Anda di halaman 1dari 16

XI.Peristiwa Isra Mi’raj dan persiapan Madinah sebagai tempat hijrah.

June 21, 2011 by Vien AM

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan
kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu
aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan
Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu
melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali
kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.”
Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”.
Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah
kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan
Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja.
Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”.
Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku
telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim)

Perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam diatas diterima Rasulullah saw ketika beliau melakukan

Isra ( dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho ) dan Mi’raj ( dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha di

lapisan tertinggi langit). Perjalanan spektakuler dengan mengendarai buraq ( kendaraan terbang yang

dikisahkan terbuat dari cahaya dan berbentuk kuda ) ini merupakan imbalan bagi kesabaran

Rasulullah yang selama lebih dari 10 tahun telah bersabar menyampaikan pesan Sang Khalik kepada

masyarakat Mekah meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Puncak cobaan bagi beliau adalah

dipanggilnya kedua orang terdekat beliau yang selama ini selalu mendukung dakwah Rasulullah yaitu

Khadijah ra, sang istri tercinta dan Abu Thalib, paman beliau serta peristiwa Thaif dimana dakwah

Rasulullah di tolak mentah-mentah. Bahkan beliaupun sempat dikejar-kejar dan dilempari penduduk

kota tersebut hingga mengalami luka di beberapa tempat.

(Lihat : http://vienmuhadi.com/2010/09/19/riwayat-singkat-kehidupan-rasulullah-saw-9/).

Undangan perjalanan malam ke Sidratul Muntaha ini benar-benar sebuah penghargaan istimewa dari

Sang Khalik kepada seorang hamba. Karena sebelumnya tak satupun rasul apalagi manusia biasa

yang pernah mengalaminya.


Selama ini Rasulullah tidak pernah menuntut apapun kecuali keridhoan Sang Khalik. Ketika malaikat

gunung menawarkan untuk menjatuhkan gunung yang berada di Thaif karena keingkaran

penduduknya beliau malah mendoakan agar hati orang-orang tersebut dibuka dalam menerima

dakwah beliau. Tampak bahwa tak terbesit sedikitpun di hati beliau rasa putus asa apalagi dendam.

“ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh

muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia

ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang

yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari

berbangkit”. ( QS. As-Shaffat(37):139-144).

Ayat di atas berkisah tentang nabi Yunus as yang suatu ketika merasa putus asa karena sedikitnya

jumlah orang yang mau mendengar dakwahnya. Ia kemudian lari dan menaiki sebuah kapal. Namun

ternyata Allah swt tidak meridhoi perbuatannya. Maka Allahpun kemudian menjatuhkan hukuman

yaitu dengan ditelannya Yunus as oleh seekor ikan raksasa. Yunus segera menyadari kesalahannya

dan segera bertaubat hingga Allahpun menerima taubatnya dan memberinya kemudahan.

Selain ayat diatas ada beberapa ayat yang menceritakan bagaimana para rasul memohon agar Allah

mengazab orang yang mendustakan mereka. Sementara dua ayat berikut adalah ayat yang

menceritakan bagaimana nabi Ibrahim as dan nabi Musa as memohon bukti akan kekuasaan-Nya agar

keimanan mereka lebih kuat lagi. Hal yang tak pernah sekalipun terpikir oleh Rasulullah saw.

“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau

menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah

meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau

demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu

letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka,

niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana”.(QS. Al-Baqarah (2):260).

“ Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan

Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri

Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak

sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)

niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,

dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama

beriman”.(QS.Al-Araf (7):143).

Peristiwa Isra Mi’raj adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah Muhammad saw setelah Al-Quranul

Karim. Hanya orang beriman saja yang dapat menerima berita ini tanpa syarat. Walaupun di zaman

modern ini sebenarnya bukan hal yang istimewa ketika orang dapat melakukan perjalanan dari ujung

dunia satu ke ujung dunia yang lain dalam semalam, yaitu dengan pesawat terbang.

