Anda di halaman 1dari 4

1.

KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)

BATASAN

KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta
sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.

PATOFISIOLOGI

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-
hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan
kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan
nutrisi.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses
katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat,
sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat
status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi
akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti
oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka akan
terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik
(malnutrisikronik/compensated malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi :
gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,
penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

GEJALA KLINIS

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah
sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah
dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi),
bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis),
sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.

2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti
orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada,
perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.


DIAGNOSIS

1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang
pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi
vitamin)

2. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin

3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur),
LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan),
LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan)

4. Analisis diet

Klasifikasi :

1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD

2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

DIAGNOSA BANDING

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor perlu
dibedakan dengan :

- Sindroma nefrotik

- Sirosis hepatis

- Payah jantung kongestif

- Pellagra infantil

PENATALAKSANAAN

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

1.1. Penanganan hipoglikemi

1.2. Penanganan hipotermi

1.3. Penanganan dehidrasi

1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

1.5. Pengobatan infeksi

1.6. Pemberian makanan


1.7. Fasilitasi tumbuh kejar

1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum
keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari

Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi


ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh
Candida.

Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10
menit

2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

3. usahakan agar daerah perineum tetap kering

4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula
bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab
lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri :
Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto
toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena,
Demam Denguesedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi Demamtidak.
Berdarah Dengue
Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Gejala Klinis
(DD) (DBD)
++ Pedoman pemberian
Nyeri kepalacairan : +
+++ Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1)
Muntah ++ atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa
+ 5% sebanyak Mual15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. +
++ Nyeri1otot
Evaluasi setelah jam : +
++ Ruam kulit +
++ Bila ada perbaikan
Diare klinis (kesadaran, frekuensi
+ nadi dan pernapasan) dan status hidrasi
syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya,
+ Batuk +
kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
+ Pilek 10 jam, selanjutnya mulai
ml/kgBB/jam selama + berikan formula khusus (F-75/pengganti).
++ Limfadenopati +
+ Bila tidak ada
Kejangperbaikan klinis anak menderita
+ syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan
rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara
0 Kesadaran menurun ++
perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
0 Obstipasi +
+ 2. Anemia berat
Uji tourniquet positif ++
++++ Petekie
Transfusi darah diperlukan bila : +++
0 Perdarahan saluran cerna +
Hb < 4 g/dl
++ Hematomegali +++
+ Hb 4-6 g/dl
Nyeridisertai
perut distress pernapasan atau+++ tanda gagal jantung
++ TransfusiTrombositopenia
darah : ++++
0 Syok +++
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Keterangan : + : 25% ++ : 50% +++ : 75% ++++ : 100%
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang
sama.

Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan
distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi
pemberian darah.

Anda mungkin juga menyukai