Anda di halaman 1dari 20

SUSTAINABLE

SEAFOOD
ID SUSTAINABLE

SEAFOOD
2015 W W F -I N D O N E S I A N AT I O N A L C A M PA I G N

WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38,
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461 Better Management Practices Seri
Seri Panduan
Panduan Perikanan
Perikanan Skala
Skala Kecil
Kecil

PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP


PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
Misi WWF
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam. Edisi
Edisi 22 || Februari
Februari 2015
2015
www.wwf.or.id
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan
Better Management Practices (BMP), Seri Panduan Perikanan Skala Kecil,
Perikanan Kerapu dan Kakap, Panduan Penangkapan dan Penanganan ini.
BMP ini adalah Edisi 2, dimana penyusunannya telah melalui beberapa
proses yaitu pengumpulan data lapangan dan desk study, kegiatan
percontohan (pilot project), internal review tim perikanan WWF Indonesia
serta Focus Group Discussion dengan beberapa ahli perikanan kerapu dan
kakap sebagai external expert reviewer.

BMP ini adalah panduan praktis yang khusus dapat diterapkan pada
penangkapan dan penanganan ikan kerapu dan kakap dalam skala kecil.
Sebagian besar bahan-bahan penyusunannya diambil dari pengalaman tim
perikanan WWF Indonesia di beberapa lokasi penangkapan di Wakatobi,
Berau, Teluk Cendrawasih, Kei dan Makassar. BMP ini merupakan living
document yang akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan di
lapangan serta masukan pihak-pihak yang bersangkutan.

Better Management Practices Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerja sama, masukan
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil dan koreksi pihak-pihak dalam penyusunan BMP ini yaitu kelompok nelayan
PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN di Kabupaten Wakatobi dan Berau, Universitas Hasanuddin Makassar, atas
Edisi 2 | Februari 2015 data dan informasi serta input dan koreksi yang diberikan. Kami senantiasa
terbuka kepada semua pihak atas segala masukan yang konstruktif demi
ISBN 978-979-1461-67-2 penyempurnaannya serta permintaan maaf yang dalam dari kami jika
© WWF-Indonesia terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses penyusunan BMP ini.

Februari 2015
Penyusun : Tim Perikanan WWF-Indonesia
Kontributor : Sudirman, Rijal Idrus, Aidah A.Husian
Penyusun
Ilustrator : Munawir dan M. Yusuf
Tim Perikanan WWF-Indonesia
Penerbit : WWF-Indonesia
Credit : WWF-Indonesia

Best Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | i


Daftar Isi DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY)

• Ukuran Tangkap Dibolehkan (UTB): • Krustase : Kelompok hewan yang tidak


Ukuran panjang atau bobot minimal ikan bertulang belakang dan memiliki kerangka
yang boleh ditangkap, dimana paling tidak luar atau cangkang
sudah memijah satu kali.
• Antibiotik : Senyawa yang berfungsi untuk
• Panjang Cagak / Fork Length (FL) : menghentikan atau menghambat serangan
panjang dari ujung moncong ikan hingga penyakit
ujung lekukan tengah ekor
• Protogini atau hermaprodit protogini: ikan
• Panjang Standar / Standard Length (SL): yang berjenis kelamin betina pada awal
Panjang dari ujung moncong hingga siklus hidupnya sampai mendekati umur
pertengahan pangkal sirip ekor. dewasa, kemudian berubah menjadi
jantan saat dewasa atau setelah memijah.
• Panjang Total / Total Length (TL):
panjang ukuran tubuh ikan diambil dari • Protandri atau hermaprodit protandri:
moncong sampai ujung sirip ekor. ikan yang berjenis kelamin jantan pada
awal siklus hidupnya sampai mendekati
• Log book: catatan hasil tangkapan nelayan dewasa, kemudian berubah menjadi betina
dalam satu kali usaha penangkapan. saat dewasa atau jika akan memijah.

• Estuaria : daerah muara sungai dimana • Corrugated Fibreboard : papan fiber yang
terjadi pertemuan air laut dengan air bergelombang.
tawar.
• Solid Fibreboard : papan fiber yang padat.
• Habitat : tempat hidup
Kata pengantar i • outer packing : kemasan bagian luar.
Daftar isi ii • Depa : satuan ukuran panjang, 1 depa
Daftar Istilah (Glossary) ........................................................................................................ 1 setara dengan 1,5 meter
I. Pendahuluan .................................................................................................................. 2
II. Tujuan .................................................................................................................. 4
III Biologi dan Ekologi Ikan Kerapu dan Kakap ................................................................ 5
1. Kerapu .................................................................................................................... 5
2. Kakap .................................................................................................................... 11
IV. Kelompok Nelayan ........................................................................................................ 13
V. Legalitas Usaha Penangkapan Ikan ............................................................................... 16
VI. Persiapan Penangkapan dan Penanganan Ikan Karang................................................ 18
VII. Alat Tangkap dan Metode Pengoperasian ..................................................................... 19
1. Pancing Ulur ........................................................................................................... 20
2. Pancing Tonda ....................................................................................................... 21
3. Rawai Dasar (bottom longline) .............................................................................. 22
VIII. Penanganan, Penampungan dan Pengangkutan ......................................................... 23
1. Ikan Karang Hidup ................................................................................................. 23
2. Ikan Karang Segar .................................................................................................. 24
3. Pengelolaan Perikanan Karang Yang Lestari ........................................................ 30
Lampiran

ii | Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | 1
I. PENDAHULUAN PADA KONDISI OVERFISHING PERLU ADANYA
KERANGKA PENGELOLAAN PERIKANAN UNTUK MENUNJUKKAN
PEMULIHAN STOK MELALUI KAIDAH PENGENDALIAN PENANGKAPAN, SERTA
ADANYA REKRUITMEN STOK DAN SPILL OVER IKAN DARI KAWASAN
PERLINDUNGAN LAUT. KONSEP INI DIKENAL DENGAN MPA FOR FISHERIES.

Komoditi perikanan karang paling banyak perikanan karang. Kerusakan ekosistem


dieksploitasi adalah jenis kerapu (Grouper) terumbu karang akan menyebabkan
dan kakap (Snapper). Jenis- jenis ikan ini sumber daya ikan karang berkurang
memiliki harga jual yang relatif lebih mahal sehingga perekonomian nelayan dari hasil
dibandingkan dengan jenis ikan karang penangkapan ikan karang juga akan
lainnya dan belum ada pembatasan terganggu. Permasalahan ini harus
penangkapan. Pola perdagangan ikan diantisipasi melalui pengelolaan perikanan
kerapu dan kakap juga memiliki trend lain karang berbasis ekosistem, metode
yaitu pemasaran ikan dalam keadaan hidup penangkapan dan penanganan, sampai
karena lebih mahal harganya. Sebagian pada pola perdagangan yang harus
nelayan menggunakan racun/potassium memperhatikan kelestarian sumber daya
Ikan karang merupakan salah satu sumber daya perikanan penting, untuk membius ikan sehingga dapat ikan. Metode penangkapan dan
baik secara ekonomi maupun secara ekologis. Aspek penting secara ditangkap dalam keadaan hidup. penanganan ini sangat menentukan
ekonomi ikan karang adalah sebagai komoditi perdagangan dan sudah kualitas ikan, dampak terhadap ekosistem
lama menjadi sumber kehidupan jutaan masyarakat nelayan Tekanan eksploitasi penangkapan yang serta harga yang layak, sehingga dapat
Indonesia. Secara global, produksi ikan karang Indonesia sekitar 7 % dapat menyebabkan overfishing dan cara menjamin kesejahteraan nelayan dan
dari produksi perikanan karang dunia. Ikan karang menjadi salah menangkap merusak menjadi keberlanjutan sumber daya perikanan
satu pemasukan devisa bagi negara, dan menyediakan kesempatan permasalahan utama dalam pengelolaan karang.
kerja bagi jutaan nelayan.

Secara ekologis, habitat ekosistem terumbu utama adalah destructive fishing, seperti
karang dan ikan-ikan karangnya, penggunaan racun/bius, bom atau trawl.
merupakan kawasan paling penting sebagai
mata rantai produktivitas perairan di laut. Tingginya eksploitasi ikan karang juga
Penangkapan ikan karang dilakukan pada memunculkan masalah lain yaitu terjadi
hampir semua kawasan terumbu karang di penangkapan berlebih atau overfishing
Indonesia. Metode penangkapan ikan terhadap ikan-ikan karang pada sebagian
karang sekarang yang cenderung merusak, besar wilayah terumbu karang. Hal ini
menjadi ancaman besar dalam pengelolaan dapat mengganggu keseimbangan ekologis
ekosistem terumbu karang. Ekosistem ekosistem terumbu karang dan
terumbu karang telah rusak sekitar 75 % di berkurangnya hasil tangkapan.
Indonesia dengan salah satu penyebab
Bom Ikan

2 | Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | 3
II. TUJUAN III. BIOLOGI DAN EKOLOGI IKAN KERAPU DAN KAKAP

Tujuan Umum Tujuan Khusus 1. Kerapu


• Menjaga kelestarian sumber daya • Meningkatkan pengetahuan nelayan
perikanan karang dan ekosistem laut skala kecil untuk bisa melakukan Kerapu atau Grouper adalah ikan dari Beberapa spesies juga ditemukan pada
melalui cara penangkapan yang ramah penangkapan ikan kerapu dan kakap famili Serranidae dengan subfamili kedalaman 100-200 meter, kadang-
lingkungan. secara ramah lingkungan. Ephinephelinae, dengan jumlah spesies kadang sampai pada kedalaman 500
159 di dunia, 39 jenis dapat di temukan meter. Tetapi umumnya memiliki
• Meningkatkan kesejahteraan nelayan • Meningkatkan dan kualitas tangkapan perairan di Indonesia, sementara di Asia habitat pada kedalaman 100 meter. Ikan
melalui pelaksanaan praktik nelayan ikan kerapu dan kakap skala Tenggara ada 46 jenis. kerapu adalah predator, mangsanya
penangkapan yang berkelanjutan dan kecil. adalah ikan, krustase dan cumi atau
penanganan yang baik. Ikan kerapu memiliki habitat di dasar sotong. Kerapu biasanya sembunyi di
perairan laut tropis dan subtropis. karang dan menyerang mangsanya.
Sebagian besar spesies kerapu Salah satu sifat biologi ikan kerapu ini
berasosiasi dengan terumbu karang di adalah protogini atau hermaprodit
daerah dangkal dan beberapa tinggal protogini.
pada kawasan estuaria dan berbatu,
berpasir dan berlumpur, meskipun
juvenile ikan kerapu ditemukan pada
daerah lamun.

Beberapa jenis kerapu yang banyak diperdagangkan serta informasi habitat dan
ukuran layak tangkapnya (dimodifikasi dari www.fishbase.org)

Nama ilmiah Nama Umum Habitat di daerah


Aethaloperca Kerapu berkarang dan tidak
bermigrasi. Kedalaman 1 -
rogaa
60 m, umumnya 3 - 60 m

Nama Umum Nama Daerah Panjang layak tangkap :


Redmouth Karet hitam minimal 34 Cm
Grouper

Habitat di daerah
Nama ilmiah Nama Umum berkarang dan tidak
Cepalopholis Kerapu bermigrasi.Kedalaman
10-150 m, umumnya
sonnerati
pada 20-150 m

Nama Umum Nama Daerah Panjang layak tangkap:


Tomato Karet Merah Betina: 28 cm
Jantan: 34 cm
Grouper

4 | Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | 5
Nama ilmiah Nama Umum Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
Habitat daerah
Epinephelus berkarang. Laut dekat
Cromileptes Kerapu tikus berkarang. Pada Kwaci abu-abu
cyanopodus/ karang; Pada
altivelis kedalaman 2-40 m.
Epinephelus kohleri kedalaman 2 - 150 m.

Nama Umum Nama Umum Nama Daerah


Nama Daerah
Baramundi Cod / Panjang layak tangkap : Speckled Panjang layak tangkap :
Kerapu tikus Kwaci abu-abu
Humpback Minimal 39 cm Minimal 64 cm
blue grouper
grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah berkarang.
berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu laut dekat karang. Ephinephelus Kerapu
karang. Pada kedalaman
corallicola Pada kedalaman 30 m corallicola Macan kecil 1 - 60 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap : Panjang layak tangkap:
Coral grouper Sue Sue Brown-marbled capan
Minimal 29 cm Minimal 50 cm
Grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
berkarang. laut dekat berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Epinephelus Kerapu
karang. Pada karang;Pada kedalaman
amblycephalus kedalaman 80 - 130 m hexagonatus 0 - 30 m.