Pembahasan apakah Rasulullah melakukan perjalanan tersebut dengan jiwa dan raganya ataupun

hanya dengan jiwa tanpa raga sebenarnya juga bukan merupakan cerminan orang beriman. Karena

perjalanan dengan raga sekalipun bukanlah hal yang mustahil bagi Sang Khalik, Yang Maha Cerdas,

Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu.

Demikian pula dengan adanya sejumlah hadits yang menceritakan pertemuan Rasulullah dengan

sejumlah nabi di lapisan-lapisan tertentu di langit. Tidak perlu kita membahas masalah tersebut

secara rinci karena akal dan daya pikir kita tidak akan sampai. Bukankah sains berkata bahwa

bahkan bintang yang saat ini kita pandangpun sebenarnya sudah tidak berada ditempat ketika kita

melihatnya? Jadi yang terbaik cukuplah kita mengimaninya saja.

Anas bin Malik r.a. berkata, “Abu Dzarr r.a. menceritakan bahwasanya Nabi Muhammad saw

bersabda, ‘Dibukalah atap rumahku dan aku berada di Mekah. Turunlah Jibril a.s. dan mengoperasi

dadaku, kemudian dicucinya dengan air zamzam. Ia lalu membawa mangkok besar dari emas, penuh

dengan hikmah dan keimanan, lalu ditumpahkan ke dalam dadaku, kemudian dikatupkannya.

Ia memegang tanganku dan membawaku ke langit dunia. Ketika aku tiba di langit dunia, berkatalah

Jibril kepada penjaga langit, ‘Bukalah.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Siapakah ini?’ Ia (jibril)

menjawab, ‘Ini Jibril.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah Anda bersama seseorang?’ Ia menjawab,

‘Ya, aku bersama Muhammad saw.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah dia diutus?’ Ia menjawab,

‘Ya.’ Ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Tiba tiba ada seorang laki-laki

duduk di sebelah kanannya ada hitam-hitam (banyak orang) dan disebelah kirinya ada hitam-hitam

(banyak orang).

Apabila ia memandang ke kanan, ia tertawa, dan apabila ia berpaling ke kiri, ia menangis, lalu ia

berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak laki-laki yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril,

‘Siapakah orang ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Adam dan hitam-hitam yang di kanan dan kirinya

adalah adalah jiwa anak cucunya. Yang di sebelah kanan dari mereka itu adalah penghuni surga dan

hitam-hitam yang di sebelah kainya adalah penghuni neraka.’ Apabila ia berpaling ke sebelah

kanannya, ia tertawa, dan apabila ia melihat ke sebelah kirinya, ia menangis, sampai Jibril menaikkan
aku ke langit yang ke dua, lalu dia berkata kepada penjaganya, ‘Bukalah.’ Berkatalah penjaga itu

kepadanya seperti apa yang dikatakan oleh penjaga pertama, lalu penjaga itu membukakannya.”

Anas berkata, “Beliau menyebutkan bahwasanya di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam,

Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana

kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau tidak menyebutkan bahwasanya beliau bertemu dengan

Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” Anas berkata, “Ketika Jibril a.s. bersama Nabi

Muhammad saw melewati Idris, Idris berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki

yang saleh.’ Aku (Rasulullah) bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Idris.’ Aku

melewati Musa lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.’ Aku

bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Musa.’ Aku lalu melewati Isa dan ia berkata,

‘Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.’ Aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril

menjawab, ‘Ini adalah Isa.’ Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang

saleh dan anak yang saleh.’ Aku bertanya,’Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Ibrahim

as..’” (HR. Bukhari no. 192)

Namun demikian ini tidak berarti bahwa kepergian Rasulullah ke Masjidil Aqsho dan Sidratul Muntaha

langsung membuat dakwah beliau lancar. Karena hal tersebut justru membuat penduduk Mekah

mentertawakan dan mengejek beliau. Mereka bahkan menantang Rasulullah agar menggambarkan

Baitul tersebut secara detil dan rinci jika beliau memang telah pergi dan shalat didalamnya.

Tentu saja Rasulullah agak terkejut mendengar permintaan tersebut. Karena Rasulullah memang tidak

memperhatikan Baitul tersebut ; bagaimana bentuk bangunan, berapa jumlah pilar-pilarnya dsb.

