PRE EKLAMSI
A. Pengertian
1
8. Obesitas
9. Molahidatidosa
C. Patofisiologi
Pra- eklamsia terjadi spasme pembuluh arterial yang diikuti dengan timbulnya
retensi dan air . Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat dari arteriola
gromorulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah . Jadi semua arteriola dalm
tubuh mengalami spasme , maka tekanan darah dengan sendirinya akan meningkat
drastic, sebagai dampak mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi kenaikan
tahan perifer agar kebutuhan oksigen dalam jaringan dapat dipenuhi .
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedama yang disebabkan penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya , mungkin
disebabkan oleh retensi garam air . Proteinura mungkin disebabkan oleh spasmus
arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus( Mochtar 1993; 220)
2
D. Pathway
E. Manitefasi klinis
Dua gejala yang sangat penting pada per-eklamsia , yaitu hipertensi dan
proteinuria merupakan yang biasanya tidak disadari wanita hamil
Tekanan darah.
3
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostic yang lebih handal dibandingkan
dengan tekanan sistolik . Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih
yang menetap menunjukan keadaan abnormal .
Peningkatan berat badan( BB) yang tiba – tiba dapat mendahului serangan pre
– eklamsia dan kenaikan berat badan ( BB) yang berlebihan merupakan tanda
pertama pre- eklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0,5
kg perminggu. Bila 1 kg dalam seminggu maka mungkin terjadinya pre- eklamsia
harus dicurigai. Peninggkatan BB terutama disebabkan karena retensi cairan dan
selalu dapat ditimbulkan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas seperti
kelopak mata yang membengkak atau jari tangan yang membesar
3. Proteinuria
Pada pre-eklamsi ringan proteinuria hanya minimal positif satu atau positif dua
atau tidak ada sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan dan dapat
mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hamper selalu timbul kemudian, dibandingkan
hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
F. Klasifikasi pre-eklamsia
Proteinuria kuantitatif 0,3 grlt dalam 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif positif
satu atau positif dua
1. Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri otot perut bagian atas tidak ada..
2. Oliguria tidak ada.
4
Sedangkan pre-eklamsia yang dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-
tanda dibawah ini: ( Wiknjosastro.1997 :282 )
1. Tekanan sistolik 160 mmhg atau tekanan diastolic 110 mmhg atau lebih.
2. Proteinuria kuantitatif 5 gr atau lebih dalam 24 jam. pemeriksaan kuantitatif
positif tiga atau positif empat
3. Oliguria, urine 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri daerah epigastrium
G. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Komplikasi
yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada pre-eklamsia berat dan eklamsia
1. Pada ibu
2. Eklamsia
3. Solutio plasenta
4. Perdarahan sub kapsula hepar
5. Kelainan pembekuan darah (DIC:Disseminated Intravaskuler Coagulation)
6. Pada Janin
7. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus (IUGR:Intraliterina Growth
Retardation ).
8. Prematur.
9. Asphiksia neonatum
10. Kematian dalam uterus
11. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
H. Penatalaksanaan
Preeklampsia Ringan Kehamilan < 37 minggu:
Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
5
Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin.
Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia dan
eklampsia.
Lebih banyak istirahat
Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap rawat. Lanjutkan penanganan dan observasi
kesehatan janin.
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak, rawat sampai aterm.
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
6
Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau
lakukan seksio sesarea.
Non Farmakologi:
Bersihkan jalan napas
Pasang sulip lidah
Rawat inap
Oksigen 4-6L/menit
Infus Ringer Laktat 5%
Pemasangan kateter untuk pemantauan diuresis
Observasi DJJ dengan non stress test (kardiotokografi), periksa tanda vital ibu dan
janin
Rujuk untuk rencana penatalaksanaan terminasi kehamilan
Edukasi pasien
Farmakologi:
MgSO4 40% 8 gr IM sebagai loading dose
MgSO4 20% 4 gr bolus IV secara perlahan
Dosis perawatan: MgSO4 40% 4 gr IM setiap 4 jam
7
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
1) Riwayat Kesehatan
a) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam,
sakit kepala,
b) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
d) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia
sebelumnya
e) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
f) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
2) Riwayat Kehamilan
3) Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah
ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
8
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
b) Sirkulasi
c) Abdomen
Gejala :
1. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler
2. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin
di sebelah kanan.
3. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
4. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
Auskultasi :
9
d) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
e) Makanan / cairan
f) Integritas ego
Tanda : cemas.
g) Neurosensori
h) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
i) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
j) Keamanan
10
k) Seksualitas
5) Pemeriksaan Fisik
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
a) Sistem pernafasan
b) Sistem cardiovaskuler
(2) Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat
dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada PemeriksaanVena Jugularis, jika
ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.
Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
(3) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya
fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
11
c) System reproduksi
(1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
(2) Genetalia
(3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa
bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
(1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan
filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
(2) Oliguria
(3) Proteinuria
e) Sistem persarafan
f) Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
12
B. Diagnosa
1. Rumusan Diagnosa
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses
cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata dan system syaraf,
penurunan fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan darah,
perubahan perfusi jaringan.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada
pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla
oblongata dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama
jantung, aliran tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir, kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
c. Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena perbedaan
tekanan, perubahan pada plasenta.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan HCL meningkat peristaltic turun Ketidakmampuan dalam
memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi
e. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
persalinan
13
I. Intervensi / Perencanaan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
14
4. Monitor adanya tanda-tanda 4. Kejang akan meningkatkan
dan gejala persalinan atau adanya kepekaan uterus yang akan
kontraksi uterus memungkinkan terjadinya persalinan.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
15
perut, perdarahan, rahim tegang, 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
aktifitas janin turun ) pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
16
2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Dengan nafas dalam otot-otot
dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
3. Ajarkan ibu mengantisipasi pembuluh darah, expansi paru optimal
nyeri dengan nafas dalam bila HIS sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
timbul terpenuhi
Tujuan
Kriteria hasil
c. kekuatan menggenggan
17
Intervensi Rasional
Tujuan :
Kriteria Hasil :
18
c. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
19