Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENILAIAN STATUS GIZI

“DEFISIENSI ZINK”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Status Gizi

Dosen Pengampu : Hartanti Sandi W., S.Gz., M.Gizi

Disusun Oleh :

Yesi Pratama Aprilia Ningrum

(220300117120035)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN ILMU GIZI

2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sepuluh tahun terakhir ini zat gizi mikro (micronutrient),
terutama vitamin dan mineral secara internasional telah mendapat
perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi. Usia dan kualitas hidup
manusia sangat bergantung pada peran vitamin dan mineral dalam
mengatur fungsi otak, ketahanan tubuh (imunitas), fungsi kehamilan, dan
pengolahan energi. Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan
sekalipun diketahui akan dapat mengganggu kemampuan belajar,
menurunkan produktivitas kerja, bahkan memperparah penyakit dan
meningkatkan kematian.1
Seng (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan gizi banyak dijumpai di negara sedang berkembang
dan kekurangan seng ditemukan pada berbagai jenis penyakit. Seng sudah
dikenal sejak kurang lebih lima puluh tahun yang lalu sebagai mineral
yang esensial diperlukan oleh tubuh. Pada hampir setiap sel dalam tubuh
terdapat seng dan berperan penting terhadap sekitar 300 jenis enzim yang
berguna bagi berbagai proses biokimia dalam tubuh. Seng diketahui
berperan penting terhadap sistem kekebalan dan ketahanan tubuh terhadap
berbagai jenis infeksi dan penyakit. Defisiensi seng pada seseorang
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai jenis kuman pathogen.2
B. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai pemeriksaan secara fidik, klinis, biokimia
dalam pasien yang menderita defisiensi zink
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Defisiensi Zink
Seng (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Selain itu seng juga berperan dalam
kerja lebih dari 70 jenis enzim, karena peranannya dalam sintesis DNA
dan RNA serta protein, maka defisiensi seng dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan, serta diduga seng
berinteraksi dengan defisiensi vitamin A dalam proses terjadinya buta
senja.1
Zinc bekerja sama dengan vitamin A dalam fungsi penglihatan dan
reproduksi. Jika jumlah Zinc dalam tubuh berkurang, daya adaptasi mata
untuk melihat dalam gelap. Kekurangan zinc juga dapat mengakibatkan
beberapa gangguan kulit. Zinc juga berguna untuk perbaikan luka bakar
dan luka. Zinc berperan dalam fungsi kekebalan. Kelenjar timus yang
berperan membentuk hormon untuk fungsi kekebalan, memerlukan zinc.
Sel Natural Killer yang berfungsi sebagai sel pembunuh sel-sel kanker dan
infeksi virus juga memerlukan zinc. Otak dan sistem syaraf memakai zinc
untuk hampir setiap reaksi enzimnya.3
B. Gejala dan Tanda Defisiensi Zink
Defisiensi zinc hampir selalu disebabkan rendahnya kandungan
zinc dalam makanan, konsumsi yang terlalu tergantung pada tepung dan
pemakai alkohol. Wanita hamil dan menyusui rentan terhadap kekurangan
zinc. Usia lanjut juga mudah menderita defisiensi, terutama jika
mengkonsumsi makanan rendah zink dan jika ada gangguan absorpsi.
Kebutuhan zinc meningkat pada fase penyembuhan dan perbaikan luka.
Anak yang menderita alergi membutuhkan lebih banyak zink dibanding
anak normal. Kelompok lain yang gampang kekurangan defisiensi adalah
penderita diabetes, penyakit kronis hati, penyakit ginjal, anemia sickle cell,
gangguan absorpsi, dan penderita premenstrual syndrome. Orang yang
mengkonsumsi obat-obat estrogen, kortikosteroid, anti-epilepsi atau
diuretik juga mudah menderita defisiensi zinc. 3
Pica, suatu kondisi pada anak dan kadang-kadang orang dewasa
yang suka menelan bahan yang tidak dianggap makanan seperti deterjen,
tanah, kotoran dan cat diperkirakan berhubungan dengan keadaan
defisiensi zinc, terutama pada anak yang berumur 1 hingga 3 tahun. Pica
juga berhubungan dengan defisiensi zat besi dan kalsium.
Defisiensi zinc ditandai dengan kehilangan nafsu makan, pada
anak pertumbuhan terhambat, pada anak laki-laki kelenjar kelamin
mengecil, kehilangan daya kecap dan rambut yang berwarna suram. Pada
defisiensi zinc terdapat gangguan kulit berupa dermatitis, jerawat dan
psoriasis. Masalah lain yang berhubungan dengan defisiensi zinc adalah
infertilitas, ulkus mulut, retardasi pertumbuhan dan gangguan tidur. Bintik
putih pada kuku kadang dihubungkan dengan kekurangan zinc. Hal ini
disebabkan oleh karena gangguan perbaikan luka pada keadaan zinc,
sedangkan bintik putih disebabkan trauma pada permukaan kuku. 3
C. Penyakit akibat defisiensi Zink
1. Stunting pada anak dan balita
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek sebagai akibat
dari pertumbuhan linear yang terhambat, ditandai dengan z-score
panjang badan menurut umur (PB/U) kurang dari -2 SD. Anak stunting
cenderung sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan
optimal secara fisik maupun psikomotorik yang erat kaitannya dengan
kemunduran kecerdasan dan produktivitas. Salah satu manifestasi
defisiensi seng pada anak balita adalah retardasi pertumbuhan. Seng
sendiri adalah mineral esensial yang berperan dalam sintesis, sekresi,
dan kontrol hormon pertumbuhan (Growth Hormon).4 Rendahnya
sintesis hormon pertumbuhan dari seng (Zn) tersebut dapat
menghambat pertumbuhan linier dan diduga menyebabkan kondisi
stunting pada masa balita. 5
Masalah dwarfism atau cebol juga merupakan masalah yang
umum ditemui pada laki-laki. Karena mereka jarang mengkonsumsi
buah, sayuran, daging dan telur .Laki-laki penderita masalah
dwarfisme ini mempunyai gejala: anemia, alat kelamin yang tidak
sempurna, dan perkembangan fisik yang kurang, tapi akan membaik
dengan cepat jika diterapi dengan suplementasi Zinc. 3
2. Defisiensi zink pada usia lanjut
Pada usia lanjut risiko untuk mengalami defisiensi seng yang
ringan dan sedang semakin besar akibat asupan makanan yang tidak
adekuat, menurunnya absorpsi seng, atau obat-obatan yang digunakan
dapat menghambat penyerapan seng oleh tubuh, atau meningkatnya
pengeluaran seng dari dalam tubuh. Gejala-gejala defisiensi seng yang
dapat terjadi adalah terlambatnya proses penyembuhan luka,
meningkatnya risiko terkena infeksi, penurunan ketajamanan sistem
pengecapan dan penciuman.2
Defisiensi seng seringkali dijumpai pada usia lanjut dan merupakan
masalah yang cukup serius. Dan defisiensi seng diduga merupakan
salah satu faktor risiko terjadiya penyakit Alzheimer pada usia lanjut.
Seng diketahui berperan terhadap berbagai fungsi enzim untuk
pembentukan DNA dan dementia yang merupakan gejala utama dari
penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer diperkirakan merupakan
akibat adanya gangguan dari enzim pembentukan sel DNA tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan kadar seng dalam otak dan cairan
serebrospinal menurun pada penderita Alzheimer. Suplementasi seng
ternyata mampu memperbaiki daya ingat, komunikasi, dan interaksi
sosial dari penderita Alzheimer.2
D. Pengobatan
a.) Pengobatan Primer
Defisiensi zinc biasanya jarang terjadi, namun pencegahan terjadinya
defisiensi harus tetap dilakukan. Menurut sumber dari Recommended
Dietary Allowance (RDA), zinc yang diperlukan tubuh berdasarkan usia
adalah sebagai berikut:
1. Bayi (0-6 bulan): 2 mg per hari
2. Bayi (7-11 bulan): 3 mg per hari
3. Anak (1-3 tahun): 3 mg per hari
4. Anak (4-8 tahun): 5 mg per hari
5. Anak (9-13 tahun): 8 mg per hari
6. Pria dewasa (di atas 14 tahun): 11 mg per hari
7. Wanita (14-18 tahun): 9 mg per hari
8. Wanita (di atas 19 tahun): 8 mg per hari
9. Wanita hamil (18 tahun ke atas): 11-12 mg per hari
10. Wanita menyusui (18 tahun ke atas): 12-13 mg per hari
Karena tubuh tidak bisa memproduksi sendiri mineral ini, maka sangat
penting untuk menyertakan makanan kaya zinc dalam menu harian.
Beberapa makanan kaya zinc antara lain seperti tiram, kepiting, hati sapi,
kuaci, dan lobster.
Berikut merupakan tabel kandungan zinc pada beberapa bahan-bahan
makanan: 6
Tabel. 1 Sumber Makanan yang Mengandung Zink
SUMBER KANDUNGAN SUMBER KANDUNGAN
MAKANAN ZINC (mg) MAKANAN ZINC (mg)
Oatmeal, ¼
Tiram 25,8 0,86
cup
Kepiting 6,48 Avocado 0,73
Kentang
Hati sapi 6,07 0,65
panggang
Ayam tanpa
2,80 Asparagus 0,43
kulit
Kuaci 2,51 Roti 0,42
Lobster 2,48 Apricot 0,28

