Biomed
Biomed
Memahami unsur unsure penyusun sel hidup dari yang terkacil sampai organisme/makhluk hidup
Unsur kimia utama penyusun mahluk hidup adalah bahan minor penyusun kerak bumi (kandungan utama
47% O, 28% Si, 7.9% Al, 4.5% Fe, dan 3.5% Ca).
Enam unsur utama penyusun sel hidup adalah: C, H, N, O, P, dan S
H 1 2/3
O 2 1/4
N 3 1/70
C 4 1/10
Kemudian, identifikasi tipe molekul yang ditemukan dalam mahluk hidup
Asam Amino
Nukleotida
Karbohidrat
Lipida
2. Memahami mekanisme biomolekul yang membuat makhluk hidup menjadi hidup
ENERGI,
hal yang perlu diketahui adalah cara:
Memperolehnya
Mengubahnya
Memanfaatkannya
MOLEKUL SEDERHANA ,
hal yang perlu diketahui adalah cara:
Mengubahnya
Mempolimerisasikannya
Mendegradasinya
MEKANISME KIMIA, untuk:
• Memperoleh energi
• Menjalankan reaksi kimia secara berurutan
• Mensintesis & mendegradasi makromolekul
• Mempertahankan suatu keadaan steady state yang dinamis
• Swarakit kembali struktur yang kompleks
• Menggandakan diri secara akurat dan efisien
• Mempertahankan keteraturan proses biokimia
Senyawa Pembangun
• Gula sederhana
• Asam amino
• Nukleotida
• Asam lemak
Makromolekul
• Polisakarida
• Protein (peptida)
• RNA or DNA
• Lipid
3. Memahami hubungan antara berbagai macam bidang keilmuan, mis biologi, biokimia, fisiologi ( Hubungannya)
Kimia Organik yang mempelajari sifat-sifat biomolekul.
Biofisika, yang memanfaatkan teknik-teknik fisika untuk mempelajari struktur biomolekul.
Nutrisi, yang memanfaatkan pengetahuan tentang metabolisme untuk menjelaskan kebutuhan makanan bagi mahluk
hidup mempertahankan kehidupan normalnya.
Kesehatan, yang mencari pemahaman tentang keadaan sakit dari sudut pandang molekular.
Mikrobiologi, yang menunjukkan bahwa organisme sel tunggal dan virus cocok untuk digunakan sebagai sarana
mempelajari jalur-jalur metabolisme dan mekanisme pengendaliannya.
Fisiologi, yang mempelajari proses kehidupan pada tingkat jaringan dan organisme.
Biologi sel, yang mempelajari pembagian kerja biokimia dalam sel.
Genetika, yang mempelajari mekanisme penyusunan identitas biokimia sel.
4. Memahami tentang respirasi aerob dan aerob (respirasi sel)
Aerob merupakan Respirasi yang satu ini dapat diartikan sebagai reaksi katabolisme yang memerlukan aerobic.
Dengan demikian, dalam prosesnya keberadaan oksigen sangat diperlukan. Hasil dari reaksi ini adalah energi
dengan jumlah yang banyak.
Energi tersebut disimpan dalam bentuk energi kimiawi yang dikenal dengan nama ATP. Energi ATP ini nantinya
akan digunakan oleh sel di dalam tubuh makhluk hidup untuk menunjang kepentingan tubuh. Seperti pertumbuhan,
gerak, transportasi, reproduksi dan kegiatan lainnya. Secara singkat, rumus yang umumnya menggambarkan
respirasi aerob adalah C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20.
Respirasi Anaerob merupakan pernapasan yang tidak memerlukan oksigen atau o2. Respirasi satu ini terjadi pada
bagian sitoplasma yang memiliki tujuan untuk mengurai senyawa bersifat organik. Berbeda dengan respirasi aerob,
respirasi anaerob hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu sekitar 2 ATP
Proses respirasi anaerob ini bisa Anda dijumpai pada reaksi fermentasi juga pernapasan intra-molekul. Jika pada
reaksi aerob, terdapat pembebasan CO2 dan H2O secara sempurna. Maka, pada respirasi anaerob, glukosa akan
dipecah secara tidak sempurna menjadi senyawa H2O dan juga CO2.
Pada respirasi anaerob ini, hidrogen bercampur bersama sejumlah komponen. Seperti asam piruvat dan asetaldehida,
yang kemudian membentuk asam laktat juga etanol. Sementara itu pada respirasi aerob, hydrogen yang dibebaskan
akan bersatu dengan O2 dan membentuk H2O
Jika dilihat dari pengertiannya, respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang berlangsung dalam suasana aerob
(ada oksigen) yang umumnya dilakukan oleh organisme tingkat tinggi. Sementara respirasi anaerob adalah reaksi
katabolisme yang berlangsung dalam suasana anaerob yang umumnya dilakukan oleh organisme tingkat rendah.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan beberapa perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob.
Perbedaan ini antara lain meliputi proses, lokasi, dan produk yang dihasilkannya masing-masing. Berikut perbedaan
respirasi aerob dan anaerob:
1. Perbedaan Kebutuhan Oksigen
Seperti disinggung pada pengertian keduanya, perbedaan mendasar antara respirasi aerob dan anerob adalah terletak
pada butuh atau tidaknya organisme kepada oksigen. Biasanya oksigen ini dipakai dalam proses respirasi.
Ketika respirasi aerob, oksigen sangatdibutuhkan karena termasuk dalam unsur utama yang menunjang keberhasilan
proses katabolisme. Sedangkan dalam proses respirasi aerob, organisme tidak membutuhkan keberadaan oksigen.
2. Perbedaan Tempat
Proses respirasi aerob dan anaerob juga terjadi pada tempatyang berbeda. Respirasi aerob umumnya terjadi di
organel sel yang disebut mitokondria, sementara respirasi anaerob biasanya berlangsung di sitoplasma.
3. Perbedaan Proses dan Tahapan
Perbedaan respirasi aerob dan anaerob juga adapada proses dan tahapannya. Proses respirasi aerob cenderung lebih
rumit dan banyak, karena melalu tahapan berikut ini: Glikolisis, siklus krebs, dan transpor elektron. Sementara
respirasi anaerob memiliki proses yang cenderung sederhana, yakni melalui tahapan glikolisis atau fermentasi saja.
4. Perbedaan Produk Energi yang Dihasilkan
Proses respirasi aerob akan menghasilkan energi yang jauh lebih besar dibandingkan proses respirasi anaerob. Jika
dihitung, respirasi aerob umumnya menghasilkan energi sebesar 36 ATP, sementara respirasi anaerob hanya
menghasilkan energi sebesar 2 ATP.
5. Perbedaan Hasil Samping
Selain dari produk energi yang dihasilkannya, perbedaan respirasi aerob dan anaerob juga terletak pada hasil
samping atau sisa yang terbentuk selama proses. Respirasi aerob merombak substrat menjadi CO2dan H2O secara
sempurna. Akhirnya, semua hidrogen yang terlepas dari substrat selama proses akan bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan air.
Sementara itu, dalam respirasi anaerob biasanya substrat dirombak menjadi air secara tidak sempurna. Sebagian
hidrogen yang terlepas dari substrat selama proses akan bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk berbagai
jenis asam. Seperti asam piruvat, asam laktat. dan etanol.
CONTOH
Biasanya contoh dari respirasi aerob lebih mudah dilakukan di permukaan atau media yang cair. Karena naninya
akan langsung bersinggungan dengan udara. Dalam hal ini, bakteri aerob melakukan tiga tahap contoh dari respirasi,
yaitu:
Glikolisis, dimana di dalam proses ini terjadi pemecahan molekul gula menjadi senyawa asam piruvat atau dikenal
dengan rumus kimia C3.
