Anda di halaman 1dari 17

1.

Memahami unsur unsure penyusun sel hidup dari yang terkacil sampai organisme/makhluk hidup
Unsur kimia utama penyusun mahluk hidup adalah bahan minor penyusun kerak bumi (kandungan utama
47% O, 28% Si, 7.9% Al, 4.5% Fe, dan 3.5% Ca).
Enam unsur utama penyusun sel hidup adalah: C, H, N, O, P, dan S

99% penyusun sel adalah H, O, N, dan C

Unsur Elektron bebas Jumlah Fraksi

H 1 2/3
O 2 1/4
N 3 1/70
C 4 1/10
Kemudian, identifikasi tipe molekul yang ditemukan dalam mahluk hidup
Asam Amino
Nukleotida
Karbohidrat
Lipida
2. Memahami mekanisme biomolekul yang membuat makhluk hidup menjadi hidup

ENERGI,
hal yang perlu diketahui adalah cara:
Memperolehnya
Mengubahnya
Memanfaatkannya
MOLEKUL SEDERHANA ,
hal yang perlu diketahui adalah cara:
Mengubahnya
Mempolimerisasikannya
Mendegradasinya
MEKANISME KIMIA, untuk:
• Memperoleh energi
• Menjalankan reaksi kimia secara berurutan
• Mensintesis & mendegradasi makromolekul
• Mempertahankan suatu keadaan steady state yang dinamis
• Swarakit kembali struktur yang kompleks
• Menggandakan diri secara akurat dan efisien
• Mempertahankan keteraturan proses biokimia
Senyawa Pembangun
• Gula sederhana
• Asam amino
• Nukleotida
• Asam lemak
Makromolekul
• Polisakarida
• Protein (peptida)
• RNA or DNA
• Lipid
3. Memahami hubungan antara berbagai macam bidang keilmuan, mis biologi, biokimia, fisiologi ( Hubungannya)
Kimia Organik yang mempelajari sifat-sifat biomolekul.
Biofisika, yang memanfaatkan teknik-teknik fisika untuk mempelajari struktur biomolekul.
Nutrisi, yang memanfaatkan pengetahuan tentang metabolisme untuk menjelaskan kebutuhan makanan bagi mahluk
hidup mempertahankan kehidupan normalnya.
Kesehatan, yang mencari pemahaman tentang keadaan sakit dari sudut pandang molekular.
Mikrobiologi, yang menunjukkan bahwa organisme sel tunggal dan virus cocok untuk digunakan sebagai sarana
mempelajari jalur-jalur metabolisme dan mekanisme pengendaliannya.
Fisiologi, yang mempelajari proses kehidupan pada tingkat jaringan dan organisme.
Biologi sel, yang mempelajari pembagian kerja biokimia dalam sel.
Genetika, yang mempelajari mekanisme penyusunan identitas biokimia sel.
4. Memahami tentang respirasi aerob dan aerob (respirasi sel)
Aerob merupakan Respirasi yang satu ini dapat diartikan sebagai reaksi katabolisme yang memerlukan aerobic.
Dengan demikian, dalam prosesnya keberadaan oksigen sangat diperlukan. Hasil dari reaksi ini adalah energi
dengan jumlah yang banyak.
Energi tersebut disimpan dalam bentuk energi kimiawi yang dikenal dengan nama ATP. Energi ATP ini nantinya
akan digunakan oleh sel di dalam tubuh makhluk hidup untuk menunjang kepentingan tubuh. Seperti pertumbuhan,
gerak, transportasi, reproduksi dan kegiatan lainnya. Secara singkat, rumus yang umumnya menggambarkan
respirasi aerob adalah C6H12 + 6O2 = 6CO2 + 6H20.
Respirasi Anaerob merupakan pernapasan yang tidak memerlukan oksigen atau o2. Respirasi satu ini terjadi pada
bagian sitoplasma yang memiliki tujuan untuk mengurai senyawa bersifat organik. Berbeda dengan respirasi aerob,
respirasi anaerob hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu sekitar 2 ATP
Proses respirasi anaerob ini bisa Anda dijumpai pada reaksi fermentasi juga pernapasan intra-molekul. Jika pada
reaksi aerob, terdapat pembebasan CO2 dan H2O secara sempurna. Maka, pada respirasi anaerob, glukosa akan
dipecah secara tidak sempurna menjadi senyawa H2O dan juga CO2.
Pada respirasi anaerob ini, hidrogen bercampur bersama sejumlah komponen. Seperti asam piruvat dan asetaldehida,
yang kemudian membentuk asam laktat juga etanol. Sementara itu pada respirasi aerob, hydrogen yang dibebaskan
akan bersatu dengan O2 dan membentuk H2O
Jika dilihat dari pengertiannya, respirasi aerob adalah reaksi katabolisme yang berlangsung dalam suasana aerob
(ada oksigen) yang umumnya dilakukan oleh organisme tingkat tinggi. Sementara respirasi anaerob adalah reaksi
katabolisme yang berlangsung dalam suasana anaerob yang umumnya dilakukan oleh organisme tingkat rendah.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan beberapa perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob.
Perbedaan ini antara lain meliputi proses, lokasi, dan produk yang dihasilkannya masing-masing. Berikut perbedaan
respirasi aerob dan anaerob:
1. Perbedaan Kebutuhan Oksigen
Seperti disinggung pada pengertian keduanya, perbedaan mendasar antara respirasi aerob dan anerob adalah terletak
pada butuh atau tidaknya organisme kepada oksigen. Biasanya oksigen ini dipakai dalam proses respirasi.
Ketika respirasi aerob, oksigen sangatdibutuhkan karena termasuk dalam unsur utama yang menunjang keberhasilan
proses katabolisme. Sedangkan dalam proses respirasi aerob, organisme tidak membutuhkan keberadaan oksigen.
2. Perbedaan Tempat
Proses respirasi aerob dan anaerob juga terjadi pada tempatyang berbeda. Respirasi aerob umumnya terjadi di
organel sel yang disebut mitokondria, sementara respirasi anaerob biasanya berlangsung di sitoplasma.
3. Perbedaan Proses dan Tahapan
Perbedaan respirasi aerob dan anaerob juga adapada proses dan tahapannya. Proses respirasi aerob cenderung lebih
rumit dan banyak, karena melalu tahapan berikut ini: Glikolisis, siklus krebs, dan transpor elektron. Sementara
respirasi anaerob memiliki proses yang cenderung sederhana, yakni melalui tahapan glikolisis atau fermentasi saja.
4. Perbedaan Produk Energi yang Dihasilkan
Proses respirasi aerob akan menghasilkan energi yang jauh lebih besar dibandingkan proses respirasi anaerob. Jika
dihitung, respirasi aerob umumnya menghasilkan energi sebesar 36 ATP, sementara respirasi anaerob hanya
menghasilkan energi sebesar 2 ATP.
5. Perbedaan Hasil Samping
Selain dari produk energi yang dihasilkannya, perbedaan respirasi aerob dan anaerob juga terletak pada hasil
samping atau sisa yang terbentuk selama proses. Respirasi aerob merombak substrat menjadi CO2dan H2O secara
sempurna. Akhirnya, semua hidrogen yang terlepas dari substrat selama proses akan bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan air.
Sementara itu, dalam respirasi anaerob biasanya substrat dirombak menjadi air secara tidak sempurna. Sebagian
hidrogen yang terlepas dari substrat selama proses akan bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk berbagai
jenis asam. Seperti asam piruvat, asam laktat. dan etanol.
CONTOH
Biasanya contoh dari respirasi aerob lebih mudah dilakukan di permukaan atau media yang cair. Karena naninya
akan langsung bersinggungan dengan udara. Dalam hal ini, bakteri aerob melakukan tiga tahap contoh dari respirasi,
yaitu:
 Glikolisis, dimana di dalam proses ini terjadi pemecahan molekul gula menjadi senyawa asam piruvat atau dikenal
dengan rumus kimia C3.
 Siklus Krebs, dari tahap ini akan dihasilkan oksaloasetat dan asam nitrat.
 Transport Elektron, yakni reaksi reduksi atau oksidasi NADH2 dan molekul FADH2 yang pada akhirnya
menghasilkan H2O juga energi berupa ATP.
Dalam keadaan anaerob, asam piruvat hasil glikolisis akan diubah menjadi karbon dioksida dan etilalkohol. Proses
pengubahan ini lalu dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam respirasi anaerob, jumlah ATP yang dihasilkan
hanya 2 molekul untuk setiap satu molekul glukosa.
Hal ini dikarenakan respirasi anaerob hanya menghasilkan karbon yang masih reduktif, seperti etanol dan asam
laktat. Dalam respirasi anaerob biasanya terjadi contoh peristiwa peristiwa :
Peristiwa Asam Laktat
Tidak hanya makhluk hidup prokariotik yang mengalami respirasi anaerob, manusia juga bisa mengalaminya,
tepatnya pada bagian sel otot. Peristiwa ini terjadi pada saat manusia menggunakan ototnya secara maksimal
sehingga oksigen dalam tubuh berkurang berkurang.
Hal itu menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat pada otot yang menyebabkan elastisitas otot menjadi
berkurang. Ketika elastisitas otot berkurang, otot akan terserang kram dan kelelahan.
Fermentasi Alk*hol
Fermentasi alk*hol yang menggunakan jamur ragi. Ragi tersebut akan mengalami respirasi anaerob dan merubah
menjadi lebih bercita rasa lagi. Perubahan yang terjadi adalah dari asam piruvat menjadi etil alk*hol.
Respirasi Sulfat
Respirasi sulfat adalah respirasi yang dilakukan oleh bakteri heterotrofik, contohnya adalah yang berjenis
desulfovibrio. Dalam proses respirasi sulfat ini, bakteri membutuhkan sulfat untuk dirubah menjadi sulfit.
5. Memahami sifat fisik sel
Terdiri dari:
1. koloid kompleks
2. kepermeabelan
3. transport zat
4. potensial listrik
1,2,3  melibatkan sifat fisik sel
4  sifat fisik dan biologis sel
5  sifat biologis sel
6. Memahami transfort zat sel
TRANSPORT ZAT
Keluar masuknya zat dari sel
*Caranya:
difusi
Tergantung pd konsentrasi zat terlarut
* Perembasan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
* Perembesan dapat terjadi tanpa lewat sekat atau lewat sekat
* Tanpa lewat sekat berlangsung pd proto- plasma sendiri, mis: ujung RE ke ujung lain
* Lewat sekat, mis:
- antara intra dan ekstra sel
- antara sitoplasma dengan nukleoplasma
Difusi umum terdpt pd sel, tanpa energi
* Difusi terjadi bagi O2, CO2, air, elektrolit
dan mol organik sederhana.
Elektrolit berdifusi krn adanya potensial listrik, dimn pd membran luar muatan (+) sdgkan dlm membran
muatan (-)
Na+ diluar membran susah msk, K+ dlm membran mudah keluar
Berdasarkan carrier difusi dibagi:
Difusi bebas bebas berdifusi
Difusi terikat diikat o/ carrier (permease)
carrier(pembawa) khas bg suatu zat, dg arah difusi tetep  ] tinggi ke [ ] rendah
osmosa
Merupakan transpor pasif air
* Membandingkan dua larutan dg konsent- rasi zat terlarut dlm air berbeda.
* Konsentrasi zat terlarut tinggi (pekat)
hipertonik
* Konsentrasi zat terlarut rendah (encer)
hipotonik
* Konsetrasi zat terlarut sama  isotonik
* Nilai osmosis
* Melalui membran permiabel selektif
• Dalam keadaan biasa sel isotonis dg cairan mediumnya (CES)
• Menjaga tekanan osmosa homostatis
• Contoh: pd eritrosit dlm media hipertonis akan terjadi krenasi eritrosit dlm media hipotonis akan terjadi
haemolisis
• Secara umum disebut cytolysis
• Pada sel tumbuhan disebut plasmolysis
filtrasi
• Transport zat terjadi krn perbedaan teka-
nan atmosfer antar 2 ruangan yg dipisah- kan membran yg permiabel terhdp zat itu
• Mis: lumen kapiler ke sel jaringan sekitar,
krn tek drh (akibat pemompaan jantung).
transport aktif
• Melawan gradient konsentrasi  konsent-
rasi rendah ke konsentrasi tinggi
• Membutuhkan energi (ATP)
• Transportasi aktif ini disebut juga absorpsi
• Ada 2 teori cara tranportasi aktif ini yaitu:
dorongan pemusingan
cytosis
- Transport zat yg melibatkan lepasnya sebhg membran sel fragmen membran langsung menjadi selaput zat
yg ditrans-
port
- Endosotisis masuk zat dr luar ke dalam
- Exosotosis  masuk zat dr dalam ke luar
- Menurut dimensi zat terbagi 2: pinositosis
dan pagositosis
- Berdasarkan asal zat yg difagosit: hetero fagosit (extraselular) dan autofagosit
(inraselular)
7. Memahami pompa kalium dan natrium

