Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEKERJA DI INDUSTRI INFORMAL


Dianjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan Kerja.

Disusun oleh :

 Amalia Raina Rahmawati (CKR0180081)


 Cicih Kuraesih (CKR0180083)
 Cindy Adhi Gusti (CKR0180084)
 Dewi Nurhayanti (CKR0180085)
 Elok Fauziah (CKR0180088)
 Lilis Rismayanti (CKR0180099)
 Nindya Rizka Andini (CKR0180102)
 Pebbi Irmala Desinawati (CKR0180105)
 Siti Aulia Khadijah (CKR0180111)

Keperawatan Reg. C

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah keselamatan pasien dan kesehatan kerja (K3)
dengan judul “masalah kesehatan dan keselamatan pekerja di industri informal (penjahit)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................... 4
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ......................... 4
B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................... 5
C. Bahaya Kondisi Lingkungan Kerja .............................................. 6
D. Penggunaan APD ................................................................................................. 8
E. Pengertian Kecelakaan dan Penyebab Kecelakaan Kerja ............ 9
F. Pencegahanan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja .......................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................... 12
B. Saran ................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Depkes RI (1994), pada tahun 1993/1994 usaha sektor informal diperkirakan
mencapai 90% dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan oleh para pekerja wanita
dibandingkan tenaga kerja laki-laki.
Kesehatan dan kerja sangat erat hubungannya, sebab lingkungan kerja dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Pekerja mungkin saja terpapar dengan mesin-mesin
berbahaya, bahan kimia berbahaya, ataupun situasi kerja penuh tekanan.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan kesadaran bagi para pekerja terhadap
kesehatan lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan atau
kegiatan hidup lainnya. Kesehatan kerja selalu dijadikan sebagai bahasan utama ketika berbicara
mengenai pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud adalah segala usaha yang dilakukan manusia baik
yang bersifat formal maupun informal.
Usaha informal tersebut meliputi kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha
penjahitan/penjahit. Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai konstribusi penting dalam
peningkatan perfoma kerja dan kreativitas pekerja.
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja memang sudah seharusnya dipahami secara
umum oleh seluruh pekerja hal ini dikarena K3 ini memegang peranan penting dalam
pelaksanaan dan peningkatan kerja para pekerja.
Aspek keselamatan kerja memang harus dipahami oleh semua orang sebab dalam
konteksnya, keselamatan kerja ini untuk mencegah terjadinya kejadian negative/kejadian yang
tidak diinginkan dalam kehidupan setiap orang.
Pada aspek kehidupan, kejadian negative atau yang biasa kita sebut dengan kecelakaan
dapat saja terjadi. Hal ini dikarenakan setiap aspek kehidupan membawa serta ancaman dibalik

1
eksistensinya. Kita harus mewaspadai setiap kemungkinan yang ada dibalik kondisi yang kita
miliki.
Sama halnya dengan usaha penjahitan berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pekerja terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.
Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada penjahit, penyakit akibat
kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja (penjahit) apalagi pada usaha
yang informal. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka bekerja dengan peralatan apa
adanya tanpa memenuhi syarat ergonomic alat tersebut serta jam kerja yang tidak menentu.
Tak ibahnya usaha formal, usaha informal juga memerlukan pelayanan kesehatan
okupasi. Pelayanan kesehatan primer kedokteran okupasi adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pekerja, baik sebagai individu maupun komunitas pekerja pada tingkat
primer (Azrul Azwar, 1996).
Penjahit pada industry rumah tangga merupakan sampel yang dipilih, dimana kegiatan
penjahit dalam melakukan usahanya menghasilkan pakaian jadi mereka masih menggunakan
tenaga manusia dan perlatan tradisional. Perlatan tradisional yang biasa digunakan penjahit
adalah mesin jahit injak.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi mesin jahit injak ini
mulai dialihkan pada mesin jahit dynamo. Mesin jahit dynamo ini adalah mesin jahit yang
menggunakan dynamo sebagai pengayuh/penggerak mesin. Hal ini dilakukan untuk lebih
mengefektifkan dan mengefisienkan pekerjaan penjahit untuk menghasilkan berbagai bahan jadi
seperti baju, celana dll.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keselamatan dan kesahatan kerja?