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Panjang layak tangkap:
Banded - Starspotted -
Minimal 34 cm 19.0 cm
grouper Grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum
berkarang. laut dekat berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Epinephelus Kerapu bakau
karang. Pada kedalaman karang; Pada
bleekeri 30 - 104 m lanceolatus kedalaman 4 - 100 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Panjang layak tangkap:
Duskytail Kerapu batik Giant Grouper Bakau
Minimal 42 cm 129 Cm
grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum
Epinephelus berkarang, laut dekat berkarang. Laut dekat
Kerapu Epinephelus Kerapu
caerulea/ karang. Pada karang; Pada
E. punctatus kedalaman 2 - 65 m latifasciatus kedalaman 20 - 230 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


White-spotted Panjang layak tangkap: Stripped Panjang layak tangkap:
- Sosis
Minimal 42 Cm Minimal 86 cm
grouper Grouper

6 | Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | 7
Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
Nama ilmiah
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Epinephelus Kerapu
karang; Pada karang; Pada
longispinis kedalaman 1 - 70 m polyphekadion kedalaman 1 - 46 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Camou-flage - Panjang layak tangkap :
Longspine -
- Minimal 58 Cm
Grouper grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Ephinephelus Kerapu Ephinephelus Kerapu
karang; Pada karang; Pada
maculatus kedalaman 2 - 100 m
retouti kedalaman 20 - 220 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Red-tipped - Panjang layak tangkap
Highfin -
Minimal 35 Cm -
Grouper Grouper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
berkarang. Laut dekat Kerapu berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Epinephelus
karang; Pada karang; Pada
magniscuttis kedalaman 50 - 300 m.
sexfasciatus kedalaman 10 - 80 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Panjang layak tangkap:
Speckled - Sixbar -
- Minimal 13 Cm
Grouper Grouper

Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Epinephelus Kwaci Putih
karang; Pada karang; Pada
malabaricus kedalaman 0 - 150 m undulosus kedalaman 24 - 90 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Panjang layak tangkap:
Malabar - Wavy-lined Kwaci Putih
100 – 114 Cm 41 - 45 Cm
Grouper Grouper

Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Epinephelus Kerapu Plectorhinchus -
karang; Pada karang; Pada
multinotatus kedalaman 1 - 100 m
Lineatus kedalaman 1 - 35 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap: Yellow-banded - Panjang layak tangkap :
White-blotched -
41-50 cm -
Grouper sweetlips

8 | Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP | 9
Nama ilmiah Nama Umum
2. Kakap
Habitat daerah
Plectorhinchus - berkarang. Laut
Ikan kakap atau Snapper adalah Ikan kakap termasuk ikan predator,
multivittatus dekat karang
sekolompok ikan yang masuk dalam satu khususnya pada malam hari. Makanan
famili Lutjanidae, 4 subfamili, yang terdiri ikan kakap adalah kepiting, udang,
Nama Umum Nama Daerah dari 17 genera dan memiliki 103 spesies. krustase, siput, cumi-cumi/sotong,
Panjang layak tangkap:
Many-lined - plankton.
40 cm
Sweetlips Famili ikan ini ditemukan pada perairan
laut tropis dan subtropis pada daerah Sifat seksualitas biologis ikan kakap ada
berkarang, lamun dan berpasir. Kelompok yang berkelamin tunggal dalam seluruh
Nama Umum Habitat daerah
Nama ilmiah ikan kakap atau snapper hidup pada siklus hidupnya, dan ada juga yang bersifat
berkarang. Laut dekat
Plectorhinchus Sai Sing perairan dangkal sampai menengah yaitu hermaphrodit protandri, misalnya kakap
karang; Pada
areolatus kedalaman 1 - 20 m 100 meter, walaupun beberapa spesies bisa merah (Lutjanus sebae).
hidup sampai kedalaman 500 meter.
Nama Umum Nama Daerah
Panjang layak tangkap:
Squaretail Kerapu Sunuk Beberapa jenis kakap yang banyak diperdagangkan serta informasi habitat dan ukuran
Minimal 41 Cm
Leopard grouper layak tangkapnya (dimodifikasi dari www.fishbase.org)

Habitat daerah
Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum berkarang. Laut dekat
berkarang. Laut dekat Lutjanus Kakap karang; Pada kedalaman:
Plectropomus Sunu raja
karang; Pada 4 - 180 m, umumnya
laevis bohar
kedalaman 4 - 100 m 10 - 70 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap : Panjang layak tangkap :
Blacksaddled Sunu raja Twospot -
Minimal 60 Cm 39 – 42,9 cm
Coral Grouper red snapper

Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah


Nama ilmiah Nama Umum
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Plectropomus Tung SIng Lutjanus Kakap
karang; Pada karang; Pada
leopardus kedalaman 3 - 100 m
malabaricus kedalaman: 12 - 100 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap : Panjang layak tangkap:
Leopard Sunu Asli/ Merah Malabar Kakap merah
21 - 60 cm 54 – 57,6 Cm
Coral Grouper blood snapper

Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah Nama ilmiah Nama Umum Habitat daerah
berkarang. Laut dekat berkarang. Laut dekat
Plectropomus Tai Sing Lutjanus Kakap
karang; Pada karang; Pada
maculatus kedalaman 5 - 100 m sebae kedalaman: 5 - 180 m

Nama Umum Nama Daerah Nama Umum Nama Daerah


Bar-cheeked Sunu Bone Panjang layak tangkap : Panjang layak tangkap:
Emperor Kakap merah
Trout / Spotted Minimal 54 Cm 49 - 54.2 cm
red snapper
Coralgroupper

10| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |11
Nama ilmiah Nama Umum Habitat pada daerah IV. KELOMPOK NELAYAN
bentos, kedalaman:
Pristipomoides -
40 - 400 m, umumnya:
filamentosus 180 - 270 m

Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap :
Crimson -
37 - 52.0 Cm
Job fish

Nama ilmiah Nama Umum Dapat dijumpai di


Demersal; kedalaman:
Pristipomoides -
40 - 245 m ,Umumnya:
multidens 125 - 275 m

Nama Umum Nama Daerah


Panjang layak tangkap:
Goldband -
35 - 50 cm
jobfish

Dalam upaya meningkatkan Adanya partisipasi nelayan untuk membentuk


kesejahteraan nelayan yang suatu kelompok yang atas dasar kemauan
mandiri dan membina sendiri dengan mempunyai pandangan dan
kebersamaan untuk menjaga kepentingan yang sama dalam berusaha,
keberlanjutan usaha saling mengenal dengan baik, saling percaya,
penangkapan ikan kerapu dan serta memiliki kesamaan dalam hal
kakap yang dilakukan, kebiasaan, domisili, jenis usaha, dan jenis alat
disarankan nelayan yang tangkap ikan kerapu kakap.
belum berkelompok untuk
Mendapatkan pengesahan minimal dari
bergabung dalam atau
tingkat desa dan dibina oleh Dinas Kelautan
membentuk kelompok secara dan Perikanan setempat atau instansi terkait.
formal. Kelompok nelayan ini
harus menaati peraturan yang Terdiri dari beberapa atau banyak orang
berlaku pada daerah masing- anggota. Idealnya, satu kelompok
masing serta mengikuti beranggotakan 10-25 orang. Perempuan
prinsip-prinsip, yaitu: dalam hal ini memiliki hak yang sama untuk
menjadi anggota kelompok.

12| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |13
PEMBENTUKAN KELOMPOK HENDAKNYA BERASAL DARI Manfaat yang didapatkan dengan 2. Mendapatkan informasi yang bermanfaat
TEMPAT TINGGAL BERDEKATAN AGAR LEBIH MUDAH berkelompok: bagi anggota maupun kelompok itu
BERKOORDINASI, DAN ATAU LOKASI PENANGKAPAN YANG sendiri, misalnya harga ikan atau teknologi

SAMA SEHINGGA MEMUDAHKAN PENGELOLAAN. 1. Sesama anggota kelompok dapat penangkapan ikan terkini.
mendiskusikan permasalahan- 3. Dapat meningkatkan daya saing harga ikan
permasalahan terkait dengan kegiatan
kerapu dan kakap terhadap pasar karena
perikanan yang dilaksanakan
penjualan secara bersama-sama.

4. Berperan serta dalam mediasi jika terlibat

KETUA KELOMPOK dalam suatu konflik yang mungkin terjadi


dengan nelayan dari wilayah perairan lain.
SEBAIKNYA BERASAL
DARI NELAYAN
5. Stimulan hibah diserahterimakan kepada
kelompok
ITU SENDIRI 6. Akses permodalan melalui perbankan lebih
mudah

Kelompok penangkap ikan kerapu dan Kelompok nelayan melakukan pertemuan


kakap didampingi oleh pendamping rutin, minimal sekali sebulan sebagai
lapangan, contohnya Penyuluh Perikanan wadah untuk mendiskusikan kendala-
dan atau Petugas Teknis Perikanan dari kendala yang dihadapi dan pemecahannya
instansi terkait. serta kebutuhan – kebutuhan nelayan.

Kelompok memiliki struktur organisasi Memiliki kepengurusan yang dipilih secara


yang jelas, yaitu minimal memiliki ketua, demokratis, keanggotaan kelompok jelas,
sekretaris, dan bendahara, atau dan memiliki sistem administrasi
disesuaikan dengan struktur sosial yang kelompok.
ada di lingkungan nelayan setempat.
Mengupayakan kemitraan dengan pihak
Memiliki kegiatan produktif yang sama, terkait
yaitu penangkap ikan kerapu dan kakap
Sebagai wadah proses pembelajaran
wahana kerjasama unit penyedia sarana
ANGGOTA KELOMPOK TIDAK MEMPERKERJAKAN
dan prasarana produksi, unit produksi,
unit pengelolaan, serta pemasaran.
ANAK-ANAK USIA SEKOLAH
14| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |15
V. LEGALITAS USAHA PENANGKAPAN IKAN 4. Zona Larang Tangkap dan
3. Jenis Izin dan Persyaratannya
Perlindungan Jenis Ikan
a. Kapal ukuran 5 GT ke bawah
Semua usaha penangkapan ikan di seluruh
(Nelayan Kecil) Wilayah yang belum memiliki penetapan
wilayah perairan Indonesia harus memiliki
kawasan sebagai lokasi penangkapan ikan
legalitas usaha sesuai peraturan yang berlaku. Memiliki Bukti Pencatatan Kapal yang
sebaiknya mengupayakan terbentuknya
Peraturan terkait perikanan tangkap di permohonannya diajukan kepada Kepala
penetapan lokasi penangkapan ikan. Hindari
Indonesia yang menggunakan tombak, Dinas tingkap Kabupaten/Kota, tidak
melakukan penangkapan di kawasan
speargun, bubu, dan jaring dalam dipungut biaya, dan berlaku selama 1
konservasi, khususnya zona inti dan zona
penangkapan ikan kerapu dan kakap adalah: tahun.
perlindungan lainnya. Tentukan lokasi
penangkapan sebelum melaut agar tidak
Persyaratan: KTP Asli pemilik kapal,
masuk dalam zona larang tangkap.
1. Kewenangan Perizinan spesifikasi teknis alat tangkap, surat
pernyataan mengenai ukuran kapal dan
Penerbitan izin usaha perikanan tangkap Penangkapan dengan menggunakan Bubu dan
sanggup melaporkan hasil tangkapan.
untuk kapal perikanan berukuran di atas 30 Jaring sering kali ikan target bercampur
GT dan/atau di bawah 30 GT dengan tenaga dengan biota yang dilindungi, sudah langka,
Jika menangkap di luar wilayah domisili
kerja atau modal asing adalah adalah atau terancam punah. Jangan menangkap
administrasi, maka digunakan Bukti
kewenangan pemerintah, kapal di atas 5 GT biota tersebut, dan tertangkap secara tidak
Pencatatan Kapal Andon sebagai izin
sampai 30 GT adalah kewenangan sengaja (bycatch), lakukan penanganan sesuai
tertulis yang berlaku selama 6 bulan.
Pemerintah Propinsi, dan kapal 5 GT ke prosedur yang ada. Biota-biota tersebut
bawah adalah kewenangan Pemerintah Pengurusan legalitas nelayan kecil antara lain:
Alat Tangkap Speargun/Tombak, sebaiknya dilakukan oleh kelompok.
Kabupaten/Kota (UU No. 23/2014 Tentang • Semua jenis penyu laut.
Bubu, Jaring Ambai, dan
Pemerintahan Daerah). • Mamalia laut seperti lumba-lumba, paus,
Jaring Insang (Gillnet) b. Kapal ukuran lebih dari 5 GT ke atas
dan dugong.
Semua usaha perikanan tangkap dengan kapal • Ikan pari manta dan hiu
berukuran lebih dari 5 GT harus memiliki • Burung laut
Keempat alat tangkap untuk menangkap ikan
SIUP (Surat Izin Usaha Penangkapan). SIUP • Ikan Napoleon
kerapu dan kakap disebutkan dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan berlaku selama masih melakukan usaha
Agar tidak melanggar zona penangkapan dan
No. 6/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan penangkapan ikan yang digunakan untuk
biota dilindungi, perhatikan peraturan yang
di Indonesia. Nelayan dengan alat tangkap Perseorangan, Perusahaan, dan Penanaman
ada melalui pertemuan-pertemuan kelompok,
tersebut dapat melakukan penangkapan pada Modal (Permen Kelautan Perikanan No.
petugas penyuluh, dan sosialisasi instansi
jalur (0-4 mil) dan di seluruh Wilayah 57/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas
terkait. Jenis-jenis biota yang dilindungi
Pengelolaan Perikanan (WPP) dalam wilayah Permen Kelautan Perikanan No. 30/2012
dapat dilihat pada lampiran BMP ini.
negara Republik Indonesia (Kepmen No. Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di
6/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia).
Republik Indonesia; Permen No. 42/2014
Tentang Perubahan Atas Permen No. 2/2011
Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan
Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat WILAYAH YANG BELUM MEMILIKI PENETAPAN KAWASAN
Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah SEBAGAI LOKASI PENANGKAPAN IKAN SEBAIKNYA MENGUPAYAKAN
Pengelolaan Perikanan Negara Republik TERBENTUKNYA PENETAPAN LOKASI PENANGKAPAN IKAN.
Indonesia).

16| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |17
VI. PERSIAPAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN IKAN KARANG VII. ALAT TANGKAP DAN METODE PENGOPERASIAN

Pancing ulur Pancing Tonda Rawai Dasar

Bagian- Senar panjang dengan Kawat bendrat yang Rawai dasar terdiri dari
bagian /alat mata pancing di ujungnya disambung senar rangkaian tali utama, tali
tangkap sepanjang 5 meter dan pelampung, tali utama, tali
cabang dan mata pancing.
diujungnya diberikan mata
Satu unit terdiri dari 100
pancing mata pancing
menggunakan pelampung
2 buah, 150 mata pancing
3 pelampung dan 175 mata
pancing 4 pelampung.
Jarak antar tali cabang 7
depa, panjang tali cabang 2
depa.

Jenis umpan Dibuat dari kombinasi Dibuat dari kombinasi umpan ikan layang atau
plastik dan benang warna- plastik dan benang warna- ikan rucah
warni, atau umpan ikan warni, atau umpan ikan
layang layang

Cara Ulurkan pancing sedekat Pengoperasian pancing Rawai dasar dipasang


penangkapan mungkin dengan terumbu tonda dilakukan diatas pada area dekat dengan
Palka / Penampungan Ikan Kerapu Hidup karang, tarik ke atas perahu yang bergerak. terumbu karang, kemudian
beberapa kali agar umpan Pancing diturunkan ke ditunggu selama 15 menit
terlihat seperti ikan kecil dalam air hingga mata kail untuk kemudian ditarik
Persiapan administrasi • Mengetahui dan menentukan lokasi yang bergerak. tunggu melayang dekat terumbu
penangkapan ikan. Lokasi hingga dimakan ikan, karang, ditarik-tarik agar
penangkapan ikan harus sesuai dengan kemudian ditarik umpan terlihat seperti ikan
Sebelum melakukan kegiatan penangkapan kecil yang bergerak-gerak
ikan kerapu dan kakap, pastikan peruntukan pemanfaatannya sehingga menarik
sebagaimana ditetapkan oleh perhatian ikan target.
tersedianya dokumen kapal terbaru yang
Jika umpan sudah
berlaku, perizinan, dan catatan hasil pemerintah dan atau kesepakatan adat. termakan ikan, perahu
tangkapan. dihentikan, kawat pancing
ditarik pelan-pelan ke arah
perahu.
Persiapan operasional Persiapan penanganan ikan
penangkapan Lokasi Area terumbu karang, Area terumbu karang, Area terumbu karang,
dan target kedalaman 20-50 meter. kedalaman 20-50 meter. kedalaman hingga 50
Kebutuhan proses penanganan ikan setelah Target tangkapan berupa Target tangkapan berupa meter. Target tangkapan
penangkapan
• Kebutuhan teknis penangkapan penangkapan, antara lain: tempat kerapu, kakap dan ikan kerapu, kakap dan ikan berupa kakap, kerapu dan
karang lainnya karang lainnya ikan karang lainnya.
(misalnya alat tangkap dan umpan, penyimpanan ikan dan es untuk ikan segar,
BBM) dan kebutuhan selama operasi palka bersirkulasi untuk ikan hidup.
Waktu Dapat dilakukan sepanjang Dapat dilakukan sepanjang Dapat dioperasikan
penangkapan (bekal, kondisi kapal, alat penggunaan hari, ummnya pada pukul hari, ummnya pada pukul sepanjang siang dan
keselamatan). 05:00–15:00 05:00–15:00 malam hari, tapi umumnya
pada pagi sampai sore hari
• Kondisi dek dan palka/penampungan
dalam keadaan baik dan bersih. Modal Perahu mesin tempel. Perahu mesin tempel. Perahu hingga 6 GT. Bahan
usaha Bahan bakar dan konsumsi Bahan bakar dan konsumsi bakar dan konsumsi 5 – 15
Memiliki penampungan bersirkulasi air sekitar 40 ribu - 300 ribu, sekitar 40 ribu - 300 ribu, juta, tergantung jarak
laut jika hasil tangkapan dijual dalam tergantung jarak tergantung jarak jangkauan dan lama
jangkauan jangkauan berlayar (maksimal 7 hari)
keadaan hidup. Disarankan
menggunakan penutup palka agar ikan Pengoperasian 1 orang pemancing 1 orang pemancing 4 orang; 1 kapten, 3
pemancing. Bisa juga hanya
tidak kena panas matahari. dioperasikan 1 orang.

18| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |19
1. Pancing Ulur 2. Pancing Tonda

Pancing ulur adalah jenis pancing yang


paling sederhana. Alat ini hanya terdiri
dari tali pancing, pemberat, mata
pancing dan umpan.

Ikan hidup yang dijadikan umpan


adalah ikan tembang atau ikan-ikan
kecil lainnya. Umpan ikan segar berupa
kawat dan sarung tangan sancing tonda
ikan-ikan kecil atau ikan segar yang
dipotong-potong. Umpan buatan Pengoperasian pancing ini memerlukan
umpan buatan pancing tonda
adalah umpan dari bahan berwarna perahu atau kapal bermotor yang selalu
cerah, seperti merah dan hijau dari bergerak yang bisa dioperasikan 1 orang
Pancing Tonda untuk ikan karang, yang
kain/benang halus (ukuran 1 meter yang atau lebih.
biasa disebut dengan kedo-kedo
dipotong 10-20 Cm).
merupakan alat pancing yang terdiri dari
kawat stainless (antikarat) lentur yang Jika umpan sudah termakan ikan,
Pemancingan dilakukan pada maka kecepatan perahu ditambah
dihubungkan dengan tali senar dengan di
kedalaman 20-50 meter (15-45 depa). beberapa saat agar ikan terkait dengan
ujungnya, kemudian ditarik oleh perahu
Pancing yang telah dibuang ke laut, kuat. Setelah itu perahu dihentikan,
atau kapal yang bergerak.
dihentak-hentakkan sampai umpan kawat pancing ditarik pelan-pelan ke
termakan oleh ikan. arah perahu. Kemudian ikan dinaikkan ke
Umpannya adalah ikan hidup seperti
Armada/Perahu Pancing Ulur atas dek kapal dan melepaskan dilepaskan
tembang dan ikan-ikan kecil lainnya
yang ditangkap sebelumnya. Umpan dari mulut ikan.
lain yang biasa digunakan adalah umpan
dari bahan berwarna cerah berupa benang Pengoperasian pancing kedo-kedo
sutera dan potongan kaleng. Adanya dilakukan dengan cara pancing diturunkan
tarikan dan umpan yang bergerak di dalam ke dalam air hingga mata kail melayang
air akan merangsang ikan untuk dekat dasar perairan, ditarik-tarik agar
memangsanya. umpan bergerak-gerak sehingga menarik
perhatian ikan target.

20| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP BetterManagement Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |21
3. Rawai Dasar ( ) tali cabang 7 depa, panjang tali cabang 2
VIII. PENANGANAN, PENAMPUNGAN, DAN PENGANGKUTAN
depa. Umpan berupa ikan tembang yang
ditangkap sebelumnya.
Rawai dasar terdiri dari rangkaian tali 1. Ikan Karang Hidup
utama, tali pelampung, tali utama, tali Rawai dasar dipasang memanjang.
cabang dan mata pancing. Kemudian Setelah rangkaian terakhir dipasang, Ikan yang tertangkap dari kedalaman lebih
alat-alat perlengkapannya adalah maka kapal akan kembali ke rangkaian dari 20 depa biasanya perutnya gembung,
penggulung rawai, keranjang tempat pertama untuk melakukan hauling atau sehingga perlu mengeluarkan angin dari
menyusun rawai. mengangkat hasil tangkapan. Waktu perut ikan. Disarankan pancing ditarik
setting tidak boleh terlalu lama agar pelan-pelan agar perut ikan tidak gembung
Operasi penangkapan rawai dasar tidak tersangkut pada batu karang, atau dan tersiksa.
menggunakan armada kapal/perahu sekitar 10-30 menit.
bermotor. Setting rawai dasar untuk Cara mengeluarkan angin adalah
penangkapan ikan kerapu dan kakap melakukan penyuntikan. Ada 2 cara
dapat dilakukan sepanjang hari sampai penyuntikan, yaitu disuntik melalui anus
malam pada kedalaman 20-30 depa dan pada bagian gelembung renang di
dekat dengan dasar perairan. perut. Jarum yang digunakan berlubang di
tengah untuk mengeluarkan udara dari
Satu unit rawai yang terdiri dari 100 mata tubuh ikan tersebut.
pancing menggunakan pelampung 2 buah,
150 mata pancing 3 pelampung dan 175 Ikan dimasukkan ke dalam bak
mata pancing 4 pelampung. Jarak antar penimbangan kerapu hidup
Mata Pancing Rawai
penampungan (palka) di kapal. Jika posisi
ikan selalu berada didasar bak, berarti • Pada hari ke-2, semua ikan direndam
terlalu banyak angin yang dibuang, maka dalam antibiotik (jenis yang biasa
perlu ditambah angin dengan cara digunakan berupa bubuk berwarna
Operasi rawai dasar
menyuntik kembali dan meniupkan udara kuning, atau lebih umum dikenal dengan
melalui lubang jarum. Setelah sampai di nama elbajo. Ikan yang dipindahkan ke
karamba, lakukan penimbangan, dalam karamba lain. Sedangkan ikan
pemilahan dan pengobatan terhadap ikan yang sakit atau memiliki insang keputih-
karang, dengan cara: putihan ditempatkan pada karamba yang
berbeda.
• Ikan direndam dalam wadah yang
berisi air tawar sambil memeriksa Ikan luka yang telah diobati dimasukkan
kondisi ikan, jika ada ikan yang kedalam keramba apung yang berbeda
siripnya rusak, segera digunting, dengan ikan yang sehat. Ikan yang
kemudian ditempatkan dalam ditampung dalam karamba diberikan
karamba. pakan berupa ikan segar.

Jumlah yang sudah memenuhi kuota


pengangkutan kapal dengan kurun waktu
tidak lebih dari dua minggu. Pengangkutan
LAKUKAN PENCATATAN HASIL TANGKAPAN SEPERTI FORMAT TERLAMPIR (LOGBOOK) ikan-ikan ini tidak dikemas secara khusus,
PENCATATAN IKAN AKAN MEMBANTU NELAYAN MELAKUKAN PERENCANAAN PENANGKAPAN hanya ditempatkan pada palka atau bak
YANG LEBIH BAIK PADA WAKTU ATAU TAHUN BERIKUTNYA, SERTA MEMBANTU PEMERINTAH penampungan yang dilengkapi dengan
sistem sirkulasi air laut.
DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN YANG LEBIH BAIK
22| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |23
mencapai bagian tengah ikan. Jika
suhu belum mencapai 0°C tambahkan
es. Cek suhu tengah ikan untuk masing-
masing palka atau boks fiber.
Ulangi prosedur tersebut pada 2 jam
kedua dan saat proses chilling sampai 5
jam.Pastikan suhu tengah ikan 0°C
sebelum ikan di-packing. Cara
melakukan packing adalah:
1. Siapkan perlengkapan packing : boks
Pengecekan suhu tubuh ikan fiber / boks gabus, plastik pelapis,
spidol, stiker label, tali strapping,
lakban putih, sarung tangan.
LUMPUR ES
2. Cek suhu tengah ikan yang telah
ADALAH CAMPURAN
di-chilling.
ES : AIR LAUT
3. Siapkan boks fiber atau boks gabus,
DENGAN PERBANDINGAN lapisi bagian dalamnya dengan
2:1 plastik (plastik berguna untuk
menjaga suhu ruang dalam boks
tetap stabil sehingga suhu tengah
Ikan yang telah ditangkap langsung
tubuh ikan tidak naik +2°C, isi es
dimasukkan ke dalam palka atau boks
dengan ketebalan 5 cm.
fiber yang berisi lumpur es.
Pertahankan suhu pada 0°C, jika suhu
naik tambahkan es kembali. Pada tahap
ini bisa dilakukan pemilihan ikan
berdasarkan ukuran dan kualitas, atau
bisa juga tahap pemilihan tersebut
dilakukan pada proses packing ikan.