8. Memahami tentang siklus sel


Siklus sel meliputi perubahan sel untuk menghasilkan yang baru, sel keturunan. Ada dua bagian utama dari siklus
sel: mitosis dan interfase. Dalam dua bagian beberapa tahap mengiidentifikasi yang lainnya.
Fungsi
 Pertumbuhan
 Perkembangan
 Perbaikan
 Reproduksi vegetatif
 Reproduksi generatif
Cara Pembelahan Sel
1. Amitosis, Disebut juga pembelahan langsung, karena pada mekanismenya, inti membelah tanpa melibatkan
pembentukan kromosom. Disebut juga pembelahan biner, Pembelahan sel diawali dengan memanjangnya sel dan
inti, kemudian diikuti dengan sitokinesis. Amitosis terjadi pada sel-sel prokariotik, contohnya pada bakteri dan
Archaea.
2. Mitosis, Pembelahan pada sel somatik yang menghasilkan sel anakan yang sama dengan sel induk. Pembelahan
mitosis merupakan pembelahan sel yang melalui tahap-tahap pembelahan tertentu, yaitu: profase, prometafase,
metafase, anafase, dan telofase (PRMAT). Sebelum melalui tahap pembelahan mitosis, sel mempunyai fase dalam
persiapan pembelahan yang disebut interfase (G1, S, G2). Pembelahan mitosis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Terjadi pada pembelahan sel tubuh (somatis); Bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi; Menghasilkan dua sel
anak yang identik dengan sel induk semula; Berlangsung dalam satu kali siklus PRMAT
3. Meiosis, Pembelahan reduksi yang memisahkan kromosom-kromosom yang homolog. Terjadi pada proses
gametogenesis.
Selama interfase, terjadi tiga tahap – tahap pertama pertumbuhan, tahap sintesis DNA dan kemudian tahap
pertumbuhan lainnya Perbedaan dalam tahap ini cukup halus dan tidak mudah dilihat oleh mata yang tak terlatih.
Secara tradisional, deskripsi interfase tidak memberikan perhatian khusus untuk setiap tahap.
Ketika sel mengalami mitosis, perubahan lebih jelas terjadi melalui serangkaian perubahan yang diidentifikasi
sebagai profase, metafase, anafase, dan telofase. Sel-sel yang membelah menjadi dua sel dalam proses yang dikenal
sebagai sitokinesis.
Interfase
Sebuah sel harus mempersiapkan untuk mitosis. Persiapan meliputi pertumbuhan, sintesis DNA, pertumbuhan sel
kemudian memperbanyak dan sintesis protein. Ketiga tahapan dikenal sebagai G1 atau gap 1, S atau sintesis, dan G2
atau gap 2. Gap disebut demikian karena ada waktu istirahat atau jeda antara sintesis DNA dan mitosis.

Ada dua bagian utama dari siklus sel: mitosis dan interfase.
Dalam dua bagian beberapa tahap diidentifikasi lainnya.
Secara umum, interfase menempati hampir semua siklus sel. Sebuah sel akan menghabiskan 90% sampai 95% dari
waktu dalam interfase. Ada pengecualian pada beberapa sel reproduksi yang secara cepat, termasuk sel-sel embrio,
yang melewatkan fase G1 dan G2. Sel-sel ini mengalami hanya replikasi DNA dan mitosis. Sebuah tampilan
mikroskopis dari sel-sel di interfase akan terlihat sel-sel yang tampak normal. Mungkin ada beberapa struktur
terlihat, termasuk kromosom yang digabungkan dalam nukleolus dan sepasang sentriol.

 Selaput nukleus membatasi nukleus


 Nukleus mengandung satu atau lebih nukleolus
 Dua sentrosom telah terbentuk melalui replikasi sentrosom tunggal
 Kromosom yang diduplikasi pd fase S tidak bisa dilihat secara individual karena belum terkondensasi
Profase
Perubahan-perubahan yang terjadi pada profase lebih terlihat daripada di interfase. Selama interfase kromosom
direplikasi dalam aspek kromatin individu. Sekarang, pada profase, nukleolus menghilang dan kromatin datang
bersama-sama ke dalam bundel sebagai kromosom. Sentriol, mulai bergerak menjauh dari wilayah inti. Ketika
sentriol bergerak terpisah, helai serat terbentang pada sel. Serat spindle juga menghubungkan ke kromatin dengan
cara kinetokor. tahapannya sebagai berikut:
 Serat-serat kromatin menjadi terkumpar lebih rapat, terkondensasi menjadi kromosom diskret, yang dapat diamati
dengan mikroskop cahaya
 Nukleolus mereduksi/lenyap
 Setiap kromosom terduplikasi tampak sabagai dua kromatid saudara identik yang tersambung pada sentromernya
 Gelendong mitotik mulai terbentuk
 Sentrosom-sentrosom bergerak saling menjauhi
Prometafase
 Selaput nukleus terfragmentasi
 Mikrotubulus yang menjulur dari masing-masing sentrosom kini dpt memasuki nukleus
 Kromosom menjadi semakin terkondensasi
 Masing-masing kromosom memiliki kinetokor
 Beberapa tubulus melekat pd kinetokor dan disebut mikrotubulus kinetokor
 Mikrotubulus yang tidak melekat pd kinetokor disebut mikrotubulus non-kinetokor
Metafase
Serat spindle telah sepenuhnya terbentang padasel oleh sentriol. Kromosom telah diselaraskan di tengah sel oleh
serat ini.
 Sentrosom kini berada pada kutub-kutub yang berseberangan
 Kromosom berjejer pada lempeng metafase, yaitu bidang khayal yg ada di pertengahan jarak antara kedua kutub
gelendong
 Sentromer-sentromer kromosom berada di lempeng metafase
 Untuk setiap kromosom, kinetokor kromatid saudara melekat ke mikrotubulus kinetokor yangg berasal dari kutub
yang berlawanan
 Letak kromosom berada di bidang pembelahan ini menyebabkan pembagian jumlah informasi DNA yang akan
diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan sama jumlahnya.
Anafase
 Anafase dimulai ketika protein kohesin terbelah. Sehingga memungkinkan kedua kromatid saudara dari setiap
pasangan memisah secara tiba-tiba.
 Kedua kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel yang berlawanan saat mikrotubulus
kinetokor memendek.
 Sel kemudian memanjang saat tubulus non-kinetokor memanjang
 Pada akhir anafase, kedua ujung sel memiliki koleksi kromosom yang sama lengkap
Kromosom terpisah selama anafase. Serat spindle diambil dalam menuju sentriol. Kegiatan menarik ini
menyebabkan kromosom untuk memisahkan pada titik pusat yang disebut sentromer. Mutasi serat spindle penting
untuk memastikan setiap sel mendapatkan jumlah kromosom yang tepat.
Telofase
 Dua nukleus terbentuk dalam sel
 Selaput nukleus muncul dari fragment2 selaput nukleus sel induk dan bagian2 lain dari sistem endomembran
 Nukleolus muncul kembali
 Kromosom menjadi kurang terkondensasi
 Mitosis: pembelahan satu nukleus menjadi dua nukleus yang identik secara genetik sekarang sudah selesai
Kromatid tiba di kutub sel. Kedua set lengkap kromatid akan bertindak sebagai dasar untuk inti baru dalam setiap
sel. Kromosom akan mulai menghilang, dan inti mulai terbentuk. Ada juga gerakan jepitan di tengah sel.
Sitokinesis
Pemisahan akhir dari sel karena sitokinesis. Pada sel-sel hewan, ada gerakan pemisahan mirip dengan gelembung
yang terjepit menjadi dua gelembung yang lebih kecil. Dalam sel tanaman lebih kaku, pelat sel baru disintesis antara
inti dua.
 Pada sel hewan, sitokinesis terjadi melalui proses yg disebut ‘penyibakan’ (cleavage)
 Tanda awal penyibakan adalah munculnya lekukan penyibakan (cleavage furrow)
 Di sisi lekukan sitoplasmik terdapat cincin kontraktil dari mikrofilamen aktin yang terasosiasi dengan molekul
protein miosin
 Mikrofilamen aktin akan berasosiasi dengan molekul miosin sehingga cincin kontraktil tersebut berkontraksi
Sitokinesis pada sel tumbuhan
 Sitokinesis pada sel tumbuhan yang memiliki dinding sel sangat berbeda dengan sitokinesis pd sel hewan
 Tidak ada lekukan penyibakan (cleavage furrow)
 Sebagai gantinya, vesikel2 dr aparatus golgi bergerak disepanjang mikrotubulus menuju ke tengah sel
 Di situ vesikel2 bergabung membentuk lempeng sel (cell plate)
 Lempeng sel tumbuh, terbentuk dua sel anakan
 Dinding sel yang baru muncul dari lempeng sel yang telah terbentuk diantara dua sel anakan tersebut
9. Memahami penggolongan bakteri
STRUKTUR BAKTERI

