Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan
kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.
2. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau
jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
3. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin.Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala.
4. PERIODE MASA NIFAS
Periode masa nifas dibagi menjadi 3 :
a. Puerpenium dini : kepullihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
5. PATHWAY
II WOC (Wed Of Caution)
Persalinan
Normal
(Kala I, tindakan episiotomi / tidak)
b) Kontraksi
kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan tidak teratur
maka penting pemberian oksitosin secara IM setalah plasenta lahir
dan menganjurkan ibu segera menyusui bayinya untuk pelepasan
plasenta.
c) Afterpains (Rasa sakit)
Disebabkan karena kontraksi rahim, biasanya terjadi 2-4 hari pasca
persalinan.
d) Tempat Plasenta
Bekas implantasi uri akan mengecil karena kontraksi dan menonjol
ke kavum uteri, diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu 3,5 cm, minggu
ke-6 = 2,4 cm dan akhirnya pulih
e) Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas, ada beberapa istilah :
Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan
2. Hormon Hipofisis
Waktu mulainya ovulasi beda antara ibu menyusui dengan yang tidak
menyusui. Kadar prolaktin tinggi pada ibu yang menyusui sehingga menekan
ovulasi. pada ibu yang tidak menyusui akan terjadi ovulasi dini yakni antara 27
hari setelah melahirkan dengan waktu rata-rata 70-75 hari sedangkan pada wanita
yang menyusui rata-rata tejadi ovulasi sekitar 190 hari.
a. Komponen Urine
penurunan kadar steroid fungi ginjal akan kembali normal dalam waktu satu
bulan pasca partum. Dimana komponen urine meliputi :
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih pada saat melahirkan akibatnya
keinginan untuk berkemih menurun akibat pemberian obat anestesi, penurunan reflek
a. Nafsu Makan
biasanya ibu akan merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga boleh
mengkonsumsi makanan ringan dan setelah pulih dari efek analgesic, anestesi dan
keletihan biasanya ibu sangat lapar.
b. Motilitas
6. Defekasi
Buang besar akan tertunda 2-3 hari postpartum akibat tonus otot menurun
7. Payudara
hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil akan
menurun dengan cepat setelah melahirkan. Waktu yang dibutuhkan hormon-
hormon akan kembali ke kadar sebelum hamil ditentukan apakah ibu menyusui
atau tidak.
e. Perubahan Kardiovaskuler
1.Volume Darah
Perubahan volume darah ada beberapa factor misalnya :
kehilangan darah selama melahirkan, mobilisasi dan edema
fisiologis.
2. Curah Jantung
3.Denyut jantung akan meningkat lebih tinggi 30-60 menit karena
darah yang biasanya melewati sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba
kembali ke sirkulasi umum.
G. Perubahan Muskuloskeletal
H. Perubahan Integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil akan menghilang pada akhir
kehamilan. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa ibu daerah tersebut akan menetap
namun kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
6) KOMPLIKASI
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari
jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
e. Perwatan Payudara
1) Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi
2) Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu
harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
3) Putting Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau
perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
Penatalaksanaan dengan tehnik menyusui yang benar, putting harus
kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia diterapi dan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusui
di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
4) Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI
yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu
cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan menyusui lebih sering,
kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian
analgesic.
5) Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya
terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan
kompres hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui
tidak dihentikan.
6) Abses payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di
insisi, diberikan antibiotic dan analgesic.
7) Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan
pancaran ASI yang terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh,
bingung putting pada bayi yang menyusui diselang seling dengan susu
botol, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. Pancaran ASI
yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat
payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan
bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting,
hindari dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet
untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah
waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
8) Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik
untuk kesehatan bayinya.
f. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, Menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang
antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan
pengaruh oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi,
sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya produksi ASI berlangsung pada
hari ke-2-3 pp.
Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan
cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan
globulin
8) PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
i) PENGKAJIAN
a. Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c. Riwayat Persalinan
(1) Tempat persalinan
(2) Normal atau terdapat komplikasi
(3) Keadaan bayi
(4) Keadaan ibu
d. Riwayat Nifas Yang Lalu
1) Pengeluaran ASI lancar / tidak
2) BB bayi
3) Riwayat ber KB / tidak
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Abdomen
3) Saluran cerna
4) Alat kemih
5) Lochea
6) Vagina
7) Perinium + rectum
8) Ekstremitas
9) Kemampuan perawatan diri
f. Pemeriksaan psikososial
1) Respon + persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi
ii) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan
atau distensi efek – efek hormonal
2. Ketadakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan
Hb, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal, trauma mekanis,
edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih, perubahan
– perubahan jumlah / frekuensi berkemih
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah,
hemoragi, peningkatan keluaran urine)
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang dari
biasanya
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber –
sumber
8. Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka jahitan perineum
iii) PERENCANAAN
1. Dx 1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan
atau distensi efek – efk hormonal.
2. Dx 2
3. Dx 3.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
5. Dx 5
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih
(muntah, hemoragi, peningkatan keluaran urine)
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan
dengan KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal
(12,0-16,0 gr/dL)
6. Dx 6
Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
7. Dx 7
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber
– sumber
v) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis
untuk mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari
suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu
atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC