Anda di halaman 1dari 27

SUSTAINABLE

SEAFOOD
S U STA I NA B L E

SEAFOOD
W W F - I N D O N E S I A N AT I O N A L C A M PA I G N

WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461
Better Management Practices Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
© WWF – Indonesia / Candhika YUSUF

BMP BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)


Misi WWF
TA M B A K TR A D I SI O N A L D A N S E M I IN TE N SIF
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam.
Versi 2 | Desember 2014
www.wwf.or.id
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya
penyusunan Better Management Practices (BMP) Budidaya Udang
Windu (Penaeus monodon), Tambak Tradisional dan Semi Intensif. BMP
ini merupakan versi 2 (dua) hasil revisi dari BMP sebelumnya yang
diterbitkan oleh WWF-Indonesia pada tahun 2011.

Penyusunan BMP ini telah melalui beberapa proses yaitu studi pustaka,
pengumpulan data lapangan, internal review tim perikanan WWF-
Indonesia serta Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah ahli
budidaya udang windu sebagai bagian dari external expert reviewer.
BMP ini merupakan living document yang akan terus disempurnakan
sesuai dengan perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak
yang bersangkutan.

Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerjasama,
masukan dan koreksi pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan BMP
Budidaya Udang Windu hingga kini, yaitu BBPBAP (Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau) Jepara, LSM KOIN Sidoarjo, dan
Better Management Practices
Hathcery Biru Laut Katulistiwa Lampung. Kami senantiasa terbuka
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
kepada semua pihak atas segala masukan yang konstruktif demi
BMP BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)
penyempurnaan BMP ini, serta permintaan maaf kami sampaikan apabila
TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF
terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses penyusunan dan isi dari
Versi 2 | Desember 2014
BMP ini.

ISBN 978-979-1461-44-3
© WWF-Indonesia Desember 2014

Penyusun
Penyusun & Editor : Tim Perikanan WWF-Indonesia
Tim Perikanan WWF Indonesia
Kontributor : Coco Kokarkin, Supito Sumarto, Heru Setyawan, Choirul Anam,
Cut Desyana
Surveyor : Tim Perikanan WWF-Indonesia
Ilustrator : Muhammad Ilman & Eddy Hamka
Penerbit : WWF-Indonesia
Kredit : WWF-Indonesia

Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | i
Daftar Isi DATFTAR ISTILAH

Kata Pengantar .............................................................................................................................................. i Aklimatisasi : Adaptasi makhluk hidup terhadap suatu lingkungan baru
Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii Artemia : Jenis udang udangan yang mampu bertahan hidup di kondisi
Daftar Istilah .............................................................................................................................................. iii
yang ekstrim dalam kondisi tidak aktif
Bahan organik : Bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup
I. Pendahuluan........................................................................................................................................ 1
Berem : Kaki tanggul
A. Kelompok Pembudidaya .........................................................................................................3
Bio Security : Suatu sistem untuk mencegah terjangkitnya penyakit
B. Legalitas Usaha Budidaya .......................................................................................................5
Caren : Bagian yang lebih dalam didasar tambak dibagian dekat
II. Persiapan Budidaya ............................................................................................................................. 7
A. Kriteria Lahan Budidaya ......................................................................................................... 7 tanggul serta mengelilingi tambak.

B. Persiapan Lahan Budidaya ................................................................................................ 8


Desinfeksi : Proses membunuh organisme penyakit pada suatu benda

C. Persiapan Air ......................................................................................................................... 16 Desinfektan : Zat untuk membunuh organisme penyakit

D. Pemilihan dan Transportasi Benur .................................................................................. 18 Fermentasi : Penguraian metabolik senyawa organik oleh mikroorganisme
III. Pembesaran Udang ........................................................................................................................ 20 yang menghasilkan energi. Pada umumnya berlangsung dengan
A. Penebaran Benur ............................................................................................................... 20 kondisi anaerobik dan dengan pembebasan gas
B. Pengelolaan Kualitas Air .................................................................................................... 21 Gravitasi : Gaya tarik bumi
C. Pengelolaan Pakan ............................................................................................................. 25 Hepatopancreas : Organ yang memproduksi enzim-enzim pencernaan,
D. Pengelolaan kesehatan udang ........................................................................................... 26 penyimpanan sari makanan, dan membuang sisa.
IV. Pengendalian Hama dan Penyakit Udang Windu ......................................................................... 28 Mangrove : Bakau atau tumbuhan pokok di pantai, termasuk suku
A. Persiapan Air ..................................................................................................................... 28
Rhizophora, kulit batangnya biasa dipakai sebagai penyamak
B. Pemberantasan Hama dan Penyakit .................................................................................... 28
kulit.
C. Bio Security .......................................................................................................................... 29
Mesh size : Ukuran mata jaring
V. Panen dan pasca panen .................................................................................................................... 30
Nutrien : Unsur hara pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan plankton
VI. Pemeliharaan Lingkungan Tambak .................................................................................................. 31
Part per million : Satuan konsentrasi larutan per satu juta bagian
VII. Analisis Usaha ...................................................................................................................................32
VIII. Dokumentasi / Pencatatan Kegiatan / Usaha Budidaya .................................................................. 32
(ppm)
Plankton : Mahluk hidup yang hidup di air, berupa hewan atau tumbuhan
Lampiran 1 : Identifikasi Gejala Penyakit .............................................................................................. 35
1. Penyakit akibat stress .............................................................................................................. 35 berukuran kecil dan pergerakkannya dipengaruhi arus.

2. Penyakit karena bakteri .......................................................................................................... 38 Pyrit : Kandungan besi yang terdapat di dalam tanah atau perairan
3. Penyakit karena virus ............................................................................................................. 40 SR (Survival Rate) : Tingkat kelulusan hidup dari hewan yang dibudidayakan
Lampiran 2 : Skema Analisis Usaha ....................................................................................................... 41 Zooplankton : Mahluk hidup kecil berupa hewan yang hidup di air
Lampiran 3 : Tabel pemberian pakan pada tambak tradisional dan tradisional plus.............................. 43
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................45

ii | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | iii
PENDAHULUAN

© WWF-Indonesia / Dhimas WIHARYANTO


© WWF-Indonesia / Candhika YUSUF

Udang windu (Penaeus turunnya produksi dan kegagalan panen, serta


monodon) masih konversi lahan yang melanggar peraturan dan
menjadi salah satu merusak daya dukung lingkungan, sehingga
komoditi perikanan udaha budidaya tidak dapat juga dilakukan
andalan di Indonesia. Jenis udang ini secara optimal. Kedua masalah tersebut
merupakan udang asli Indonesia yang telah sangat terkait dengan lingkungan, sehingga
dibudidayakan sejak beberapa dekade lalu. dibutuhkan suatu model budidaya tambak
Harga udang menjadi daya tarik utama udang windu yang memperhatikan aspek
pembudidayaan secara besar-besaran sejak lingkungan.
tahun 1990-an. Pada tahun 2014, dengan
ukuran 30 ekor per Kg, harga udang windu BMP ini merupakan salah satu panduan
berkisar Rp 70.000 di tingkat pembudidaya, praktis dalam usaha budidaya udang windu,
dan harga ekspornya bisa mencapai yang membahas aspek teknis budidaya,
Rp.120.000. Produksi udang windu nasional legalitas, pengelolaan lingkungan dan sosial.
sebesar 131.641 Ton, sebanyak 41 persen dari Penerapan aspek-aspek tersebut secara tepat,
produksi udang nasional dari hasil budidaya diharapkan bisa menjamin keberlangsungan
(Statistik Perikanan - KKP, 2012). usaha budidaya masyarakat.

Meskipun udang windu masih banyak Dalam BMP ini juga sudah memasukkan
dibudidayakan, tetapi sejak tahun 2000-an, standar internasional yang dapat diterapkan
muncul permasalahan yang mengancam secara praktis oleh pembudidaya kecil di
Indonesia, sehingga produksi udang windu
BMP ADALAH PANDUAN PRAKTIS UNTUK MEMPRAKTIKKAN BUDIDAYA
keberlanjutan usaha pembudidaya. Dua
masalah utama yang dihadapi adalah penyakit dapat diterima oleh pasar yang sudah

YANG BERTANGGUNG-JAWAB DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN udang dan konversi lahan mangrove menjadi menerapkan sertifikasi lingkungan.
tambak. Penyakit udang menyebabkan

1 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 2
© WWF-Indonesia / Said RAHMAD
KETUA KELOMPOK SEBAIKNYA ADALAH YANG
TERPILIH DIANTARA PARA PEMBUDIDAYA

A. PERENCANAAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam 5. Mengupayakan kemitraan dengan pihak
pembentukan kelompok, yaitu: terkait