Namun Allah swt segera menolong rasul-Nya tersebut.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah sab bersabda :“Ketika kaum Quraisy

mendustakan aku, aku sedang berdiri di Hijr (Ismail). Lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis

kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat”.

Dengan itu maka Rasulullahpun berhasil menjawab semua pertanyaan kaum Quraisy dengan baik dan

tepat. Tetapi mereka tetap tidak mempercayai apa yang dikatakan Rasulullah. Mereka lalu pergi

menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang dikatakan Rasulullah dengan harapan agar sahabat

Rasulullah tersebut menolak berita beliau.

“ Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar dan sungguh aku

akan membenarkannya lebih dari itu”, begitu tanggapan singkat Abu Bakar.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram

ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian

dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.

(QS.Al-Isra (17):1).

Pernyataan Abu Bakar dan juga turunnya ayat yang menjelaskan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah

ternyata tidak mengubah prilaku penduduk Mekah. Mereka tetap berkeras memegang agama nenek

moyang mereka. Kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah malah makin menjadi-jadi. Kemanapun

Rasulullah pergi selalu dikuntitnya. “ Jangan kalian mengikutinya. Sesungguhnya dia seorang murtad

dan pendusta !”. Demikian pula istrinya, Ummi Jamil, yang setiap hari selalu menebarkan duri di

tempat-tempat yang akan dilalui Rasulullah. Itu sebabnya Allah swt menurunkan ayat berikut :

“Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”. (QS. Al-

Lahab(111):4-5).

Namun Rasulullah tak pantang menyerah. Ayat demi ayat yang setiap hari turun terus

disampaikannya kepada penduduk Mekah meski tak satupun yang mau mendengarkannya. Mereka

tetap memperolokkan dan malah menantang mengapa Allah tidak menurunkan malaikat saja atau

mengapa Al-Quran bukannya turun saja dalam bentuk tulisan.

“ Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu

berpaling daripadanya (mendustakannya). Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al

Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari)

berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan”. (QS.Al-An’am(6):4-5).

“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan

tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang

nyata”.Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?”

dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian

mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah

Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan

mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu.”.(QS.Al-An’am(6):7-9).

Bahkan peringatan dan azab keras yang pernah diturunkan Allah swt kepada kaum yang mendustakan

para rasul dan nabi pada masa lampaupun tidak membuat mereka takut.

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami

binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka

bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami

binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang

lain”.(QS.Al-An’am(6):6).

Hingga pada suatu hari di tahun ke sebelas ke-nabian, Rasulullah bertemu dengan sekelompok orang

dari kabilah Khazraj yang telah dibukakan hatinya oleh Sang Khalik untuk menerima kebenaran.

Mereka ternyata adalah orang-orang yang telah sejak lama bertetangga dengan orang-orang Yahudi.

Orang Yahudi ketika itu dikenal sebagai ahli agama dan ahli pengetahuan. Mereka bercerita bahwa

setiap kali terjadi pertentangan antara kaumnya dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi

tersebut selalu berkata :

“Sesungguhnya sekarang telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang nabi. Kami akan mengikutinya

dan bersamanya kami akan memerangi kalian sebagaimana pembunuhan ‘Aad dan ‘Iram”.

Maka setelah orang-orang dari suku Khazraj itu bertemu dan mendengar sendiri ayat-ayat Al-Quran

dibacakan oleh Rasulullah, seraya saling berpandangan merekapun segera berujar : “ Demi Allah,

ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan

sampai mereka mendahului kita”.

Demikianlah akhirnya mereka ber-syahadat, mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah Rasulullah. Mereka juga berjanji akan mengajak keluarga dan handai taulan

mereka di Yatrib ( Madinah ) agar mengikuti jejak mereka dalam ber-Islam. Kemudian mereka

pulang dan berjanji akan datang menemui Rasulullah kembali pada musim haji mendatang.

XI.Peristiwa Isra Mi’raj dan persiapan Madinah sebagai tempat hijrah.


