SINDROM NEFROTIK
2.1. Pengkajian
2.1.1.3. Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal berikut:
2.1.1.5. Pada pengkajian psikososiokultural, adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang
bengkak akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
a. Prenatal
Keadaan dimana ibu memeriksakan kandungannya selama mengandung dan
asupan nutrisi selama kehamilan.
b. Natal
Proses persalinan pada saat dilahirkan, serta kondisi bayi saat dilahirkan.
c. Postnatal
Asupan nutrisi yang diperoleh saat dilahirkan hingga dewasa.
d. Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali
2.1.1.7. Riwayat kesehatan lingkungan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8. Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
a. Perkembangan psikoseksual yaitu anak berada pada fase oedipal/falik dengan
ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus
kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks
untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
b. Perkembangan psikososial yaitu anak berada pada fase pre school (inisiative
vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman
baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan
menjadi anak peragu.
c. Perkembangan kognitif yaitu masuk tahap pre operasional yaitu mulai
mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan
alat-alat sederhana.
d. Perkembangan fisik dan mental yaitu melompat, menari, menggambar orang
dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-
jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat
warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
e. Respon hospitalisasi yaitu sedih, perasaan berduka, gangguan tidur,
kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan
berpisah dari orang tua, teman.
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran
biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
2.1.2.1. B1 (Breating). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan napas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan
respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
2.1.2.2. B2 (Blood). Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
2.1.2.3. B3 (Brain). Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem
saraf pusat.
2.1.2.4. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen
2.1.2.5. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan risiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan
tersebut meliputi hal-hal berikut :
2.1.4.1. Tirah baring
Untuk mengatasi penyulit, pada stadium oedem, ada hipertensi, ada bahaya
trombosis, apabila relaps.
2.1.4.2. Diuretik
Tinggi protein dan rendah garam (pada stadium oedem dan selama pemberian
kortikosteroid. Cairan dibatasi. Pemberian kalsium dan vitamin D.
2.1.4.5. Terapi cairan
Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output diukur secara cermat
dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan dan berat
badan harian.
2.2.1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru tidak masimal
2.2.2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan
2.2.3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan, perubahan
konduksi jantung (akibat ketidakseimbangan elektrolit), edema.
2.2.4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine, retensi cairan
dan natrium.
2.2.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien.
2.2.6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edam, penurunan pertahanan tubuh
2.2.7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun
2.2.8. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau massa.
2.2.9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan akibat edema
2.2.10. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
capacity kadar Ht
m
e
m
b
e
r
i
k
a
n
k
e
a
m
a
n
a
n
d
a
n
m
e
n
g
u
r
a
n
g
i
t
a
k
u
t
2.3.3. Identifikasi tingkat
k
e
c
e
m
a
s
a
n
2.3.4. Libatkan keluarga
u
n
t
u
k
m
e
n
d
a
m
p
i
n
g
i
k
l
i
e
n
2.3.5. Bantu pasien
m
e
n
g
e
n
a
l
s
i
t
u
a
s
i
y
a
n
g
m
e
n
i
m
b
u
l
k
a
n
k
e
c
e
m
a
s
a
n
2.4. Evaluasi