Secara umum, tubuh bakteri dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Protoplasma
Di dalam protoplasma, terdapat:
 membran sel
Yaitu selaput yang membungkus sitoplasma dan terletak di dalam dinding sel.
 mesosom
 lisosom
 ribosom
Yaitu tempat sintesa protein, Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
 DNA (Deoxyribonucleic Acid)
DNA merupakan materi genetik. Pada bakteri, DNA berbentuk benang sirkuler. DNA berfungsi sebagia pengendali
sintesis protein bakteri dan pembawa sifat.
 Endospora
Dibentuk ketika bakteri beda pada lingkungan yang kurang menguntungkan.
2. Dinding sel
Tersusun atas peptidoglikan dan tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino).
Bakteri memiliki susunan kimia dinding sel yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan bakteri dibagi menjadi:
 bakteri gram positif (tersusun atas 1 lapis peptidoglikan yang relatif tebal)
contoh: Micrococcus, Leuconosnoc, Staphylococcus
 bakteri gram negatif (tersusun atas 2 lapis peptidoglikan yang relatif lebih tipis dibandingkan lapisan peptidoglikan
pada bakteri gram positif)
contoh: Vibrio, Salmonella
3. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel.
Tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida, atau glikoprotein.
Fungsi: melindungi bakteri dari antibodi sel inang.
Terdapat pada bakteri patogen.
4. flagel
Fungsi: alat gerak bakteri
Berdasarkan kedudukan flagel, bakteri digolongkan menjadi:
 monotrik
Contoh: Vibrio cholera
 amfitrik
Contoh: Pseudomonas aeruginosa
 lofotrik
Contoh: Rhodospirilium rubrum
 peritrik
Contoh: Salmonella typhosa
5. pilus
Fungsi: alat lekat bakteri ke sel inang. Pilus umumnya dimiliki oleh bakteri gram negatif. Oleh karena memiliki
pilus, bakteri gram negatif umumnya lebih ‘ganas’ dibandingkan bakteri gram positif.
Diantara bagian-bagian bakteri tersebut, bagian yang selalu ada pada bakteri yaitu membran sel, ribosom, dan DNA,
sedangkan bagian yang tidak selalu ada pada bakteri yaitu dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul.
BENTUK BAKTERI

1. bulat (coccus)
 Streptococcus, contoh: Streptococcus thermopillus
 Staphylococcus, contoh: Staphylococcus aureus
 Diplococcus, contoh: Diplococcus pnemoniae
2. batang (bacillus)
 Bacillus, contoh: Lactobacillus
 Streptobacil, contoh: Bacillus anthracis
3. lengkung (vibrio)
contoh: Vibrio cholerae
4. Spirilium
Contoh: Treponema pallidum
PENGGOLONGAN BAKTERI BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Bakteri aerob (membutuhkan oksigen bebas untuk kegiatan respirasinya)
Contoh: Nitrosomonas, Nitrobacter
2. Bakteri anaerob (tidak membutuhkan oksigen bebas untuk kegiatan respirasinya)
Contoh: Micrococcus denitrificans
PENGGOLONGAN BAKTERI BERDASARKAN CARA MEMPEROLEH MAKANAN (BAHAN
ORGANIK)
1. Autotrof (dapat mensintesis makanannya sendiri dari bahan anorganik)
Berdasarkan sumber energinya, bakteri autotrof dibagi menjadi:
 Fotoautotrof: sumber energi berasal dari cahaya
 Kemoautotrof: sumber energi berasal dari senyawa kimia
2. Heterotrof (tidak dapat mensintesis makanannya sendiri, bahan makanan berasal dari senyawa organik dari
organisme lain)
Yang termasuk dalam bakteri heterotrof yaitu bakteri saprofit (mendapatkan makanan dengan menguraikan sisa-sisa
organisme) dan bakteri parasit (mendapatkan makanan dengan menumpang pada organisme lain)