6. Berdasarkan pertimbangan manajemen


1. Memiliki AD/ART atau aturan organisasi
beberapa kelompok yang sudah berjalan
yang berisi maksud dan tujuan mendirikan
baik, maka sebaiknya membentuk Forum
kelompok, alamat kelompok, susunan
Kelompok Pembudidaya Udang Windu
pengurus dan jumlah anggota, alamat serta
yang bisa memiliki wewenang dan wilayah
nama kelompok.
aktivitas lebih luas.
2. Jumlah ideal anggota 10 orang untuk satu
Tingkatan Kelompok
kelompok serta wanita dapat menjadi Hal-hal yang dapat dilakukan dengan
anggota kelompok. Minimal pengurus berkelompok: a. Kelompok Pemula
kelompok terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan
Piagam pengukuhan yang ditandatangani
PEMBENTUKAN DAN JUMLAH
1. Mendiskusikan kegiatan-kegiatan
Bendahara. Kelompok pembudidaya
didampingi oleh pendamping lapangan budidaya, misalnya jika terjadi serangan
oleh Kepala Desa/Lurah, dengan warna ANGGOTA KELOMPOK SEBAIKNYA
setempat, contohnya Petugas Penyuluh penyakit pada budidaya udang atau tambak
dasar sertifikat pengukuhan berwarna
putih disertai logo wilayah administrasi
MEMPERTIMBANGKAN KEMUDAHAN
Lapangan (PPL) Perikanan. lainnya. Pertemuan bisa menjadi tempat
untuk berdiskusi dan memecahkan masalah
setempat. KOORDINASI ANTAR ANGGOTA DAN
3. Anggota kelompok memiliki profesi sama secara bersama. PENGELOLAAN SUATU KAWASAN
bidang budidaya tambak udang windu,
2. Mendapatkan informasi terkini, seperti
b. Kelompok Madya TAMBAK DALAM SATU ALIRAN
kesamaan kondisi lingkungan sosial dan
ekonomi. informasi harga udang atau teknologi tepat
Piagam pengukuhan yang ditandatangai AIR SUNGAI.
oleh Camat, dengan warna dasar sertifikat
guna.
4. Memiliki kepengurusan yang dipilih secara pengukuhan berwarna kuning muda
demokratis, keanggotaan kelompok jelas, 3. Memediasi konflik yang mungkin terjadi di disertai logo wilayah administrasi setempat.
dan memiliki sistem administrasi internal kelompok atau dengan pemanfaat
kelompok, seperti daftar hadir rapat, buku lahan yang lain. c. Kelompok Utama
notulensi, keuangan kelompok. Ketua Piagam pengukuhan yang ditandatangani
kelompok sebaiknya adalah yang terpilih oleh Bupati/Walikota, dengan warna dasar
diantara para pembudidaya.
sertifikat pengukuhan berwarna biru muda
disertai logo wilayah administrasi setempat.

3 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 4
 SIUP wajib dimiliki oleh  Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan
© WWF-Indonesia / Idham MALIK

usaha budidaya perikanan skala Perikanan Republik Indonesia No. 3/2015


menengah sampai dengan skala besar Tentang Pendelegasian Wewenang
dan dikeluarkan oleh Dinas Perikanan Pemberian Izin Usaha di Bidang
yang terkait. Pembudidayaan Ikan Dalam Rangka
 Usaha budidaya perikanan Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu
skala keciltidak wajib memiliki SIUP Pintu Kepada Kepala Badan Koordinasi
tetapi wajib memiliki TPUPI. Usaha Penanaman Modal, SIUP untuk usaha
budidaya perikanan skala kecil untuk budidaya dengan kriteria:
pembesaran ikan di laut sesuai dengan  Menggunakan modal asing
Peraturan Menteri Kelautan dan  Berlokasi di wilayah laut di atas 12
Perikanan Republik Indonesia Nomor (dua belas) mil laut diukur dari garis
49/Permen-KP/2014 Tentang Usaha pantai ke arah laut lepas dan atau ke
Pembudidayaan Ikan, yaitu: arah perairan kepulauan
 Melakukan pembudidayaan ikan  Berlokasi di darat pada wilayah lintas
dengan menggunakan teknologi propinsi
sederhana
 Menggunakan teknologi super
 Melakukan pembudidayaan ikan intensif di darat dan wilayah laut di
di laut dengan luas lahan tidak atas 12 (dua belas) mil laut diukur
lebih dari 2 ha dari garis pantai ke arah laut lepas
B. LEGALITAS USAHA BUDIDAYA  Melakukan pembudidayaan ikan dan atau ke arah perairan kepulauan.
di air payau dengan luas lahan Izin diterbitkan oleh Badan Koordinasi
tidak lebih dari 5 ha. Penanaman Modal (BKPM) dengan
1. Lokasi budidaya sesuai dengan  Apabila belum ada RZWP3K
peraturan/kebijakan yang berlaku atau RTRW, maka sebaiknya rekomendasi dari Menteri Kelautan dan
laporkan dan konsultasikan dengan Perikanan.
 Pemilihan lokasi sesuai aparat berwenang di tingkat
dengan peruntukan lokasi/lahan desa/kelurahan atau kecamatan IUP dapat diperoleh melalui DKP atau instansi yang membidangi perikanan di daerah, atau
budidaya perikanan yang tertuang ataupun dinas terkait di Kantor Pelayanan Terpadu setempat. Bagi pembudidaya yang tidak berkewajiban memiliki SIUP,
dalam Rencana Zonasi Wilayah kabupaten/kota agar dimasukkan kegiatan usaha yang dilakukan wajib dilaporkan ke Dinas Perikanan setempat melalui kelompok
Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil sebagai kawasan budidaya pada saat dan desa untuk mendapatkan legalitas berupa Tanda Pencatatan Usaha Pembudidayaan Ikan
(RZWP3K) dan atau Rencana Tata penyusunan tata ruang wilayah. (TPUPI) dari DKP atau instansi yang membidangi kelautan dan perikanan setempat. Gratis atau
Ruang Wilayah (RTRW) untuk tidak dipungut biaya untuk pembudidaya skala kecil dan mikro.
daratan di tingkat kabupaten 2. Perizinan Usaha Budidaya sesuai
kota/kabupaten atau dengan Peraturan Menteri
propinsi. Kesesuaian lokasi budidaya Kelautan dan Perikanan, yaitu: 3. Peraturan lain terkait dengan aktivitas budidaya perikanan di pesisir, yaitu:
dengan peruntukannya dimaksudkan
 Usaha budidaya perikanan  Undang-Undang No. 27/2007 dan perubahannya pada Undang-Undang
untuk menghindari konflik dengan
wajib memiliki Surat Izin Usaha No.1/2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, yaitu larangan
pemanfaatan lain seperti kawasan
Perikanan (SIUP) atau memiliki melakukan konversi lahan atau ekosistem di kawasan atau zona budidaya yang tidak
pemukiman, konservasi, penangkapan
Tanda Pencatatan Usaha memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir dan pulau-pulau Kecil.
ikan, wisata, industri, pelayaran, dan
Pembudidayaan Ikan (TPUPI)
lain-lain.
berdasarkan Peraturan Menteri  Undang-Undang No.31/2004 Tentang Perikanan dan Peraturan Pemerintah
Kelautan dan Perikanan Republik No. 60/2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, yaitu berpartisipasi melakukan
Indonesia Nomor 49/Permen- konservasi ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem lainnya
KP/2014 Tentang Usaha yang terkait dengan sumber daya ikan.
Pembudidayaan Ikan.
5 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 6
II. PERSIAPAN BUDIDAYA
B. PERSIAPAN LAHAN BUDIDAYA
© WWF-Indonesia / Wahju Subachri

Perbaikan kontruksi tambak Pintu air

Kontruksi tambak harus mampu mendukung Pintu air berfungsi untuk mengisi air ke
proses budidaya dan memiliki desain yang dalam petakan tambak dan membuang air
sesuai. Desain kontruksi tambak terdiri dari pada saat pemeliharaan dan panen udang.
petakkan dan saluran tambak, baik untuk Pintu air dapat terbuat dari kayu atau semen,
pemasukan maupun pengeluaran. Luas serta dilengkapi dengan saringan untuk
petakan tambak tradisional sebaiknya tidak mencegah masuknya udang dan ikan liar ke
lebih dari 10 Ha. Pada tambak udang semi- dalam tambak pada saat pengisian air.
intensif, gunakan tandon minimal 30% dari Pintu air sebaiknya:
lahan budidaya udang. Luas petak
1. Pintu pemasukan dan pengeluaran
pemeliharaan maksimal 1 Ha .
terpisah.

Pematang/tanggul 2. Dimensi pintu

Pematang harus kedap dengan maksimum a. Pintu air yang banyak digunakan adalah
kebocoran sebesar 10% dalam tiap minggu. model pintu monik. Ukuran idealnya
adalah lebar mulut pintu 0,8-1 meter,
A. KRITERIA LAHAN BUDIDAYA Tambak dapat diisi air sampai kedalaman
dan dipasang 2 buah tiap petakan 1 Ha,
minimal 70cm dari dasar tambak dan
Kelayakan lokasi untuk tambak sehingga mampu membuang air bagian
maksimal 1 meter.
udang windu dasar.

