak memakan korban di Indonesia
adalah QSAR (1998-2003) yang menawarkan kerjasama agribisnis.
Investor ditawari investasi penanaman hortikultura dengan keuntungan
yang sangat tinggi. Jauh diatas penjualan horti pada umumnya. Alasannya
mereka memiliki pasar khusus. Normalnya bila seseorang bisa menjual
sesuatu dengan harga mahal, dia akan membeli dari petani dan menjualnya
kembali dengan keuntungan besar. Bukan mengajak orang lain untuk ikut
menanam dan menikmati harga mahal tadi. Apalagi dengan janji jika
tanamannya rusak, modalnya akan diganti 100%. Itu tidak masuk akal
dalam sebuah investasi yang normal. Akibatnya, investor rugi senilai 5 ton
emas. Bandingkan dengan First Travel yang setara 1,6 ton emas.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 24
NILAI DARI SEBUAH BISNIS.
Setiap bisnis selalu terdiri dari 4 unsur, yaitu Prasarana, Produk,
Manajemen dan Konsumen. Dari ke empatnya, apa yang paling bernilai
dari sebuah bisnis ? Apakah prasarananya seperti gedung, kendaraan ?
Atau produknya ? Manajemennya ? Atau Konsumennya ?

Sebuah bank besar yg memiliki 20 juta nasabah, jika iuran dinaikkan 5


ribu per bulan akan ada pemasukan tambahan 100 milyar per bulan.
Provider HP yang memiliki 100 juta pengguna, jika masing masing beli
pulsa 10 ribu sebulan, penghasilannya sudah 1 trilyun rupiah. Face book
menjadi sangat kaya raya karena memiliki pengguna hampir 2 milyar
orang. Jika masing masing pengguna menghasilkan iklan senilai 100
rupiah saja, sudah senilai 200 juta. Sebaliknya, sebuah toko atau mall yang
megah dan menjual barang barang bagus, tetapi tidak ada konsumen yang
berkunjung kesana, tidak banyak berarti.
Dari ke 4 komponen bisnis diatas, yg paling penting tentu
KONSUMEN nya. Karena uang datangnya dari konsumen.
Jadi, di bisnis apapun, siapa pihak yg memegang konsumennya, dialah
pemilik bisnis yg sebenarnya. Traveloka, Gojek, Uber adalah nama nama
bisnis yg berbasis pada konsumen. Mereka tidak memiliki prasarana bisnis
maupun produk dan jasanya. Tetapi memiliki konsumennya. Merekalah
pemilik bisnis yg sebenarnya.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 25
BISNIS TERBESAR DI DUNIA.
Kalau ada yang bertanya, bisnis apa yang terbesar dan paling banyak
menghasilkan uang di dunia ?. Jawabannya adalah distribusi produk dari
pabrik ke konsumen. Lebih kurang 60% uang yg kita bayarkan setiap
membeli produk apa saja, mulai tusuk gigi sampai mobil, digunakan utk
membayar keuntungan grosir, retail dan juga iklan. Pabrik hanya
mendapat bagian 40%. Grosir, retail dan iklan inilah pangsa bisnis yg
terbesar di dunia, menyedot 60% dari uang yg kita bayarkan. Apalagi yang
branded atau barang bermerk. Pabrik justru mendapat bagian yang
terkecil. Contoh sepatu olah raga bermerk dg logo cawang itu. Mereka
memesan sepatu ke pabrik di Tangerang senilai 15 dollar dan menjualnya
di toko paling murah 100 dollar. Pabrik sepatu yg menyediakan bahan
baku dan membayar karyawan hanya mendapat bagian 15%. Selebihnya
untuk pemegang merek, grosir, retail dan iklan.
Ada 3 cara kita berbisnis dan mengambil pangsa pasar di jalur distribusi
ini :
1. Grosir dan retail konvensional seperti toko grosir dan toko toko lain.
Disini kita sendiri yg melakukan semuanya. Kita yang membangun
toko, kita mengisi toko, kita mengelola toko dan juga mencari
konsumennya. Keuntungan bersih yg diperoleh sekitar 5-10% dari
omset. Dibutuhkan modal besar dan resiko yg tinggi. Di jaman dulu
hanya cara ini yg dikenal jika kita ingin punya toko.