10. Memahami perkembangan mikroorganisme secara seksual


Reproduksi bakteri merupakan perkembangbiakan bakteri. Bakteri
mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan
dengan pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara transformasi, transduksi, dan konjugasi.
Berikut uraian mengenai reproduksi bakteri :
A. Aseksual
Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniseluler, termasuk klas
Schizomycetes, pada sel bakteri terjadi pembelahan biner atau pembelahan sel menjadi dua sel anak yang identik
atau serupa. Perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan sel ditentukan dengan waktu generasi. Waktu
generasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah, dimana dalam pembelahannya bervariasi
tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan. Pembelahan biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut
:
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang
3. Fase Ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama
sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan
bentuk koloni. Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali.
B. Seksual
Cara reproduksi seksual bakteri berbeda dengan perkembangbiakan
organisme eukariota, karenanya ada pula yang menyebut proses reproduksi bakteri ini sebagai paraseksual. Yakni,
bukan melalui proses peleburan gamet jantan dan gamet betina, tetapi berupa pertukaran materi genetik yang disebut
dengan rekombinasi genetik.
1. Transformasi
Merupakan proses pemindahan materi genetik berupa DNA dari
Satu sel bakteri ke sel bakeri yang lain. Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan
mengganti sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung.
2. Transduksi
Merupakan pemindahan materi genetik dari sel bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain dengan melalui perantara
(berupa bakteriofag).
3. Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi geneti dari satu bakteri ke
Bakteri yang lain melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri
penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan ADN dipindahkan melalui ujung
pilus tersebut. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor =
faktor F)

11. Memahami patogenitas bakteri ( sifat, purulensi)


Pengertian Patogenesis adalah proses dimana mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan suatu penyakit.
Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi
berbeda dengan penyakit. Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria
ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit, patogen oportunistik, nonpatogen.

Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (contohnya Salmonella spp.).
Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang
diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah).
Nonpatogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen
karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan
mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang
menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi.
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus dengan kemampuan organisme
menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur dengan menentukan jumlah
bakteri yang menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.

Patogenisitas ini dinyatakan dalam virulensi.


Virulensi bakteri adalah tingkat patogenisitas yang ditunjukkan oleh bakteri tertentu.
Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat virulensi bakteri diantaranya yaitu kode genetik, jalur biokimia, atau
bentuk struktural.
Lalu apa saja yang membuat bakteri menjadi patogen?
Berikut adalah faktor-faktor yang membuat bakteri bersifat patogenik:
1. Fimbriae
Fimbriae disebut juga pili adalah struktur yang menyerupai rambut yang terdapat pada permukaan tubuh bakteri.
Fimbriae membantu bakteri melekatkan diri pada tempat-tempat tertentu dalam tubuh sehingga mencegah bakteri
hanyut oleh cairan tubuh.
Fimbriae biasanya terdapat pada sebagian besar enterobacteria, seperti E.coli.
Bakteri jenis ini umumnya menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jadi, rambut-rambut pili akan mencegah bakteri hanyut dari kandung kemih oleh urin.
2. Flagela
Flagela adalah struktur panjang yang menyerupai ekor yang membantu bakteri untuk berenang atau bergerak.
Flagela ini membantu bakteri berpindah tempat menuju tempat yang terinfeksi dan bertahan hidup.
Oleh karena itu, flagela membantu meningkatkan patogenisitas bakteri.
3. Racun/Toksin
Bakteri menghasilkan senyawa beracun yang menyebabkan efek merugikan pada tubuh.
Senyawa ini tidak lain adalah toksin yang antara lain memicu muntah dan diare.
Toksin ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan nyeri hebat, demam tinggi, serta mengakibatkan kelumpuhan.
Sebagian besar bakteri sebenarnya tidak berbahaya jika mereka gagal mengeluarkan toksin.
Salah satu contoh bakteri yang menghasilkan toksin adalah bakteri yang menyebabkan keracunan makanan.
4. Invasif
Beberapa bakteri memiliki kemampuan menyerang sel-sel tubuh sehingga menyebabkan patogenisitas.
Bakteri membuat sel-sel tubuh menjadi rusak dan hancur saat memakan isi sel.
Sebagai contoh, Salmonella typhimurium memiliki kemampuan menghancurkan sel-sel usus sehingga menyebabkan
diare berat.
Salah satu penyakit kronis yang disebabkan sifat invasif dari bakteri adalah tuberkulosis (TB).
Mycobacterium tuberculosis menyerang sel paru-paru dan kemudian menghancurkan sel-sel tersebut.
Namun, harus diketahui bahwa tidak semua bakteri bisa menimbulkan penyakit pada manusia.
Meskipun secara alami bakteri adalah patogen, namun pertahanan alami tubuh akan mencegah bakteri menimbulkan
efek negatif pada tubuh.
Hanya bakteri yang cukup pintar bersembunyi, menghindari, atau melawan reaksi kekebalan tubuh yang bisa
menyebabkan penyakit.[]

12. Memahami cirri cirri virus


Ciri-ciri Virus – Sobat biologi, kali ini kita akan belajar tentang ciri virus, setiap makhluk hidup tentu memiliki ciri,
begitupun virus, dengan ukuran lebih kecil daripada bakteri, virus memiliki beberapa ciri yang telah ditemukan,
mari simak.
Virus memiliki ciri dan struktur yang sangat berbeda sama sekali dengan organisme lain, ini karena virus merupakan
satu sistem yang paling sederhana dari seluruh sistem genetika.