Dasar tambak b. Pintu air juga dapat berupa pipa PVC


Lahan tambak sebaiknya terletak di posisi Hindari tanah yang bersifat sulfat masam
dengan sistem pipa goyang. Jumlah pipa
pasang surut air laut, dimana selisih antar (kandungan pyrit tinggi). 1. Kemiringan dasar tambak sekitar 0,2%
untuk luas 1 Ha minimal 4 buah dengan
pasang dan surut minimal 1 meter, untuk
(selisih 20 cm ke arah pembuangan/outlet). diameter pipa 8 inci, sehingga dapat
memudahkan pengairan tambak.
membuang air dengan cepat. Lakukan
2. Caren berjarak 1 meter dari berem tanggul
Dekat sumber air, baik dari muara, sungai pengecekan kebocoran tanah di sekitar
dengan lebar tergantung dengan
maupun langsung dari laut. pipa dengan memadatkan tanah
Aksesbilitas kebutuhan. Kedalaman caren 0.2 – 0,5
disekitar. Jika perlu, lakukan dengan
Tidak terletak di daerah bercurah hujan meter. Caren bertujuan untuk
1. Prasarana jalan tersedia agar lokasi membelah tanggul sehingga bagian yang
tinggi (bebas banjir) ataupun tidak di memudahkan pengeringan.
budidaya mudah dijangkau dilewati pipa, tanahnya dapat
daerah yang mempunyai musim kemarau dipadatkan.
panjang. Sehingga air tambak tidak 2. Tersedia sarana dan prasarana yang
mengalami perubahan salinitas terlalu memadai seperti listrik dan air bersih pada
besar.
PILIHLAH LOKASI YANG JAUH DARI LIMBAH PENCEMARAN, KHUSUSNYA
lokasi budidaya sehingga memudahkan
kegiatan budidaya, penanganan pasca
LIMBAH YANG MENCEMARI SUMBER ALIRAN SUNGAI DAN AIR LAUT
Tanah tidak mudah bocor (porous). Tanah
panen, dan pemasaran hasil.
yang baik yaitu yang bertekstur lempung
(komposisi liat, pasir dan debu berimbang) 3. Mudah memperoleh benih (benur) unggul
dan liat berpasir.

7 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 8
caren

berm
pelataran

tanggul

Saluran
Pembuangan
Tambak Pintu Masuk Saluran
Pemasukan

1 m
2 m 5 m 3 -8 m
0.3 m
Skema pintu air pipa PVC dengan sistem pipa goyang
(Ilustrasi : Eddy Hamka)
Penampang melintang tambak di wilayah pesisir Kab. Bulungan - Kalimantan Utara.
Ukuran yang di gunakan dalam gambar ini adalah salah satu contoh saja. Ukuran sebenarnya
bisa sangat bervariasi antara lain di tentukan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi yaitu tenaga Persiapan dasar tambak Pengeringan dasar tambak
manusia atau menggunakan excavator.
(Foto dan Ilustrasi: Muhammad Ilman) Dasar tambak merupakan tempat udang Pengeringan tanah dasar tambak bertujuan
windu hidup, mencari makan, sekaligus untuk meningkatkan oksidasi tanah,
membuang kotoran. Maka dari itu kebersihan sehinga dapat mempercepat penguraian
dasar tambak pada saat persiapan harus bahan organik.
menjadi proritas utama.
Proses pengeringan dapat dipercepat
Lumpur dari dasar tambak yang berupa sisa dengan pembuatan parit/caren keliling.
metabolisme serta plankton yang mati tidak Pengeringan tanah dilakukan hingga tanah
2 3 boleh ditumpuk diatas pematang, karena bila retak-retak (kadar air sekitar 20%).
1 hujan, akan dapat kembali ke tambak dan
memperburuk kondisi tambak. Pengeringan tidak boleh dilakukan sampai
tanah berdebu karena proses mineralisasi
3
Selain itu bahan organik ini akan bahan organik akan berhenti.
meningkatkan timbulnya gas beracun seperti
2 NH3 atau H2S yang sangat membahayakan Pembalikan tanah dilakukan apabila tanah
benur udang windu. bagian bawah setebal 10-20 cm masih
1
banyak bahan organik (ditandai dengan
warna hitam dan bau menyengat).

Skema kontruksi pintu air monik


1 = Pintu monik; 2 = Saringan air; 3. Sekat
(Ilustrasi : Eddy Hamka)

9 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 10
© WWF-Indonesia / Wahju SUBACHRI
Perbaikan keasaman (pH) tanah

© WWF-Indonesia / Wahju SUBACHRI


Keasaman (pH) tanah
Derajat keasaman tanah yang baik adalah
6,5-7,5. pH dapat diukur dengan cara
menancapkan pH soil tester langsung ke
tanah pada beberapa titik dan diambil nilai
rata-ratanya.

Bila tanahnya keras,ambil sampel tanah


dasar tambak pada kedalaman 5-15 cm,
dicampur dengan air pH 7 (netral), Alat pengukuran pH tanah
kemudian ditest dengan alat pH soil tester.
Cara perbaikan pH
Pengukuran pH tanah dilakukan
1. Tambak yang mengandung pirit, dari tepi tanggul pada tempat
ditandai dengan warna merah, lakukan yang bisa menggambarkan kondisi
reklamasi atau pencucian hingga pH
tanah tambak secara umum Tambak yang telah ditebar kapur di dasar tambak
tanah mencapai 6,5.

2. Lakukan pengapuran dengan dosis :


Pemupukan tanah dasar

DALAM BUDIDAYA UDANG, KAPUR 1. Pemupukan dasar tambak dengan

pH tanah CaCO3 Ca(OH)2 CaMgCO3


SANGAT DIPERLUKAN KARENA: menggunakan pupuk organik. Pupuk
organik berasal dari tanaman atau
1. Merupakan bahan yang dapat
>6 0,1 kg/m2 0,05 kg/m2 0,2 kg/m2 kotoran hewan yang telah diberi
menyegarkan tanah/memperbaiki
pelakuan dan teskturnya seperti tanah
5-6 0,15 kg/m2 0,1 kg/m2 0,3 kg/m2 tekstur tanah
serta tidak berbau lagi. Pupuk ditebar
<5 0,3 kg/m2 0,2 kg/m2 0,5 kg/m2 merata di seluruh dasar tambak dengan
2. Berperan dengan baik bila dosis
yang diberikan sesuai dosis 500 kg/ha. Fungsinya untuk
Pengapuran dilakukan dengan menaburkan kapur ke seluruh areal tambak dan berpusat memperbaiki tekstur tanah.
di pengumpulan lumpur. 3. Mencegah produksi bahan-bahan
berbahaya dalam masa budidaya 2. Selain itu, pupuk organik yang telah
terfermentasi ini juga berfungsi sebagai
4. Mengurangi timbulnya penyakit pakan untuk zooplankton. Kelimpahan
seperti ekor geripis atau insang zooplankton cukup, menjadi pakan
DERAJAT KEASAMAN TANAH YANG BAIK ADALAH 6,5-7,5. PH DAPAT DIUKUR kotor. alami bagi benur udang windu yang

DENGAN CARA MENANCAPKAN PH SOIL TESTER LANGSUNG KE TANAH 5. Berfungsi sebagai pembunuh
akan ditebar.

PADA BEBERAPA TITIK DAN DIAMBIL NILAI RATA-RATANYA


predator dan ramah lingkungan

11 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 12
© WWF – Indonesia / Wahju SUBACHRI
Pemberantasan trisipan
Kegiatan tambahan pada tambak
Dilakukan dengan cara manual, yaitu setelah tradisional plus dan semi intensif
tambak kering, trisipan dipungut dan dikubur
Kincir sederhana
di luar petakan sehingga tidak cepat muncul
kembali. Kincir digunakan untuk membantu
penambahan oksigen dalam tambak. Biasanya
Atau, dapat juga mengggunakan bahan kimia mulai digunakan saat pemeliharaan mencapai
yang direkomendasikan oleh Pemerintah umur 1,5-2 bulan, pada saat udang sudah
(Kemeterian Kelautan Perikanan). Setelah cukup kuat terhadap pengadukan air.
trisipan mati, harus dikumpulkan dan
dikubur di luar petakan tambak. Pada tambak tradisional plus, jumlah
kincir yang digunakan sebanyak 1 buah yang
berupa kincir bertangkai panjang dengan
jumlah kipas sebanyak 6–8 buah.
© WWF – Indonesia / Idham MALIK

Pada tambak semi intensif, umlah kincir


yang digunakan sebanyak 2 buah. Penggerak Penggunaan kincir air pada tambak tradisional plus dan semi intensif
utama dari kincir ini adalah mesin diesel
sehingga perlu diperhatikan pendingin dan

© WWF – Indonesia / Wahju SUBACHRI


bahan bakarnya. Jangan sampai oli maupun
solar masuk kedalam tambak karena dapat
mematikan udang.

Pemasangan pompa

Siapkan pompa untuk menambah ketinggian


air tambak. Tempatkan pompa pada lokasi
yang dapat menghisap air dengan mudah,
terutama pada saat pasang tidak terlalu tinggi.

Pompa yang digunakan adalah pompa sedot,


digerakkan oleh mesin baik berbahan bensin
atapun solar.

Penggunaan pompa air untuk penambahan air di tambak

13 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 14
C. PERSIAPAN AIR
1. Pengisian air dilakukan pada saat pasang Ikan bandeng untuk penggerak air
air laut melalui pintu air atau menggunakan sehingga menambah kandungan
pompa. Pastikan air tidak keruh, dan oksigen air.
hindari penggerusan lumpur disaluran yang
teraduk sehingga dapat mencemari tambak.
b. Saringan Air
Proses pengisian tambak ini dilakukan Saringan dipersiapkan untuk pintu
selama 4-6 hari (di waktu bulan purnama, monik maupun untuk pemasukan
yaitu hari ke 13-18 atau waktu bulan mati, menggunakan pipa (pompa atau
yaitu hari ke 28-3). Pada hari pertama, isi gravitasi). Saringan yang digunakan
tambak hingga ketinggian air mencapai adalah saringan berupa bahan waring
minimal 30 cm untuk proses pengendalian hijau (diameter 1 mm). Saringan
hama dan penyakit. Dalam melakukan ditempelkan pada rangka atau bingkai
pemasukan air, perhatikan: dari kayu yang akan dimasukkan
kedalam pintu monik. Kemudian pada
a. Tandon
pemasukan air yang menggunakan
Merupakan tempat untuk menampung pipa, saringan dibuat berbentuk bulat
air yang akan digunakan dalam proses yang diikat ke pipa.
budidaya. Luasan tandon disesuaikan
dengan luasan tambak yang akan diisi Saringan dipasang double atau 2 lapis
air, dengan perbandingan 1 tandon sehingga organisme yang tidak
untuk 2 tambak . dinginkan tidak masuk kedalam
tambak.
Tandon lebih baik diisi dengan beberapa
biota yang berfungsi untuk: Untuk menahan sampah yang
menghambat masuknya air,dapat
Pengendapan bahan organik dengan ditambahkan saringan dari jaring
menggunakan plastik atau bambu, mesh size 1 inch pada bagian depan
sehinga kecepatan arus akan menjadi saringan.
lambat dan bahan organik
mengendap. Kemudian tumbuhkan 2. Pengisian air dilakukan hingga kedalaman
rumput laut untuk menyerap nutrien minimal 70 cm dan dilakukan secara
© WWF-Indonesia/ Dhimas WIHARYANTO

atau bahan organik yang masuk. bertahap selam bulan purnama atau bulan
mati (3-7 hari).

HINDARI PENGGERUSAN LUMPUR DI SALURAN


Ikan predator seperti mujair berguna
untuk memangsa udang liar sehingga

YANG TERADUK SEHINGGA DAPAT MENCEMARI TAMBAK


tidak masuk kedalam tambak.

Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 16
D. PEMILIHAN DAN TRANSPORTASI BENUR
© WWF – US / Audra MELTON

Pemilihan benur Ciri-ciri benur yang baik dari


pendederan/penggelondongan:
Sumber benur berasal dari hatchery / tempat
perbenihan yang bersertifikat (memiliki 1. Benur berasal dari hatchery yang jelas /
keterangan asal benih), surat bebas penyakit/ tersertifikasi
tes PCR, dan berkualitas baik.
2. Benur dengan anggota tubuh lengkap/tidak
Ciri-ciri benur yang baik: cacat, dengan ekor membuka

Warna dan ukuran relatif seragam. Benur 3. Benur seragam, tidak berbeda ukuran dan
berwarna hijau kecoklatan (tidak berwarna warna minimal 80%
merah) dan bersih. Ekor (uropoda) sudah
membuka. Nilai keseragaman ukuran dan 4. Gerakan aktif berenang menentang arus
warna > 95%. Pilih ukuran benih PL 12 agar menempel di dasar atau dinding bak.
tingkat kelulusan hidup lebih baik.
5. Benur sudah diaklimatisasi dengan kondisi
Aktif berenang menentang arus, tidak salinitas tambak dengan perbedaan
Saringan untuk pintu monik
menempel di dasar atau dinding bak. salinitas maksimal 5 ppt.

Anggota tubuh lengkap dan bersih dari


Pemberantasan hama ikan
patogen.

Lakukan pembasmian predator dan hewan Pengisian air tambak yang sembrono dapat Perut benur penuh berisi makanan,
pesaing dengan pemberian saponin (bungkil memperbesar terjangkitnya penyakit udang di ditunjukkan dengan warna coklat atau
biji teh) dengan dosis 20 ppm. Ikan yang mati kawasan tersebut. Untuk itu selalu utamakan hitam, yang tidak putus-putus.
dari pembasmian ini, dibuang secepatnya dan menggunakan air yang berasal dari tandon.
jangan sampai mengendap di dasar tambak. Lakukan uji ketahanan dengan kejutan
Apabila kondisi tingkat penyebaran penyakit
salinitas, dari air bak media pemeliharaan
Ikan mati di tambak akan menjadi media
sangat gawat, maka terapkan sistem tertutup
benur ke salinitas 0 ppt (air tawar) secara
USUS PENUH
pertumbuhan bakteri merugikan, contohnya
dengan hanya menggunakan air dari tandon
vibrio yang menghambat pertumbuhan udang. mendadak selama 15 menit, kemudian
untuk menambah air. Air dalam tandon harus
Setelah ikan mati dan dibuang, maka dikembalikan ke salinitas air bak. Jika
di-disinfeksi menggunakan kaporit sebelum
ketinggian air bisa ditingkatkan hingga kelangsungan hidup benur masih> 90%,
dimasukkan dalam tambak.
mencapai minimal 80 cm. artinya kualitasnya baik. Cara lain yaitu
menurunkan salinitas dengan penambahan
Pengendalian hama TIDAK boleh air tawar sebanyak air bak media (1 : 1),
menggunakan pestisida karena sangat diamkan selama 1-2 jam dengan
berbahaya untuk manusia dan produknya kelangsungan hidup >95 %.
akan ditolak oleh pasar luar negeri. USUS PUTUS-PUTUS
Lakukan perendaman formalin 200 ppm
selama 0,5-1 jam untuk mengetahui infeksi
Ilustrasi usus udang yang baik (penuh)

IKAN YANG MATI DARI PEMBASMIAN INI, DIBUANG SECEPATNYA


patogen. Kelangsungan hidup benih yang
dan tidak baik (putus-putus)
baik > 90 % (Ilustrasi : Eddy Hamka)
DAN JANGAN SAMPAI MENGENDAP DI DASAR TAMBAK

17 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 18
III. PEMBESARAN UDANG
Transportasi benur
© WWF – Indonesia / Dhimas WIHARYANTO

Pengangkutan tertutup dengan

© WWF – Indonesia / Candhika YUSUF


menggunakan kantong plastik

Kantong plastik yang berukuran panjang 60


- 70 cm, lebar 28 - 30 cm, dan tebal 0,05 –
0.06 mm (SNI 7586-2010).

Kantong diisi oksigen 2/3 bagian sampai


menggelembung, dan diisi air 1/3 bagian,
sehingga dapat menampung benur 1000
ekor/liter. Untuk ukuran gelondongan,
Gambar. Benur Udang windu ukuran Post Larva kepadatan 250-500 ekor/liter

Menyiapkan kotak kardus styrofoam yang


© WWF – Indonesia / Wahju SUBACHRI

berisi pecahan-pecahan es kecil dalam


kantong plastik kecil (jumlah es 10% dari
jumlah air dalam kantong benur).
Masukkan kantong benur ke dalam kardus
dengan hati-hati.

Suhu pengangkutan benur adalah 22-24


derajat Celcius selama perjalanan
maksimum 20 jam.
A. PENEBARAN BENUR
Benur yang baik memiliki angka kematian
di bawah 10%. 1. Adaptasi suhu air dan udara. Buka plastik artemia untuk meningkatkan SR
dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan (ketahanan/kelangsungan hidup).
Gambar. Benur Udang windu ukuran tokolan terbuka dan terapung selama 15 - 30 menit
agar terjadi pertukaran udara bebas dengan 4. Penebaran dilakukan pada saat suhu udara
udara dalam kantong. masih dingin (pagi atau sore hari), lakukan
sesegera mungkin dengan perkiraan suhu
2. Adaptasi kadar garam/salinitas. Masukkan
air dalam kantong sama dengan air di
SUMBER BENUR BERASAL DARI HATCHERY BERSERTIFIKAT air tambak ke dalam plastik secara tambak, yaitu dengan melakukan

(MEMILIKI KETERANGAN ASAL BENIH), SURAT BEBAS bertahap. Tujuannya agar terjadi
percampuran air yang salinitasnya berbeda,
aklimatisasi.