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 26
2. Toko waralaba seperti Indomaret, Alfamart dsb. Konsep waralaba
adalah kita membeli sistem bisnis. Jika ingin memiliki sebuah toko
waralaba, setelah pengajuan dikabulkan, maka kita yg membangun
toko dan mengisi toko dengan produk yang berasal dari mitra.
Tentunya butuh modal besar. Mitra kemudian yg mengelola, termasuk
mencari konsumen dg beriklan dsb. Keuntungan utk pemilik toko
berkisar 2.5 - 3% dari omset. Keuntungan terbesar diambil mitra
karena mereka yg memegang konsumennya. Sebagai contoh, jika
Anda memutuskan kemitraan dg minimarket itu kemudian memasang
nama sendiri, Sigit Mart misalnya, maka pengunjungnya tidak akan
seramai dulu.
3. Networking atau Personal Franchise. Ini adalah perkembangan
terakhir dari sistem penjualan langsung dari produsen ke konsumen
yang dikenal dengan sistem PROSUMEN. Sistem ini menghilangkan
peran grosir dan retail. Keuntungan 60% dari harga konsumen yang
tadinya diambil grosir, retail dan iklan, akan jatuh ke tangan Anda.
Jika Anda bermitra menjalankan sistem ini, maka semua dilakukan
oleh perusahaan mitra Anda. Mereka yang membangun tokonya,
mereka mengisi toko dengan produk mereka dan mitra lain, dan
sekaligus yang mengelola tokonya. Kita nyaris tidak mengeluarkan
modal apa apa. Tugas pelaku bisnis networking adalah
mendatangkan konsumen, mirip traveloka yang mendatangkan
konsumen untuk hotel maupun untuk transportasi. Sebagai pemilik
konsumennya, kita akan mendapat bonus cukup besar yaitu antara 3 -
21% tergantung omset. Rata rata 10%. Ini jumlah yang cukup besar
mengingat kita tidak mengeluarkan modal apapun.
Bisnis Networking merupakan tahap akhir dari proses sebuah sistem bisnis
prosumen. Pengembangannya adalah sebagai berikut :
1. Direct Selling : Awal kemunculan sistem Prosumen ini di awal abad
20, yaitu Avon. Didahului dengan direct selling, dimana kita sendiri
membeli ke pabrik kemudian menjualnya secara eceran. Diibaratkan,
untuk mendapatkan omset 1000, kita menjual 1000 atau 1x 1000.
2. Multi Level Marketing (MLM) : Melakukan sendirian sangat berat,
sehingga dibuat kerjasama, ibaratnya 10 orang bekerja sama masing
masing menjual 100 produk. Ibaratnya 10 x 100 = 1000
3. Networking : Banyak orang tidak suka menjual, akhirnya mencari
banyak orang yang masing masing memakai sendiri  1000 x 1.
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 27
ANDA MEMBANGUN ASET ANDA ATAU ASET ORANG LAIN ?
Banyak orang yang belum bisa membedakan antara membangun aset dan
bekerja mencari uang. Mereka maunya sambil membangun aset kalau bisa
juga menerima uang. Itu suatu hal yang mustahil, tetapi banyak yang
mengiming imingi cara itu dan banyak juga yang terjebak . . . eh tertarik.
Untuk bisa mengetahui apakah sebenarnya Anda sedang membangun aset
atau tidak, ada 2 pertanyaan yang perlu Anda jawab yaitu :

Dari mana asalnya uang yang Anda peroleh ? :


1. Dari aset yang sudah dibangun. Inilah arti membangun aset, yaitu
uang diperoleh dari aset yang sudah dibangun.
a. Konvensional  Anda mula mula menyerahkan uang ke
sebuah sistem yang mengelola uang Anda. Kemudian hasilnya
turun lagi ke Anda. Asetnya berupa saham, deposito, rumah
kost, ternak, investasi dan lain lain. Ini disebut uang dari atas.
b. Anda membangun jaringan konsumen (Network Marketing
dan MLM). Uang bonusnya berasal dari produk yang terjual
di jaringan Anda. Uang dari Anda untuk Anda, atau disebut
uang dari samping.
2. Bukan dari aset yang sudah Anda bangun. Misalnya money game
berbungkus MLM. Uang diperoleh dari anggota baru, sebagai syarat
untuk bisa masuk jaringan. Jaringan yang sudah jadi, isinya orang
yang juga menunggu uang dari orang baru. Disini Anda tidak
membangun aset, karena jaringan Anda sama sekali tidak memberi
kontribusi apa apa. Uangnya dari calon anggota atau uang dari bawah.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 28
Pertanyaan berikutnya adalah kapan Anda menerima uangnya ? :
1. Anda baru menerima uangnya setelah asetnya jadi. Anda disebut
bekerja membangun aset. Saat asetnya masih kecil, maka hasilnya
kecil. Ketika aset sudah membesar, maka hasilnya juga besar. Ketika
membangun hotel, Anda baru bisa mendapatkan uang dari hotel
setelah hotelnya jadi. Begitu juga ketika Anda membangun toko atau
bisnis networking, Anda baru menerima uangnya setelah jaringan
konsumen di bisnis Anda belanja dan ada omset disitu.
2. Anda sudah menerima uang pada waktu sedang membangun aset.
Disini Anda sedang dibayar untuk membangunkan aset milik orang
lain. Jika berbentuk “jaringan”, uangnya bisa berasal dari anggota
baru, dan sebagian berasal dari perusahaan. Disini Anda bekerja untuk
uang, membangunkan aset orang lain, yaitu si pemilik sistem atau
perusahaan. Sudah tentu penghasilan Anda suatu saat akan berhenti,
karena Anda sebenarnya tidak memiliki aset apapun, Anda hanya
bagian dari sebuah perusahaan. Terserah si pemilik untuk merobah
gaji atau insentif atau bonus dan lain lain.
Jika arah datangnya uang sudah benar, misalnya uang dari atas yaitu hasil
investasi, maka tinggal menilai hasilnya itu masuk akal apa tidak ?.
Investasi yang memberi keuntungan jauh diatas bunga bank, misal diatas
30% setahun, besar kemungkinan itu abal abal. Mengapa ada orang atau
perusahaan yang mau bersusah payah berbagi dengan Anda jika dia bisa
mengembangkannya sendiri ?. Mengapa tidak pinjam bank saja ?
Pengalaman QSAR tahun 1998 – 2003 dijadikan pelajaran pemain money
game lain disini. Perputaran uang yang cepat yaitu 2-3 bulan di komoditas
sayuran memiliki resiko yang tinggi pada cashflow jika pertumbuhan
investor baru tidak secepat itu. Sekarang dibuat sistem yang masa
tunggunya lebih lama, tahunan bahkan puluhan tahun. Sehingga uang dari
anggota baru bisa terkumpul lebih banyak untuk dibayarkan ke anggota
lama. Sekian persen uang masuk dibagi pada mereka yang membangun
jaringannya. Ada juga yang pakai sistem agen seperti First Travel.
Cirinya nyaris tidak berubah seperti menggunakan nama pejabat, artis dan
sebagainya, yang agribisnis mengatakan memiliki jalur pemasaran khusus
atau produknya diolah sehingga bisa menjual beberapa kali lipat harga
normal. Seringkali juga dibungkus dengan jargon jargon keagamaan atau
lingkungan. QSAR dulu bersenjatakan bisnis syariah, dan seolah olah
didukung oleh pembesar negeri yang kebetulan dari partai berbasis agama.
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 29
Yang tidak dipikirkan oleh para investor tadi adalah, kalau seseorang bisa
menjual sayur kubis 6000 rupiah per kilo, padahal dipasar umum harganya
1000 per kilo (Majalah Trubus). Mengapa pula dia ajak ajak kita menanam
kubis dan membagi keuntungan itu dengan kita? Mengapa tidak membeli
kubis ke petani lokal dengan harga normal, kemudian menjualnya dengan
harga super mahal ? Padahal sifat dasar manusia yang umum adalah
mementingkan dirinya sendiri.
Kalau punya pasar khusus atau mampu mengolah sehingga bisa menjadi
jauh lebih mahal, mengapa produksinya nyaris tanpa batas ? Pasar khusus
atau olahan pasti punya batas titik jenuh, mengapa terjadi penanaman
besar besaran ?. Harga juga berani di prediksi di awal, padahal harga
produk agrobisnis apapun sangat fluktuatif. Juga dikatakan tanpa resiko
karena ada asuransi. Kalau sayurnya rusak, uang kembali 100%. Asuransi
mana yang berani menanggung produk agribisnis yang sangat beresiko ?
Untuk asuransi tanaman pangan saja pemerintah yang harus menanggung
sebagian besar preminya.