Ciri virus yang telah diidentifikasi oleh para ilmuwan, adalah sebagai berikut.
1. Virus hanya dapat hidup pada sel hidup atau bersifat parasit intraselluler obligat, misalnya dikembangbiakan
di dalam embrio ayam yang masih hidup.
2. Virus memiliki ukuran yang paling kecil dibandingkan kelompok taksonomi lainnya.
Ukuran virus yang paling kecil memiliki ukuran diameter 20 nm dengan jumlah gen 4, lebih kecil dari ribosom dan
yang paling besar memiliki beberapa ratus gen, virus yang paling besar dengan diameter 80 nm (Virus Ebola) juga
tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya sehingga untuk pengamatan virus di gunakan mikroskop elektron.
3. Nama virus tergantung dari asam nukleat yang menyusun genomnya (materi atau partikel genetik) sehingga
terdapat virus DNA dan juga virus RNA.
4. Virus tidak memiliki enzim metabolisme dan tidak memiliki ribosom ataupun perangkat/organel sel lainnya,
namun beberapa virus memiliki enzim untuk proses replikasi dan transkripsi dengan
melakukan kombinasi dengan enzim sel inang, misalnya Virus Herpes.
5. Setiap tipe virus hanya dapat menginfeksi beberapa jenis inang tertentu.
Jenis inang yang dapat diinfeksi oleh virus ini disebut kisaran inang, yang penentuannya tergantung pada evolusi
pengenalan yang yang dilakukan virus tersebut dengan menggunakan kesesuaian "lock and key atau lubang dan
kunci" antara protein di bagian luar virus dengan molekul reseptor (penerima) spesifik pada permukaan sel inang.
Beberapa virus memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga dapat menginfeksi dan menjadi parasit pada
beberapa spesies. Misalnya, virus flu burung dapat juga menginfeksi babi, unggas ayam dan juga manusia, virus
rabies dapat menginfeksi mammalia termasuk rakun, sigung, anjing dan monyet.
6. Virus tidak dikategorikan sel karena hanya berisi partikel penginfeksi yang terdiri dari asam nukleat yang
terbungkus di dalam lapisan pelindung, pada beberapa kasus asam nukleatnya terdapat di dalam selubung membran.
Penemuan yang dilakukan oleh Stanley Miller, bahwa beberapa virus dapat dikristalkan sehingga virus bukanlah sel
hidup, sebab sel yang paling sederhana pun tidak dapat beragregasi menjadi kristal. Akan tetapi, virus memiliki
DNA atau RNA sehingga virus dapat juga dikategorikan organisme hidup.
7. Genom virus lebih beragam dari genom konvensional (DNA untai tunggal atau single heliks) yang dimiliki oleh
organisme lainnya, genom virus mungkin terdiri dari DNA untai ganda, RNA untai ganda, DNA untai tunggal
ataupun dapat juga RNA untai tunggal, tergantung dari tipe virusnya.
Ciri-ciri virus juga meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi, cara hidup, serta cara reproduksinya.
a. Ukuran virus
Ukuran virus berkisar antara 25-300 nm. Virus yang berukuran 25 nm dijumpai pada virus penyebab polio.
Sedangkan virus yang berukuran 100 nm misalnya Bakteriofag atau virus T (Bacteriophage atau phage), yaitu virus
yang menyerang bakteri Escherichia coli. Sedangkan virus yang berukuran lebih kurang 300 nm contohnya adalah
TMV (Tobacco Mosaic Virus).
b. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh virus sangat bervariasi. Virus yang berbentuk bulat contohnya adalah virus influenza (Infl uenza
virus) dan HIV penyebab AIDS. Virus juga ada yang berbentuk oval, seperti virus rabies (Rabiez virus). Bentuk
batang dijumpai pada TMV, bentuk jarum dijumpai pada Tungrovirus (virus penyebab kekerdilan pada batang padi),
dan bentuk seperti huruf T dijumpai pada Bakteriofag. Sedangkan bentuk polihedral contohnya adalah pada
Adenovirus (penyebab penyakit demam).
c. Struktur dan fungsi
Tubuh virus bukan merupakan sel (aseluler), tidak memiliki inti sel, sitoplasma, dan membran sel, tetapi hanya
memiliki kapsid sebagai pelindung luar. Virus berupa partikel (molekul) yang disebut virion.
Tubuh virus yang berupa kristal atau partikel ini lebih menunjukkan ciri mineral daripada ciri kehidupan. Oleh
karena itu ada anggapan bahwa virus bukan makhluk hidup.
Struktur tubuh virus yang kita gunakan sebagai contoh dalam pembahasan ini adalah struktur tubuh Bakteriofag
(virus T). Perhatikanlah dibawah ini:

Tubuh virus T terbagi atas bagian kepala dan bagian ekor. Bagian kepala terbungkus oleh suatu selubung dari
protein yang disebut kapsid. Kapsid mempunyai fungsi sebagai pemberi bentuk pada virus, dan juga berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam tubuh virus. Bagian di luar kapsid terdapat selubung yang tersusun dari lipida dan
karbohidrat.
Di dalam tubuh virus (isi tubuh virus) terdapat materi genetik sederhana yang terdiri dari senyawa asam nukleat
yang berupa ADN atau ARN. Bentuk ADN dan ARN tergantung pada spesifi kasi virus. Setiap jenis virus hanya
memiliki 1 macam molekul materi genetik, yaitu ADN saja atau ARN saja. Materi genetik tersebut dapat berupa
rantai ganda yang berpilin atau rantai tunggal, dengan bentuk memanjang, lurus, atau melingkar.
Bentuk kapsid pada virus bermacam-macam, ada yang bulat, oval, batang, polihedral, atau seperti huruf T. Pada
beberapa virus, misalnya virus fl u dan herpes, di luar kapsid masih terdapat struktur tambahan yang berupa kapsul
pembungkus atau amplop. Kapsul pembungkus ini berfungsi membantu virus untuk menyerang (menginfeksi) tubuh
inang atau hospes, sehingga tubuh inang tersebut menderita suatu penyakit.
d. Cara hidup
Virus hidup sebagai parasit obligat (parasit sejati). Tempat hi dupnya di dalam jaringan tubuh organisme lain (tubuh
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan). Jadi, virus hanya dapat hidup secara parasit pada sel organisme lain.
e. Cara berkembang biak
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel-sel hidup dan untuk reproduksinya virus hanya memerlukan asam
nukleat. Karena dapat melakukan reproduksi, maka virus dianggap sebagai makhluk hidup (organisme). Di dalam
proses reproduksi, virus memerlukan lingkungan sel hidup (di dalam jaringan tubuh) sehingga virus memerlukan
organisme lain sebagai inang atau hospesnya. Contoh organisme yang menjadi hospes virus adalah bakteri, jaringan
embrio, hewan, tumbuhan, dan manusia. Proses reproduksi virus disebut replikasi (penggandaan diri
tubuh virus). Proses replikasi virus semenjak menempel pada sel inang sampai terbentuknya virus yang baru
melibatkan siklus litik dan siklus lisogenik.

Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel inang setelah terbentuk anakan virus yang baru.
Siklus litik virus yang telah berhasil diteliti oleh para ilmuwan adalah siklus litik virus T (Bacteriophage), yaitu
virus yang menyerang bakteri Escherichia coli (bakteri yang terdapat di dalam colon atau usus besar manusia).