June 21, 2011 by Vien AM

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan
kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu
aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan
Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu
melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali
kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.”
Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”.
Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah
kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan
Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja.
Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”.
Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku
telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim)

Perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam diatas diterima Rasulullah saw ketika beliau melakukan

Isra ( dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho ) dan Mi’raj ( dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha di

lapisan tertinggi langit). Perjalanan spektakuler dengan mengendarai buraq ( kendaraan terbang yang

dikisahkan terbuat dari cahaya dan berbentuk kuda ) ini merupakan imbalan bagi kesabaran

Rasulullah yang selama lebih dari 10 tahun telah bersabar menyampaikan pesan Sang Khalik kepada

masyarakat Mekah meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Puncak cobaan bagi beliau adalah

dipanggilnya kedua orang terdekat beliau yang selama ini selalu mendukung dakwah Rasulullah yaitu

Khadijah ra, sang istri tercinta dan Abu Thalib, paman beliau serta peristiwa Thaif dimana dakwah

Rasulullah di tolak mentah-mentah. Bahkan beliaupun sempat dikejar-kejar dan dilempari penduduk

kota tersebut hingga mengalami luka di beberapa tempat.

(Lihat : http://vienmuhadi.com/2010/09/19/riwayat-singkat-kehidupan-rasulullah-saw-9/).

Undangan perjalanan malam ke Sidratul Muntaha ini benar-benar sebuah penghargaan istimewa dari

Sang Khalik kepada seorang hamba. Karena sebelumnya tak satupun rasul apalagi manusia biasa

yang pernah mengalaminya.

Selama ini Rasulullah tidak pernah menuntut apapun kecuali keridhoan Sang Khalik. Ketika malaikat

gunung menawarkan untuk menjatuhkan gunung yang berada di Thaif karena keingkaran

penduduknya beliau malah mendoakan agar hati orang-orang tersebut dibuka dalam menerima

dakwah beliau. Tampak bahwa tak terbesit sedikitpun di hati beliau rasa putus asa apalagi dendam.

“ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh

muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia

ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang

yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari

berbangkit”. ( QS. As-Shaffat(37):139-144).

Ayat di atas berkisah tentang nabi Yunus as yang suatu ketika merasa putus asa karena sedikitnya

jumlah orang yang mau mendengar dakwahnya. Ia kemudian lari dan menaiki sebuah kapal. Namun

ternyata Allah swt tidak meridhoi perbuatannya. Maka Allahpun kemudian menjatuhkan hukuman

yaitu dengan ditelannya Yunus as oleh seekor ikan raksasa. Yunus segera menyadari kesalahannya

dan segera bertaubat hingga Allahpun menerima taubatnya dan memberinya kemudahan.
Selain ayat diatas ada beberapa ayat yang menceritakan bagaimana para rasul memohon agar Allah

mengazab orang yang mendustakan mereka. Sementara dua ayat berikut adalah ayat yang

menceritakan bagaimana nabi Ibrahim as dan nabi Musa as memohon bukti akan kekuasaan-Nya agar

keimanan mereka lebih kuat lagi. Hal yang tak pernah sekalipun terpikir oleh Rasulullah saw.

“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau

menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah

meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau

demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu

letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka,

niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi

Maha Bijaksana”.(QS. Al-Baqarah (2):260).

“ Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan

Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri

Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak

sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)

niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,

dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,

dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama

beriman”.(QS.Al-Araf (7):143).

Peristiwa Isra Mi’raj adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah Muhammad saw setelah Al-Quranul

Karim. Hanya orang beriman saja yang dapat menerima berita ini tanpa syarat. Walaupun di zaman

modern ini sebenarnya bukan hal yang istimewa ketika orang dapat melakukan perjalanan dari ujung

dunia satu ke ujung dunia yang lain dalam semalam, yaitu dengan pesawat terbang.

Pembahasan apakah Rasulullah melakukan perjalanan tersebut dengan jiwa dan raganya ataupun

hanya dengan jiwa tanpa raga sebenarnya juga bukan merupakan cerminan orang beriman. Karena

perjalanan dengan raga sekalipun bukanlah hal yang mustahil bagi Sang Khalik, Yang Maha Cerdas,

Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu.