Investor yang tidak cerdas investasi biasanya hanya melihat bahwa orang
lain sudah mendapatkan hasil, banyak tokoh besar yang ikut, pembukaan
nya dihadiri pembesar pemerintah dan sebagainya. Dia mungkin tidak tahu
bahwa di money game manapun, mereka yang masuk lebih dulu ya pasti
dapat, dan memanfaatkan pembesar atau artis itu ya bagian dari strategi
klasik dari investasi abal abal (video pak Chandra). Investor asli akan lari
jauh jauh jika ada “pengeluaran ekstra” seperti mengundang pejabat itu.
Sepanjang masih banyak investor yang masuk, cashflow akan lancar saja
dan money game akan jalan terus. Money game akan rontok ketika ada
masalah yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan, sehingga investor
baru berkurang. Money game akan jatuh kalau banyak orang yang menarik
uangnya sebelum jatuh tempo, seperti kasus WBG yaitu Wahana Bersama
Globalindo tahun 2007 lalu. Reksadana dollar yang selama bertahun tahun
saya ikuti dengan imbal hasil 28% setahun. Suatu saat intuisi menyuruh
menarik investasi saya. Awalnya di tahan tahan tetapi akhirnya cair dalam
seminggu. Dua bulan setelah saya tarik, WBG jatuh. Mantan kadinkes
saya di Tuban terkena 1 milyar. Tidak lama kemudian beliau stroke dan
meninggal dunia. Di pengadilan, direkturnya mengatakan WBG jatuh
karena investor dari Surabaya banyak yang menarik investasinya. Ternyata
itu money game juga meskipun dalam dollar.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 30
MENGAPA KITA TIDAK SUKA NETWORKING / MLM ?
Networking dan MLM adalah pencipta 20% milyarder di Amerika (Forbes
2010). Biasanya kejadian di Amerika ini juga mewakili dunia. Tetapi
mengapa kebanyakan dari kita tidak menyukai dan cenderung sinis ?
Kita secara alamiah tidak menyukai bisnis networking dan MLM karena
ulah dari program miskin di pikiran kita.
1. Program pikiran sebagian besar orang termasuk saya dulu adalah life
map miskin atau plafon rejekinya rendah. Sedang bisnis Networking
yang benar bisa membuat kita benar benar kaya. Ini menakutkan.
2. Kita memiliki program bekerja keras. Sedangkan bisnis networking
menjanjikan untuk bisa pensiun. Bawah sadar sangat tidak suka jika
kita berhenti bekerja, itu berarti kegagalan bagi bawah sadar kita.
3. Seumur hidup kita dilatih untuk mendapatkan penghasilan aktif
dengan cara bekerja mencari uang. Networking adalah bisnis kuadran
kanan yang sifatnya membangun aset. Penghasilannya adalah
penghasilan pasif yang untuk sebagian orang yang kecerdasan
finansialnya rendah terkadang di haram kan. Mereka mengira
penghasilan pasif adalah penghasilan tanpa bekerja. Padahal
penghasilan pasif adalah penghasilan atas hasil kerja kita yang dulu.
Atau disebut juga residual income.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 31
PILIHAN ANDA TERGANTUNG APA YG ANDA MILIKI.
Apapun yang akan kita lakukan tentu tergantung pada apa tujuan kita ?.
Jika kita ke terminal, yang pertama kali ditanyakan ke kita adalah :”Anda
mau kemana ?”. Barulah kita dipilihkan bus yang cocok dengan tujuan
kita. Jika ternyata tidak ada yang cocok, kita akan ditunjukkan kendaraan
lain, meskipun dengan pandangan keheranan. Misalnya Anda datang ke
terminal bus Bungurasih di Surabaya, kemudian mengatakan akan pergi ke
Makassar. Sudah tentu Anda akan dianggap setengah gila, karena dari
Surabaya ke Makassar tidak bisa naik bis, harus pesawat atau kapal laut.
Ada lagi yang lebih aneh, Anda datang ke terminal Bungurasih kemudian
mengatakan :”Saya mau naik bus Akas”. Kemudian Anda naik bus,
sampai di tujuan Anda marah marah :”Kok sampai Jember ? Saya itu mau
nyusul teman saya. Barusan dia nelpon ada di Malang, naik bus Akas juga.
Kok saya naik bus Akas sampai di Jember ?. Yang salah bus nya ini !!”.