PENYAKIT/ TES PCR, DAN BERKUALITAS BAIK. sehingga benur dapat menyesuaikan
5. Setelah aklimatisasi selesai, benur akan
dengan salinitas air tambak. keluar sendiri dari dalam kantong plastik
ke air tambak.
3. Benur dalam kantong plastik yang sedang
diadaptasikan, dapat ditambahkan pakan

19 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 20
© WWF – Indonesia / Mohammad Budi SANTOSA
Padat tebar disesuaikan dengan teknologi yang digunakan, yaitu sesuai daftar pada
tabel di bawah ini:

PADAT TEBAR (ekor/m )


2
TEKNOLOGI FASILITAS TAMBAHAN
Tradisional 1–4 -

Tradisional Plus 5–9 Pakan

Pompa air, Pakan,


Semi intensif 10 - 15
Kincir ganda/tunggal

B. PENGELOLAAN KUALITAS AIR


Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk mempertahankan parameter air sesuai
dengan kelayakan hidup udang windu, yaitu:

Tabel : Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan

PARAMETER AIR/TANAH NILAI KETERANGAN


Suhu (Derajat Celcius) 29-32 Fluktuasi harian 26-33 derajat Celcius, diukur pagi & sore Cara mengelola kualitas air
Salinitas (ppt) 5-40 Perubahan salinitas maksimal 3 ppt/hari
1. Salinitas atau kadar garam 2. Suhu
Kecerahan (cm) 30-40 Diukur pagi pada jam 09.00
Penambahan atau pergantian air tidak boleh Untuk mempertahankan kestabilan suhu
pH 7,6-8,8 Fluktuasi harian 0,2-0,5 diukur pagi & sore mengubah salinitas harian secara drastis dapat dilakukan dengan mengatur kedalaman
lebih 3 ppt untuk menghindari stres pada air sekitar 70-80 cm dan memperhatikan
Alkalinitas (ppm) 90-150 Diukur tiap minggu
udang. Amati salinitas menggunakan kepadatan plankton.
Ketinggian air (cm) 70-80 Sebaiknya ketinggian air adalah 2 kali nilai kecerahan air salinometer atau hand refraktometer.
Pada saat kepadatan plankton tinggi
Oksigen terlarut (ppm) >3 Diukur pagi hari atau pada saat plankton pekat
Perhatikan musim untuk menjaga salinitas. (kecerahan kurang dari 30 cm) pada siang
- Pada musim kemarau dapat dilakukan hari, lakukan penurunan kedalaman air
penambahan air tawar 2-5 % per hari untuk hingga 60-70 cm atau dengan konsep 2 kali
mengurangi peningkatan salinitas. nilai kecerahan air.
- Pada saat musim hujan maka dibuat
mekanisasi air hujan akan keluar dari tambak Pengaturan kedalaman air berdasarkan nilai
sehingga salinitas tidak berubah secara kecerahan dengan tujuan agar terjadi
penetrasi cahaya dalam air untuk menjaga
suhu air pada bagian dasar tambak.

21 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 22
© WWF – Indonesia / Mohammad Budi SANTOSA
3. Kecerahan dan warna air
© WWF – Indonesia / Idham MALIK

Warna air menunjukan jenis plankton yang


dominan dalam air. Warna air yang baik
adalah hijau muda dan hijau
kecoklatan yang menunjukkan dominasi
plankton chloropiceae dan diatom.

Air yang sehat menunjukkan warna air stabil


antara pagi hari dan sore hari. Warna air yang
tak stabil (berubah-ubah) antara pagi dan sore
menunjukkan plakton didominasi jenis
zooplankton, yang kurang baik untuk
pemeliharaan udang.
4. Oksigen terlarut 6. Alkalinitas
Kecerahan air dipertahankan pada kisaran
30-40 cm. Jika kepadatan plankton kurang Oksigen terlarut dalam air tambak harus Alkalinitas bisa diamati tiap 2 minggu sekali.
© WWF – Cannon / Dhimas WIHARYANTO

yaitu kecerahan > 45 cm, lakukan pemupukan dipertahankan minimal 3 ppm. Pengamatan Nilai alkalinitas dipertahankan pada kisaran
susulan. Gunakan pupuk organik komersial oksigen terlarut terutama dilakukan pada 80 ppm. Nilai alkalinitas yang rendah
dengan kandungan nutrien lengkap, dosis malam hari hingga pagi hari. Apabila pada menyebabkan sulitnya menumbuhkan
0,2-0,5 ppm (2-5 liter/kg) atau anorganik malam hari oksigen sudah mencapai 3 ppm plankton dan fluktuasi nilai pH air harian
dengan dosis 2-3 ppm (20-30 kg/ha). maka perlu dilakukan aerasi. Aerasi dapat pagi dan sore tinggi (>0,5).
Pemupukan susulan dapat dilakukan 5-7 hari dilakukan dengan menggunakan pompa air,
seklai hingga plankton tumbuh. yaitu memasukkan air dari petak tandon atau Nilai alkalinitas rendah dapat ditingkatkan
penyedot air dari petak udang disemprotkan melalui penambahan carbonat dengan
Sebaliknya bila plankton padat (kecerahan aplikasi kapur dolomit 3-5 ppm yang
kembali.
<30 cm), lakukan pengenceran dengan air dilakukan tiap 3-5 hari sekali hingga
baru atau menghambat pertumbuhan mencapai minimal >80 ppm. Penggunaan
plankton. Caranya dengan pemberian kapur 5. Keasaman atau pH
kapur dolomit lebih baik karena tidak
CaOH dosis 3 ppm pada saat pH air kurang Pengamatan pH air tambak menggunakan pH menaikan pH air secara dratis.
dari 8 pada pagi hari (jam 06.00). meter dilakukan tiap hari pada waktu pagi
Pengapuran jenis CaOH dapat meningkatkan sekitar jam 05.00 (matahari belum bersinar)
CO2 sehingga dapat memperlambat dan sore sekitar jam 16.00. Nilai pH air
pertumbuhan fitoplankton. tambak sangat mempengaruhi seluruh proses Bila terjadi kematian phytoplankton secara
kimia dalam air. pH air dipertahankan pada
Bila terjadi kematian phytoplankton secara
kisaran yang optimum yaitu 7,5-8,5 dengan
massal, usahakan segera untuk membuang
masal usahakan untuk membuang klekap agar
tidak mengendap dan menjadi sumber bahan
fluktuasi harian pagi dan sore dari 0,2-0,5. klekap agar tidak mengendap dan menjadi
Bila pH air turun dari 7,5, lakukan
organik untuk pertumbuhan bakteri jahat.
penambahan kapur dengan dosis 3-5 ppm.
sumber bahan organik yang dapat
Lakukan pemupukan dan inokulasi dari
Sebaliknya bila pH air tinggi diatas dilakukan menumbuhkan bakteri merugikan
tambak sebelahnya bita tidak ada penyakit
aplikasi molase (tetes tebu) dengan dosis 2-3
untuk mempercepat pertumbuhan massa
ppm.
plankton.

23 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 24
© WWF – Indonesia / Wahju SUBACHRI
© WWF – Indonesia / Idham MALIK

2. Pengamatan fisik udang


Udang yang sehat memiliki ciri-ciri :

Bergerak berenang aktif mencari makan


dengan kaki jalan pada dasar tambak.

Udang berenang atau menjauh bila kena


sorotan cahaya pada malam hari.

Menempel pada batang/ranting rumput


atau tali anco dengan posisi kepala di
bawah dan akan berenang bila tali anco
tersebut di angkat atau digerakkan.

Berwarna cerah hijau kekuningan dengan


warna belang tubuh yang jelas.

Hepatopancreas berwarna hitam dan


volume besar.

Tubuh terasa bersih dan licin bila di


pegang.

Pakan budidaya udang buatan pabrik Insang terlihat bersih dan tidak
menunjukkan adanya pembengkakan.

C. PENGELOLAAN PAKAN Ekor udang (urupoda) membuka seperti


D. PENGELOLAAN KESEHATAN UDANG kipas bila dipegang dan memiliki
Pakan alami
figmentasi warna belang yang jelas antara
Pengamatan kesehatan udang dilakukan
Menumbuhkan pakan alami dengan cara pemupukan hitam/hijau tua dan tranparan.
setiap hari, dengan cara:
susulan (pupuk kandang atau kompos dan pupuk
anorganik) Miliki usus yang tidak terlihat putus-putus
1. Pengamatan tingkah laku/gerakan
atau penuh, dengan perbandingan usus
udang
Pakan tambahan dan badan 1:4
Udang yang sehat memiliki ciri-ciri :
Berupa pakan segar atau bahan pakan yang Warna kotoran udang sehat terlihat
direkomendasikan. Diberikan jika ketersediaan pakan Aktif di dasar tambak seperti jenis pakan yang dikomsumsi.
alami menipis, yang ditandai oleh perubahan warna dan Apabila diberikan pakan pellet, maka
kecerahan air, serta udang yang bergerak aktif di pinggir Jika udang menempel di ranting, posisi kotoran akan berwarna coklat. Kandungan
tambak kepala selalu di bawah, dan jika ranting pakan alami yang banyak kotoran akan
digerakkan udang akan cepat menghindar. berwarna hitam.
Waktu pemberian pakan tambahan Sebaliknya udang yang sakit akan
Pada sore hari saat kandungan oksigen paling tinggi menempel terus di ranting meskipun Insang udang yang sehat terlihat bersih,
Jumlah / dosis pakan dapat dilihat pada Lampiran. ranting tersebut diangkat ke atas. dengan lembaran insang yang bersih dan
jelas.

25 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 26
IV. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT UDANG
Ciri-ciri udang yang sakit :

© WWF-Indonesia / Dhimas WIHARYANTO


Udang yang sakit akan terlihat Jika ditemukan kondisi udang sakit seperti
kekuningan/kecoklatan serta lembaran tersebut, perlu dilakukan perbaikan kualitas
insangnya mulai rusak. air terutama kandungan oksigen.

