“DEFISIENSI ZINK”
Disusun Oleh :
(220300117120035)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sepuluh tahun terakhir ini zat gizi mikro (micronutrient),
terutama vitamin dan mineral secara internasional telah mendapat
perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi. Usia dan kualitas hidup
manusia sangat bergantung pada peran vitamin dan mineral dalam
mengatur fungsi otak, ketahanan tubuh (imunitas), fungsi kehamilan, dan
pengolahan energi. Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan
sekalipun diketahui akan dapat mengganggu kemampuan belajar,
menurunkan produktivitas kerja, bahkan memperparah penyakit dan
meningkatkan kematian.1
Seng (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan gizi banyak dijumpai di negara sedang berkembang
dan kekurangan seng ditemukan pada berbagai jenis penyakit. Seng sudah
dikenal sejak kurang lebih lima puluh tahun yang lalu sebagai mineral
yang esensial diperlukan oleh tubuh. Pada hampir setiap sel dalam tubuh
terdapat seng dan berperan penting terhadap sekitar 300 jenis enzim yang
berguna bagi berbagai proses biokimia dalam tubuh. Seng diketahui
berperan penting terhadap sistem kekebalan dan ketahanan tubuh terhadap
berbagai jenis infeksi dan penyakit. Defisiensi seng pada seseorang
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai jenis kuman pathogen.2
B. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai pemeriksaan secara fidik, klinis, biokimia
dalam pasien yang menderita defisiensi zink
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Defisiensi Zink
Seng (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang
berperan penting dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Selain itu seng juga berperan dalam
kerja lebih dari 70 jenis enzim, karena peranannya dalam sintesis DNA
dan RNA serta protein, maka defisiensi seng dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan, serta diduga seng
berinteraksi dengan defisiensi vitamin A dalam proses terjadinya buta
senja.1
Zinc bekerja sama dengan vitamin A dalam fungsi penglihatan dan
reproduksi. Jika jumlah Zinc dalam tubuh berkurang, daya adaptasi mata
untuk melihat dalam gelap. Kekurangan zinc juga dapat mengakibatkan
beberapa gangguan kulit. Zinc juga berguna untuk perbaikan luka bakar
dan luka. Zinc berperan dalam fungsi kekebalan. Kelenjar timus yang
berperan membentuk hormon untuk fungsi kekebalan, memerlukan zinc.
Sel Natural Killer yang berfungsi sebagai sel pembunuh sel-sel kanker dan
infeksi virus juga memerlukan zinc. Otak dan sistem syaraf memakai zinc
untuk hampir setiap reaksi enzimnya.3
B. Gejala dan Tanda Defisiensi Zink
Defisiensi zinc hampir selalu disebabkan rendahnya kandungan
zinc dalam makanan, konsumsi yang terlalu tergantung pada tepung dan
pemakai alkohol. Wanita hamil dan menyusui rentan terhadap kekurangan
zinc. Usia lanjut juga mudah menderita defisiensi, terutama jika
mengkonsumsi makanan rendah zink dan jika ada gangguan absorpsi.
Kebutuhan zinc meningkat pada fase penyembuhan dan perbaikan luka.
Anak yang menderita alergi membutuhkan lebih banyak zink dibanding
anak normal. Kelompok lain yang gampang kekurangan defisiensi adalah
penderita diabetes, penyakit kronis hati, penyakit ginjal, anemia sickle cell,
gangguan absorpsi, dan penderita premenstrual syndrome. Orang yang
mengkonsumsi obat-obat estrogen, kortikosteroid, anti-epilepsi atau
diuretik juga mudah menderita defisiensi zinc. 3
Pica, suatu kondisi pada anak dan kadang-kadang orang dewasa
yang suka menelan bahan yang tidak dianggap makanan seperti deterjen,
tanah, kotoran dan cat diperkirakan berhubungan dengan keadaan
defisiensi zinc, terutama pada anak yang berumur 1 hingga 3 tahun. Pica
juga berhubungan dengan defisiensi zat besi dan kalsium.