Anda mungkin tertawa dan menganggap ini guyonan saja. Padahal inilah
yang kebanyakan kita lakukan. Kita memilih bisnis online, karena teman
kita berbisnis online, kita membuka restoran, membuka bengkel,
membuka toko, bekerja ke pabrik, menjadi dosen, dokter, tentara dll.
Setelah agak tua kita bingung sendiri, kok nggak bisa kaya ya ? Semakin
tua kerjanya semakin berat ya ? Karena Anda dari Surabaya ngotot naik
bus. Padahal si kaya atau si makmur ada di Makassar. Lain halnya kalau
Anda sudah ada di Pare Pare, silahkan mendatangi si kaya di Makassar
dengan bus. Kalau dari Surabaya, Anda perlu naik kapal atau pesawat.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 32
Analogi diatas bisa digunakan dalam menjalani perjalanan hiduyp ini.
Pertama tama kita tanya pada diri kita sendiri, apakah kita ingin kaya
sejati (bebas finansial dan waktu) apa tidak ?. Jika jawabannya TIDAK,
maka silahkan menekuni atau meneruskan apa yang sedang dilakukan
sekarang, seperti menjadi pegawai/karyawan, profesional, pengusaha
kecil, pengusaha online, money game, MLM, beternak, bertani dsb.
Jika jawabannya adalah YA ingin kaya sejati, maka pertanyaan berikutnya
adalah “Apakah Anda punya modal ? “.
• Ya  Silahkan Anda menjadi investor atau membeli waralaba.
• Tidak  pertanyaan berikutnya yaitu Apakah umur Anda kurang
dari 30 tahun ?
Apakah umur Anda kurang dari 30 tahun ?
• Ya  Ada dua pilihan, membangun bisnis networking, atau
membangun korporasi/konglomerasi / bisnis besar. Bisa diawali
dengan bisnis kecil apa saja, bisnis online, bertani atau beternak
 bangunlah sistemnya. Membutuhkan waktu cukup lama untuk
membesarkan bisnis dan membangun sistem, dan perlu menunda
kenyamanan. Di lingkungan orang tionghwa lama, hanya boleh
memakan 10% dari penghasilannya.
• Tidak  Networking. Anda sudah sulit untuk membangun bisnis
besar kecuali Anda sudah memulai atau sedang membangunnya.
Jika pada usia diatas 30 tahun ini Anda baru merencanakan,
umumnya sudah terlambat dan sikapnya terhadap uang dan bisnis
sudah salah. Kalau benar ya sejak dulu sudah membangunnya.
Mungkin saat ini Anda sedang mengerjakan bisnis atau pekerjaan yang
ada di kotak paling kiri. Anda masih bisa bebas finansial dan waktu
dengan menggunakan bisnis Anda itu. Caranya ada 2 macam :
1. Membangun sistemnya sehingga menjadi autopilot,
2. Uang hasil bisnis Anda investasikan sehingga nantinya bisa
memberikan penghasilan pasif.
Anda tentu tidak bisa tetap mengerjakan bisnis atau pekerjaasn yang
sekarang, menikmati semua hasilnya untuk kehidupan sehari hari,
kemudian mengharapkan kelak bisa bebas finansial dan waktu. Itu suatu
hal yang mustahil. Kita harus memberi dahulu, baru bisa menerima.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 33
MEMILIH KERJA SAMA BISNIS BERSISTEM.
Jika ingin membangun bisnis kuadran kanan atau investasi, perlu diingat
bahwa kita tidak sedang mencari uang besar sekarang. Kita sedang
membangun aset yg akan tetap mengucurkan penghasilan saat kita sdh
memutuskan istirahat. Karena itu kita perlu memilih dengan siapa kita
akan bermitra. Jangan sampai ketika waktunya panen dimana seharusnya
kita bisa bebas finansial dan waktu menikmati jaringan yang sudah
terbangun, si bisnis malah ambruk atau kolaps.
Ini lah point point yg dikatakan Robert T Kiyosaki dan Moh Basith jika
ingin bekerja sama dg sebuah perusahaan :
1. Legal, tercatat di APLI atau di OJK.
2. Usia lebih dari 10 tahun. Karena itu masa krisis pertama. Semakin tua
tentu semakin bagus. Kalau money game jarang yg bisa melewati 5
tahun. Seringkali 2 tahun sudah banyak yg protes. Kecuali kalau
penyelenggara pandai membungkus dengan isu isu keagamaan seperti
umrah murah, diberi label sedekah dsb.
3. Ada produk yg berkualitas, sehingga Anda tidak malu utk
menawarkan.