Udang akan diam dengan kaki jalan Pengamatan pertumbuhan udang secara
memegang rating, rumput atau tali anco, rutin dilakukan tiap minggu melalui anco
dan tidak segera berenang bila benda atau menggunakan jala tebar. Bila telah
tersebut digerakkan atau tali anco tersebut menggunakan pakan tambahan,
diangkat. pengukuran pertumbuhan dilakukan lebih
intensif.
Warna ekor udang yang mengalami stres
biasanya terlihat kemerahan. Lakukan pengambilan sampel udang
dengan menggunakan jala tebar secara acak
Kotoran udang berwarna putih dan putus- sehingga mewakili seluruh kondisi petakan
putus. tambak. Ukur dan catat pertumbuhan
udang dalam catatan monitoring.

KONDISI IDEAL TANPA PENYAKIT A. PERSIAPAN AIR B. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT
Penggunaan filter/saringan pada pintu air Pemberantasan hama dan penyakit dapat
saat pengisian pada persiapan lahan dan dilakukan dengan pengobatan, atau

INANG
udang sehat
tidak terlalu padat penambahan air selama masa pemeliharaan, melakukan panen dini jika tidak bisa lagi
kekebalan tinggi
harus memperhatikan kondisi lingkungan. ditanggulangi, agar penyakit tidak menyebar.
Contoh:

1. Sedang tidak berjangkitnya virus white spot


atau penyakit ganas lainnya.
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN PATOGEN HAMA DAN PENYAKIT
2. Kondisi air pasang dan rendah bahan
organik.

Tandon memiliki fungsi mengantisipasi hama Adalah usaha mencegah dan memberantas
dan penyakit, baik pada saat tidak ada terjadinya serangan hama dan penyakit pada udang,
penyakit maupun saat sedang terjadi gejala serta tindakan pengobatan jika sudah terjangkit

atau serangan penyakit. Ikuti petunjuk


PENGENDALIAN TERBAIK ADALAH
kualitas air tidak ada
baik secara patogen / ada
patogen tapi
pengelolaan kualitas air dalam tandon, seperti
PENCEGAHAN DAN MEMELIHARA
keseluruhan
/stabil terkendali pengendapan lumpur, penggunaan
desinfektan, membuang alga mati yang
KONDISI LINGKUNGAN DAN KAWASAN
BUDIDAYA
mengapung.
Grafis kondisi ideal lingkungan tambak udang

27 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 28
V. PANEN DAN PASCA PANEN
© WWF – Indonesia / Candhika YUSUF

© WWF-Indonesia / Idham MALIK

© WWF-Indonesia / Wahju SUBACHRI


Penimbangan berat udang windu hasil panen Pengepakan udang windu di
di pengepul lokal coldstorage untuk di pasar ekspor

Panen dilakukan setelah udang mencapai ukuran konsumsi dengan harga


C. BIOSECURITY pasar yang baik. Beberapa teknik panen adalah sebagai berikut:
Mengusir hewan-hewan yang dapat Pembuatan pagar untuk mencegah hewan
menularkan penyakit maupun pemangsa besar berkeliaran ditambak, sehingga tidak 1. Mempersiapkan tim panen, peralatan dan menampung udang yang terbawa air.
udang yaitu dengan memasang perangkat merusak tanggul dan menghindari bahan pembantu seperti air dan es dengan Pada tambak yang berukuran besar (>20
yang menghalau hewan-hewan tersebut. masuknya kotoran ternak. jumlah yang cukup. Ha) air bisa ditambahkan dan dilakukan
Contoh:
panen lanjutan pada periode surut
Proses biosecurity antar tambak dengan 2. Pastikan waktu panen dilakukan menjelang
1. Burung camar dengan membuat alat terendah selanjutmya.
tidak mencampur peralatan antar petakan pagi hari dan harus selesai sebelum
untuk menakuti atau mengusir burung, tambak. matahari terik. Untuk tambak yang tidak bisa
2. Pencari kepiting dan hewan lainnya, dikeringkan dengan cara gravitasi pasang
Kebersihan area pemeliharaan udang dari 3. Pengambilan udang dilakukan dengan
dengan memberi peringatan tertulis surut, maka digunakan jala atau
sampah, baik yang organik maupun cepat dengan alat jala atau jaring atau
melalui papan pengumuman. prayan/bubu sambil dilakukan
anorganik. prayan/bubu, dengan cara sebagai berikut :
pengeringan tambak
Menyiapkan air dalam wadah khusus yang
Untuk tambak yang bisa dikeringkan
telah diberi desinfektan, kepada tamu atau
dengan cara gravitasi pasang surut, 4. Cuci udang dengan air bersih
pengunjung untuk mencuci tangan dan
adalah dengan membuka pintu air keluar
kaki. Hal ini bertujuan menghilangkan
(outlet) untuk mengeluarkan air tambak. 5. Udang dimasukkan ke dalam wadah yang
penyakit udang yang mungkin terbawa dari
Pasang jaring pada pintu keluar air diberi es dengan perbandingan 1 : 1
tambak sebelumnya.
(outlet) tambak dengan tepat untuk

29 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 30
VI. PEMELIHARAAN LINGKUNGAN TAMBAK VII. ANALISIS USAHA

Analisa usaha diperlukan untuk memberikan

© WWF-Indonesia/ Dhimas WIHARYANTO


3. Tidak melakukan pembasmian rumput
© WWF – Indonesia / Mohammad Budi SANTOSA

gambaran terkait prospek usaha yang akan


dengan herbisida pada tanggul dan caren dilakukan, apakah dapat dilakukan dan
selama proses pemeliharaan udang. menguntungkan atau tidak. Aspek umum
yang menjadi obyek analisa kelayakan usaha
4. Hindari melakukan penggalian tanah saat
diantaranya adalah:
pemeliharaan udang berlangsung karena
akan melepaskan kandungan besi tanah a. Aspek hukum
dan menurunkan pH perairan. b. Aspek lingkungan
c. Aspek pasar dan pemasaran
5. Perhatikan hewan yang masuk kategori
dilindungi menurut peraturan. Catat, d. Aspek teknis dan teknologi
laporkan, dan jaga kelestariannya. e. Aspek sumberdaya manusia
f. Aspek keuangan.
6. Jika ada binatang pengganggu, misalnya
tergolong predator seperti ular dan biawak, Analisa keuangan dibahas untuk memberikan
maka lakukan penanganan dengan TIDAK semangat kepada pembudidaya bahwa
mematikan binatang tersebut. Utamakan walaupun perbaikan sistem budidaya
tindakan pencegahan masuknya hewan memerlukan dana namun juga dapat
tersebut memberikan sumbangan positif terhadap
pendapatan.
7. Lakukan penanaman mangrove pada
1. Lakukan monitoring kualitas air buangan di pematang tambak dengan jenis tanaman Catatan : Tabel analisa usaha aspek
depan pintu air masuk dan mulut sungai yang sesuai sehingga tidak mersak keuangan terdapat pada Lampiran
secara rutin setiap bulan. Pencatatan konstruksi pematang dan tidak memicu
dilakukan menggunakan format monitoring hewan pembawa penyakit untuk tinggal di
kualitas air. Apabila kualitas air di area pematang. Sebagai referensi lihat VIII. DOKUMENTASI/PENCATATAN KEGIATAN BUDIDAYA
lingkungan tidak sesuai dengan baku mutu BMP Penanaman Mangrove di Kawasan
air, maka perlu dilakukan pengendalian Tambak Udang. Kegiatan harian proses budidaya harus dicatat untuk memudahkan ketelusuran.
melalui kolam (tandon) atau di saluran Kegiatan budidaya yang didokumetasikan adalah sebagai berikut :
perlakuan. 8. Pembuatan papan informasi untuk
menjaga lingkungan tambak terutama 1. Rincian tahapan persiapan budidaya 10. Jumlah dan pengamatan terhadap
2. Pastikan sampah terkumpul dan sediakan
untuk kelestarian mangrove serta
tempat pembuangan sampah. Pembuangan 2. Dosis, waktu dan penggunaan saprotan penyakit dan udang mati
kebersihan lingkungan pertambakan.
limbah Beracun, Berbahaya dan Berbau 3. Informasi mengenai kualitas benih 11. Kualitas air, diantaranya : warna air, pH,
(B3) dilakukan sesuai dengan prosedur 9. Menciptakan mekanisme pemberitahuan 4. Nama hatchery / perbenihan
alga dan lain-lain.
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Contoh kepada petambak di satu hamparan bila 5. Tanggal penebaran benih 12. Tanggal panen
Limbah B3 : Mercury pada baterai. tambak kita terkena penyakit dan tidak
6. Perawatan tanah dan lahan 13. Kegiatan budidaya lainnya
membuang air hingga masa panen di
7. Tanggal dan jumlah tebar pupuk
wilayah tersebut. 14. Pengeluaran atau biaya produksi yang
8. Tanggal dan jumlah tebar kapur
dikeluarkan
9. Pergantian air

31 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 32
Table 1. Catatan Penebaran Benur

JUMLAH UMLAH EKOR ASAL


NO TANGGAL TEBAR JENIS (EKOR ATAU Kg) PER KANTONG (HATCHERY)

Table 2. Catatan Monitoring Kondisi Udang Windu


PERGANTIAN
PEMBERIAN PAKAN AIR (cm)
TGL/ UKURAN KEAKTIFAN TINGGI
UMUR NOMER
JAM UDANG JUMLAH SKOR UDANG AIR
PRODUKSI MASUK BUANG
PAKAN ANCO
PAKAN

Table 3. Catatan Monitoring Kualitas Air

KUALITAS AIR PERLAKUKAN

WARNA AIR pH DO SALINITAS SUHU JENIS JUMLAH

Table 4. Catatan Panen

JUMLAH UKURAN HARGA TEMPAT


TANGGAL TOTAL
NO JENIS (Kg) MENJUAL
PANEN (ekor/kg) / kg PENJUALAN
UDANG

© WWF – Indonesia / Idham MALIK


33 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF
LAMPIRAN 1:

IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT a. Masalah pada insang, yang disebabkan


oleh keracunan dari lingkungan
(ammonia, nitrit dan H2S) dengan ciri-
Akibat racun dari plankton jenis Blue
Green Algae : Spirulina sp.,
Merismopedia sp., Anabaena sp.,
ciri kondisi tambak: Nostoc sp., Microcystis sp., dan
Chroococcus sp.
Keracunan ammonia cenderung terjadi
© WWF-Indonesia/ Dhimas WIHARYANTO

sore hari ph tinggi (>7) dan warna air Solusinya;


yang pertumbuhan pesat plankton.
Menjaga nilai pH pada nilai yang telah
Keracunan nitrit atau H2S biasanya ideal.
terjadi di pagi hari dan pada pH yang
rendah (<7) pada kondisi warna air Menjaga kandungan kelarutan oksigen
kecoklatan/kemerahan pada nilai > 3 ppm.