2. Apa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja?
3. Apa bahaya kondisi lingkungan kerja?
4. Bagaimana penggunaan APD pekerja ?
5. Apa yang dimaksud pengertian kecelakaaan dan penyebab kecelakaan kerja?
6. Bagaimana pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja.


2. Untuk mengetahui tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui bahaya kondisi lingkungan kerja.
4. Untuk mengetahui penggunaan APD pekerja.
5. Untuk mengetahui pengertian kecelakaan dan penyebab kecelakaan kerja.
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan
dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-
miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai
suatu pendekatan praktis mempelajari yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya
kecelakaan. Dalam memepelajari yang dapat menyebabkan manusia mengalami kecelakan
inilah berkembang berbagai konsep dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori
tersebut umumnya ada yang memusatkan perhatiannya pada penyebab yang ada pada pekerjaan
atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan penyebab pada peralatan kerja bahkan ada pula
yang memusatkan perhatiannya pada penyebab pada perilaku manusianya.
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, berarti terbebasnya seseorang dari penyakit,
tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.
Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being).
Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya
mempelajari - yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita
sakit, bahkan menjadi lebih sehat.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur
(Mangkunegara, 2002).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalahsuatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut (Boby Shiantosia).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan (Jackson, 1999).

4
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah:
a. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2.Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau
perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan
kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan
atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara ( 2002 ) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

5
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain:


1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya
baik jasmani maupun rohani.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja.
3. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan.
4. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik,
faal tubuh dan mental pskologis tenaga kerja yang bersangkutan.

C. Bahaya Kondisi Lingkungan Kerja

1. Potensial Hazard Lingkungan Fisik

Pada Potensial Hazard Lingkungan Fisik adalah yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dilihat
dari lingkungan fisik. Potensi yang dapat menjadi faktor risiko antara lain :

2. Tata Ruang

Jika tata ruang dan ukuran ruangan tempat beraktivitas sangat kecil untuk kegiatan proses jahit menjahit
bisa mempengaruhi kenyamanan dan keleluasaan pekerja.
Lingkungan yang tidak kondusif dapat megakibatkan pekerja sulit mengatur gerak dalam ruangan ditambah lagi
beberapa barang penyimpanan dan meja tempat pengguntingan, mesin obras mesin jahit itu sendiri yang semakin
mempersempit ruangan tersebut. Hal ini dapat menjadi hazard lingkungan fisik pada pekerja.
Ruang kerja yang sempit juga dapat mempengaruhi tingkat stress pekerja karenan ini dianggap mengancam
keamanan dan kenyamanan mereka dalam bekerja.
Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja perlu dilakukan pembenahan pada ruang kerja
tersebut. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah jika memiliki dana lebih mungkin penambahan ukuran
lokasi dapat dilakukan. Namun, jika hal tersebut tidak dapat dilkukan maka barang barang yang tidak begitu
penting dapat dikeluarkan dari tempat kerja atau menggantinya dengan barang yang ukurannya lebih kecil.
3. Kebisingan dan Polusi

6
Kebisingan akibat mesin jahit ditambah lagi dengan kebisingan yang disebabkan karena kendaran yang
lalu lalang tanpa henti dapat mengakibatkan kemampuan daya dengar mengalami penurunan. Oleh karena
itu penyakit akibat kerja tidak dapat terhindarkan lagi.
Kebisingan dapat mempengaruhi kualitas kerja dari pekrja itu sendiri. Kebisingan mungkin tidak menyebabkan
penurunan kecepatan proses penjahitan karena ini berkaitan dengan skill akan tetapi kebisingan dapat
mempengaruhi kualitas jahitan.
Contohnya karena kebisingan orang menjadi tidak konsentrasi sehingga bisa saja terjadi kesalahan dalam
penjahitan mungkin saja hasil jahitannya tidak lurus lagi seperti yang diharapkan. Selain itu kemungkinan
kecelakaan kerja dapat terjadi sperti saat pekerja kehilangan konsetrasi bisa saja ia tersusuk jarum atau tangan
tergunting sehingga mengakibatkan luka baik yang permanen maupun yang tidak.
Polusi atau gas buangan yang dikeluarkan oleh kendaran ini dapat mengakibatkan penyakit pada pekerja jika
pekerja terpapar dalam waktu yang relative lama atau terus menerus seperti gas CO yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
Selain itu debu yang dihasilkan dari kain baik saat pengguntingan dapat mengakibatkan penyakit jika kita
terpapar dalam jangka waktu lama dengan kapasitas yang besar. Oleh sebab itu gunakan masker untuk mencegah
debu terhirup kedalam saluran pernapasan.