13. Memahami bagaimana mikroorganisme bias menimbulkan penyakit


Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh manusia akan bertindak cepat untuk menghalangi perkembangan
penyakit.
Penyakit yang ditransfer dari orang yang terinfeksi kepada orang sehat sehingga menjadi sakit disebut sebagai
penyakit menular.
Bagaimana cara seseorang terkena infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri?
Untuk bisa menyebabkan penyakit pada manusia, pertama kali bakteri harus bisa melewati hambatan dari kulit dan
jaringan.
Jika berhasil melewati kulit dan jaringan, bakteri akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
Berikut adalah beberapa cara bakteri masuk ke dalam tubuh manusia:
1. Kontak
Salah satu cara bakteri masuk ke dalam tubuh adalah melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Pada kasus penularan difteri, terjadi kontak tidak langsung dimana orang sehat kontak dengan benda-benda yang
sudah terinfeksi seperti pensil, gelas, handuk, mainan, dan lainnya.
Sedangkan kontak langsung contohnya pada kasus gonorrhea.
2. Inhalasi/Pernapasan
Sebagian besar infeksi pernapasan menyebar karena menghirup udara yang mengandung bakteri.
Bakteri jenis ini cenderung berada di udara dalam bentuk aerosol.
Bakteri ini tersebar di lingkungan melalui bersin, batuk, berbicara, atau meludah.
Meskipun ludah akan mengering, namun ada beberapa bakteri yang tahan pada kondisi kering dan tetap berada di
udara untuk jangka waktu yang lama.
Jadi, saat orang yang sehat menghirup udara yang mengandung bakteri, dia akan tertular infeksi pernapasan.
3. Pencernaan
Infeksi saluran pencernaan biasanya disebabkan karena tidak sengaja menelan bakteri patogen atau toksin bakteri.
Infeksi ini bisa ditularkan melalui perantara air (waterborne), makanan (food-borne), dan bersentuhan tangan (hand-
borne).
Bakteri patogen ini masuk ke saluran pencernaan melalui mulut dan dalam beberapa kasus melalui hidung atau
mata.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan diantaranya termasuk kolera, disentri, dan
keracunan makanan.
4. Inokulasi
Bakteri yang terinokulasi ke dalam jaringan subkutan bisa menyebabkan infeksi.
Misalnya, luka yang dalam bisa terinfeksi bakteri Clostridium tetani yang menyebabkan tetanus.
Demikian pula bakteri yang menyebabkan gangren akan menyebabkan kematian sel dan kerusakan jaringan.
5. Kongenital/Bawaan
Patogen yang mampu melewati penghalang plasenta dan menginfeksi janin di dalam rahim disebut infeksi
kongenital.
Infeksi ini dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi.[]
14. Memahami cara penuralaran/transmisi
1. Melalui kontak jasmani (Personal contact), cara penularana ini dibagi 2 (dua) yaitu :
- Kontak langsung (Direct contact) yaitu cara penularan penyakit karena kontak antara badan dengan badan, antara
penderita dengan orang yang ditulari, misalnya : penyakit kelamin dan lain-lain.
- Kontak tidak langsung (indirect contact) yaitu cara penularan dengan perantara benda-benda kontaminasi karena
telah berhubungan dengan penderita. misalnya : pakaian dan lain-lain.

2. Melalui makanan dan minuman (Food borne infection) yaitu cara penularan suatu penyakit melalui perantara
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini biasanya penyakit saluran
pencernaan, misalnya : cacingan, demam tifoid dan lain-lainnya. Cara penularan ini juga disebut sebagai "water
borne diseases" dimana kebanyakan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk
keperluan rumah tangga.

3. Melalui serangga (Artropod borne infections) yaitu cara penularang penyakit dengan perantara serangga
(arthropoda-insekta). Serangga tersebut bisa sebagai hospes ataupun transmitter saja. Misalnya penyakit malaria
yang disebabkan oleh parasit Palsmodium sp. yang ditularkan oleh nyamuk.

4. Melalui udara (air borne infections) yaitu cara penularan penyakit melauli udara terutama pada penyakit
saluran pernafasan. Seperti melalui debu diudara yang sangat banyak mengandung bibit penyakit, seperti pada
penularan penyakit Tuberculosa. Dan melaui tetes ludah halus (Droplet infections), penularan penykit dengan
percikan ludah seperti pada pederita yang sakit batuk atau sedang berbicara misalnya pada penyakit Diphtheri.

