Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAI

RINGKASAN TENTANG ISRA MI’RAJ


NABI MUHAMMAD SAW

Kelas VII D
Kelompok I

Nama anggota : 1. Akhira Yanuarza (02)


2. Amelia Anastasya B. (05)

3. Azalea Balqis M. (08)

4. Denica Lutfi A. (13)

5. Dewi Nira W. (15)

6. Dian Mastura (16)

7. Niken Sukmaningrum P.W (25)

8.Riska Dianasari ()

9. Suci Hajar I. 31()


“Ringkasan Tentang Kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ”

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al
Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah
dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail
dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam,
setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah
dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw,
kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di
bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:

“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan
aku lapangkan dadanya”.

Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru
Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini
tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian,
dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan
suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk
berjumpa dengan Allah SWT.

Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali,
kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan,
kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan
kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup
kembali oleh Jibril AS.

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan
pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih
rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya,
panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya,
diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.

Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan


tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa
malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya
daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur
tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan
sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di
sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq,
sedang Mikail memegang tali kendali.

(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan
hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di
suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah
disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana
Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah
(Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia


melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru:
“berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan
kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi
pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar
tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah
di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat
di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau
istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan
kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul
Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.

Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang
mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu.
Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika
anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia
binasa?”

Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu


mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang
menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga,
setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat
keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril
menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan
Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.

Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau
bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh,
wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan
pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah,
celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki
Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan
memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim
itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab:
“Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.

Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang


untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar
murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi
keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika
kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh
kuburkan kami dalam satu tempat”.

Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi
minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan
agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid,
sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam
dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut,
sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan
anaknya.

Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang
menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali
hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya.
Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk
melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging
yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi
busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi
busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah
manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina
(berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para
wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki
lain untuk berzina dengannya”.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari


arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”,
tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu
adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat
beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari
sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak
menjawabnya. Walhamdulillah.

Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala


perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad
lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai
Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu
akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.

Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail,
begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai
akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq
lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya
Para Nabi mengikat buraq di sana.

Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat
dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan
sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah
SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-
shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS
memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian
mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam
(Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.

Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi
khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril
berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih
khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat
anda”.

Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau


melakukan mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai
akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.

Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha,


Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan
Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa
sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya,
yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu.
Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana
Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan
menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai
kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya
wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba
yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima
perintah ini.

Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata
disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit
atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah
SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini
membawahi 70 ribu malaikat pula.

Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga
bertanya:

“Siapakah ini?”

Jibril menjawab: “Aku Jibril.”

Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab: “Muhammad saw.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”

Jibril menjawab: “Benar”.

Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana


menyambut dan memuji beliau dengan berkata:

“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan


pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya
makhluk yang datang”.

Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.

Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur
sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya,
Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:

“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya,
beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya,
beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah,
bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal
menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba
pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging
panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap
bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina,
meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.

Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum
dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut
mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa
perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana
beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar
memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:

“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia,


yakni menggunjing atau berghibah”.

Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga


bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau
SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi
Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan
gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.

Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan
warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam,
karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah
bin Mas’ud ats Tsaqafi.

Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan:
“Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik
oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam
kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.

Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam


riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan
Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama
mengalahkan cahaya seluruh bintang”.

Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau
mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya
hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi
Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.

Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat
mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang,
ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada
pengikutnya.

Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk,
ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar
mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena
pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi
seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka
terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.

Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang
nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw
bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi
Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di
sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.

Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan
hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus
jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi
Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil
menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul
umatnya.

Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan
yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam
tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah
bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula
wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.

Dalam riwayat lain beliau berkata:

“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga


sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat
besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk
mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari
bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai
susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan
permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan
keindahannya.

Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al


Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan
melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata,
didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.

Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik,
malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di
wajahnya.

Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua
kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan
beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan
seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal
ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang
makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu
mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung
beliau bersujud di hadapan Allah SWT.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”

“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.

“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.

Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan
dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan
kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan
kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan
Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta
menghidupkan orang mati”.

Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.


Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa
rasulullah bersabda:

” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam,


lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:

“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”

Aku menjawab: “50 sholat”,

Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu
tidak akan mampu untuk melakukannya”,

Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5
sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:

“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi
keringanan kepada Allah”.

Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada
Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:

“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu
sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:

“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,

Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai
aku malu kepadaNYa”.

Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki
buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba
fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya,
maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah
gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai
beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq,
bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar
dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah
terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau
tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau.
Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur)
dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi
wa sallam.

Anda mungkin juga menyukai