 Peralatan kerja
Peralatan kerja yang digunakan pada saat menjahit seperti gunting tidak dilengkapi dengan
pengaman. Oleh sebab itu tingkat terjadinya cedera pada tangan semakin tinggi untuk pengunaan
gunting dalam jangka waktu yang lama.
Sebaiknya utnuk mengurangi kecelakaan kerja alat yang digunakan seperti gunting
dilengkapi dengan pelindung berupa lilitan kain pada pegangan gunting. Hal ini dilakukan untuk
mencegah cedara pada tangan. Misalnya tangan menjadi lecet.
 Getaran
Pada usah penjahitan tidak dipungkiri adanya paparan getaran yang disebabkan karena
dynamo mesin yang digunakan untuk menggerakkan mesin jahit. Untuk itu perlu adanya
perhatian khusus sehingga tidak mengakibatkan penyakit akibat kerja seperti kaki menjadi kaku
dan kehilangan indra perasa (disfungsi saraf).

7
Oleh sebab itu untuk mencegah terjadi penyakit akibat kerja pekerja sebaiknya menggunakan
sandal agar mengurungi efek getar yang dihasilkan oleh dynamo mesin. Sehingga dengan adanya
tindakan pencegahan ini dapat menekan kemungkinan terjadinnya PAK.
1. Potensial Hazard Lingkungan Biologi
Potensial lingkungan biologi pada tukang jahit dapat mereka peroleh dari bahan baku yang digunakan selama
prose kerja seprti kain. Didalam serat kain tidak menutup kemungkinan terdapat banyak baketri dan jamur yang
bersifat pathogen bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu ini dapat mengakibatkan kemungkinan besar untuk
terinfeksi bakteri dan jamur tersebut.
Bagi para pekerja untuk terhindar dari PAK perlu meningkatkan higyene peronganan dengan mencuci tangan
sebelum makan dll. Selain itu tangan yang tadinya memegang kain jika tidak dicuci jika digunakan untuk
meggosok mata dapat mengakibatkan iritasi pada mata.
2. Potensial Hazard Lingkungan Kimia
Bahan baku untuk menjahit yaitu kain dalam proses pembuatannya menggunakan bahan kimia sebagai
pewarna dll. Akibat dari penggunaan bahan kimia tersebut dapat megakibatkan perih pada mata. Oleh sebab itu,
sebaiknya guna alat yang dapat melindingi mata dari pengaruh bahan kimia tersebut.
3. Potensial Lingkungan Fisiologi
 Sikap Tubuh
Seorang penjahit memang dituntut untuk duduk lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti SPG.
Kondisi penjahit yang dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk, punggung membungkuk serta
leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja.
Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut tegangan pada kaki rendah, sikap tak
alami dapat dihindari, konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan peredaran darah hanya sedikit
(Sastrowinoto, 1985). Akan tetapi untuk posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya
refleksi otot punggung dapat mengakibatkan sakit punggung. Selain itu pada saat duduk otomatis
perut mengendor maka ini dapat mengakibatkan gangguan dalam salauran pencernaan dan paru-
paru.
D. Penggunaan APD
Pada kios penjahitan sebagian sudah menggunakan APD akan tetapi penggunaan APD ini tidak semua
diberlakukan pada semua aspek. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan pekerja tentang APD itu sendiri.
Akan tetapi disisi lain pekerja sudah menggunakan APD misalnya saja kursi yang dilengkapi dengan
sandaran agar sewaktu-waktu saat punggung terasa capek itu dapat direfleksikan pada sandaran kursi.

8
Selain itu kursi juga dilengkapi dengan bantal kursi. Hal ini merupakan salah satu cara mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja. Penggunaan bantal kursi ini memebrikan manfaat yang sangat besar bagi pekerja karena
dapat mengurangi rasa sakit saat duduk terlalu lama di kursi kerja. Semua alat pelindung diri yang pekerja
sediakan dilandasi dengan kenyamanan dan pengalaman saat bekerja.
Oleh sebab itu perlu adanya pengarahan dan pemberian informasi kepada pekerja tentang penggunaan APD
dan pentingnya penggunaan APD dilingkungan kerja untuk mecegah terjadinya PAK dan kecelakaan akibat
kerja.
E. Pengertian Kecelakaan dan Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik
korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4). Kecelakaan kerja (accident) adalah
suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses (Didi Sugandi, 2003).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda, tentunya hal ini
dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dengan demikian menurut
definisi tersebut ada 3 hal pokok yan gperlu diperhatikan :
1. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki,
2. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda,
3. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi
ambang batas tubuh atau struktur.
Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di
luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
Penyebab kecelakaan kerja di tempat kerja pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu :

1. Kondisi berbahaya yang selalu berkaitan dengan: Mesin, peralatan, bahan, dan lain-
lain.

9
- Lingkungan kerja: kebisingan, penerangan, dan lain-lain .
- Proses produksi: waktu kerja, sistem, dan lain-lain,
- Sifat kerja
- Cara kerja
2. Tindakan berbahaya yang dalam beberapa hal dapat dilatarbelakangi oleh -:
- kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
- cacat tubuh yang tidak kelihatan,
- keletihan dan kelelahan,
- sikap dan tingkah laku yang tidak aman. (Sukri Sahab, 1997)
Sedangkan penyebab dasarnya terdiri dari dua manusia atau pribadi (personal faktor)
dan kerja atau lingkungan kerja.

1. manusia atau pribadi, meliputi ; kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi,
kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan atau keahlian, stres, motivasi
yang tidak cukup atau salah.

2. kerja atau lingkungan meliputi; tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, tidak
cukup rekayasa (engineering), tidak cukup pembelian atau pengadaan barang, tidak
cukup perawatan (maintenance), tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-
barang atau bahan-bahan, tidak cukup standar-standar kerja, penyalahgunaan. (Sugeng
Budiono,2003).

Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan keja yaitu penyebab langsung
(immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes),
1. Penyebab Langsung Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu keadaan yang
biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok:
- Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts).
- Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions)
2. Penyebab Dasar
Terdiri dari 2 yaitu manusia/ pribadi dan kerja/ lingkungan kerja.
- manusia/pribadi, antara lain karena: kurangnya kemampuan fisik, mental dan
psikologi, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, stres, motivasi yang tidak cukup.
- kerja/ lingkungan, antara lain karena: tidak cukup kepimpinan atau pengawasan,

10
tidak cukup rekayasa, tidak cukup pembelian/ pengadaan barang, tidak cukup
perawatan, tidak cukup standar-standar kerja, penyalahgunaan (Sugeng Budiono,
2003).
F. Pencegahanan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Salah satu tindakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pekerja pada
lokasi yang saya ambil adalah pengelolaan waktu kerja dan penggunaan APD. Menurut informasi beliau
pengaturan jam kerja dan waktu istirahat sangat ia perhitungkan karena dengan jam kerja yang berlebih dapat
berimbas pada kesehatan pekerja.
Salah satu contoh kesadaran terhadap jam istirahat adalah saat beliau merasa lelah akan pekerjaannya maka
ia segera beranjak dari tempat kerja untuk beristirahat seperti tidur. Selain itu penggunaa APD juga menunjukkan
kepeduliannya terhadap terjadinya penyakit yang disebabkan karena aktivitas kerja.
Akan tetapi untuk lebih sempurnanya pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja sebaiknya pekerja
memperhitungkan terlebih dahulu dampak sikap dan perilakunya selam bekerja terhadapa kesehatan. Selain itu,
beliau juga harus memperhatikan segala aspek yang berpotensi menjadi penyebab kecelakan kerja, tidak hanya
dari satu aspek saja.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada survai kali ini yang menjadi objek penelitian usaha sektor informal adalah usaha
penjahitan pakaian yang dimiliki oleh Rahman Dg. Ewa. Tempat penjahitan ini terletak di
Paccinongan Jl.Mustafa Dg.Ewa yang merupakan salah satu kios jahit pakaian yang berada pas
didekat jalan raya jadi untuk menemukan tempat ini sangat mudah.
Setelah mensurvai dan menanyakan beberapa hal kepada pemilik (Rahman Dg.Ewa)
berikut adalah hasil yang saya peroleh. Menurut pemilik kios menjahit ini untuk mendirikan
usahanya beliau ridak menggunakan surat izin usaha karena usaha yang ia rintis merupakan
usaha rumahan dengan skala kecil.
Pada awalnya sebelum beliau mendirikan usaha ini terlebih dahulu beliau memulai
karirnya dengan mengikuti kursus menjahit pada tukang jahit. Setalah mahir menjahit beliau
kemudian ikut menjahit pada usaha yang didirikan oleh orang lain. Selang beberapa tahun beliau
membuka usaha jahit mandiri.
Beberapa kegiatan/lingkungan pada penjahit yang dapat mengakibatkan kecelakan dan
penyakit akibat kerja diantaranya adalah potensial hazard lingkungan fisik, potensial hazard
lingkungan biologi, dan potensial hazard lingkungan kimia.
Contoh potensial hazard llingkungan fisik adalah : tata ruang, kebisingan dan polusi,
sikap tubuh, peralatan kerja dan getaran. Potensial hazard lingkungan biologi adalah bakteri yang
ada pada kain yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Selain itu ada juga
potensial hazard lingkungan kimia contohnya akibat zat pewarna yang digunakan pada proses
pewarnaan pakaian yang dapat menagkibatkan perih pada mata.
Penggunaan APD pada tukang jahit tidak diberlakukan pada semua aspek kegiatan kerja
misalnya pekerja hanya menggunakan kursi dengan sandaran dilengkapi dengan bantal kursi.
Akan tetapi mereka tidak memperhitungkan kemungkinan yang dapat disebabkan karena
penggunaan gunting dalam waktu yang lama sehingga gunting yang digunakan tidak dilapisi
dengan pelindung agar tidak mencederai tangan.

12
Pada usaha penjahitan ini saat pekerja membuat pola dan melakukan pengguntingan kain
dan pola diletakkan diatas meja untuk digunting. Hal ini merupakan salah satu cara pencegahan
PAK pada tukang jahit.
Akan tetapi, pada tempat usaha penjahitan pakaian ini tidak dilengkapi dengan peralatan
kesehatan seperti kotak P3K. Hal ini dapat membantu jika sewaktu waktu terjadi kecelakaan
kerja. Dengan adanya kotak P3K ini dapat memberikan pertolongan pertama pada pekerja saat
mengalami cedera.
B. Saran
Sebaiknya dalam bekerja pekerja menggunakan alat pelindung diri dan
memperhatikan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK yang disebabkan karena
penggunaan alat dan posisi dalam bekerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adeyani, ismi. 2010. Disadur dari http://www.scribd.com/doc/30431177/LK3-lingkungan-


kesehatan-dan-keselamatan-kerja

Adsensescapm. 2009. disadur dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-


keselamatan-kerja-k3.html.

Annehira. 2011. Disadur dari http://www.anneahira.com/pengertian-keselamatan-kerja.htm


2011.

Anonim. 2011. Disadur dari http://www.scribd.com/doc/50631101/bab2-tugas-okup.

Deden. 2010. Disadur dari http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/system-manajemen-


kesehatan-dan.html

Jiffy. 2011. Disadur dari http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/02/dimensi-lingkungan-kesehatan-


mental.html

Mahuri. 2010. Disadur dari http://mahurianasla.blogspot.com/2010/11/hubungan-pengetahuan-


keselamatan-kerja.html

Mercbuana. 2009. Disadur


dari http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/Analisis_pengaruh_peralatan_dan_asupan_ener
gi_bersama_Anita_edit.pdf

Mily. 2009. Disadur dari http://mily.wordpress.com/2009/03/27/k3-kesehatan-kelamatan-kerja/.

Mubarok syahrul. 2007. Disadur dari http://www.scribd.com/doc/23928718/ALAT-


PELINDUNG-DIRI syahrul mubarok 2007.

Soedrajat, agung. 2010. Disadur dari http://soedradjat.wordpress.com/2010/02/13/ergonomic-


risk-faktors/.

Widian. 2011. Disadur dari http://dunia-k3.web.id/keyword/pengertian-k3/.

Wikipedia. 2011. Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_pelindung_diri 2011.

14

Anda mungkin juga menyukai