4. Ada rancangan pendidikan yg baik. Ingat bahwa kita sedang
menyeberang kuadran, bukan sekedar ganti atau menambah pekerjaan.
Jadi perlu ada pendidikan yg baik yang membantu kita secara mental
melewati fase fase itu.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 34
5. Ada contoh contoh orang yg berhasil. Kalau belum ada orang orang yg
sudah pensiun dini disana, maka Anda sedang menjadi bahan
percobaan.

Jika ingin membangun bisnis jangka panjang, perhatikan aliran


uangnya dari mana ke mana :
1. Pada money game, alirannya hanya keatas. Uang yang kita setorkan
digunakan untuk mereka yang sudah mendaftar terlebih dahulu,
sedang uang yang kita terima berasal dari orang baru. Yang seperti ini
jelas tidak akan bertahan lama karena harus terus menerus ada orang
baru yang join. Akan ada masa jenuh dimana suatu saat orang baru
akan berkurang. Disamping itu, uang yang kita peroleh bukan berasal
dari jaringan yang sudah kita bangun, tetapi berasal dari mereka yang
belum mendapat manfaat apa apa dari pekerjaan kita. Orang baru yang
sudah menyetor uang belum mendapat apa apa selain janji akan
mendapat jika ada orang yang lebih baru lagi. Ini menyalahi prinsip
prinsip penghasilan pasif atau residual income, yaitu penghasilan yang
berasal dari sesuatu yang kita atau orang tua kita bangun. Di money
game, jaringan yang sudah jadi tidak memberi kontribusi apa apa
karena mereka semua sama-sama menunggu uang dari pendaftar baru.
2. Pada investasi baik sistem jaringan atau bukan, uangnya berasal dari
atas yaitu hasil investasi. Kita mula mula menyetorkan ke atas,
kemudian kita mendapatkan manfaat atau keuntungan dari
pengelolaan uang yang kita setor. Kita tinggal menilainya apakah
return atau hasilnya masuk akal atau tidak. Jika terlalu tinggi, ada
kemungkinan itu money game atau investasi abal abal.
3. Kalau pada networking / personal franchise atau membangun
kelompok konsumen, uang yang kita peroleh berasal dari keuntungan
pembelian produk oleh grup yang kita bangun. Atau disebut uang
dari samping yaitu belanja setiap individu di grup. Yang belanja
mendapat manfaat dari belanjaannya, yang lain mendapat manfaat dari
keuntungan yang tadinya diambil grosir dan pengecer. Semua sama
sama diuntungkan, dan anggota sama sekali tidak mendapatkan apa
apa dari bergabungnya orang baru, selain mendapat kewajiban untuk
membimbing mereka..

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 35
KETRAMPILAN MEMBANGUN SISTEM DAN JARINGAN
Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu, orang memang lebih suka di
kuadran E dan S karena tantangannya jauh lebih kecil dibanding berada di
kuadran B dan I. Di kuadran B dan I, dibutuhkan ilmu dan ketrampilan
yang tidak diajarkan di sekolah formal. Seperti membangun impian,
menentukan goal, kepemimpinan, kemampuan berhubungan dengan
orang, manajemen waktu, dan cara mengatasi kegagalan.
Jika kita ingin menyeberang ke kuadran kanan, kita perlu mempelajari
ketrampilan ketrampilan itu. Menurut Robert T Kiyosaki, seseorang bisa
mempelajari ketrampilan itu di organisasi kepemimpinan seperti Network
Twentyone (N21). Robert T Kiyosaki saat berbicara di sebuah Leadership
Seminar di Australia mengatakan, bahwa dengan berkumpul selama 5
tahun dengan orang orang sukses di N21 akan membuat kita menjadi kaya.
Karena selama itu, kita akan mendapatkan ketrampilan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk membangun jaringan dan sistem bisnis seperti
ketrampilan yang dimiliki para milyuner (CD Financial Intelligent by
Robert T Kiyosaki).
N21 mendidik kita dengan menyediakan CD, buku buku dan seminar.
Seminar yang terbesar adalah Leadership Seminar yang diadakan 3x
setahun di beberapa kota besar di Indonesia.
Untuk lebih jelasnya, baca e book Trained Entrepreneur.

Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 36
Membangun Jaringan dan Sistem Bisnis – dr. Sigit Setyawadi, SpOG Page 37

Anda mungkin juga menyukai