SUMBER KANDUNGAN SUMBER KANDUNGAN


MAKANAN ZINC (mg) MAKANAN ZINC (mg)
Yogurt 1,34 Orange jus 0,13
Kedelai 1,98 Pisang 0,19
Lemak, Bukan sumber
Susu skim 0,98
minyak, gula yang penting

Absorpsi zinc dipercepat oleh protein kedelai, glukosa, dan laktosa.


Vitamin A dan vitamin B6 juga membantu absorpsi zinc. Absorpsi zinc
dihalangi oleh tembaga, zat besi, mangan, dan tinggi kalsium. Fitat yang
terdapat pada makanan kaya zinc seperti kacang-kacangan, biji-bijian,
gandum dan padi-padian dapat mengikat zinc, sehingga sulit bagi tubuh
untuk dapat mengabsorpsinya. Obat diuretik dapat mengurangi absorpsi
zinc dengan cara meningkatkan ekskresi. Kontrasepsi oral dapat
menurunkan kadar zinc dalam darah. Zinc dapat menurunkan jumlah
tetrasiklin yang diserap dalam darah, sehingga mengurangi efisiensi.3
b. Pengobatan Sekunder
Hal terpenting yang harus dilakukan saat mengobati pasien dengan
defisiensi zinc adalah meningkatkan asupan makanan yang banyak
mengandung zinc untuk memenuhi kekurangannya. Makanan yang banyak
mengandung zinc adalah kacang tanah, daging merah, telor gandum, labu
dan jamur. Diberikan pula asupan vitamin berupa vitamin A, E dan B6
serta asupan mineral berupa magnesium, fospor dan kalsium, yang dapat
membantu penyerapan zinc dengan lebih baik. Zinc akan diabsorpsi
dengan lebih baik pula ketika dimakan bersamaan dengan daging yang
mengandung protein. 6
Defisiensi zinc yang berat bisa ditangani dengan pemberian suplemen
zinc. Zinc tersedia dalam dua bentuk : zincsulfate dan zinc gluconate
dengan dosis yang disarankan berkisar antara 15-300 mg. Terdapat pula
dalam bentuk yang lainnya yaitu zinc acetat dan zinc picolinate. Zinc
dalam bentuk zinc chelate sangat direkomendasikan. Namun zinc sulfate
menjadi suplemen yang paling sering digunakan namun harganya relatif
mahal. Zinc sulfate mudah diserap namun mungkin akan menyebabkan
gangguan pencernaan. Jenis zinc yang lebih mudah diserap adalah zinc
dalam bentuk zinc picolinate, zinc citrate, zinc acetate, zinc glycerate, and
zinc monomethionine. Sebelum merekomendasikan pemberian suplemen,
perlu dipertimbangkan resiko dan interaksi sejumlah besar pemberian
zinc.6
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan Klinis
Defisiensi seng mungkin terjadi akibat intake yang tidak cukup
dan ketersediaan seng makanan yang rendah, yang dihubungkan
dengan intake serat makanan, polifosfat, besi, tembaga, dan phytate
yang berlebihan . Disamping itu defisiensi seng juga dapat diakibatkan
oleh keadaan kesehatan. Gejala klinis yang tampak menonjol pada
penderita defisiensi seng antara lain adalah : 1
 Pertumbuhan terhambat
 Rasa dan penciuman rusak atau terganggu
 Anoreksia atau gangguan nafsu makan dan intake makanan
 Tertundanya kematangan seksual atau impotensia
 Hipogonadisme dan hipospermia
 Pertumbuhan rambut terhenti (alopesia)
 Penyembuhan luka tertunda
 Gangguan perilaku, depresi, pikiran labil, dan tidak konsentrasi