Keracunan kurang oksigen ditandai Menjaga keseimbangan phytoplanton


oleh tutup insang yang membuka dengan dominasi chlorophiceae
dengan filament insang yang dengan kecerahan optimum 30-40 cm.
membengkak biasanya terjadi pada
Pengendalian Blue Green Algae
dini hari dimana tidak ada angin.
dengan cara penambahan pupuk
nitrogen dengan dosis 5ppm (50
kg/Ha)

DIAGRAM BAGAIMANA PENYAKIT BISA TERJADI?

udang sehat
Penyakit adalah suatu keadaan dimana terjadi kehabisan energi untuk kegiatan ini sehingga
INANG
tidak terlalu padat
kekebalan tinggi
perubahan kondisi fisik, morfologi, dan atau kemudian sakit. Penyebab udang stress
fungsi dari organ yang normal sehingga adalah perubahan kondisi lingkungan yang
individu yang terserang menjadi lemah dan tidak sesuai dengan kebutuhan individu untuk
atau mati. tumbuh dan berkembang.
LINGKUNGAN PATOGEN
Penyebab penyakit adalah perubahan 1. Penyakit akibat stress
keseimbangan antar lingkungan, inang dan
Lingkungan tambak yang tidak sehat dapat
patogen yang sangat signifikan sehingga inang
memicu timbulnya penyakit karena daya
mengalami kondisi tidak normal.
tahan udang makin lama makin menurun
Stress adalah kondisi dimana terjadi sehingga pada titik pertahanan tubuh
kualitas air tidak ada
gangguan kondisi tubuh, morfologi dan atau terendah membuat udang sakit. Masalah yang baik secara patogen / ada
keseluruhan patogen tapi
fungsi dari organ yang normal sehingga dihadapi akibat stress antara lain: /stabil terkendali

individu yang terserang tidak nyaman dan


selalu berusaha mencari kondisi ideal dan

35 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 36
DIAGRAM BAGAIMANA STRESS BISA TERJADI? b. Sindrom kehilangan kulit (Loose shell 2. Penyakit karena Bakteri
syndrome), dengan ciri-ciri serangan
Infeksi oleh bakteri dapat menyebabkan
dan penyebab:
kematian dalam waktu satu bulan.
udang sehat Kandungan karbonat di air yang
INANG
tidak terlalu padat
kekebalan tinggi rendah Penyakit muncul apabila bahan organik
meningkat
Terjadi setelah 50 hari penebaran
Oksigen lebih banyak terpakai untuk
Insang kotor atau pada bagian luar
LINGKUNGAN PATOGEN insang.
mengurai bahan organik dan bakteri
vibrio meningkat
Kekurangan pakan
Acapkali terjadi pada perairan yang sering
Diserang sampai luka oleh udang yang berubah warna dengan cepat.
lebih besar
Udang memiliki ciri nekrosis pada bagian
kualitas air tidak ada
mengalami patogen / ada Kandungan oksigen yang rendah dan uropoda, kaki jalan dan antena putus,
patogen tapi
perubahan
kondisi terkendali pH tinggi serta insang berwarna gelap dan bengkak.

Akibat racun dari Blue Green Algae Solusinya:

Solusinya: Pengenceran air/menambahkan air


dari tandon sehingga kecerahan makin
Gunakan karbonat atau dolomit untuk meningkat.
meningkatkan jumlah alkalinitas di
air. Mempertahankan kestabilan plankton
dengan pupuk susulan yang telah
Persiapan dilakukan dengan benar ditentukan.
udang sehat serta lakukan pengapuran yanag cukup

INANG
tidak terlalu padat Mempertahankan oksigen diatas 3
kekebalan tinggi
Pemberian pakan tambahan bila ppm.
ditemukan usus udang mulai sering
kosong, bila terjadi di budidaya udang Untuk semi intensif: menggunakan
tradisional maka dapat ditambah feed additive yang direkomendasikan
PATOGEN dengan menggunakan jagung yang di melalui pakan buatan. Contoh: bawang
LINGKUNGAN rebus dengan ikan asin sebanyak 1% putih dan vitamin.
dari berat total udang.

Lakukan pergantian air yang cukup


setelah udang berumur satu bulan
ada patogen dengan catatam tidak terjadi
dengan jumlah
kualitas air
tertentu dan udang penyebaran penyakit di kawasan
tidak nyaman
baik secara
keseluruhan
sekitar.
/stabil

37 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 38
WFD (White Feces Diseases) Solusinya: 3. Penyakit karena Virus

Penyakit ini banyak terjadi di budidaya udang White Spot (WSSV)

© WWF – Indonesia / Wahju SUBACHRI


Menurunkan jumlah bahan organik di
yang menggunakan pakan tambahan dan kecil tambak. Serangan virus yang diperkuat oleh kondisi
kemungkinannya pada tambak alami.
stress udang pada saat suhu rendah atau
Mencegah tumbuhnya Blue Green Algea
Penyakit ini ditandai dengan adanya kotoran telah terinfeksi Vibrio.
dengan rasio NP di atas 12.
putih yang menggambang di tambak terutama
Tanda-tanda udang terinfeksi adalah udang
pada pagi hari. Penyebab utama penyakit Menggunakan probiotik basilus untuk
berenang ke dekat pematang dan mati, ada
kotoran putih adalah gregarine yang terieraksi memotong siklus vibrio
bercak putih pada kerapas dan warna tubuh
dengan vibrio.
pH dipertahankan dengan fermentasi kemerahan.
Penyakit ini tidak akan mematikan udang molase pada 7,5 -8 dengan perbedaan
Tidak ada pengobatannya dan hanya bisa
tetapi akan menurunkan daya tahan udang minimal 0,2-0,5.
dilakukan pencegahan.
windu sehingga akan mengalami kematian
Menurunkan jumlah vibrio dengan
setelah beberapa hari terserang. Hal-hal yang Pencegahannya:
ekstrak bawang putih atau ekstrak buah
dicurigai sebagai pencetus white faces
noni / mengkudu.
diseases: a. Gunakan benur SPF (Spesific Patogen
Kualitas pakan yang tidak stabil/cenderung Free) atau seleksi broodstock
turun
b. Disinfektan dan pencucian

© WWF – Indonesia
TOM (Total Organic Matter) di perairan telur/nauplii
dan tambak cenderung tinggi
c. Pengecekan broodstock dengan PCR
Pemberian pakan yang berlebihan dan atau Shrimple Test Strip

Penggunaan probiotik yang berlebihan d. Jangan menggunakan benur yang


lemah (uji dengan 100 ppm formalin
Daya dukung lingkungan yang terbatas
selama 30 menit)
20% populasi di tambak didominasi oleh e. Gunakan probiotik untuk mengontrol
bakteri vibrio
Vibrio
Kultur / penumbuhan bakteri

MBV (Monodon Baculovirus)


© WWF – Indonesia

IHHNV (Infection Hypodermal and


Hematopietic Necrosis Virus)
Menyebabkan pertumbuhan udang lambat,
Virus menyebabkan pertumbuhan dan mempunyai tingkat kematian yang
terhambat, sehingga terjadi perbedaan tinggi.
ukuran yang nyata dalam satu populasi
Organ yang diserang adalah
Serangan bisa mencapai >30% dari hepatopancreas, sehingga berwarna pucat,
populasi menyusut dan memadat.