Siklus Krebs, dari tahap ini akan dihasilkan oksaloasetat dan asam nitrat.
Transport Elektron, yakni reaksi reduksi atau oksidasi NADH2 dan molekul FADH2 yang pada akhirnya
menghasilkan H2O juga energi berupa ATP.
Dalam keadaan anaerob, asam piruvat hasil glikolisis akan diubah menjadi karbon dioksida dan etilalkohol. Proses
pengubahan ini lalu dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam respirasi anaerob, jumlah ATP yang dihasilkan
hanya 2 molekul untuk setiap satu molekul glukosa.
Hal ini dikarenakan respirasi anaerob hanya menghasilkan karbon yang masih reduktif, seperti etanol dan asam
laktat. Dalam respirasi anaerob biasanya terjadi contoh peristiwa peristiwa :
Peristiwa Asam Laktat
Tidak hanya makhluk hidup prokariotik yang mengalami respirasi anaerob, manusia juga bisa mengalaminya,
tepatnya pada bagian sel otot. Peristiwa ini terjadi pada saat manusia menggunakan ototnya secara maksimal
sehingga oksigen dalam tubuh berkurang berkurang.
Hal itu menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat pada otot yang menyebabkan elastisitas otot menjadi
berkurang. Ketika elastisitas otot berkurang, otot akan terserang kram dan kelelahan.
Fermentasi Alk*hol
Fermentasi alk*hol yang menggunakan jamur ragi. Ragi tersebut akan mengalami respirasi anaerob dan merubah
menjadi lebih bercita rasa lagi. Perubahan yang terjadi adalah dari asam piruvat menjadi etil alk*hol.
Respirasi Sulfat
Respirasi sulfat adalah respirasi yang dilakukan oleh bakteri heterotrofik, contohnya adalah yang berjenis
desulfovibrio. Dalam proses respirasi sulfat ini, bakteri membutuhkan sulfat untuk dirubah menjadi sulfit.
5. Memahami sifat fisik sel
Terdiri dari:
1. koloid kompleks
2. kepermeabelan
3. transport zat
4. potensial listrik
1,2,3 melibatkan sifat fisik sel
4 sifat fisik dan biologis sel
5 sifat biologis sel
6. Memahami transfort zat sel
TRANSPORT ZAT
Keluar masuknya zat dari sel
*Caranya:
difusi
Tergantung pd konsentrasi zat terlarut
* Perembasan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
* Perembesan dapat terjadi tanpa lewat sekat atau lewat sekat
* Tanpa lewat sekat berlangsung pd proto- plasma sendiri, mis: ujung RE ke ujung lain
* Lewat sekat, mis:
- antara intra dan ekstra sel
- antara sitoplasma dengan nukleoplasma
Difusi umum terdpt pd sel, tanpa energi
* Difusi terjadi bagi O2, CO2, air, elektrolit
dan mol organik sederhana.
Elektrolit berdifusi krn adanya potensial listrik, dimn pd membran luar muatan (+) sdgkan dlm membran
muatan (-)
Na+ diluar membran susah msk, K+ dlm membran mudah keluar
Berdasarkan carrier difusi dibagi:
Difusi bebas bebas berdifusi
Difusi terikat diikat o/ carrier (permease)
carrier(pembawa) khas bg suatu zat, dg arah difusi tetep ] tinggi ke [ ] rendah
osmosa
Merupakan transpor pasif air
* Membandingkan dua larutan dg konsent- rasi zat terlarut dlm air berbeda.