terjadi pada kasus defisiensi zinc yang berat.
 Kekebalan tubuh menurun
 Buta senja, fotofobia, blefaritis dan Penurunan adaptasi terhadap
gelap, terjadi pada kasus defisiensi zinc moderate.
 Kuku berhenti tumbuh
 Lesi kulit pada jari, perineum, parietal nasobial, dan lipatan-lipatan
 Diare Metabolis
 Bintik putih pada kuku kadang dihubungkan dengan defisiensi
zinc.
Efek klinis lainnya :7
a. Efek dermatologis disebabkan oleh defisiensi zinc berat dan pada
pasien yang menderita acrodermatitis enteropathica. Gangguan
berupa erythematous scaling eruptions pada lipatan nasolabial dan
retro-auricular, dengan dermatitis yang menyebar pada kepala dan
ekstremitas dan dapat menjadi eksudat pada defisiensi zinc yang
berkelanjutan. Defisiensi dapat pula menyebabkan jerawat dan
striae.
b. Diare merupakan manifestasi klinis utama pada kebanyakan kasus
acrodermatitis enteropathica, syndrome defisiensi zinc.
c. Metabolism zinc dan homeostatis berhubungan dengan proses
penuaan dan gangguan neurodegenerative. Beberapa studi
menunjukkan defisiensi zinc berhubungan dengan terjadinya
Parkinson disease yang berkorelasi dengan gangguan perlihatan,
gangguan penciuman dan perasa.
d. Defisiensi zinc berhubungan dengan terganggunya proses
penyembuhan luka (inflamasi, proliferasi selular dan remodeling)
dan waktu yang lama untuk perbaikan jaringan. Beberapa studi
menunjukkan defisiensi zinc berhubungan dengan peningkatan
risiko luka kronis dan penyembuhan luka yang terlambat.
e. Suatu studi menemukan bahwa defisiensi zinc berhubungan
dengan pathogenesis dari anorexia nervosa. Selain itu, kelainan ini
juga dapat menyebabkan gangguan perasa, sekresi saliva dan
hilangnya penciuman yang menjadi predisposisi terhadap
penurunan nafsu makan.7
Contoh pemeriksaan Klinis1
Gambar 1. Pemeriksaan Klinis
2. Pemeriksaan Anthropometri
Penilaian status gizi melalui antropometri dilakukan menggunakan
indikator lingkar lengan atas (LLA) , panjang badan dan indeks massa
tubuh (IMT). Nilai LLA dikategorikan sebagai KEK (kurang energi
kronis) bila LLA kurang dari 23.5 cm, dan normal bila LLA lebih dari
8
atau sama dengan 23.5 cm. pemeriksaan anthropometri pada bayi
dan balita: 5
a. Pengambilan subjek penelitian dengan melakukan pengambilan
data secara consecutive sampling pada balita usia 12-24 bulan.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah usia subjek penelitian
minimum 12 bulan dan maksimum 24 bulan serta orang tua dari
subjek penelitian bersedia mengisi informed consent Pengumpulan
data karakteristik sampel menggunakan kuesioner meliputi nama,
jenis kelamin, tanggal lahir, penyakit infeksi yang diderita, dan
berat badan lahir.
b. Pengukuran tinggi badan menggunakan Microtoise dengan panjang
maksimal 200 cm dan tingkat ketelitian 0,1 cm. Barat badan diukur
dengan timbangan digital merk SECA dengan ketelitian 0.1 kg,
dan LLA diukur pita LLA dengan ketelitian 0.1 mm.
c. Data antropometri yang diambil berupa berat badan, tinggi badan,
dan lingkar lengan atas (LLA) kemudian Pengukuran antropometri
dilakukan oleh tenaga terlatih.
d. Data yang diperoleh diolah. Pengolahan data menggunakan
software WHO Anthroplus untuk penentuan status gizi balita.
3. Pemeriksaan Biokimia
Kadar seng tubuh dapat diketahui dengan mengunakan
biomarker kadar seng rambut. Analisis kadar seng rambut lebih tepat
menggambarkan kadar seng kronis pada masa lampau sehingga tepat
untuk mengukur kadar seng pada kondisi stunting yang merupakan
kondisi malnutrisi yang sudah berlangsung lama.5
Pemeriksaanya:
Pada bayi dan balita untuk mengetahui balita tersebut
mengalami stunting dapat dilakukan pemeriksaan biokimia
menggunakan sampel rambut. Sampel rambut yang digunakan yaitu
rambut kepala bagian occipital (kepala bagian belakang) sepanjang
1,5-3 cm dari kulit kepala dengan total berat rambut per sampel yaitu
0,3-0,5 gram. Kemudian Pemeriksaan kadar seng rambut nya
dilakukan dengan menggunakan metoda Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS) dengan alat spectrophotometer Perkin
Elmer .Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas laboratorium. 5
Pemeriksaan pada usia lanjut:
Defisiensi seng yang ringan dan sedang ternyata berhubungan
erat dengan hipogonadism pada laki-laki usia lanjut. Sebanyak
sembilan orang laki-laki yang sehat berusia >60 tahun diukur kadar
testosteron dalam serum sebelum diberikan suplementasi seng
sebanyak 450 mikromol/hari secara oral. Kemudian setelah diberikan
suplementasi selama enam bulan, kadar testosteron dalam serum
diukur kembali. Hasil penelitian menunjukkan kadar testosteron dalam
serum berhubungan erat dengan kadar seng dalam sel limfosit (r =
0,43; p = 0,006) dan granulosit (r = 0,30; p = 0,03). Setelah diberikan
suplementasi seng selama enam bulan ternyata terdapat peningkatan
kadar testosteron dari 8,3 ± 6,3 nmol/L menjadi 16,0 ± 4,4 nmol/l.
Ternyata seng mempunyai peran penting pada pengaturan kadar
testosteron pada laki-laki usia lanjut yang sehat .2
4. Asupan Pangan
Penilaian nutrisi berdasarkan asupan pangan meliputi ingatan
pangan 24 jam, kuesioner frekuensi pangan, riwayat pangan, catatan
pangan, dan Weighing method. Ingatan Pangan 24 jam adalah estimasi
jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24
jam yang lalu sebelum wawancara dilakukan. Kuesioner frekuensi
pangan terdiri dari dua komponen yaitu daftar jenis pangan, dan
frekuensi konsumsi pangan. Riwayat pangan dimaksudkan untuk
menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta
untuk melihat antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu.
Catatan pangan yaitu mencatat semua pangan dan minuman yang
dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh seorang
responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga(urt) atau
menimbang langsung berat pangan yang dimakan. Weighing method
adalah mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang pada hari wawancara.6

5. Pemeriksaan Biofisik Zink (Zn) menggunakan metode kecap


Smith9
Dalam percobaan praktikum pemeriksaan status seng ini, metode
yang digunakan adalah metode kecap Smith, dimana larutan ZnSO4
0,1% dimasukkan dalam mulut kemudian dibiarkan selama 10 detik.
Jika tidak merasakan apa-apa atau seperti merasakan air biasa
walaupun telah ditunggu 10 detik ataukah mula-mula tidak merasakan
sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian terasa
kering, kesat atau manis. Hal ini berarti kekurangan atau defisiensi
seng. Tetapi bila segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak
sampai menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama
makin kuat. Ataukah segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu
sehingga responden langsung meringis, berarti kadar sengnya normal
Ketika larutan ZnSO4 0,1% tersebut sudah masuk ke dalam mulut
sselama 10 detik, stetapi tidak dapat merasakan apa-apa/seperti
merasakan air biasa tetapi pada akhir terasa sepat-sepat pekat. Hal ini
mungkin disebakan karena pemasukan seng yang kurang, absorbsi
seng berkurang, pengeluaran seng yang berlebihan, utilisasi seng ber-
kurang, kebutuhan seng yang meningkat. Sehingga percobaan
pemeriksaan status seng kali ini, dia berada dalam kategori defisiensi
zeng kategori 2.9

Keterangan pemeriksaan Zink metode kecap smith: 9


Kategori 1 Defisiensi Zink Berat
Kategori 2 Defisiensi Zink Ringan
Kategori 3 Normal
Kategori 4 Normal
Kategori 1 : Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa
walaupun telah ditunggu 10 detik
Kategori 2 : Mula-mula tidak merasakan, sesuatu dengan pasti tetap
didalam beberapa detik kemudian terasa kering, kesat atau manis
Kategori 3 : Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau menganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat
Kategori 4 : Segera timbul rasa yang kuat dan menggangu sehingga
responden langsung meringis
BAB IV
KESIMPULAN

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang berperan sangat penting


pada pertumbuhan manusia karena memiliki struktur serta peran di
beberapa sistem enzim yang terlibat dalam pertumbuhan fisik, imunologi
dan fungsi reproduksi. Kekurangan zink akan berdampak pada penurunan
ketajaman indera perasa, melambatnya penyembuhan luka, gangguan
pertumbuhan, menurunnya kematangan seksual, gangguan pembentukan
IgG, dan gangguan homeostatia. Asupan zink yang rendah pada dapat
meneyababkan anak mengalami stunting. Akibatnya, saat terjadi defisiensi
zink maka dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak.
Dan untuk mengetahui defisiensi Zink dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan klinis/ fisik, pemeriksaan biokimia kadar serum rambut dan
darah, pemeriksaan Anthropometri, pemeriksaan biofisik dan asupan zink
yang dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanum, Alia Latifah. Pengaruh Suplementasi multivitamin Mineral
Terhadap Status Gizi dan Kadar Seng (Zn) Serum pada Wanita
Pekerja Usia Subur. Bandung: Gizi Masyarakat dan Sumber Daya
Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 2009
2. Hidayat, Adi. Manfaat Suplementasi Seng (zinc) pada Kelompok
Usia Lanjut. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Trisakti. Januari-April 2002, Vol.21 No.1
3. Lipoeto, Nur Indrawaty. Zinc: Mineral yang hampir Terlupakan .
Padang: Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
4. Herman, Susilowati. Review On The Problem Of Zinc Defficiency,
Progam Prevention and Its Prospect. Media Penelit. dan
Pengetnbang. Kesehat. Volume XIX Tahun 2009, Suplemen II
5. Susilo, M. Tri dan Widyastuti, N. Hubungan Kadar Seng (Zn)
Rambut dengan Z-Score Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)
Balita Usia 12-24 Bulan. Semarang: Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro Semarang. Journal of Nutrition College,
Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 639
6. Prayudi, Nyoman Gede. Defisiensi Zink. Semarang : Program studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Semarang. 2009
7. Nriagu, Jerome. 2007. Zinc Toxicity in Humans. Elsevier B.V.
8. Sulistianingtias, Eva Laila. Hubungan Antara Asupan Zink dengan
Kejadian Stunting pada Remaja Di Sukoharjo Jawa Tengah.
Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2009
9. Hermayanti. Penilaian Status Gizi Antropometri dan Biokimia,
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim
Makassar.2013

Anda mungkin juga menyukai