Multi infeksi dengan virus jenis lain Pencegahan dengan menggunakan benur
yang tidak reinfeksi MBV.
Kotoran putih di tambak

39 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 40
LAMPIRAN 2:

SKEMA ANALISIS USAHA


TAMABAK TRADISIONAL (1 Ha) TAMBAK TRADISIONAL PLUS (1 Ha) TAMBAK SEMI INTENSIF (0,5 Ha)
TAMABAK TRADISIONAL (1 Ha) TAMBAK TRADISIONAL PLUS (1 Ha) TAMBAK SEMI INTENSIF (0,5 Ha)
NO URAIAN JUMLAH DANA JUMLAH DANA JUMLAH DANA
SATUAN SATUAN SATUAN JUMLAH DANA JUMLAH DANA JUMLAH DANA
(Rp) (Rp) (Rp) NO URAIAN SATUAN SATUAN SATUAN
(Rp) (Rp) (Rp)
A Biaya investasi
D Produksi persiklus SR 40%, SR 50%, SR 60%,
396 kg 990 kg 1.386 kg
size 30 size 30 size 30
Sewa tambak 1 tahun 1 tahun 1 tahun
1 6.000.000 10.000.000 15.000.000
(2 siklus) (2 siklus) (3 siklus)
Produksi pertahun 2 sklus 2 sklus 3 sklus
792 kg 1.980 kg 4.158 kg
/ tahun / tahun / tahun
2 Peralatan lapangan 1 paket 750.000 1 paket 2.000.000 1 paket 12.000.000
E Hasil penjualan persiklus Rp.60.000 23.760.000 Rp.60.000 59.400.000 Rp.60.000 83.160.000
3 Biaya perbaikan tambak 1 paket 1.500.000 1 paket 5.500.000 1 paket 4.000.000 /kg /kg /kg
Hasil penjualan pertahun 47.520.000 118.000.000 249.480.000
Biaya investasi per siklus 4.875.000 11.500.000 13.000.000
F Keuntungan persiklus 13.110.000 33.661.000 30.441.200
Biaya investasi per tahun 9.750.000 23.000.000 26.000.000
Keuntungan pertahun 3 sklus
B Biaya tidak tetap 26.220.000 67.322.000 91.323.600
( 2 siklus) / tahun
1 Benih 30.000 ekor 900.000 60.000 ekor 1.800.000 60.000 ekor 1.800.000

2 Pupuk Urea 250 kg 875.000 250 kg 875.000 200 kg 700.000

3 Pupuk TSP 300 kg 1.200.000 300 kg 1.200.000 200 kg 800.000

Pupuk
4 2000 kg 500.000 2000 kg 500.000 200 kg/ltr 1.200.000
Kompos/probiotik/vitamin

5 Saponin 200 kg 1.300.000 200 kg 1.300.000 100 kg 650.000

6 Pakan buatan 0 kg 0 396 kg 3.564.000 1.663 kg 14.968.800

Biaya pemeliharaan - 0 1 orang u/ 4 1 orang u/ 4


7 4.000.000 bulan
5.000.000
bulan

8 Biaya Panen - 0 - 0 1 paket 1.000.000

Biaya pemeliharaan - 0 - 0 1.800 ltr


9 12.600.000
(@ 7000)

10 Biaya tidak terduga 1 unit 1.000.000 1 unit 1.000.000 1 unit 1.000.000

Biaya produki per siklus 5.775.000 14.239.000 39.718.800

Total biaya produksi


C 10.650.000 25.739.000 52.718.800
persiklus

Total biaya produksi 2 siklus 2 siklus 2 siklus


21.300.000 158.156.400
pertahun / tahun / tahun 51.478.000 / tahun

41 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 42
LAMPIRAN 3:

TABEL PEMBERIAN PAKAN PADA TAMBAK


TRADISIONAL DAN TRADISIONAL PLUS
HARI UKURAN UDANG JUMLAH PAKAN HARI UKURAN UDANG JUMLAH PAKAN
PENEBARAN PER KG (Gr/hari) PENEBARAN PER KG (Gr/hari)
1 1000 50 70 65 530

7 500 95 75 60 555

15 250 185 80 55 580

23 200 225 85 50 600

26 175 260 90 45 615

30 150 300 95 40 625

35 125 335 100 35 610

40 110 370 110 30 560

45 100 400 115 28 540

50 90 430 120 26 575

55 80 475 127 24 625

60 75 485 135 22 680

65 70 505 140 20 750

SEGERA DAPATKAN SERTIFIKAT CBIB


© WWF – Indonesia / Mohammad Budi SANTOSA

UNTUK USAHA BUDIDAYA TAMBAK


UDANG WINDU ANDA!
Hubungi Dinas Perikanan setempat untuk proses lebih lanjut

43 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF
DAFTAR PUSTAKA
PENYUSUN & EDITOR BMP

Suprapto NS Litbang Tirta Broup Bandar lampung, Penyakit udang dan


Penanggulangannya, Presentasi di Pelatihan Dasar- Dasar Budidaya Udang untuk
TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA
Second Generatiom, Surabaya, 25-26

Supito, Adiwijaya D, Taslihan A dan Callinan RB, Petunjuk Teknis Penerapan Wahju Subachri. Senior Fisheries Officer
(wsubachri@wwf.or.id)
BMPs pada Budidaya Tambak Udang Windu,BBBAP Jepara 2007
Wahju berpendidikan Budidaya Perairan dari Universitas Hang Tuah dan bergabung di WWF-
Indonesia sejak bulan November 2010. Tanggung jawab utama Wahju adalah
Guhfron H. Kordi K M, Budidaya Perairan Buku Kedua, PT. Citra Aditya Bakti,
mengembangkan dan memastikan implementasi Aquaculture Improvement Program (AIP)
Bandung 2009 pada berbagai wilayah prioritas WWF-Indonesia. Sebelum di WWF-Indonesia, Wahju pernah
bekerja di perusahaan budidaya dan spesialisasi bidang budidaya lebih dari 15 tahun.
Soeseno S, Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak, PT. Gramedia, Tahun 1983

D Balio D, Tookwinas S, Manajemen Budidaya Udang yang Baik dan Ramah M. Yusuf, Fisheries Science and Training Coordinator
(myusuf@wwf.or.id)
Lingkungan di Daerah Mangrove (Best Management Practice for a mangrove-
friendly shrimp farming), Aquaculture Departmen, South East Asian Fisheries Alumni Perikanan dan Manajemen Lingkungan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Bergabung di WWF-Indonesia mulai bulan Februari 2009. Sejak tahun 2000, aktif di LSM lokal
Development Center, 2003
bidang perikanan di Makassar, klub selam kampus, kegiatan penilaian AMDAL, dan
perusahaan export rumput laut. Tugasnya di WWF-Indonesia untuk pengembangan semua
Anonimus, Shrimp Health Management Extention Manual, NACA and MPEDA, panduan perikanan (BMP) dan pengembangan kapasitas stakeholder.
2003

Mohammad Budi Santosa, Fisheries Officer


Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Budidaya Lainnya, Yaitu :
(msantosa@wwf.or.id)

Alumni Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang yang telah bergabung dengan WWF-
1. Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Karamba 6. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos
Indonesia semenjak tahun 2011 dan ditugaskan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara.Tugas
Jaring Apung (KJA) chanos) utamanya adalah melakukan pendampingan teknis bagi pembudidaya udang skala kecil serta
mengadvokasi pemerintah daerah dan industri budidaya setempat untuk menerapkan
2. Budidaya Ikan Nila, Sistem Karamba 7. Budidaya Ikan Patin (Pangasius sp.)
perikanan budidaya yang bertanggung-jawab. Spesialisasinya adalah pemberdayaan dan
Jaring Apung (KJA)
8. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates pengembangan masyarakat, dengan pengalaman lebih dari 10 tahun.
3. Penanaman Mangrove pada Kawasan calcarifer, bloch) pada Karamba Jaring
Budidaya Tambak Udang Apung dan Tambak Idham Malik, Seafood Savers Officer for Aquaculture
(imalik@wwf.or.id)
4. Budidaya Rumput Laut Kotoni 9. Budidaya Abalon (Haliotis sp.)
(Kappaphycus alvarezii), Sacol Mulai aktif berkecimpung pada isu lingkungan pesisir semenjak masa kuliah di Universitas
10. Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis)
(Kappaphycus striatum), dan Spinosum Hasanuddin, Jurusan Perikanan. Idham bergabung di WWF-Indonesia semenjak Mei 2013 dan
bertanggung - jawab untuk pengembangan dan implementasi BMP Perikanan Budidaya di
(Eucheuma denticulatum) 11. Budidaya Udang Vannamei, Tambak wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya dengan melibatkan berbagai tingkatan pemangku-
5. Budidaya Rumput Laut Gracilaria Sp. Semi Intensif dengan Sistem IPAL kepentingan, mulai dari pembudidaya skala kecil, industri, akademisi, dan pemerintah.

Candhika Yusuf, National Aquaculture Program Coordinator


(cyusuf@wwf.or.id)
Selain panduan praktik perikanan budidaya, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya
tentang Perikanan Tangkap, Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, Kawasan Candhika terlibat pada kegiatan konservasi kelautan dan perikanan berkelanjutan sejak kuliah
di Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Dia bergabung di WWF-Indonesia pada tahun
Konservasi Perairan. Untuk keterangan lebih lanjut dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh
2009 sebagai Fisheries Officer di Berau dan sebagai Koordinator Nasional Program
panduan tersebut, silahkan kunjungi www.wwf.or.id. Aquaculture pada tahun 2011. Tugasnya sekarang adalah memastikan implementasi Program
Pengembangan Akuakultur untuk 11 komoditi.

45 | Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF Better Management Practices | BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) - TAMBAK TRADISIONAL DAN SEMI INTENSIF | 46

Anda mungkin juga menyukai