Jumlah ikan yang masuk selama tahap


2. Ikan Karang Segar cold shock kill adalah 50-60 % dari
Ikan karang yang tertangkap langsung palka yg kedap air) atau bisa kapasitas palka atau boks fiber.
disimpan dalam palka perahu yang berisi menggunakan boks fiber secukupnya.
es jika waktu penangkapan lebih dari 1 Lumpur es ini bertujuan untuk Setelah kapasitas palka atau boks fiber
hari atau langsung dibawa pulang dan mematikan ikan seketika dengan tujuan terpenuhi, buang/sedot air=
dijual. daging ikan tetap dalam kondisi prima kemudian tambahkan es secukupnya
(cold shock kill) dan pembekuan untuk proses pembekuan (chilling).
Siapkan lumpur es (ice chilled) bersuhu (chilling), selain itu secara tidak
tepat 0°C (gunakan thermometer langsung juga untuk membersihkan Proses chilling dilakukan selama 5 jam,
digital). Jika suhu belum mencapai 0°C tubuh ikan dari kotoran yang melekat. pada 2 jam pertama cek suhu tengah
tambahkan es. Lumpur es bisa ikan (center body) dengan cara
ditempatkan pada palka kapal (jika ada thermometer pada anus ikan hingga

24| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |25
STANDAR PENGEMASAN GARUDA INDONESIA UNTUK
PENGIRIMAN KARGO PESAWAT

a. Pengepakan ikan segar dapat mengacu pada:


• IATA Regulation
• Indonesia National Standard, No. SNI 01-4858-2006

b. Penggunaan boks gabus sebagai outer packing wajib menggunakan


SNI No. 01-4858-2006

c. Penggunaan Corrugated Fibreboard dan Solid Fibreboard sebagai outer


packing menggunakan acuan pada IATA Regulation denngan ketentuan
wajib sebagai berikut:

Lumpur Es Absorbent

Corrugated Fibreboard
4. Masukkan ikan ke dalam boks 8. Tandai boks dengan stiker label di
dengan posisi perut di atas bagian samping yang sudah diisi
Plywood
(bertujuan agar daging bagian bawah nama pembeli, nomer boks, serta
ikan tidak rusak) secara berjajar ukuran, jumlah dan jenis ikan dalam
(horisontal). Susunan dari bawah ke masing-masing boks tersebut. Ikan Styrofoam
atas es-ikan-es-ikan-es dan siap dikirim ke konsumen.
seterusnya.
5. Setelah box penuh (kapasitas fiber
120 kg, styrofoam 30 kg disesuaikan
ukuran box) lapisi bagian atas
dengan es setebal 5-10 cm.
6. Kebutuhan es dalam box disesuaikan
dengan alat transportasi pengangkut
dan juga jarak tempuh hingga sampai
ke tangan konsumen.
7. Tutup plastik pelapis dan tutup boks,
kemudian diikat dengan tali
strapping untuk boks fiber atau
lakban untuk boks gabus.

26| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |27
Konstruksi Kemasan
Plastic Sheet
• Kemasan luar terbuat dari kardus berombak (fibreboard) dua dinding
dengan ketebalan minimal 6 mm atau kardus padat. Tipe kertas yang
digunakan adalah kertas dengan berat 200 gram.

• Kemasan dalam:
1. Kardus berombak di setiap sisinya untuk menjaga kekuatan kemasan. Absorbent
2. Kayu lapis (triplek tebal) dengan ketebalan minimal 3 mm dapat Plywood
diletakkan di setiap sisi panjang untuk menjaga kekuatan kemasan
3. Styrofoam dapat diletakkan di dasar kemasan dalam untuk mencegah Styrofoam
produk mengalami kontaminasi dengan kotoran dari luar.

• Ikan segar dan es diletakkan diatas lembaran plastik, dan bungkus Double lidded
lembaran plastik tersebut ke sekeliling ikan dan es, kemudian pilin/putar wall corrugated
kedua sisi lembaran plastik . fibreboard

• Penyerap (absorbent) harus digunakan, letakkan minimal untuk


Plastic sheet
membungkus ikan.

Absorbent

Ketentuan umum Styrofoam


Dry ice put inside
the gills only Gel ice
• Isi perut ikan harus dibersihkan, termasuk insangnya. Pastikan bahwa
ikan tersebut cukup kering sebelum dipersiapkan untuk diangkut.

• Letakkan dry ice hanya di dalam insang. Letakkan ice gell secukupnya di Catatan untuk ilustrasi :
sekitar ikan.
Istilah bahasa inggris diganti dengan bahasa Indonesia, sebagai berikut :
• Bila es basah digunakan sebagai pendingin, es harus dibungkus dengan • Plastic Sheet : Kantong Plastik
plastik polyethylene rangkap 2 atau di dalam botol plastik dan di tutup • Absorbent : Lapisan Penyerap
rapat. • Plywood : Plywood
• Styrofoam : Styrofoam
• Tutup rapat kemasan dengan perekat. Pencantuman label dan marking • Lidded wall : Lapisan kayu penutup terluar
mengacu pada IATA Regulation.
• Double Corrugated Fibreboard : Dua lapis papan fiber bergelombang
• Gel Ice : Es jelly
• Dry ice is put inside the gills only : Biang es hanya ditempatkan di dalam
insang dan rongga perut saja

28| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |29
3. Pengelolaan Perikanan Karang Yang Lestari LAMPIRAN
Log Book / Pencatatan Hasil Tangkapan
Pengelolaan perikanan karang Praktek penangkapan perikanan
berkelanjutan mengacu pada : karang haruslah mengikuti
prinsip-prinsip pemanfaatan yang
1. Pengelolaan sumberdaya perikanan ramah lingkungan dan
- Memastikan kondisi terumbu karang berkelanjutan, yaitu :
terjaga dan tidak rusak
- Memastikan tersedianya stok 1.Tidak menggunakan metode
perikanan berdasarkan kuota dan penangkapan ikan yang merusak.
ukuran tangkapan
- Mentaati peraturan pemerintah 2.Tidak diperbolehkan menangkap di
khususnya zonasi penangkapan daerah pemijahan ikan atau di tempat–
- Tidak menangkap ikan pada tempat yang diketahui sering banyak
perlindungan ikan berkumpul untuk memijah.

2. Penanganan perikanan untuk 3.Tidak diperbolehkan menangkap ikan-


perdagangan, yaitu dengan ikan yang belum dewasa.
membangun kesepakatan
penanganan antara nelayan, 4.Tidak mengambil atau menangkap
pengepul dan pembeli tentang cara spesies – spesies yang terancam punah
penanganan yang baik dan atau dilindungi.
bermanfaat untuk peningkatan mutu,
kualitas perikanan serta kualitas 5.Meminimalkan adanya tangkapan
sumberdaya perikanan sampingan (bycatch).

30| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |31
Bukti Pencatatan Kapal untuk Nelayan Skala Kecil
Format Logbook Secara Biologi untuk Tujuan Penelitian dan Pengelolaan Perikanan Lebih Baik

FORMAT PENGUKURAN PANJANG-BERAT DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD ( TKG )


Tgl Trip / Tempat
Tgl Pencatatan
Penangkapan Pendaratan
% Jumlah Lokasi
Nama Pengepul
Sampling Penangkapan
Nama Pencatat Nama Lokal Nama Indonesia

DATA PENGUKURAN

Nama Spesies :

No. FL (cm) Berat (g) TKG Sex (J / B) No. FL (cm) Berat (g) TKG Sex (J / B)

Andon untuk Nelayan Skala Kecil

32| Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP Better Management Practices | PERIKANAN KERAPU DAN KAKAP |33
DAFTAR PUSTAKA
PENYUSUN & EDITOR BMP

TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA


• Allen, G.R., FAO species catalogue. Vol. 6. 1985. Snappers of the world. An annotated and
illustrated catalogue of lutjanid species known to date. FAO Fish.Synop., (125)Vol.6:208 p. Rome, Muhammad Yusuf, National Coordinator for Fisheries Research and Development
(myusuf@wwf.or.id)
Italy.
Muhammad Yusuf, menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Hasanuddin,
• Coral Reef Management and rahabilitation Program (COREMAP). 2005. Kementerian Kelautan Makassar. Gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) diperoleh dari program studi Budidaya Perairan, dan
Master Sains (M.Si) dari konsentrasi Manajemen Lingkungan Hidup. Yusuf bergabung di WWF-
dan Perikanan Republik Indonesia.
Indonesia pada Februari 2009, tugasnya dalam program perikanan WWF-Indonesia adalah
pendataan perikanan, capacity building, penyusunan best practices atau panduan terbaik dan
• Garuda Indonesia Cargo, 2009. Workshop Komisi Tuna Indonesia. Jakarta, 10 Desember 2009. publikasi ilmiah. Sampai saat ini paling tidak sudah 27 panduan terbaik bidang perikanan
tangkap, budidaya dan bycatch telah disusun di bawah koordinasinya.

• Heemstra ., Phillip C. And Randall., John E. 1993. FAO SPECIES CATALOGUE. VOL. 16.
Abdullah Habibi, Aquaculture and Fisheries Improvement Manager
GROUPERS OF THE WORLD. Family Serranidae, Subfamily Epinephelinae, An Annotated and (ahabibi@wwf.or.id)
Illustrated Catalogue of the Grouper, Rockcod, Hind, Coral Grouper and Lyretail Species. Rome,
Italy. Abdullah Habibi bergabung di WWF-Indonesia sejak tahun 2009, Habib dipercaya sebagai
Fisheries and Aquaculture Improvement Program Manager. Habib bertanggungjawab
diantaranya untuk mensupervisi inisiatif untuk mentransformasi praktek perikanan tangkap dan
• Packard, MacArthur, APEC, NMFS, TNC, MAC. July 2004. The International Standard for the budidaya sesuai dengan standar Better Management Practices serta sertifikasi ekolabel Marine
Trade in Live Reef Food Fish. Stewardship Council dan Aquaculture Stewardship Council. Habib memiliki gelar sarjana dari
Jurusan Ilmu Kelautan dari Universitas Diponegoro serta master dari Enviromental Science and
Management dari Southern Cross University di Australia.
• Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). www.seafdec.org.
Achmad Mustofa, Capture Fisheries Coordinator
• Sudirman. 1997. Analisis Struktur Populasi dan Tekanan Eksploitasi Ikan Kerapu (Grouper) di (amustofa@wwf.or.id)
Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin,
Makassar. Achmad Mustofa, bergabung dengan WWF Indonesia sejak tahun 2010. Sarjana Ilmu Kelautan
Undip Semarang ini aktif di dunia konservasi perikanan dan kelautan semenjak bergabung
dengan Marine Diving Club Undip (2006-2009) dan Yayasan TAKA Semarang (2009-2010).
• www.fishbase.org “Menarik sekali melihat nelayan menangkap tuna sebesar 87 kg hanya dengan pancing ulur, dan
menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk menjaga kelestariannya”.

Candhika Yusuf, Aquaculture Program Coordinator


(cyusuf@wwf.or.id)
Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Perikanan Tangkap Lainnya, Yaitu :
Candhika terlibat pada kegiatan konservasi kelautan dan perikanan berkelanjutan sejak kuliah
di Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Dia bergabung di WWF-Indonesia pada tahun
1. BMP Perikanan Kerang, Panduan 6. BMP Perikanan Lobster, Panduan 2009 sebagai Fisheries Officer di Berau dan sebagai Koordinator Nasional Program Aquaculture
pada tahun 2011. Tugasnya sekarang adalah memastikan implementasi Program
Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan.
Pengembangan Akuakultur untuk 11 komoditi.
2. BMP Perikanan Tuna, Panduan Penangkapan 7. BMP Perikanan Kepiting Bakau, Panduan
dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan.
Sugiyanta, Southern Eastern Sulawesi Project Leader
8. BMP Ikan Baronang - Kakatua, Panduan (sugiyanta@wwf.or.id)
3. BMP Perikanan Cakalang (Pole And Line),
Panduan Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan. Lulus dari Fakultas Biologi UGM pada tahun 1994, jurusan Biologi Lingkungan. Pada tahun 1995
-1997 sebagai tenaga lepas di P3O LIPI dalam program survei Kelautan “Operation Wallacea”
4. BMP Penangkapan Udang Ramah 9. BMP Right Based Fisheries Management di Wakatobi Kabupaten Buton untuk posisi Junior Scientist. Selanjutnya bergabung
dengan Yayasan Badan Pengembangan Wallacea masih diprogram yang sama kerjasama
( RBFM ) dengan Operation Wallacea dari 1998 hingga 1999, tahun 2000 melaksanakan program
Lingkungan percontohan Budidaya Ikan Bandeng dan Kerapu tikus. Agustus 2008 bergabung dengan WWF
10. Mengenali Produk Perikanan Hasil Wakatobi sebagai Fisheries Officer, 2010 sebagai Senior Officer dan Project Leader Wakatobi
5. BMP Perikanan Abalone sejak 2011.
Destructive Fishing (Bom dan Bius).
Dwi Ariyogagautama, Bycacth Fisheries Coordinator
(dariyogagautama@wwf.or.id)

Yoga bergabung di klub selam Marine Diving Club pada tahun 2003 dan lulus dari Ilmu
Selain panduan praktik perikanan tangkap, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya tentang Kelautan, Universitas Diponegoro pada tahun 2007. Karirnya dalam bidang kelautan dimulai
Perikanan Budidaya, Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, dan Kawasan bersama Yayasan Pelangi Indonesia dalam program adaptasi perubahan iklim bersama
nelayan ikan hias di Banyuwangi. Tahun 2009 bergabung dalam program Kelautan WWF-
Konservasi Perairan. Untuk keterangan lebih lanjut dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh Indonesia sebagai Fisheries Officer di Kab. Flores Timur, Lembata, dan Alor. Sejak tahun 2013,
panduan tersebut, silahkan kunjungi www.wwf.or.id Yoga dipercaya membawahi program perbaikan performa perikanan tuna sebagai Tuna
Specialist Senior Officer dan setahun kemudian berperan sebagai Bycatch and Sharks
Conservation Coordinator.

Anda mungkin juga menyukai