* Konsentrasi zat terlarut tinggi (pekat)
hipertonik
* Konsentrasi zat terlarut rendah (encer)
hipotonik
* Konsetrasi zat terlarut sama isotonik
* Nilai osmosis
* Melalui membran permiabel selektif
• Dalam keadaan biasa sel isotonis dg cairan mediumnya (CES)
• Menjaga tekanan osmosa homostatis
• Contoh: pd eritrosit dlm media hipertonis akan terjadi krenasi eritrosit dlm media hipotonis akan terjadi
haemolisis
• Secara umum disebut cytolysis
• Pada sel tumbuhan disebut plasmolysis
filtrasi
• Transport zat terjadi krn perbedaan teka-
nan atmosfer antar 2 ruangan yg dipisah- kan membran yg permiabel terhdp zat itu
• Mis: lumen kapiler ke sel jaringan sekitar,
krn tek drh (akibat pemompaan jantung).
transport aktif
• Melawan gradient konsentrasi konsent-
rasi rendah ke konsentrasi tinggi
• Membutuhkan energi (ATP)
• Transportasi aktif ini disebut juga absorpsi
• Ada 2 teori cara tranportasi aktif ini yaitu:
dorongan pemusingan
cytosis
- Transport zat yg melibatkan lepasnya sebhg membran sel fragmen membran langsung menjadi selaput zat
yg ditrans-
port
- Endosotisis masuk zat dr luar ke dalam
- Exosotosis masuk zat dr dalam ke luar
- Menurut dimensi zat terbagi 2: pinositosis
dan pagositosis
- Berdasarkan asal zat yg difagosit: hetero fagosit (extraselular) dan autofagosit
(inraselular)
7. Memahami pompa kalium dan natrium
Ada dua bagian utama dari siklus sel: mitosis dan interfase.
Dalam dua bagian beberapa tahap diidentifikasi lainnya.
Secara umum, interfase menempati hampir semua siklus sel. Sebuah sel akan menghabiskan 90% sampai 95% dari
waktu dalam interfase. Ada pengecualian pada beberapa sel reproduksi yang secara cepat, termasuk sel-sel embrio,
yang melewatkan fase G1 dan G2. Sel-sel ini mengalami hanya replikasi DNA dan mitosis. Sebuah tampilan
mikroskopis dari sel-sel di interfase akan terlihat sel-sel yang tampak normal. Mungkin ada beberapa struktur
terlihat, termasuk kromosom yang digabungkan dalam nukleolus dan sepasang sentriol.
Secara umum, tubuh bakteri dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Protoplasma
Di dalam protoplasma, terdapat:
membran sel
Yaitu selaput yang membungkus sitoplasma dan terletak di dalam dinding sel.
mesosom
lisosom
ribosom
Yaitu tempat sintesa protein, Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
DNA (Deoxyribonucleic Acid)
DNA merupakan materi genetik. Pada bakteri, DNA berbentuk benang sirkuler. DNA berfungsi sebagia pengendali
sintesis protein bakteri dan pembawa sifat.
Endospora
Dibentuk ketika bakteri beda pada lingkungan yang kurang menguntungkan.
2. Dinding sel
Tersusun atas peptidoglikan dan tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino).
Bakteri memiliki susunan kimia dinding sel yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan bakteri dibagi menjadi:
bakteri gram positif (tersusun atas 1 lapis peptidoglikan yang relatif tebal)
contoh: Micrococcus, Leuconosnoc, Staphylococcus
bakteri gram negatif (tersusun atas 2 lapis peptidoglikan yang relatif lebih tipis dibandingkan lapisan peptidoglikan
pada bakteri gram positif)
contoh: Vibrio, Salmonella
3. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel.
Tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida, atau glikoprotein.
Fungsi: melindungi bakteri dari antibodi sel inang.
Terdapat pada bakteri patogen.
4. flagel
Fungsi: alat gerak bakteri
Berdasarkan kedudukan flagel, bakteri digolongkan menjadi:
monotrik
Contoh: Vibrio cholera
amfitrik
Contoh: Pseudomonas aeruginosa
lofotrik
Contoh: Rhodospirilium rubrum
peritrik
Contoh: Salmonella typhosa
5. pilus
Fungsi: alat lekat bakteri ke sel inang. Pilus umumnya dimiliki oleh bakteri gram negatif. Oleh karena memiliki
pilus, bakteri gram negatif umumnya lebih ‘ganas’ dibandingkan bakteri gram positif.