15. Memahami siklus hidup mikroorgansime


Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Secara umum fase-fase pertumbuhan mikroorganisme adalah sebagai berikut.
1. Fase lag (fase masa persiapan, fase adaptasi, adaptation phase)
Pada fase ini laju pertumbuhan belum memperlihatkan pertumbuhan ekponensial, tetapi dalam tahap masa
persiapan. Hal ini tergantung dari kondisi permulaan, apabila mikroorganisme yang ditanami pada substrat atau
medium yang sesuai, maka pertumbuhan akan terjadi. Namun sebaliknya apabila diinokulasikan mikroorganisme
yang sudah tua meskipun makanannya cocok, maka pertumbuhannya mikroorganisme ini membutuhkan masa
persiapan atau fase lag. Waktu yang diperlukan pada fase ini digunakan untuk mensintesa enzim. Sehingga
mencapai konsentrasi yang cukup untuk melaksanakan pertumbuhan ekponensial. Fase ini berlangsung beberapa
jam hingga beberapa hari, tergantung dari jenis mikroorganisme serta lingkungan yang hidup.
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara nyata terlihat. Karena fase ini dapat
juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian) ataupun fase-pengaturan jasad untuk suatu aktivitas didalam
lingkungan yang mungkin baru. Sehingga grafik selama fase ini umumnya mendatar.
Kalau G ( = waktu generasi rata-rata ) sama dengan t ( = waktu yang dibutuhkan dari jumlah a menjadi b ) dibagi
oleh a ( = jumlah keturunan ) sehingga:
G=t/n
= 0,301
log10a – -log10b
2. Fase tumbuh dipercepat (fase logaritme, fase eksponensial, logaritma phase)
Pada setiap akhir persiapan sel mikroorganisme akan membelah diri.masa ini disebut masa pertumbuhan, yang
setiap selnya tidak sama dalam waktu masa persiapan.Sehingga secara berangsur-angsur kenaikan jumlah populasi
sel mikroorganisme ini mencapai masa akhir fase pertumbuhan mikroorganisme.
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase lag, maka mulailah mengadakan
perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu sel sehingga kurva meningkat dengan tajam (menanjak).
Peningkatan ini harus diimbangi dengan banyak faktor, antara lain:
Faktor biologis, yaitu bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungan yang ada, serta assosiasi kehidupan di antara jasad
yang ada kalau jumlah jenis lebih dari sebuah.
Faktor non-biologis, antara lain kandungan sumber nutrien di dalam media, temperatur, kadar oksigen, cahaya, dan
lain sebagainya.
Kalau faktor-faktor di atas optimal, maka peningkatan kurva akan nampak tajam seperti gambar. Pada fase ini
pertumbuhan secara teratur telah tercapai. Maka pertumbuhan secara ekponensial akan tercapai. Pada fase ini
menunjukkan kemampuan mikroorganisme berkembang biak secara maksimal. Setiap sel mempunyai kemampuan
hidup dan berkembang biak secara tepat. Fase pengurangan pertumbuhan akan terlihat berupa keadaan puncak dari
fase logaritmik sebelum mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah individu mulai berkurang atau
menurun yang di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain berkurangnya sumber nutrien di dalam media tercapainya
jumlah kejenuhan pertumbuhan jasad. Fase tumbuh reda akan terlihat dimana fase logaritma mencapai puncaknya,
maka zat-zat makanan yang diproduksi oleh setiap sel mikroorganisme akan mengakibatkan pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga pada masa pertumbuhan ini reda atau dikatakan sebagai fase tumbuh reda.
3. Fase stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor –faktor yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, maka sampailah
puncak aktivitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase ini, gambaran grafik
seakan mendatar. Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang maksimal stasioner yang konstan.
4. Fase kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah yang konstan, sehingga jumlah
akhir mikroorganisme tetap maksimum pada masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan
jumlah sel yang mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian
dipercepat mengalami penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel
tidak mencapai nol, sebab sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam beberapa saat waktu
tertentu. Pada fase ini merupakan akhir dari suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun
sehingga grafik tampaknya akan kembali ke titik awal lagi.
Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah diterangkan kalau faktor-faktor
lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan. Beberapa penyimpangan yang sering terjadi pada
gambaran kurva tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
Pengaruh lingkungan terhadap kurva pertumbuhan
1. Kurva A : Menunjukkan terdapatnya fase lag yang cukup lama sebelum mikroorganisme dapat tumbuh dan
bertambah.
2. Kurva B : Menunjukkan tidak adanya fase lag, karena begitu ditanamkan, maka pertumbuhan mikroorganisme
dapat langsung ke fase logaritmik atau fase eksponensial pertumbuhan.
3. Kurva C : Menunjukkan fase lag yang panjang atau lama serta tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang baru (mati).
4. Kurva D : adalah gambaran suatu kurva pertumbuahan mikroorganisme yang secara kontinu terus menerus diberi
tambahan sumber nutrient, sehingga ada kesinambungan pertumbuhan walau makin lama mengarah kepada
penurunan.
16. Memahami cara pencegahan infeksi
PENCEGAHAN INFEKSI

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk mencegah penularan penyakit dari atau
kepada pasien di fasilitas kesehatan.
MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN
 Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap pendek.
 Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air.
 Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut ini:
o Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
o Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika mengenakan sarung tangan maupun tidak.
o Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak intak, atau kasa penutup luka.
o Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien yang sama.
o Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan pasien (termasuk peralatan medis).
o Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non-steril).
 Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol (alcohol-based handrub). Jika
tangan tidak terlihat kotor namun pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir.
 Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/cairan tubuh, atau setelah menggunakan toilet, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir. Cuci tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora,
misalnya pada wabah Clostridium difficile. Lakukan teknik mencuci tangan sesuai BAGAN 1 selama 40-60 detik.
 Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan, bersihkan tangan dengan pembersih tangan berbahan
dasar alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
 Bila di fasilitas kesehatan tidak tersedia keran dengan air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih di tempat
yang cukup tinggi dan berikan keran di dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk cuci tangan.

MENGENAKAN SARUNG TANGAN


 Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) ketika melakukan prosedur bedah,
menolong persalinan, memotong tali pusat, menjahit luka episiotomi, dan menjahit robekan perineum.
 Gunakan sarung tangan steril yang panjang (sampai menutupi siku) ketika melakukan plasenta manual atau
kompresi bimanual interna.
 Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non-steril) untuk melakukan pemeriksaan vagina, memasang infus,
memberikan obat injeksi, dan mengambil darah.
 Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
o Membersihkan alat dan tempat tidur
o Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah
o Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran
MELINDUNGI DIRI DARI DARAH DAN CAIRAN TUBUH
 Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
 Tutup semua bagian kulit yang tidak intak/utuh dengan bahan tahan air.
 Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
 Kenakan apron panjang yang terbuat dari plastik atau bahan tahan air, serta sepatu bot karet ketika menolong
persalinan.
 Lindungi mata dengan mengenakan kacamata atau perlengkapan lain.
 Gunakan masker dan topi atau tutup kepala
MEMBUANG SAMPAH TAJAM DENGAN BENAR
 Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat ditembus oleh jarum.
 Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
 Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak jarum yang telah digunakan.
 Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat penampungan sampah tajam tanpa memberikannya
ke orang lain.
 Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup, sumbat, atau plester wadah tersebut dengan rapat
lalu bakar.
MEMBUANG SAMPAH DAN LIMBAH SECARA AMAN
 Buang plasenta, darah, cairan tubuh, dan benda-benda yang terkontaminasi ke wadah anti bocor.
 Kubur atau bakar segera sampah padat yang terkontaminasi.
 Buang limbah cair ke saluran khusus.
 Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat penampungan setelah membuang sampah atau limbah yang infeksius.
MENGELOLA PAKAIANDAN KAIN YANG TERKONTAMINASI
 Petugas yang menangani linen harus menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan rumah tangga, sepatu
tertutup kedap air, apron, dan kacamata pelindung.
 Kumpulkan dan pisahkan semua pakaian dan kain yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh di kantong plastik
khusus.
 JANGAN PERNAH MENYENTUH BENDA-BENDA TERSEBUT DENGAN TANGAN SECARA
LANGSUNG
 Bilas darah maupun cairan tubuh lain dengan air sebelum mencucinya dengan sabun.
PEMROSESAN INSTRUMEN
 Untuk instrumen yang dipakai ulang, lakukan 3 langkah pokok yang ada di BAGAN 2:

1. Dekontaminasi
2. Pencucian dan pembilasan
3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
*DTT adalah metode alternatif jika fasilitas sterilisasi tidak tersedia.

 Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan berhati-hatilah jangan sampai
tertusuk instrumen tajam.
 Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga agar tidak terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai