Pendahuluan
Isra’ Mi’raj berasal dari dua kata yaitu: Isra’ dan Mi’raj. Isra’ berarti perjalanan malam
(perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa) dan Mi’raj berarti naik ke langit.
Peristiwa Isra’ Mi’raj ini merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi umat
Islam karena dalam peristiwa ini didapat perintah untuk melakukan sholat yang
diwajibkan bagi seluruh umat Islam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M, 3 tahun sebelum
hijrah. Nabi Muhammad SAW saat itu berusia 51 tahun. Peristiwa luar biasa ini terjadi
mulai dari lepas tengah malam sampai menjelang waktu subuh waktu Mekah.
Sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat
mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah. Lalu beliau juga ditinggal
oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang sangat melindungi Nabi Muhammad. Karena
ditinggalkan kedua orang yang sangat disayangi tersebut membuat beliau sangat
berduka cita. Karena itu Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan
memperjalankan beliau, sampai kepada langit untuk bertemu dengan Allah SWT.
Awal Perjalanan
Pada suatu malam tanggal 27 Rajab, Allah S.W.T memberikan wahyu kepada Malaikat
Jibril a.s., "Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan
engkau mencabut nyawa pada malam ini."
Malaikat Jibril a.s. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke
Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."
Kemudian Jibril pun pergi ke syurga tempat dimana buraq berada. Kemudian dia
menemukan 40 juta buraq di taman syurga. Setiap buraq memiliki mahkota di
keningnya bertuliskan kata-kata, “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan
Allah.” Di antara buraq itu, Jibril melihat pada seekor buraq yang memisahkan diri
sendirian seraya menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri buraq itu lalu
bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"
Berkata buraq, "Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak
40 ribu tahun yang lalu, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku
sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku
laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibril a.s., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau
rindukan itu."
Kemudian Jibril a.s. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu untuk dibawa
kepada Nabi Muhammad S.A.W.
***
Pada malam itu Nabi Muhammad SAW. sedang berbaring di antara dua orang yaitu
paman beliau, Hamzah dan sepupu beliau, Ja'far bin Abi Thalib yang sedang tidur di
dekat Kabah, tiba-tiba datang kepada beliau 3 orang lelaki yang ternyata adalah
malaikat Jibril dan Mika'il beserta seorang malaikat lain. Ketika itu Muhammad
terbangun oleh suara yang memanggilnya, "Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!"
Dan ia pun terbangun, di hadapannya sudah berdiri Malaikat Jibril.
Jibril memerintahkan malaikat lain mengangkat Rasulullah ke suatu tempat. Kemudian
ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu
mereka menelentangkan beliau. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari
tenggorokan sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail:
"Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan hati beliau.
Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya
tiga kali serta membuang ketul hitam ('alaqah) yaitu tempat syaitan membisikkan
waswasnya dari hati beliau; kemudian mereka meletakkannya kembali di tempat asal.
Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian
didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan
dituangkan habis ke dada Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu,
keyakinan dan keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau
distempel dengan stempel kenabian. Semua proses itu tidak menimbulkan sakit sedikit
pun kepada Nabi. Setelah selesai, Nabi diminta agar berwudlu.
Kemudian didatangkan seekor buraq yang telah diberi pelana dan kendali. Buraq itu
adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari
baghal (baghal: hewan peranakkan dari kuda dan keledai). Buroq memiliki empat kaki.
Buraq ini dapat meloncat sejauh batas pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak.
Jika menaiki gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang
kedua kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang
dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Ketika Nabi SAW mula-mula hendak
menunggang Buraq, buroq bertingkah liar sehingga menyulitkan Nabi Muhammad
SAW. untuk menaikinya. Kemudian Jibril meletakkan tangannya pada leher buraq
seraya berkata: "Adakah engkau tidak malu wahai buraq?; demi Allah, tidak ada
seorang makhlukpun yang menaikimu yang lebih mulia menurut Allah dari pada beliau,
maka malulah si buraq, lalu berbaring dan tenang sehingga Nabi SAW. dapat
menaikinya.
Nabi Muhammad merasa bahagia pada waktu itu karena beliau dapat mengendarai
buraq. Jibril memegang tali kekang sementara Mikail memegang pelana. Israfil
memegang kain pelana. Buraq bergerak di angkasa dalam sekejap mata. Tidak berapa
lama Nabi menunggang Buraq, sampailah beliau dan Jibril ke suatu tempat yang banyak
pohon kurmanya. Jibril berkata, “ Ya Muhammad, turun dan berdoalah kepada Allah di
tempat ini. Nabi disuruh oleh Jibril agar melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat. Kepada
Nabi, Malaikat Jibril menjelaskan, "Tahukah engkau bahwa engkau shalat di Thaibah
(Madinah) dan disitulah engkau kelak berhijrah".
Kemudian perjalanan dilanjutkan. Di suatu tempat Jibril menyuruh Nabi SAW turun
untuk shalat sunnah 2 rakaat. "Inilah Thuur Sina, tempat Musa bercakap-cakap langsung
dengan Tuhannya" kata Jibril. Perjalanan dilanjutkan kembali dan untuk ketiga kalinya
Jibril memerintahkan untuk berhenti disuatu tempat dan menyuruh melakukan shalat
sunnah 2 rakaat lagi. Setelah selesai sholat berkatalah Jibril kepada Nabi saw.,
"Tahukah engkau dimana engkau sholat kali ini?" Engkau sholat di Baitul Lahm, tempat
Isa a.s. dilahirkan".
Peristiwa Mi’raj
Setelah menunaikan ibadah di Baitul Maqdis kemudian didatangkan sebuah tangga
syurga yang lalu dipancangkan di atas batu. Batu pijakan Nabi Muhammad s.a.w saat
akan mi'raj itu disebut Shakhrah al-Muqaddasah (batu yang disucikan). Nabi
Muhammad belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada tangga yang
dilihatnya itu. Tangga Mi'raj itu dibuat dari emas dan perak berlapis mutiara. Tangga itu
menjulang dari Baitul Maqdis ke langit dunia. Di sebelah kanannya ada 400 ribu
malaikat, disebelah kirinya juga 400 ribu malaikat, di depannya seribu malaikat dan di
belakangnya juga seribu malaikat.
Malaikat jibril menaikkan Nabi ke tangga. Jarak antar anak tangga sejauh perjalanan
empat puluh tahun. Perjalanan mi'raj mula-mula memasuki langit dunia. Ketika naik ke
langit Nabi Muhammad melihat keindahan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Jibril membawa Nabi hingga tiba di depan pintu langit yang disebut pintu Hafadzah
(pintu langit dunia). Di pintu itu ada malaikat penjaga yang disebut Isma’il. Dia
memiliki 12.000 pembantu dan setiap pembantu memiliki 12.000 pesuruh.
Langit pertama
Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau?
Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab:
Nabi Muhammad saw. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah
diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Lalu Ismail membuka
gerbang surga dan Nabi Muhammad bertukar salam dan saling mendoakan. Malaikat
Isma'il berkata,dikatakan "Selamat datang wahai anak yang soleh dan nabi yang soleh."
Ketika memasuki langit pertama, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan malaikat-
malaikat yang menyambutnya. Malaikat-malaikat itu menyambutnya dengan tersenyum
sambil membaca doa-doa, tetapi ada malaikat yang turut berdoa tetapi sama sekali tidak
tersenyum, wajahnya tampak memberengut. Nabi Muhammad s.a.w bertanya pada Jibril
tentang malaikat yang tidak tersenyum itu. Jibril menjawab: “Jika saja dia pernah
tersenyum kepada orang sebelum kamu atau sesudah kamu , maka dia akan tersenyum
kepadamu. Namun dia tidak pernah tersenyum, dia adalah Malik, malaikat penjaga
neraka.”
Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Tidakkah dapat kamu minta kepadanya
untuk menunjukkan neraka kepadaku? Jibril mengatakan, “Baik, wahai malaikat
tunjukkan neraka kepada Muhammad!” Kemudian malaikat itu membuka penutupnya,
maka terlihat api neraka yang bergejolak sampai Nabi mengira api itu akan menelan apa
saja. Nabi Muhammad s.a.w berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, perintahkan
mengembalikan ke tempatnya. Maka Jibril pun menyuruhnya untuk menutupnya.
Malaikat penjaga neraka itu berkata, “Padamlah”. Maka kembalilah tutup itu ke tempat
semula.
Setelah itu Nabi Muhammad s.a.w melihat seorang sedang menghadapi ruh-ruh
manusia. Apabila kepadanya dihadapkan ruh yang baik ia gembira dan berkata : "Ruh
yang baik keluar dari jasad yang baik".
Apabila dihadapkan kepadanya ruh yang jahat, wajahnya memberangus sambil berucap
: "Cis ! Ruh jahat keluar dari jasad yang jahat.
Nabi bertanya kepada Jibril ;"Siapakah orang itu hai Jibril?".
Ia menjawab : "Dia Adam ayah engkau. Semua ruh anak cucunya akan melewati dia.
Ketika Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta
Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan.
Langit keempat
Kemudian Jibril membawa Nabi naik sampai ke langit keempat. Kemudian dia minta
dibukakan dan ditanya:"Siapakah itu?" "Jibril." "Siapa pula yang bersamamu?"
"Muhammad." "Apakah dia juga seorang rasul?" "Benar." "Selamat datang wahai
sebaik-baik yang datang."
Lalu dibukakan dan setelah Nabi Muhammad s.a.w melihat Idris. Jibril
memperkenalkan:"Inilah Idris." Kami lalu memberi salam dan dia menjawab sambil
mengucapkan:"Selamat datang wahai saudara yang soleh dan nabi yang soleh."
Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus.
Langit kelima
Kemudian Jibril membawa Muhammad s.a.w naik ke langit kelima. Dia minta
dibukakan lalu ditanya:"Siapakah itu?" "Jibril." "Siapakah itu?" "Jibril." "Siapa pula
yang bersamamu?" "Muhammad." "Apakah dia juga seorang rasul?" "Benar."
"Selamat datang wahai sebaik-baik yang datang." Kemudian dibukakan.. Di langit yang
kelima, Nabi Muhammad s.a.w menjumpai seorang kakek yang rambutnya putih.
Jenggotnya putih dan tebal. Nabi Muhammad s.a.w bertanya ke Jibril, “ Siapakah dia
wahai Jibril?” Jibril menjawab,” Ini adalah orang yang sangat dicintai kaumnya, yaitu
Harun bin Imran.
Di Sidratul Muntaha ini terdengarlah suara yang berseru kepada beliau, “Wahai
Muhammad SAW, masuklah.” Nabi Muhammad s.a.w kemudian diangkat melewati
Sidratul Muntaha dan ditutupi awan. Jibril tertinggal.
Nabi Muhammad SAW berseru kepada Jibril, “Ikutlah bersamaku.” Jibril berkata,
"Engkau dan Tuhan engkau saja." Nabi Muhammad s.a.w. berkata lagi, "Adakah di sini
sahabat hendak meninggalkan sahabatnya?"
Jibril menjawab, “Inilah saja tempatku, jika aku melintasi kawasan ini niscaya aku akan
terbakar dengan cahaya.” Malaikat Jibril tidak mampu melintasi lebih tinggi lagi. Hanya
orang yang diizinkan oleh Allah SWT yang dapat melintasi sidratul muntaha. Nabi
Muhammad adalah orang yang diangkat derajatnya sehingga dapat melintasi lebih
tinggi lagi untuk bertemu dengan Allah SWT.
Nabi Muhammad saw melanjutkan perjalanan tanpa ditemani malaikat Jibril. Nabi
Muhammad s.a.w kemudian melalui 70.000 hijab daripada nur hingga sampai ke
Mustawa, tempat Kalam menulis, yakni Kalam catatan di Luh Mahfuz. Di situ Nabi
Muhammad s.a.w. melihat seorang lelaki yang ghaib dalam Nur Arasy. Bertanya Nabi
Muhammad s.a.w: "Siapa ini? Adakah malaikat?""Tidak," jawab lelaki itu."Adakah
nabi?" tanya Nabi Muhammad s.a.w lagi."Tidak. Sesungguhnya aku adalah seorang
lelaki yang hidup di dunia, basah dengan menyebut nama Allah yakni berzikir dan
hatiku senantiasa terpaut kepada masjid dan aku juga tidak memaki kedua ibu bapakku."
Nabi kemudian tiba di hadapan Arsy (singgasana Allah). Nabi Muhammad s.a.w
melihat 'Arsy Allah yang dijunjung di atas kepala para Malaikat. Nabi Muhammad s.a.w
dapat menyaksikan Allah SWT dengan mata kepalanya. Tiada seorang pun daripada
nabi atau mursalin melihat Allah sebelum ini. Sebaik Nabi Muhammad s.a.w melihat
Allah, lantas beliau terus sujud menyembah-Nya.
Berfirman Allah: "Wahai Muhammad." Jawab Nabi Muhammad s.a.w: "Labbaika."
Firman Allah lagi: Angkatkan kepalamu, mohonlah apa yang engkau hendak Aku
berikan kepadamu."
Nabi Muhammad s.a.w pun mengangkat kepalanya sambil berkata: Ya, Rabb. Engkau
telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau
berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat
melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau
kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia,
syaitan dan angin. Engkau ajarkan 'Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat
menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau
lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku angkatkan engkau sebagai Habib (kekasih) dan
Aku utuskan engkau untuk manusia seluruhnya supaya mengabarkan berita gembira dan
memberi peringatan.
Aku luaskan dadamu dan Aku buangkan daripadamu dosamu dan Aku angkatkan
untukmu zikirmu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk
manusia dan Aku jadikan umatmu itu sederhana. Dan Aku jadikan umatmu orang yang
pertama dan orang yang terakhir dan Aku jadikan umatmu itu tiada sah khutbah dan
solat hingga mereka itu berikrar bahwa engkau hamba-Ku dan pesuruh-Ku.
"Dan Aku jadikan daripada umatmu beberapa kaum yang mana hati mereka berpaut
dalam hati mereka. Aku telah jadikan engkau Nabi yang mula-mula diciptakan dan Nabi
yang terakhir dibangkitkan, dan Aku jadikan engkau orang yang mula-mula dibicarakan
pada Hari Kiamat.
"Dan Aku berikan engkau tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dalam sholat yaitu
surah al-Fatihah, yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikan
engkau penutup surah al-Baqarah, harta yang bernilai di bawah Arasy, ia tiada Aku beri
kepada nabi sebelummu.
"Dan Aku berikan engkau dengan delapan saham berharga yaitu Islam, hijrah; sedekah;
menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar; dijadikan engkau pembuka dan
penutup; diberikan engkau panji-panji kepujian, maka Adam dan lainnya berada di
bawah panji-panji engkau. Dan sesungguhnya pada hari Aku menjadikan tujuh petala
langit dan bumi.
"Aku fardukan ke atasmu dan umatmu 50 waktu sholat, maka dirikanlah ia."
Selesai bermunajat kepada Allah, Nabi Muhammad s.a.w pun kembali mendapatkan
Jibril. Lalu Jibril pun memimpin tangan Nabi untuk turun. Kemudian Nabi Muhammad
s.a.w dibawa menemui nabi Ibrahim a.s.
Sesudah itu Nabi Muhammad s.a.w turun ke tempat Musa a.s.. Musa bertanya"Apakah
yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada umatmu? Nabi Muhammad s.a.w menjawab,
“Sesungguhnya Allah memfardukan ke atasku serta umatku dengan 50 waktu sholat
sehari semalam.”. kata Musa, 'Kembalilah kepada Tuhan mu, mintalah keringanan,
karena umatmu tidak sanggup melakukannya. Aku sendiri telah mencoba terhadap bani
israil"
“Sesungguhnya Bani Israel yang gagah tidak mampu melakukan amalan yang lebih
sedikit daripada itu, sedangkan umatmu lemah tubuhnya, lemah hatinya, mana mungkin
mereka mampu melaksanakan tugas seberat itu.”
Selepas mendengar kata-kata Musa itu, Nabi Muhammad s.a.w pun memandang Jibril.
Jibril mengisyaratkan supaya Nabi Muhammad s.a.w kembali ke Sidratul Muntaha
untuk menemui Allah untuk diringankan apa yang telah difardukan.
Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali kepada Allah lalu beliau sujud kepada Allah
dengan berkata: "Wahai Tuhanku, ringankan terhadap umatku apa yang diperintahkan-
Mu. Sesungguhnya umatku adalah terlalu daif."
Firman Allah: "Sesungguhnya telah Ku-kurangkan untuk umatmu itu lima waktu
sholat." Sholat yang tadinya diwajibkan 50 kali sehari itu dikurangi menjadi 45 kali
saja.
Nabi Muhammad s.a.w kemudian kembali menemui Nabi Musa. Nabi Muhammad
s.a.w berkata kepada Nabi Musa, "Sesungguhnya Allah sudah mengurangkan untukku
lima waktu solat."
kata Musa, "umatmu tidak sanggup menunaikannya sebanyak itu, karena itu kembalilah
kepada Tuhanmu mintalah keringanan". Nabi kemudian berulang-ulang pulang pergi
antara Tuhan dengan Musa. Sehingga akhirnya Allah swt berfirman" Wahai
Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap
sholat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, berarti lima
waktu sholat fardu sama dengan lima puluh sholat fardu. Begitu juga siapa yang berniat,
untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu
kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya.
Sebaliknya siapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya,
niscaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat
sebagai satu kejahatan baginya.
Setelah mendapatkan keringanan dari Allah SWT lalu nabi kembali ke tempat Musa dan
diceritakan kepadanya apa yang telah difirmankan Tuhan itu.
Berkata Musa: “Kembalilah kamu kepada Tuhanmu wahai Muhammad, mohonlah
keringanan sekali lagi dan sesungguhnya umatmu tiada kuasa untuk melaksanakannya."
Jawab Nabi Muhammad: “Sesungguhnya aku telah berulang alik kepada Tuhanku
beberapa kali hingga aku merasa malu terhadap Tuhanku dan tetap aku laksanakan
perintah-Nya ini."
Tatkala itu, terdengar seruan: "Telah Aku laksanakan yang Aku fardukan dan Aku
ringankan untuk hamba-Ku."
Berkata Musa: "Turunlah engkau wahai Muhammad dengan nama Allah."
Apabila sampai di Langit Dunia, tiba-tiba Rasulullah melihat debu dan asap serta
terdengar suara berisik. Bertanyalah Nabi Muhammad s.a.w kepada Jibril ada apa
gerangannya.
Menurut Jibril, itulah syaitan yang menutup mata manusia (anak Adam) hingga mereka
tidak mampu berfikir apa yang ada dalam alam malakut langit dan bumi. Dan jika tidak
dilakukan begitu niscaya manusia dapat melihat keajaiban-keajaibannya.”
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w kembali dengan tangga itu ke bumi. Nabi
Muhammad s.a.w dan Jibril sampai di Baitulmaqdis. Buraqpun dilepaskan dari
ikatannya. Dengan buroq itu Nabi kembali ke Mekah pada malam yang sama.
Dalam perjalanan itu, Nabi melintasi beberapa unta milik orang Quraisy yang datang
dari Syam. Diantaranya ada seekor unta yang mempunyai dua karung di atas badannya.
Karung itu berwarna putih dan hitam.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w kebetulan menuju ke arahnya, terkejutlah unta tersebut
dan lari berkeliling-keliling hingga salah seekor daripadanya patah kaki, jatuh lalu
ditinggalkan di situ oleh pemiliknya.
Dalam perjalanan itu juga, terlihat oleh Nabi Muhammad s.a.w sekelompok unta dan
salah seekor daripadanya tersesat. Nabi Muhammad s.a.w kemudian menuntunnya
sehingga kembali dalam kelompoknya.
Nabi Muhammad s.a.w pun memberi salam kepada mereka dan mereka mengenali suara
Rasulullah, tetapi ada juga yang tidak percaya. Kemudian Nabi mengambil mangkuk
berisi air dan meminumnya.
Pada waktu Nabi Muhammad s.a.w akan berpisah dengan Jibril pada Subuh Isra' di Dzi
Thuwa, suatu tempat dipinggir kota Mekkah, Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Ya
Jibril, kaumku akan mendustakan aku". Jibril menjawab: "Abu Bakar akan
membenarkan engkau dan dialah Ash Shiddiq."
Setelah Nabi Muhammad s.a.w turun dari buroq, maka terangkatlah Buraq ke langit dan
terus ke syurga.
Pada waktu itu, datanglah Abu Jahal, lantas bertanya: "Apakah kamu ingin
memberitakan sesuatu?"
"Ya," jawab Nabi Muhammad.
"Apakah itu?" tanya Abu Jahal lagi.
Nabi Muhammad menjawab: "Aku telah diperjalankan pada malam tadi ke
Baitulmaqdis.
"Apa? Kamu diperjalankan ke Baitulmaqdis dalam tempo satu malam? Apakah engkau
mau aku kabarkan berita ini kepada kaummu?"
"Bahkan aku akan kabarkan apa yang aku kabarkan kepadamu ini."
Abu Jahal pun menyeru dengan suara lantang: "Wahai Bani Kaab dan Bani Lua',
berhimpunlah kamu semua kepadaku."
Setelah berkumpul semua orang, berkatalah Abu Jahal kepada Nabi Muhammad :
"Kabarkanlah kepada kaummu seperti yang engkau kabarkan kepadaku, wahai
Muhammad."
Nabi Muhammad kemudian menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu ke penduduk
Mekah.
Berkatalah Rasulullah : "Bahawasanya aku telah diperjalankan pada malam tadi."
"Ke mana?" tanya kaumnya.
"Ke Baitulmaqdis," jawab Nabi Muhammad
"Apa! Kamu melakukan perjalanan dalam waktu yang sesingkat itu?" tanya mereka
lagi.
"Ya," jawab Nabi Muhammad
Orang-orang Quraisy kemudian menanyakan tentang bagaimana Baitul maqdis itu
secara terperinci. Orang-orang Quraisy sibuk bertanya tentang perjalanan Nabi dalam
peristiwa israk itu. Mereka bertanya berbagai perkara mengenai Baitulmuqaddis yang
kurang jelas pada ingatan Nabi. Hal itu menyulitkan Nabi karena dengan perjalanan
yang secepat itu tentunya sulit untuk merinci tentang Baitul Maqdis. Nabi Muhammad
kemudian berdiri di Hijr Ismail. Allah kemudian memperlihatkan kepada beliau dari
jauh sehingga Nabi mampu melihatnya. Kemudian beliau memberitahukan kepada
mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang dilihatnya itu. Walau bagaimana sekalipun
bentuk pertanyaan yang diajukan kepadanya, Nabi tetap dapat menceritakan kepada
mereka
Walaupun nabi sudah bercerita demikian tetapi mereka masih tidak mempercayai
dengan perjalanan ke Baitul Maqdis yang secepat itu. Hal tersebut kemudian
menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya. Tidak sedikit mereka
yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal
ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan
bahan pembicaraan.
"Kalian berdusta," kata Abu Bakr.
"Sungguh," kata mereka. "Dia di mesjid sedang berbicara dengan banyak orang."
"Dan kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakr lagi, "tentu dia bicara yang
sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke
bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu
herankan."
Abu Bakar kemudian menemui Nabi Muhammad dan langsung bertanya ;" Ya
Rosulullah benarkah anda mengatakan kepada orang banyak , bahwa anda datang dari
Baitul Maqdis semalam ?"
Beliau menjawab ;"Ya benar !". " Ya Rosulullah, cobalah sebutkan kepadaku
bagaimana Baitul Maqdis itu, aku sudah pernah pergi ke sana ", kata Abu Bakar,
Seketika itu gambaran Baitul Maqdis tampak jelas di depan mata Nabi s.a.w, hingga
beliau dapat menyebutkan bagian-bagian dari bangunan masjid tersebut.
"Anda sungguh tidak berdusta ya Rosulullah ! Aku bersaksi anda benar-benar utusan
Allah!"Tiap Abu Bakar mendengar bagian-bagian Baitul Maqdis disebut ia
mengucapkan berulang-ulang kepada Nabi Muhammad : Anda benar...anda benar...".
Sejak itu Abu Bakar diberi gelar dengan "AshShiddiq" yang berarti amat membenarkan.
Walaupun demikian banyak dari mereka masih kurang percaya , sehingga mereka masih
meminta bukti dari Rosulullah, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ummu Hani
binti Abu Thalib. Beliau, Rosulullah s.a.w. berkata :
" Tadi malam aku melewati kafilah Bani Fulan di sebuah lembah.
Binatang yang kutunggangi mengejutkan mereka sehingga ada seekor di antara unta
mereka melesat jauh ketika itu aku sedang menuju Syam.
Sampai di Dhajran dan aku melewati satu kafilah lagi dan aku minum ketika mereka
sedang tidur nyenyak. Sekarang mereka berada di tikungan jalan Ta'nim.
Yang paling depan unta coklat tua dan berponok dua , hitam dan ada yang belang-
belang.
Lalu mereka beramai-ramai ke jalan tikungan Ta'nim, dan ternyata kafilah tersebut baru
tiba dengan unta yang disebutkan beliau.
Dan mereka bertanya tentang kejadian semalam, ternyata sama persis seperti apa yang
diceritakan Nabi Muhammad s.a.w. Rasul Allah.
a. Malaikat
Malaikat berasal dari kata malakah yang berarti "mengutus" atau "perutusan/risalah".
Allah swt. menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi
Adam a.s. dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari api. Allah Taala
menciptakan malaikat lebih dahulu daripada manusia. Tabiat malaikat ialah secara
sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan keagungan-
Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan mereka pun ikut mengatur alam semesta
menurut kehendak dan iradah Allah Taala.
Allah Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di antaranya ada
yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula yang lebih dari itu. Semua
ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat di sisi Allah Taala, juga tentang
kekuasaannya cepat atau lambatnya dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Beberapa malaikat yang pernah diceritakan diantaranya yaitu: Jibril bertugas membawa
wahyu kepada para Nabi dan Rasul, Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa, Mungkar
dan Nakir selaku dua malaikat yang melakukan menanyakan di dalam kubur, Israfil
berfungsi sebagai peniup sangkakala pada hari kiamat, Mikail bertugas memberikan
hujan dan pengatur rezeki, Raqib dan 'Atid selaku dua malaikat pencatat amal manusia,
Ridwan sebagai penjaga syurga, Malik sebagai penjaga neraka dan Hamalatul 'Arsy
sebagai malaikat yang membawa 'Arsy Tuhan di hari kiamat.
Malaikat Jibril merupakan malaikat yang mengantar Nabi Muhammad Saw. dalam
perjalanan Isra’ Mi’raj. Nabi dapat melihat bentuk asli Jibril hanya dua kali saja yaitu
ketika menerima wahyu pertama dan ketika di Sidratul Muntaha waktu mi’raj. Bentuk
Malaikat Jibril digambarkan memiliki 600 sayap yang menutup ufuk dan tubuhnya
sangat besar terlihat seperti memenuhi antara bumi dan langit. Malaikat Jibril juga
disebut sebagai Ruh suci atau ruh kudus.
Manusia pada umumnya tidak dapat melihat malaikat. Tetapi malaikat dalam beberapa
peristiwa dapat menyerupai manusia sehingga manusia dapat melihat malaikat yang
menyerupai manusia itu.
b. Buraq
Buraq itu adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil
dari baghal. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas pandangannya; kedua telinganya
selalu bergerak. Jika menaiki gunung kedua kaki belakangnya memanjang dan jika
menuruni jurang kedua kaki depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada
kedua pahanya yang dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Buraq
mempunyai empat kaki. Satu langkah ke satu langkah kakinya adalah seumpama sekelip
mata memandang. Ada orang yang berusaha menyesatkan dengan menyebutkan bahwa
buroq berkepala seorang wanita padahal tidak pernah ada hadis yang menyatakan hal
tersebut.
Nabi-nabi sebelumnya juga pernah menaiki buraq. Sa'id bin Musayyab dan lainnya
berkata bahwa buraq adalah kendaraan Nabi Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya
menuju Baitul Haram. Nabi Muhammad juga akan menungangi Buroq ketika pada hari
kebangkitan nanti.
c. Masyithah
Ketika dalam perjalanan ke Baitul Maqdis Nabi mencium bau harum. Ternyata bau
harum itu adalah bau Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang dibunuh oleh
raja Fir'aun dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena mempertahankan imannya
dan mengingkari ketuhanan Fir'aun..
Masyithah adalah tukang menata rambut dari anak perempuan Fir'aun. Pada suatu hari,
ketika Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja Fir'aun, sisirnya jatuh
dan Masyithah mengucapkan:
Dengan nama Allah, rugi si Fir'aun.
Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan
Fir'aun dengan Masyithah sebagai berikut:
Anak Fir'aun: "Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ?"
Masyithah: "Ya!"
Anak Fir'aun: "Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada
ayahku?"
Masyithah: "Berani!"
Setelah anak Fir'aun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan Masyithah,
maka Masyithah pun dipanggil oleh Fir'aun, lalu terjadi dialog sebagai berikut:
Fir'aun: "Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?".
Masyithah: "Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !".
Mendengar jawaban tersebut Fir'aun pun menyuruh agar suami dan kedua anak
Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Fir'aun membujuk
Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya (agama tauhid)
dan mengakui Fir'aun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu Fir'aun ditolak oleh keduanya,
maka Fir'aun berkata kepada keduanya:
"Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua
beserta anak-anak kalian!".
Masyithah menjawab: "Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan terhadap kami.
Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami sekeluarga dikubur dalam satu
rumah!".
Fir'aun berkata: "Baik, permintaanmu akan kami kabulkan!" Kemudian Fir'aun
memerintahkan untuk menyiapkan sebuah wajan besar penuh dengan minyak. Setelah
wajan tersebut dipanaskan dan medidih, anak Masyithah yang besar dimasukkan lebih
dahulu, sedang Masyithah beserta suaminya dan anaknya yang masih berumur tujuh
bulan disuruh menyaksikan, dengan harapan agar Masyithah berubah pendiriannya.
Kemudian suami Masyithah mendapat giliran yang kedua. Setelah giliran sampai pada
Masyithah dan anaknya yang masih menetek, tiba-tiba anak Masyithah yang masih
menetek berkata dengan fasih kepada ibunya: "Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati
membela kebenaran; masuklah ke dalam wajan!". Kemudian Masyithahpun
dilemparkan ke dalam wajan tersebut beserta anaknya.
b. Thaibah (Madinah)
Negeri Taibah ini pada masa-masa lalu di zaman para Nabi terdahulu adalah merupakan
sumber segala ilmu pengetahuan. Akhirnya orang menyebut negeri ini dengan nama Tai`bah
yang diartikan sebagai Negeri Sumber Segala Pengetahuan. Negeri Taibah ini sebenarnya
adalah kota Madinah.
Kota Madinah pada masa sebelum perkembangan Islam juga dikenal dengan nama Yastrib.
Kota ini kemudian menjadi tempat hijrah para muslim dan menjadi tempat pusat
perkembangan Islam yang penting. Nabi juga membangun tempat tinggalnya di Medinah dan
juga Mesjid yang dibangun di sebelah rumahnya. Mesjid itu bernama Mesjid Nabawi. Ketika
wafat, Nabi dimakamkan di dalam rumahnya tersebut. Sekarang Mesjid Nabawi telah
diperluas sehingga makam Nabi Muhammad sekarang termasuk di dalam Mesjid Nabawi itu.
c. Thursina (Gunung Sinai)
Thursina (Gunung Sinai) adalah sebuah gunung yang terletak di Semenanjung Sinai di Mesir.
Tinggi gunung ini adalah 2.285 meter. Gunung ini juga dikenal dengan nama Jabal Musa.
Gunung ini merupakan tempat dimana Nabi Musa a.s. bercakap-cakap langsung dengan
Tuhannya. Dari tempat ini juga Nabi Musa mendapatkan dua log batu dan Tauratnya dari Allah
SWT.
d. Baitul Laham (Betlehem)
Betlehem adalah sebuah kota yang terletak di Palestina sekarang. Kota ini merupakan tempat
kelahiran Nabi Isa a.s. Konstantin Agung pada 330 M kemudian membangun Gereja Kelahiran,
di tengah Betlehem di atas sebuah gua yang disebut Holy Crypt, yang dipercaya orang Kristen
sebagai tempat Nabi Isa a.s. dilahirkan. Ini merupakan gereja Kristen tertua di dunia.
e. Masjidil Aqsa
Kata al-aqsha mengandung dua arti. Secara harfiah ia berarti "jauh", maksudnya jauh dari
Masjid AI-Haram. Arti makna-wiyahnya menurut sebagian ulama "bebas dari segala jenis
kotoran, karena masjid ini tempat turun malaikat dan wahyu serta kiblat para Nabi sebelum
Nabi Muhammad SAW.
Masjidil Aqsha terletak di Baitul Maqdis (Yerusalem). Sekarang di tempat ini telah terdapat
bangunan masjid Aqsa dan Mesjid Kubatus Shakhrah (Kubah Batu/Dome of the Rock).
Persekitaran kedua masjid ini dikenali sebagai Al-Haram al-Sharif dan ia menjadi tempat suci
ketiga bagi umat Islam. Jadi yang disebut oleh Nabi Muhammad sebagai masjidil Aqsa tidaklah
harus sebuah bangunan. Bangunan masjid Aqsa yang ada sekarang ini baru dibangun setelah
Nabi Muhammad wafat.
Masjidil Aqso merupakan tempat dimana bait Allah pernah dibangun disitu oleh Nabi-nabi
terdahulu. Ketika Nabi mengadakan Isra’ Mi’raj tempat tersebut sudah menjadi puing-puing.
Kaum muslimin kemudian membangunnya kembali menjadi tempat ibadah kepada Allah
seperti fungsinya semula. Mesjid Al-Aqsa merupakan kiblat umat Muslim yang pertama
sebelum umat muslim mengalihkan kiblatnya ke Ka'bah yang ada di dalam Masjidil Haram
Menurut riwayat, Masjidil Al-Aqsha dibangun oleh Nabi Adam a.s setelah beliau membangun
Masjidil Al-Haram. Dengan demikian Masjidil Al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di
muka bumi. Masjid itu rusak dan runtuh dimakan waktu, kemudian dibangun kembali oleh
Nabi Ya'qub a.s, 40 tahun setelah Kabah dibangun kembali oleh kakeknya, Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Daud a.s membangun ulang masjid itu dan disempurnakan oleh putranya, Nabi Sulaiman
a.s. Orang Yahudi menyebut tempat yang dibangun Nabi Sulaiman itu sebagai Kuil Sulaiman
(Haikal Sulaiman).
Kuil Sulaiman dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s sebagai tempat ibadah untuk menyembah Allah
SWT. Kuil Sulaiman diyakini sebagai tempat ibadah bani Israil yang dibangun tahun 960
sebelum masehi. Dalam sejarahnya kuil ini kemudian dimusnahkan oleh Nebukadnezzar dari
Babilonia pada tahun 586 SM. Oleh Nebukadnezar bangsa Yahudi digiring ke Babilonia untuk
dijadikan budak.
Setelah kekalahan bangsa Babilonia dari bangsa Persia yang dipimpin oleh Cyrus, bangsa
Yahudi dapat kembali ke Jerusalem dan mendirikan Kuil Sulaiman untuk kedua kalinya.
Selanjutnya untuk Kedua kalinya kuil ini dimusnahkan oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70
Masehi. Titus, seorang jenderal Romawi, menyerang Jerusalem, menghancurleburkan isi kota
termasuk Haikal Kedua dan mengusir bangsa Yahudi agar lenyap dari kawasan itu. Bangsa
Yahudi mengungsi ke seluruh penjuru dunia.
Saat ini, hanya "Tembok sebelah Barat" yang diduga sisa dari bangunan kuil yang masih
berdiri, oleh orang Yahudi tempat ini dinamakan "Tembok Ratapan/Wailing Wall". Kota ini
kemudian dikuasai oleh Romawi sampai beberapa waktu yang lama.
Setelah Pemerintah Romawi Constantine memeluk agama Nasrani (312). Orang-orang Roma
Kristen membangun gereja-gereja di Yerusalem, dan menjadikannya sebagai sebuah kota
Nasrani. Romawi kemudian mengalami perpecahan menjadi Romawi Barat dengan pusatnya di
kota Roma dan Romawi Timur dengan pusatnya di Konstantinople. Romawi Timur ini lebih
dikenal sebagai Bizantium. Baitul Maqdis atau Yerusalem berada dalam kekuasaan Bizantium.
Daerah ini juga pernah menjadi bagian Kerajaan Persia selama masa yang singkat karena
Bizantium kembali berhasil merebutnya.
Pada tahun 638 Masehi, selepas beberapa tahun wafatnya Nabi Muhammad s.a.w., tentara
Islam mengepung Baitul maqdis dan menaklukkannya tanpa pertumpahan darah. Penaklukkan
ini dipimpin oleh Umar Bin Khattab, khalifah kedua Islam. Khalifah Umar memasuki Yerusalem
dengan mengendarai seekor unta putih, dikawal oleh pemuka kota tersebut, Uskup Yunani
Sofronius.
Sang Khalifah meminta supaya dibawa ke tempat Masjidil Aqsa dengan ditemani beratus-ratus
orang Islam. Khalifah Saidina Umar mendapati tempat itu dipenuhi dengan debu dan sampah.
Saidina Umar memerintahkan supaya tempat itu dibersihkan dengan segera. Di sana ia
berlutut dan berdoa di tempat teman sekaligus nabinya Muhammad melakukan perjalanan
malamnya. Di tempat sujudnya Nabi Muhammad waktu Isra’ Mi’raj tersebut kemudian
didirikan sebuah masjid dari kayu. Mesjid ini dinamakan masjid Aqso.
Khalifah Umar kemudian melakukan sholat di tempat yang langsung berhadapan dengan
gereja Holy Sepulchre. Di bekas tempat sholat Khalifah Umar ini kemudian didirikan Mesjid
Umar. Tempat terjadinya peristiwa mi’raj Nabi Muhammad SAW ini kemudian dibangun
beberapa bangunan penting seperti Mesjid Aqso dan Kubah Batu yang termasuk dalam bagian
komplek Mesjid Al-Aqsha.
Kompleks Masjid AI-Aqsha ini lazim disebut Haram al-Syarif, atau Haram al-Quds (Tanah
Haram yang Suci). Kompleks itu berbentuk persegi panjang dengan luas 285 x 470 meter,
sekelilingnya dipagari tembok. Beberapa bangunan penting dalam komplek Masjidil Aqso
diantaranya yaitu:
Mesjid Aqso
Merupakan tempat sujudnya Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ mi’raj. Pertama kali
didirikan oleh Khalifah Umar bin Khatab setelah berhasil menaklukkan Baitul Maqdis. Mesjid
Aqso itu dibangun dengan membangunnya dari kayu. Berulangkali para Khalifah dinasti Islam
melakukan perbaikan dan pembaruan masjid Aqsha. Pada tahun 691 (72 H), Khalifah Abdul
Malik bin Marwan dari dinasti Umayyah, selain merehab dan merenovasi Masjid Al-Aqsha
dengan kubah berwarna hijau, ia juga mendirikan sebuah bangunan berbentuk kubah untuk
melindungi batu tempat pijakan Rasulullah SAW saat beliau akan dimi'rajkan.
Mesjid Kubatus Shakhrah
Bangunan ini terletak tak jauh (sekitar 100 meter) di sebelah utara Masjid AI-Aqsha, yang
kemudian disebut Masjid Qubbah Al-Shakhrah (Qubbatush-Sha-khrah, artinya Kubah Batu,
Inggris: Dome of the Rock). Kubahnya berwarna kuning keemasan.
Mesjid Kubatus Shakhrah yang terdapat dalam komplek masjidil Aqsho, merupakan bangunan
unik dalam dunia arsitektur Islam. Dinamakan dengan Kubatus Shakhrah (kubah batu besar)
adalah sebagai peringatan untuk sebuah batu besar yang menjadi landasan naiknya Rasulullah
saw. dalam perjalanan mikraj ke langit.
Mesjid ini mengalami beberapa kali renovasi, pada tahun 1554 M, dihiasi dengan mosaik dan
keramik Turki. Di tengah-tengah Masjid Qubbah Al-Shakhrah (Dome of the Rock), terdapat
sebuah batu gunung (Arab : shakhrah) berukuran kurang lebih 13,8 x 17 meter, yang seolah-
olah tergantung di udara. Di bawahnya terdapat gua berbentuk kubus berukuran 4,5 x 4,5 x
1,5 meter. Di bagian atas terdapat lubang besar bergaris tengah 1 meter. Di dalam ruangan
itu terdapat sebuah mimbar dan orang dapat masuk ke dalamnya melalui sebuah pintu dengan
menuruni sebuah tangga.
Menurut sebagian ulama, kesucian shakhrah itu sama dengan kesucian Hajar Aswad (batu
hitam) di Ka'bah yang selalu dicium oleh jamaah haji/umrah saat tawaf; kedua batu itu sama-
sama berasal dari surga. Itu sebabnya, batu pijakan Nabi Muhammad SAW saat akan mi'raj itu
disebut Shakhrah al-Muqaddasah (batu yang disucikan). Meskipun bangunan Masjid Qubbah Al-
Shakhrah disebut masjid, peziarah tidak dianjurkan melaksanakan shalat di dalamnya karena
bangunan itu didirikan semata-mata untuk mengabadikan peristiwa Isra’ Mi'raj Nabi
Muhammad SAW, bukan untuk tempat shalat.
f. Langit
Langit (samaa' atau samawat) di dalam Al-Qur'an berarti segala yang ada di atas kita, yang
berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu, dan gas yang
bertebaran.
"Antara langit yang paling bawah dengan langit berikutnya jaraknya 500 tahun, dan diantara
setiap langit jaraknya 500 tahun; antara langit yang ketujuh dengan kursi jaraknya 500 tahun;
dan antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun; sedang 'Arsy berada di atas samudra air
itu; dan Allah berada di atas 'Arsy tersebut, tidak tersembunyi bagi Allah sesuatu apapun dari
perbuatan kamu sekalian." (Diriwayatkan oleh Ibnu Mahdi dari Hamad bin Salamah, dari
'Ashim, dari Zirr, dari 'Abdullah ibnu Mas'ud) "Tahukah kamu sekalian berapa jarak antara
langit dengan bumi?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau
bersabda: "Antara langit dan bumi jaraknya perjalanan 500 tahun, dan antara satu langit ke
langit lainnya jaraknya perjalanan 500 tahun, sedang ketebalan masing-masing langit adalah
perjalanan 500 tahun. Antara langit yang ketujuh dengan 'Arsy ada samudra, dan antara dasar
samudra itu dengan permukaannya seperti jarak antara langit dengan bumi. Allah Ta'ala di
atas itu semua dan tidak tersembunyi bagi-Nya sesuatu apapun dari perbuatan anak keturunan
Adam." (HR Abu Dawud dan Ahli Hadits lainnya)
g. Baitul Makmur
Ketika di langit ke tujuh Nabi Muhammad melihat Baitul Makmur. Baitul Makmur adalah
tempat para malaikat bertawaf. Di langit terdapat sebuah bangunan yang juga mirip Ka'bah
namanya Baitul Makmur, setiap hari Malaikat yang Thawaf (mengelilingi Baitul Makmur)
sekitar 70.000 (wallahu alam). Diriwayatkan karena sangat banyaknya jumlah malaikat di
langit itu, maka mereka hanya dapat Thawaf sekali dalam seumur hidupnya.
Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang awal dibuatnya Baitul Makmur yaitu ketika Allah
akan menciptakan manusia dan menjadikannya khalifah di muka bumi. "Dan ketika Tuhanmu
berkata pada para malaikat, sesungguhnya aku menjadikan khalifah di muka bumi." Para
malaikat bertanya, "Apakah Allah akan menjadikan manusia yang justru akan merusak bumi
dan suka mengalirkan darah, padahal kami selalu memahasucikan dan memuji-Mu?" Allah SWT
berfirman, "Aku lebih mengetahui tentang sesuatu yang tidak kamu ketahui."
Para Malaikat menyangka bahwa yang mereka katakan adalah sanggahan terhadap Tuhan dan
bahwa perkataan mereka telah membuat Tuhan marah sehingga mereka berlindung di bawah
Arsy sambil menadahkan kepala dan menunjuk dengan jari-jarinya, merendahkan diri dan
menangis memohon ampun dari murka Allah. Para Malaikat tawaf di sekeliling Arsy cukup
lama dan Allah melihat mereka lalu turunlah rahmat-Nya kepada mereka dan diciptakanlah di
bawah Arsy sebuah rumah yang disebut Baitul Makmur.
Allah berfirman kepada para Malaikat, "Tawaflah di rumah ini dan tinggalkan Arsy", maka para
Malaikatpun tawaf di rumah ini, tujuh puluh ribu malaikat satu hari satu malam, mereka tidak
pernah kembali lagi kepada-Nya. Karena jumlah malaikat di langit itu sangat banyak, maka
mereka hanya dapat Thawaf sekali dalam seumur hidupnya. (Jumlah manusia yang tidak
sebanyak malaikat pun juga menyebabkan pemerintah Arab saudi membatasi jumlah jamaah
haji untuk berthawaf di kabah).
Kemudian Allah mengutus malaikat-malaikat ke bumi seraya berfirman kepada mereka,
"Bangunlah untuk-Ku sebuah rumah di bumi seperti ini (Baitul Makmur)." Maka Allah
memerintahkan kepada makhluk-Nya di bumi untuk tawaf di rumah tersebut sebagaimana
penghuni langit tawaf di Baitul Makmur. Para malaikat itu bertawaf di sekeliling kabah itu
hingga datangnya nabi Adam dan istrinya Hawwa di wilayah itu.
h. Sidratul Muntaha
Sidratul muntaha secara harfiah berarti 'tumbuhan sidrah yang tak terlampaui', suatu
perlambang batas yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh
lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan
dalam Al-Qur'an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha
itu.
i. Arsy
'Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja 'arasya - ya'risyu - 'arsyan yang berarti
"bangunan", "singgasana", "istana" atau "tahta". Di dalam al-Quran, kata 'arsy dan kata yang
seasal dengan itu disebut 33 kali. Kata 'arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya
yang dimaksudkan adalah "singgasana" atau "tahta Tuhan".
Arsy adalah singgasana Allah tempat Allah bersemayam. Keterangan ini ada pada Al Qur’an:
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy. (QS. Thaha : 5) Arsy terletak di
tempat tertinggi. Arsy merupakan atap Firdaus, sedangkan Firdaus adalah surga yang paling
tinggi.
Arsy ini sangat luas lebih luas dari langit dan bumi. Langit yang luas ini jika dibandingkan
dengan luas ‘arsy sama dengan perbandingan di antara luas sebuah kubah dan luas padang
sahara. Abu asy-Syaikh juga meriwayatkan hadis dari asy-Sya‘bi yang menerangkan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda, "‘Arsy itu terbuat dari batu permata yakut merah. Kemudian, satu
malaikat memandang kepada ‘arsy dengan segala keagungan yang dimilikinya". Lalu, Allah
Swt. berfirman kepada malaikat tersebut, "Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau
memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat. Malaikat itu dianugerahi
70.000 sayap. Kemudian, Allah menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang
dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendaki Allah.
Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘arsy . Akan tetapi, ia
merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini
memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘arsy Allah itu."
Itulah beberapa tempat yang dikunjungi dalam perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw
Allah telah memberikan gambaran yang menarik di dalam Al Qur'an, tentang langit
Dunia itu: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-
bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Fushshilat (41):
12) Artinya, seluruh ruang angkasa yang berisi triliunan bintang, matahari, galaksi,
nebula, meteor, dan segala benda langit termasuk Bumi itu, oleh Allah disebut
sebagai langit Dunia. Kata 'Dunia' memiliki arti 'dekat'. Jadi, maknanya menjadi langit
yang dekat.
Tiap langit itu dijaga oleh malaikat supaya jangan ada setan-setan yang bisa naik ke
atas atau ada jin yang mencoba mendengarkan rahasia-rahasia langit. Pengetahuan
manusia sampai saat ini hanya terbatas pada langit yang dunia saja sedangkan
mengenai langit yang lainnya kita belum mengetahuinya dengan jelas.
b. Pintu langit
Bila kita membaca kisah perjalanan Nabi Muhammad ke langit maka kita akan
penasaran dengan penyebutan istilah pintu langit yang merupakan pintu untuk
menuju ke lapisan langit berikutnya. Pertanyaan kita apakah yang disebut pintu langit
itu?... Apakah langit itu berpintu jika ada dimanakah pintu itu berada?...
Apakah di luar angkasa itu terdapat sebuah obyek yang disebut pintu langit. Mungkin
ini adalah sebuah keanehan bagi kita tetapi ilmu manusia memang belum menemukan
apa itu pintu langit. Tetapi walau kita tidak pernah tahu pintu langit itu seperti apa
tapi kita tahu bahwa banyak obyek di luar angkasa yang sangat ganjil dan aneh yang
belum diketahui rahasianya. Salah satunya adalah lubang hitam. Apakah lubang hitam
ini merupakan pintu langit?.... Walaupun mungkin bukan tapi tidak ada salahnya kalau
kita sedikit mengetahui tentang lubang hitam ini.
Istilah lubang hitam pertama kali diangkat oleh fisikawan AS bernama John Archibald
Wheeler pada tahun 1968. Lubang hitam ini dapat menarik benda-benda di sekitarnya
termasuk cahaya tetapi cahaya itu tidak tembus ke baliknya. Seolah-olah langit ini
berlubang. Penelitian menunjukkan adanya sebuah lubang hitam di jantung Bima
Sakti. Ada kemungkinan bahwa di jantung setiap galaksi terdapat lubang hitam.
Pencarian lubang hitam dan kebenaran teori-teori yang mendukungnya memang masih
terus dilakukan para ahli, seiring makin majunya teknologi dan ilmu pengetahuan.
Mungkin perkiraan bahwa lubang hitam adalah pintu langit adalah terlalu berlebihan
tapi bisa menjadi salah satu bahan pemikiran bagi kita bahwa ada banyak keajaiban di
semesta ini seperti halnya lubang hitam sehingga baik itu pintu langit, lapisan langit
dan perjalanan Isra’ mi’raj adalah merupakan salah satu keajaiban yang memang
benar-benar ada. Hal ini tentunya dapat menambah keimanan kita bahwa apa yang
diceritakan oleh rasulullah sebenarnya adalah nyata hanya saja ilmu kita belum
sampai ke sana.
c. Perintah Sholat
Sebenarnya ibadah shalat telah ada sebelum perintah shalat diwajibkan setelah
peristiwa Isra’ Mi’raj. Shalat juga dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad.
Tentang shalat. Shalat dalam bentuk seperti yang kita laksanakan selama ini
disyariatkan setelah Nabi Muhammad SAW ber-Isra' Mi'raj. Tetapi sebelum peristiwa
itu, Nabi Muhamamad SAW pun melakukan shalat, namun tidak dengan bentuk
sebagaimana seperti yang kita lakukan sekarang ini. Sholat adalah syariat dari masa
ke masa, namun antara Nabi yang satu dengan yang lain ada perbedaan bentuk dan
cara. Dan dari hasil Isra Mi'raj itulah, sholat dalam 5 waktu diwajibkan atas kita.
Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, telah diperintahkan untuk melakukan shalat. "Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:"Bersihkanlah rumah-ku
untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku', dan yang sujud". (QS. 2:125)
Nabi Ibrahim AS berdoa, supaya Allah SWT menjadikan anak-anak keturunan Ibrahim
AS sebagai orang yang selalu melakukan shalat, "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankan
do'aku. (QS. 14:40).
Pada kisah lain, tentang Nabi Zakariya AS, disebutkan ;"Kemudian Malaikat (Jibril)
memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab
(katanya):"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang
puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi
ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-
orang saleh". (QS. 3:39). Kepada Nabi Musa AS, Allah SWT berfirman "Dan Kami
wahyukan kepada Musa dan saudaranya:"Ambillah olehmu berdua beberapa buah
rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-
rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-
orang yang beriman". (QS. 10:87) Pada zaman Bani Israel pun, Allah SWT telah
memerintahkan Bani Israel untuk melakukan shalat. Lihat, misalnya, Al-Baqarah ayat
83, "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):"Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling". (QS. 2:83). Tentang Bani Israel lagi "Dan sesungguhnya Allah telah
mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka orang
pemimpin dan Allah berfirman :"Sesungguhnya Aku beserta kamu, seseungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menunaikan zakat seta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjamkan yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Ku-masukkan kedalam surga yang mengalir didalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir diantaramu sesudah itu, sesungguhnya ia
telah tersesat dari jalan yang lurus" (QS. 5:12)
Dari berbagai ayat di atas, perlu kita ketahui bahwa ibadah shalat memang sudah ada
sejak dulu. Hanya, tata caranya saja yang [mungkin] berbeda. Suatu hari, dalam kisah
masuk Islamnya sayyidina Ali RA, Ali melihat Nabi SAW shalat bersama Sayyidah
Khadijah RA. Saat itu pertama kali Ali RA tahu adanya agama baru, Islam. Masih
banyak kisah-kisah yang menampakkan Nabi SAW melakukan shalat sebelum Isra' dan
Mi'raj.
Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap sholat mulai dikerjakan.
Subuh:
Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. yaitu ketika
baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya
ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah
keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur karena baginda terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena siang telah menjelma.
Zohor:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. yaitu tatkala
Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s..
Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim
sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keridhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur karena korbannya digantikan dengan tebusan kibas.
Ashar:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda
dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi
Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah
Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh
Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:
Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
b.
c.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.
Maghrib: Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. yaitu
ketika beliau dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya,
sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu
bersembahyang tiga rakaat karena diselamatkan dari kejahilan tersebut yaitu:
Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti
Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah
SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.
Isya: Manusia pertama yang mengerjakan solat Isya ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika
itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam
dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan
dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat
rakaat sebagai tanda bersyukur.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun
Pada Isra' Mi'raj, Allah memberikan perintah sholat wajib. Dan sholat Subuh adalah
sholat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa Isra' Mi'raj sendiri terjadi
pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di tempat semula.
Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena sholat Subuh adalah sholat yang sulit
untuk dilaksanakan, di mana pada saat itu banyak manusia yang masih terlelap dalam
tidurnya. Sebelum diperintahkannya sholat wajib 5 waktu ini, Rasulullah
melaksanakan sholat sebagaimana Nabi Ibrahim.
Pembahasan Lengkap Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
s.a.w
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW – Seringkali di kalangan masyarakat kita, dalam
mendefinisikan isra dan mi’raj, mereka menggabungkan Isra Mi’raj menjadi satu
peristiwa yang sama. Padahal sebenarnya Isra dan Mi’raj merupakan dua peristiwa yang
berbeda. Dan untuk meluruskan hal tersebut, pada kesempatan ini saya bermaksud
mengupas tuntas pengertian isra dan mi’raj, sejarah isra mi’raj nabi muhammad SAW
serta hikmah dari perjalanan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan antara seorang hamba dengan
Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat
yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis
Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang
Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita
telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui
bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi
dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel
atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa
pendapat Carrel pun, Al–Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang
dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga
tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian
menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah
maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung
kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui
buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’, berupaya memberikan peta yang cukup
komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa
ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang
menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu
detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar
biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus
menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa
dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita
teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj
kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara
gamblang dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar
perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan
bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW.
John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic
Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj
adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain
perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan
perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari
sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum
Muslimin atas kota suci Mekkah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang
hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju
kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah
perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut
Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni
ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh
hormat Rasulullah berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”;
“Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah
SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah
syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan
sebagai bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993)
mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj
mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat Islam sehari-hari.
Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita
tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang
dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj
dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum
Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum
dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa
mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat
menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’
mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa
wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah
Mi’rajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mi’raj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan
bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.
Isra’ Mi’raj juga merupakan suatu peristiwa besar yang sekarang oleh sains dan
teknologi diakui, karena ternyata memang demikianlah yang bisa terjadi bahwa
Rasulullah benar-benar bergerak dari Mekkah ke Palestina, dan kemudian diteruskan ke
Sidratil Muntaha hanya dalam waktu tidak sampai satu malam. Sudut pandang
ilmiahnya bahwa ini adalah peristiwa fenomenal dan kontroversial. Fenomena sejarah
bahwa peristiwa ini belum pernah terjadi dan diyakini takkan pernah terjadi lagi.
Peristiwa Isra’ Mi’raj sangat fenomenal dari segi sejarah, karena sebelumnya tak
pernah terjadi pada manusia. Sebelum Nabi Muhammad memang pernah terjadi pada
benda. Benda tersebut bisa berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang jauh
dalam orde sepersekian detik saja. Itulah peristiwa berpindahnya singgasana Ratu
Balqis dari Kerajaan Saba ke Kerajaan Nabi Sulaiman. Waktu itu Nabi Sulaiman
bertanya kepada para stafnya yang ketika itu memang sengaja dikumpulkan olehnya.
Nabi Sulaiman mengatakan kepada para stafnya untuk melakukan suatu kejutan
terhadap Ratu Balqis yang ketika itu sedang menuju ke kerajaan Nabi Sulaiman.
Ternyata Nabi Sulaiman ingin memindahkan singgasana Ratu Balqis ke kerajaannya.
Nabi Sulaiman bertanya kepada para stafnya siapa yang bisa melakukan hal tersebut.
Yang mengajukan diri pertama kali adalah Jin Ifrit. Ditanya oleh Nabi Sulaiman berapa
lama ia bisa memindahkannya. Dijawab oleh Jin Ifrit bahwa ia bisa melakukannya
sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya dijamin singgasana itu sudah
sampai di hadapannya. Tentunya hal ini sangat cepat, tapi ternyata Nabi Sulaiman
belum puas akan hal tersebut.
Kemudian Nabi Sulaiman bertanya lagi kepada para stafnya siapa yang bisa lebih cepat
melakukan hal tersebut. Yang mengajukan diri kemudian ternyata adalah seorang
manusia, yaitu manusia yang menguasai ilmu dari al-Kitab. Orang itu kemudian ditanya
oleh Nabi Sulaiman berapa lama ia bisa melakukannya. Dijawab oleh orang itu bahwa
ia bisa melakukannya sebelum Nabi Sulaiman berkedip lagi. Ternyata memang benar
adanya, sebelum Nabi Sulaiman berkedip, singgasana Ratu Balqis sudah berada di
hadapannya. Satu kedipan mata berarti waktunya kurang dari satu detik. Berkaitan
dengan Isra’ Mi’raj, ternyata perjalanan Nabi Muhammad tersebut terjadi dalam waktu
tidak sampai satu kedipan mata pun.
Dan Isra’ Mi’raj juga fenomenal dari segi sains. (lebih lengkapnya, bisa dibaca
disini: Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Dikaji dari Sudut Pandang Ilmiah).
Untuk menjelaskan Isra’ Mi’raj, ternyata kita harus menggali ilmu-ilmu mutakhir.
Kalau ilmu-ilmu lama mungkin tak cukup untuk menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj.
Sehingga di zaman itu orang memersepsikan bahwa Nabi Muhammad melakukan
perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai Buraq. Buraq itu kemudian ada yang
menggambarkan bentuknya seperti kuda yang bersayap, ada juga yang menggambarkan
bahwa kepala buraq itu menyerupai manusia, bahkan ada juga yang menggambarkan
kepala buraq itu berupa wanita cantik. Pemikiran seperti ini tentunya khas abad
pertengahan, karena perjalanan tercepat ketika itu adalah dengan mengendarai kuda.
Tapi kuda pun tak bisa secepat itu. Karena itu digambarkanlah kuda itu bersayap.
Yang meyakini bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj itu dialami Nabi Muhammad dengan
badannya adalah mengacu kepada Abu Bakar Shiddiq. Ketika itu Abu Bakar ditanya
apakah dia meyakini peristiwa tersebut. Lalu ditanyakan oleh Abu Bakar kepada yang
bertanya itu siapa yang menceritakan hal tersebut. Dijawab oleh yang bertanya kepada
Abu Bakar itu bahwa yang menceritakan hal tersebut adalah Nabi Muhammad.
Dikatakan oleh Abu Bakar, bahwa kalau Nabi Muhammad yang menceritakannya, maka
ia meyakininya, karena Nabi Muhammad tak pernah berbohong.
Cara Abu Bakar memersepsi mengenai Isra’ Mi’raj ini oleh sebagian kalangan
dinyatakan bahwa beragama itu tak perlu berpikir. Padahal jika dicermati bahwa
sebenarnya ketika itu Abu Bakar berpikir dahulu, karena ia menanyakan bahwa
siapakah yang menceritakan hal tersebut. Kalau memang Nabi Muhammad yang
menceritakannya, maka ia meyakini kebenaran yang diceritakan oleh Nabi Muhammad
itu. Tapi kalau yang menceritakannya bukan Nabi Muhammad tentunya Abu Bakar
takkan langsung meyakini kebenaran cerita tersebut. Jadi dalam beragama memang kita
harus berpikir, janganlah ikut-ikutan saja. Perintahnya sangat jelas di dalam al-Quran:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al-Isrâ’ [17]: 36)
Kita diperintahkan untuk menjadi ulil albab, yaitu orang yang menggunakan akalnya
memahami segala peristiwa, sehingga ada pelajaran dari setiap peristiwa tersebut.
Maha Suci Allah, yang telah memerjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. al-Isrâ’ [17]: 1)
Dalam tinjauan Agus Mustofa (2006:11), setidak-tidaknya ada delapan kata kunci yang
menjadi catatan penting dan menuntut pemahaman kita menembus batas-batas langit
untuk menafsir perjalanan kontroversial ini. Baiklah, jika kita mencoba untuk
menguraikan makna kata-kata tersebut, maka akan menjadi seperti ini:
Pertama, ayat ini dimulai dengan kata “subhânalladzî”. Kata “subhânallâh” diajarkan
kepada kita untuk diucapkan pada saat kita menemui peristiwa yang menakjubkan, yang
memesona, yang hebat, yang luar biasa. Artinya, dengan memulai cerita itu
menggunakan kata “subhânalladzî” sebenarnya Allah menginformasikan bahwa cerita
yang akan diceritakan tersebut bukanlah cerita yang biasa, melainkan cerita tersebut
adalah cerita yang luar biasa dan menakjubkan.
Kedua, yaitu kata “asrâ”. Penggunaan kata “asrâ” memiliki beberapa makna. Yang
pertama bahwa itu adalah perjalanan berpindah tempat. Jadi penggunaan kata ini
mengcounter pemahaman ataupun kesimpulan yang menyatakan bahwa pada perjalanan
tersebut Rasulullah tidak berpindah tempat. Yang kedua maknanya bahwa pada
perjalanan itu Rasulullah diperjalankan, bukanlah berjalan sendiri, dan bukan juga atas
kehendak sendiri, karena peristiwa ini terlalu dahsyat untuk bisa dilakukan sendiri oleh
Rasulullah.
Ketiga, yaitu kata “’abdihi” yang artinya adalah hamba Allah. Hamba terhadap majikan
adalah seorang yang tak berani membantah, taat, seluruh hidupnya diabdikan untuk
majikannya, untuk Tuhannya. Yang bisa mengalami perjalanan hebat ini bukanlah
manusia yang kualitasnya sembarangan, melainkan manusia yang kualitasnya sudah
mencapai tingkatan hamba Allah, yaitu manusia seperti Nabi Muhammad. Karena
itulah, kita mungkin tidak bisa menerima ketika Nabi Muhammad digambarkan
mendapat perintah salat 50 waktu, kemudian beliau menawar perintah tersebut kepada
Allah. Anjuran tawar-menawar itu datangnya dari Nabi Musa. Digambarkan bahwa
tawar-menawar itu terjadi hingga sembilan kali Nabi Muhammad bolak-balik menemui
Allah, yang akhirnya perintah salat fardu yang diterima Nabi Muhammad menjadi lima
waktu saja sehari semalam.
Kita mungkin tak sampai hati membayangkan Nabi Muhammad yang begitu taat kepada
Allah yang tak pernah membantah kalau mendapat wahyu dan perintah dari Allah yang
dalam cerita versi ini digambarkan sampai sembilan kali tawar-menawar dengan Allah
untuk mengurangi jumlah salat fardu yang diperintah-Nya. Digambarkan pada cerita
versi ini bahwa Nabi Musa lebih superior dibandingkan Nabi Muhammad, sehingga
Nabi Muhammad dipingpong oleh Nabi Musa bolak-balik menemui Allah memohon
agar jumlah salat fardu yang diperintahkan Allah itu dikurangi. Tentunya patut pula kita
ingat bahwa Nabi Musa adalah nabinya bani Israil (sebetulnya juga nabinya umat
Islam/umat Nabi Muhammad), tetapi orang-orang bani Israil tidak mau menerima Nabi
Muhammad. Bagi bani Israil, Nabi Musa lebih hebat dibandingkan Nabi Muhammad,
sehingga dalam cerita versi ini Nabi Muhammad dipingpong saja. Jadi ini indikasinya
adalah hadis Israiliyat.
Keempat , yaitu kata “laylan” yang artinya adalah perjalanan malam di waktu malam.
Hal ini menunjukkan sebagai penegasan bahwa perjalanan malam itu tidak sepanjang
malam, melainkan cuma sebagian kecil dari malam. Sehingga diriwayatkan di beberapa
hadis, bahwa ketika Rasulullah berangkat dari rumah meninggalkan pembaringan,
kemudian menuju ke Masjidil Haram, dan kemudian terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj
tersebut. Ketika Rasulullah kembali lagi ke rumahnya, ternyata pembaringannya masih
hangat. Hal ini menunjukkan bahwa ketika itu beliau tidak lama meninggalkan
rumahnya. Di hadis yang lain juga diceritakan, bahwa ketika Rasulullah meninggalkan
rumahnya, beliau menyenggol tempat minumnya kemudian tumpah, dan ternyata ketika
Rasulullah kembali lagi ke rumahnya, air dari tempat minum yang disenggolnya itu
masih menetes. Hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya Isra’ Mi’raj yang dialami
Rasulullah itu berlangsung dalam waktu yang sebentar dan cepat.
Bayangkanlah, perjalanan semalam saja masih sulit diterima, apalagi perjalanan yang
hanya sekejap yang itu mungkin hanya beberapa menit, atau mungkin hanya beberapa
detik.
Kelima, minal masjidil harâmi ilal masjidil aqsha (dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsa). Mengapa perjalanan Rasulullah ini dari masjid ke masjid? Mengapa pula tidak
dari rumahnya atau dari Gua Hira ke tujuan lain yang bukan masjid (dari tempat yang
bukan masjid ke tempat lain yang bukan masjid juga)?
Patut diketahui, bahwa masjid adalah tempat yang menyimpan energi positif sangat
besar. Dengan kamera aura yang bisa memfoto dan memvideokan sesuatu, jika ada
orang yang sedang berzikir ataupun membaca al-Quran, ternyata orang tersebut
memancarkan cahaya yang terang benderang. Berbeda halnya dengan orang yang
sedang marah, depresi, ataupun stress, maka orang tersebut akan memancarkan cahaya
berwarna merah. Warna aura ini bertingkat, yaitu dari merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, ungu, sampai warna putih. Setiap kita memancarkan energi. Akan terpancar energi
dari setiap aktivitas yang kita lakukan, dan energi itu menancap di tempat kita berada
ketika itu. Energi itu membekas, sehingga seluruh aktifitas kita akan terekam. Allah
berfirman:
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qâf: 18)
Raqib dan Atid kemudian dijadikan sebagai nama malaikat yang mencatat amal
kebaikan dan keburukan. Rekaman tersebut di ruang tiga dimensi, dan suatu ketika akan
diputar lagi. Allah berfirman:
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan
daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam. (Q.S. Qâf: 22)
Di pengadilan akhirat itu, manusia akan bisa melihat seluruh perbuatan yang
dilakukannya di dunia.
Masjid mengandung energi positif sangat besar, terutama masjid yang sering digunakan
sebagai tempat beribadah. Semakin sering, semakin banyak, dan semakin khusyuk,
maka energinya akan semakin besar. Rasulullah berangkat dari masjid menuju ke
masjid. Terminal keberangkatannya di masjid.
Keenam, bâraknâ hawlahu (yang telah Kami berkahi sekelilingnya). Allah memberkati
sepanjang perjalanan itu, hal ini karena perjalanan itu memang membahayakan. Dengan
keberkahan Allah kondisi Nabi tetap membaik.
Ketujuh, linuriyahû min âyâtinâ (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami). Dalam perjalanan isra’ mi’raj ketika itu Rasulullah
ditunjukkan berbagai peristiwa. Mengapakah bisa seperti itu, sedangkan itu adalah
waktu yang sangat singkat. Itulah yang disebut sebagai relativitas waktu, yaitu ada
perbedaan waktu antara orang yang berkecepatan tinggi dengan orang yang
berkecepatan rendah. Kita mengetahui, bahwa antara orang yang tidur dengan orang
yang sadar (terjaga) itu waktunya berbeda. Misalnya, ada yang tiba-tiba terlelap tidur
yang itu hanya sebentar (mungkin hanya beberapa detik), lalu yang tertidur itu
dibangunkan. Yang tertidur itu pun terbangun, lalu ia bercerita baru saja ia bermimpi.
Ceritanya itu begitu panjang, seakan-akan mimpinya itu sangat lama, padahal ia hanya
tertidur beberapa detik saja. Begitupun dengan Rasulullah, meskipun perjalanan yang
dialaminya itu hanya berlangsung sepersekian detik, tetapi beliau ditampakkan berbagai
macam peristiwa oleh Allah. Hal ini karena yang memberjalankan Rasulullah adalah
Allah yang tak lain adalah zat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Kemahamendengaran dan kemahamelihatan Allah itu ditularkan kepada Nabi
Muhammad, sehingga kemampuan Rasulullah untuk melihat dan mendengar menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Dan kata kunci yang terakhir ( kedelapan ) adalah innahu huwas samii’ul bashir,
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat. Ini adalah proses penegasan
informasi kalimat sebelumnya. Dengan adanya kalimat ini, seakan-akan Alalh ingin
memberikan jaminan kepada kita bahwa apa yang telah Dia ceritakan dalam ayat ini
adalah benar adanya. Kenapa? Karena berita ini datang dari Allah, Tuhan yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Maka tak perlu ada keraguan tentang kisah fenomenal
ini (Mustofa, 2006:41).
Selanjutnya mengenai Mi’raj diceritakan pada surah an-Najm 14-18:
(14) (yaitu) di Sidratil Muntaha. (15) Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (16)
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. (17) Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak (pula) melampauinya. (18) Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. an-Najm: 14-18)
Di dekat Sidratil Muntaha, Rasulullah menyaksikan surga. Tentunya tidak sembarangan
orang yang bisa menyaksikan surga, karena sudut padangnya harus tertinggi di alam
semesta ini. Dari dunia tidak kelihatan, kalaupun kelihatan hanya sebagian. Jadi, kalau
kita merasakan kebahagiaan, maka hal itu mungkin kita telah mendapatkan kebahagiaan
surga, namun hanya sedikit sekali perbandingannya, mungkin bagaikan setetes air
dibandingkan dengan samudera, itu pun setetes airnya dibagi lagi tak berhingga.
Sebaliknya kalau kita menderita, maka itu adalah penderitaan neraka, namun skalanya
tak berhingga.
Lantas ke manakah Rasulullah melanglang buana? Menyeberangi langit ataukah beliau
langsung masuk ke Sidratil Muntaha yang kita tidak tahu di mana letaknya.
Betapa besarnya langit angkasa semesta. Apakah langit? Langit adalah seluruh ruangan
alam semesta ini. Matahari dikelilingi oleh planet-planet, bumi tempat kita tinggal
adalah termasuk salah satu planet yang mengitari matahari. Matahari yang tadinya
kelihatan besar, semakin jauh kita lihat maka semakin kecil. Ketika matahari yang kita
terlihat itu semakin kecil, maka biasanya kita tidak lagi menyebutnya matahari,
melainkan kita menyebutnya bintang.
Jarak bumi ke matahari adalah 150 juta kilometer. Kalau dilewati cahaya maka
dibutuhkan waktu 8 menit. Jadi, kalau kita melihat matahari terbit yang sinarnya sampai
ke mata kita, maka cahaya yang sampai ke mata kita itu sebetulnya bukanlah matahari
sekarang, melainkan matahari 8 menit yang lalu. Cahaya matahari itu berjalan selama 8
menit barulah sampai ke mata kita. Sementara bintang kembar (Alpha Century)
jaraknya dari bumi adalah 4 tahun perjalanan cahaya. Kalau kita melihat bintang
kembar pada malam hari, maka sebetulnya itu bukanlah cahaya bintang kembar saat itu,
melainkan bintang 4 tahun yang lalu. Di belakangnya lagi ada bintang yang berjarak 10
tahun perjalanan cahaya. Bayangkanlah kalau kita mau menuju bintang berjarak 10
tahun cahaya menggunakan pesawat tercepat yang dimiliki manusia, misalnya
menggunakan pesawat ulang alik yang kecepatannya 20 ribu kilometer per jam. Apakah
yang kemudian terjadi? Ternyata dibutuhkan waktu 500 tahun untuk sampai ke bintang
tersebut.
Ternyata bumi kita ini bukanlah benda besar di alam semesta, melainkan benda yang
sangat kecil. Di belakang bintang berjarak 10 tahun cahaya ada bintang berjarak 100
tahun cahaya, di belakangnya lagi ada yang berjarak 1000 tahun cahaya, yang berjarak 1
juta tahun cahaya, dan juga yang berjarak 1 milyar tahun cahaya. Yang terjauh diketahui
oleh ilmuwan Jepang yaitu yang berjarak 10 milyar tahun cahaya. Jadi, bumi kita ini
hanyalah sebutir debu di padang pasir alam semesta raya.
Jadi, manusia adalah debunya bumi, bumi debunya tata surya, tata surya debunya
galaksi Bimasakti, galaksi Bimasakti debunya supercluster, supercluster debunya langit
pertama, karena langit itu ada tujuh (sab’a samawâti). Ilmu astronomi hanya mengetahui
langit itu satu, tapi al-Quran mengatakan langit itu ada tujuh, karena menurut al-Quran
bahwa langit yang kita kenal itu yang banyak bintang-bintangnya barulah langit dunia
(langit pertama). Allah berfirman: Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang
terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, (Q.S. ash-Shâffât: 6)
Sudah sedemikian besarnya langit pertama, ternyata langit pertama adalah debunya
langit kedua, karena langit kedua itu besarnya tak berhingga kali dibandingkan langit
pertama. Langit ketiga besarnya tak berhingga kali dibandingkan langit kedua. Begitu
seterusnya setiap naik ke langit selanjutnya selalu tak berhingga kali besarnya
dibandingkan langit sebelumnya, hingga langit ketujuh tak berhingga kali dibandingkan
langit keenam, serta tak berhingga pangkat tujuh dibandingkan langit pertama.
Jadi, langit pertama adalah debunya langit kedua, langit kedua debunya langit ketiga,
seterusnya hingga langit ketujuh, dan seluruh langit yang tujuh beserta seluruh isinya
hanyalah debu atau lebih kecil lagi di dalam kebesaran Allah. Beginilah cara al-Quran
menggiring pemahaman kita tentang makna Allahu Akbar. Semestinya menurut al-
Quran, bahwa belajar mengenal Allah itu adalah dari seluruh ciptaan-Nya. Dengan
begitu kita akan mengetahui betapa Maha Besarnya Dia, betapa Maha Menyayangi,
Maha Teliti, Maha Berkuasa, Maha Berkehendak, tak cukup hanya dari lafaznya, karena
kita takkan mendapatkan rasa yang sesungguhnya.
Bahkan dinyatakan juga di dalam al-Quran: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,
maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Baqarah [2]: 115)
Timur dan Barat milik Allah. Ke manapun kita menghadap, maka kita berhadapan
dengan Allah, karena Allah sedang meliputi kita. Dan Rasulullah tahu persis akan hal
itu. Jadi untuk bertemu Allah tak perlu ke Sidratil Muntaha. Dan memang Rasulullah ke
Sidratil Muntaha bukanlah untuk menemui Allah, karena Allah sudah meliputi
Rasulullah, juga meliputi kita semua di manapun kita berada.
Semuanya itu justru terjadi pada saat Rasulullah berada pada titik nadir perjuangannya.
Beliau berharap memindahkan front syi’arnya ke luar kota (yaitu ke Tha’if). Beliau
berharap disambut baik oleh penduduk Tha’if, tapi malah yang terjadi beliau dilempari
batu sampai berdarah-darah. Maka kemudian Allah memompa kembali semangat
beliau, yaitu dengan cara Isra’ Mi’raj. “Muhammad, engkau adalah utusan Allah,”
mungkin seperti itulah yang ingin disampaikan oleh Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj
tersebut.
Ketika Rasulullah kembali dari Isra’ Mi’raj, maka setahun kemudian terjadilah titik
balik perjuangannya, yaitu beliau bersama pengikutnya hijrah ke Madinah, kemudian
dari Madinah bisa menaklukkan kota Mekkah.
Peringatan :
Kisah Isra' dan Mi'raj Nabi adalah benar karena yang memberitakannya adalah
Al-Quran kitab suci kita.
Kisah Mi'raj Nabi adalah benar walau tidak kasat oleh logika kita sebab dalam
agama kebenaran yang dipakai adalah kebenaran wahyu bukan akal yang
dieksprimen dulu, wahyu lebih tinggi dari logika.
Kebenaran isra' dan mi'raj nabi wajib di yakini dan adapun caranya Nabi
muhammad dan bagaimana atau kaifiyyat Nabi keatas langit ke 7 sampai
Sidratul Muntaha tidak menjadi kewajiban mengetahuinya, yang penting
percaya dan yakin didalam hati adapun cara yang ril dan sebenarnya
wallahua'lam sebab banyak pendapat dalam hal ini.
Logikanya Isra' itu benar dan logis. Jika Nabi Muhammad adalah milik Allah
dan langit serta alam ini milik Allah dan dalam kondisi ini Allah yang
menghendaki, apa susahnya? Sederhananya seperti ini. Jika anda punya HP lalu
anda taruh di lantai dan mau anda pindahkan ke saku, ke lemari, ke atas rak
buku, tidak susah bukan? Karena HP itu adalah milik anda. Coba kalau teman
anda yang punya? Tidak bisa anda taruh sesuka hati anda.