Diantara bagian-bagian bakteri tersebut, bagian yang selalu ada pada bakteri yaitu membran sel, ribosom, dan DNA,
sedangkan bagian yang tidak selalu ada pada bakteri yaitu dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul.
BENTUK BAKTERI
1. bulat (coccus)
Streptococcus, contoh: Streptococcus thermopillus
Staphylococcus, contoh: Staphylococcus aureus
Diplococcus, contoh: Diplococcus pnemoniae
2. batang (bacillus)
Bacillus, contoh: Lactobacillus
Streptobacil, contoh: Bacillus anthracis
3. lengkung (vibrio)
contoh: Vibrio cholerae
4. Spirilium
Contoh: Treponema pallidum
PENGGOLONGAN BAKTERI BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Bakteri aerob (membutuhkan oksigen bebas untuk kegiatan respirasinya)
Contoh: Nitrosomonas, Nitrobacter
2. Bakteri anaerob (tidak membutuhkan oksigen bebas untuk kegiatan respirasinya)
Contoh: Micrococcus denitrificans
PENGGOLONGAN BAKTERI BERDASARKAN CARA MEMPEROLEH MAKANAN (BAHAN
ORGANIK)
1. Autotrof (dapat mensintesis makanannya sendiri dari bahan anorganik)
Berdasarkan sumber energinya, bakteri autotrof dibagi menjadi:
Fotoautotrof: sumber energi berasal dari cahaya
Kemoautotrof: sumber energi berasal dari senyawa kimia
2. Heterotrof (tidak dapat mensintesis makanannya sendiri, bahan makanan berasal dari senyawa organik dari
organisme lain)
Yang termasuk dalam bakteri heterotrof yaitu bakteri saprofit (mendapatkan makanan dengan menguraikan sisa-sisa
organisme) dan bakteri parasit (mendapatkan makanan dengan menumpang pada organisme lain)
Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (contohnya Salmonella spp.).
Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang
diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah).
Nonpatogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen
karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan
mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi.
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus dengan kemampuan organisme
menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur dengan menentukan jumlah
bakteri yang menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.
Ciri virus yang telah diidentifikasi oleh para ilmuwan, adalah sebagai berikut.
1. Virus hanya dapat hidup pada sel hidup atau bersifat parasit intraselluler obligat, misalnya dikembangbiakan
di dalam embrio ayam yang masih hidup.
2. Virus memiliki ukuran yang paling kecil dibandingkan kelompok taksonomi lainnya.
Ukuran virus yang paling kecil memiliki ukuran diameter 20 nm dengan jumlah gen 4, lebih kecil dari ribosom dan
yang paling besar memiliki beberapa ratus gen, virus yang paling besar dengan diameter 80 nm (Virus Ebola) juga
tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya sehingga untuk pengamatan virus di gunakan mikroskop elektron.
3. Nama virus tergantung dari asam nukleat yang menyusun genomnya (materi atau partikel genetik) sehingga
terdapat virus DNA dan juga virus RNA.
4. Virus tidak memiliki enzim metabolisme dan tidak memiliki ribosom ataupun perangkat/organel sel lainnya,
namun beberapa virus memiliki enzim untuk proses replikasi dan transkripsi dengan
melakukan kombinasi dengan enzim sel inang, misalnya Virus Herpes.
5. Setiap tipe virus hanya dapat menginfeksi beberapa jenis inang tertentu.
Jenis inang yang dapat diinfeksi oleh virus ini disebut kisaran inang, yang penentuannya tergantung pada evolusi
pengenalan yang yang dilakukan virus tersebut dengan menggunakan kesesuaian "lock and key atau lubang dan
kunci" antara protein di bagian luar virus dengan molekul reseptor (penerima) spesifik pada permukaan sel inang.
Beberapa virus memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga dapat menginfeksi dan menjadi parasit pada
beberapa spesies. Misalnya, virus flu burung dapat juga menginfeksi babi, unggas ayam dan juga manusia, virus
rabies dapat menginfeksi mammalia termasuk rakun, sigung, anjing dan monyet.
6. Virus tidak dikategorikan sel karena hanya berisi partikel penginfeksi yang terdiri dari asam nukleat yang
terbungkus di dalam lapisan pelindung, pada beberapa kasus asam nukleatnya terdapat di dalam selubung membran.
Penemuan yang dilakukan oleh Stanley Miller, bahwa beberapa virus dapat dikristalkan sehingga virus bukanlah sel
hidup, sebab sel yang paling sederhana pun tidak dapat beragregasi menjadi kristal. Akan tetapi, virus memiliki
DNA atau RNA sehingga virus dapat juga dikategorikan organisme hidup.
7. Genom virus lebih beragam dari genom konvensional (DNA untai tunggal atau single heliks) yang dimiliki oleh
organisme lainnya, genom virus mungkin terdiri dari DNA untai ganda, RNA untai ganda, DNA untai tunggal
ataupun dapat juga RNA untai tunggal, tergantung dari tipe virusnya.
Ciri-ciri virus juga meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi, cara hidup, serta cara reproduksinya.
a. Ukuran virus
Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25 nm dijumpai pada virus penyebab polio.
Sedangkan virus yang berukuran 100 nm misalnya Bakteriofag atau virus T (Bacteriophage atau phage), yaitu virus
yang menyerang bakteri Escherichia coli. Sedangkan virus yang berukuran lebih kurang 300 nm contohnya adalah
TMV (Tobacco Mosaic Virus).
b. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh virus sangat bervariasi. Virus yang berbentuk bulat contohnya adalah virus influenza (Infl uenza
virus) dan HIV penyebab AIDS. Virus juga ada yang berbentuk oval, seperti virus rabies (Rabiez virus). Bentuk
batang dijumpai pada TMV, bentuk jarum dijumpai pada Tungrovirus (virus penyebab kekerdilan pada batang padi),
dan bentuk seperti huruf T dijumpai pada Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral contohnya adalah pada
Adenovirus (penyebab penyakit demam).
c. Struktur dan fungsi
Tubuh virus bukan merupakan sel (aseluler), tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel, tetapi hanya
memiliki kapsid sebagai pelindung luar. Virus berupa partikel (molekul) yang disebut virion.
Tubuh virus yang berupa kristal atau partikel ini lebih menunjukkan ciri mineral daripada ciri kehidupan. Oleh
karena itu ada anggapan bahwa virus bukan makhluk hidup.
Struktur tubuh virus yang kita gunakan sebagai contoh dalam pembahasan ini adalah struktur tubuh Bakteriofag
(virus T). Perhatikanlah dibawah ini:
Tubuh virus T terbagi atas bagian kepala dan bagian ekor. Bagian kepala terbungkus oleh suatu selubung dari
protein yang disebut kapsid. Kapsid mempunyai fungsi sebagai pemberi bentuk pada virus, dan juga berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam tubuh virus. Bagian di luar kapsid terdapat selubung yang tersusun dari lipida dan
karbohidrat.
Di dalam tubuh virus (isi tubuh virus) terdapat materi genetik sederhana yang terdiri dari senyawa asam nukleat
yang berupa ADN atau ARN. Bentuk ADN dan ARN tergantung pada spesifi kasi virus. Setiap jenis virus hanya
memiliki 1 macam molekul materi genetik, yaitu ADN saja atau ARN saja. Materi genetik tersebut dapat berupa
rantai ganda yang berpilin atau rantai tunggal, dengan bentuk memanjang, lurus, atau melingkar.
Bentuk kapsid pada virus bermacam-macam, ada yang bulat, oval, batang, polihedral, atau seperti huruf T. Pada
beberapa virus, misalnya virus fl u dan herpes, di luar kapsid masih terdapat struktur tambahan yang berupa kapsul
pembungkus atau amplop. Kapsul pembungkus ini berfungsi membantu virus untuk menyerang (menginfeksi) tubuh
inang atau hospes, sehingga tubuh inang tersebut menderita suatu penyakit.
d. Cara hidup
Virus hidup sebagai parasit obligat (parasit sejati). Tempat hi dupnya di dalam jaringan tubuh organisme lain (tubuh
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan). Jadi, virus hanya dapat hidup secara parasit pada sel organisme lain.
e. Cara berkembang biak
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan untuk reproduksinya virus hanya memerlukan asam
nukleat. Karena dapat melakukan reproduksi, maka virus dianggap sebagai makhluk hidup (organisme). Di dalam
proses reproduksi, virus memerlukan lingkungan sel hidup (di dalam jaringan tubuh) sehingga virus memerlukan
organisme lain sebagai inang atau hospesnya. Contoh organisme yang menjadi hospes virus adalah bakteri, jaringan
embrio, hewan, tumbuhan, dan manusia. Proses reproduksi virus disebut replikasi (penggandaan diri
tubuh virus). Proses replikasi virus semenjak menempel pada sel inang sampai terbentuknya virus yang baru
melibatkan siklus litik dan siklus lisogenik.
Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel inang setelah terbentuk anakan virus yang baru.
Siklus litik virus yang telah berhasil diteliti oleh para ilmuwan adalah siklus litik virus T (Bacteriophage), yaitu
virus yang menyerang bakteri Escherichia coli (bakteri yang terdapat di dalam colon atau usus besar manusia).
2. Melalui makanan dan minuman (Food borne infection) yaitu cara penularan suatu penyakit melalui perantara
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini biasanya penyakit saluran
pencernaan, misalnya : cacingan, demam tifoid dan lain-lainnya. Cara penularan ini juga disebut sebagai "water
borne diseases" dimana kebanyakan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk
keperluan rumah tangga.
3. Melalui serangga (Artropod borne infections) yaitu cara penularang penyakit dengan perantara serangga
(arthropoda-insekta). Serangga tersebut bisa sebagai hospes ataupun transmitter saja. Misalnya penyakit malaria
yang disebabkan oleh parasit Palsmodium sp. yang ditularkan oleh nyamuk.
4. Melalui udara (air borne infections) yaitu cara penularan penyakit melauli udara terutama pada penyakit
saluran pernafasan. Seperti melalui debu diudara yang sangat banyak mengandung bibit penyakit, seperti pada
penularan penyakit Tuberculosa. Dan melaui tetes ludah halus (Droplet infections), penularan penykit dengan
percikan ludah seperti pada pederita yang sakit batuk atau sedang berbicara misalnya pada penyakit Diphtheri.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk mencegah penularan penyakit dari atau
kepada pasien di fasilitas kesehatan.
MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN
Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap pendek.
Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air.
Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut ini:
o Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
o Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika mengenakan sarung tangan maupun tidak.
o Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak intak, atau kasa penutup luka.
o Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien yang sama.
o Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan pasien (termasuk peralatan medis).
o Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non-steril).
Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol (alcohol-based handrub). Jika
tangan tidak terlihat kotor namun pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir.
Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/cairan tubuh, atau setelah menggunakan toilet, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir. Cuci tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora,
misalnya pada wabah Clostridium difficile. Lakukan teknik mencuci tangan sesuai BAGAN 1 selama 40-60 detik.
Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan, bersihkan tangan dengan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
Bila di fasilitas kesehatan tidak tersedia keran dengan air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat
yang cukup tinggi dan berikan keran di dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk cuci tangan.
Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan berhati-hatilah jangan sampai
tertusuk instrumen tajam.
Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga agar tidak terkontaminasi.