Defisiensi zinc ditandai dengan kehilangan nafsu makan, pada
anak pertumbuhan terhambat, pada anak laki-laki kelenjar kelamin
mengecil, kehilangan daya kecap dan rambut yang berwarna suram. Pada
defisiensi zinc terdapat gangguan kulit berupa dermatitis, jerawat dan
psoriasis. Masalah lain yang berhubungan dengan defisiensi zinc adalah
infertilitas, ulkus mulut, retardasi pertumbuhan dan gangguan tidur. Bintik
putih pada kuku kadang dihubungkan dengan kekurangan zinc. Hal ini
disebabkan oleh karena gangguan perbaikan luka pada keadaan zinc,
sedangkan bintik putih disebabkan trauma pada permukaan kuku. 3
C. Penyakit akibat defisiensi Zink
1. Stunting pada anak dan balita
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek sebagai akibat
dari pertumbuhan linear yang terhambat, ditandai dengan z-score
panjang badan menurut umur (PB/U) kurang dari -2 SD. Anak stunting
cenderung sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan
optimal secara fisik maupun psikomotorik yang erat kaitannya dengan
kemunduran kecerdasan dan produktivitas. Salah satu manifestasi
defisiensi seng pada anak balita adalah retardasi pertumbuhan. Seng
sendiri adalah mineral esensial yang berperan dalam sintesis, sekresi,
dan kontrol hormon pertumbuhan (Growth Hormon).4 Rendahnya
sintesis hormon pertumbuhan dari seng (Zn) tersebut dapat
menghambat pertumbuhan linier dan diduga menyebabkan kondisi
stunting pada masa balita. 5
Masalah dwarfism atau cebol juga merupakan masalah yang
umum ditemui pada laki-laki. Karena mereka jarang mengkonsumsi
buah, sayuran, daging dan telur .Laki-laki penderita masalah
dwarfisme ini mempunyai gejala: anemia, alat kelamin yang tidak
sempurna, dan perkembangan fisik yang kurang, tapi akan membaik
dengan cepat jika diterapi dengan suplementasi Zinc. 3
2. Defisiensi zink pada usia lanjut
Pada usia lanjut risiko untuk mengalami defisiensi seng yang
ringan dan sedang semakin besar akibat asupan makanan yang tidak
adekuat, menurunnya absorpsi seng, atau obat-obatan yang digunakan
dapat menghambat penyerapan seng oleh tubuh, atau meningkatnya
pengeluaran seng dari dalam tubuh. Gejala-gejala defisiensi seng yang
dapat terjadi adalah terlambatnya proses penyembuhan luka,
meningkatnya risiko terkena infeksi, penurunan ketajamanan sistem
pengecapan dan penciuman.2
Defisiensi seng seringkali dijumpai pada usia lanjut dan merupakan
masalah yang cukup serius. Dan defisiensi seng diduga merupakan
salah satu faktor risiko terjadiya penyakit Alzheimer pada usia lanjut.
Seng diketahui berperan terhadap berbagai fungsi enzim untuk
pembentukan DNA dan dementia yang merupakan gejala utama dari
penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer diperkirakan merupakan
akibat adanya gangguan dari enzim pembentukan sel DNA tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan kadar seng dalam otak dan cairan
serebrospinal menurun pada penderita Alzheimer. Suplementasi seng
ternyata mampu memperbaiki daya ingat, komunikasi, dan interaksi
sosial dari penderita Alzheimer.2
D. Pengobatan
a.) Pengobatan Primer
Defisiensi zinc biasanya jarang terjadi, namun pencegahan terjadinya
defisiensi harus tetap dilakukan. Menurut sumber dari Recommended
Dietary Allowance (RDA), zinc yang diperlukan tubuh berdasarkan usia
adalah sebagai berikut:
1. Bayi (0-6 bulan): 2 mg per hari
2. Bayi (7-11 bulan): 3 mg per hari
3. Anak (1-3 tahun): 3 mg per hari
4. Anak (4-8 tahun): 5 mg per hari
5. Anak (9-13 tahun): 8 mg per hari
6. Pria dewasa (di atas 14 tahun): 11 mg per hari
7. Wanita (14-18 tahun): 9 mg per hari
8. Wanita (di atas 19 tahun): 8 mg per hari
9. Wanita hamil (18 tahun ke atas): 11-12 mg per hari
10. Wanita menyusui (18 tahun ke atas): 12-13 mg per hari
Karena tubuh tidak bisa memproduksi sendiri mineral ini, maka sangat
penting untuk menyertakan makanan kaya zinc dalam menu harian.
Beberapa makanan kaya zinc antara lain seperti tiram, kepiting, hati sapi,
kuaci, dan lobster.
Berikut merupakan tabel kandungan zinc pada beberapa bahan-bahan
makanan: 6
Tabel. 1 Sumber Makanan yang Mengandung Zink
SUMBER KANDUNGAN SUMBER KANDUNGAN
MAKANAN ZINC (mg) MAKANAN ZINC (mg)
Oatmeal, ¼
Tiram 25,8 0,86
cup
Kepiting 6,48 Avocado 0,73
Kentang
Hati sapi 6,07 0,65
panggang
Ayam tanpa
2,80 Asparagus 0,43
kulit
Kuaci 2,51 Roti 0,42
Lobster 2,48 Apricot 0,28