Demikian pula dengan adanya sejumlah hadits yang menceritakan pertemuan Rasulullah dengan

sejumlah nabi di lapisan-lapisan tertentu di langit. Tidak perlu kita membahas masalah tersebut

secara rinci karena akal dan daya pikir kita tidak akan sampai. Bukankah sains berkata bahwa

bahkan bintang yang saat ini kita pandangpun sebenarnya sudah tidak berada ditempat ketika kita

melihatnya? Jadi yang terbaik cukuplah kita mengimaninya saja.


Anas bin Malik r.a. berkata, “Abu Dzarr r.a. menceritakan bahwasanya Nabi Muhammad saw

bersabda, ‘Dibukalah atap rumahku dan aku berada di Mekah. Turunlah Jibril a.s. dan mengoperasi

dadaku, kemudian dicucinya dengan air zamzam. Ia lalu membawa mangkok besar dari emas, penuh

dengan hikmah dan keimanan, lalu ditumpahkan ke dalam dadaku, kemudian dikatupkannya.

Ia memegang tanganku dan membawaku ke langit dunia. Ketika aku tiba di langit dunia, berkatalah

Jibril kepada penjaga langit, ‘Bukalah.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Siapakah ini?’ Ia (jibril)

menjawab, ‘Ini Jibril.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah Anda bersama seseorang?’ Ia menjawab,

‘Ya, aku bersama Muhammad saw.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah dia diutus?’ Ia menjawab,

‘Ya.’ Ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Tiba tiba ada seorang laki-laki

duduk di sebelah kanannya ada hitam-hitam (banyak orang) dan disebelah kirinya ada hitam-hitam

(banyak orang).

Apabila ia memandang ke kanan, ia tertawa, dan apabila ia berpaling ke kiri, ia menangis, lalu ia

berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak laki-laki yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril,

‘Siapakah orang ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Adam dan hitam-hitam yang di kanan dan kirinya

adalah adalah jiwa anak cucunya. Yang di sebelah kanan dari mereka itu adalah penghuni surga dan

hitam-hitam yang di sebelah kainya adalah penghuni neraka.’ Apabila ia berpaling ke sebelah

kanannya, ia tertawa, dan apabila ia melihat ke sebelah kirinya, ia menangis, sampai Jibril menaikkan

aku ke langit yang ke dua, lalu dia berkata kepada penjaganya, ‘Bukalah.’ Berkatalah penjaga itu

kepadanya seperti apa yang dikatakan oleh penjaga pertama, lalu penjaga itu membukakannya.”

Anas berkata, “Beliau menyebutkan bahwasanya di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam,

Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana

kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau tidak menyebutkan bahwasanya beliau bertemu dengan

Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” Anas berkata, “Ketika Jibril a.s. bersama Nabi

Muhammad saw melewati Idris, Idris berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki

yang saleh.’ Aku (Rasulullah) bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Idris.’ Aku

melewati Musa lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.’ Aku

bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Musa.’ Aku lalu melewati Isa dan ia berkata,

‘Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.’ Aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril

menjawab, ‘Ini adalah Isa.’ Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang

saleh dan anak yang saleh.’ Aku bertanya,’Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Ibrahim

as..’” (HR. Bukhari no. 192)

Namun demikian ini tidak berarti bahwa kepergian Rasulullah ke Masjidil Aqsho dan Sidratul Muntaha

langsung membuat dakwah beliau lancar. Karena hal tersebut justru membuat penduduk Mekah
mentertawakan dan mengejek beliau. Mereka bahkan menantang Rasulullah agar menggambarkan

Baitul tersebut secara detil dan rinci jika beliau memang telah pergi dan shalat didalamnya.

Tentu saja Rasulullah agak terkejut mendengar permintaan tersebut. Karena Rasulullah memang tidak

memperhatikan Baitul tersebut ; bagaimana bentuk bangunan, berapa jumlah pilar-pilarnya dsb.

Namun Allah swt segera menolong rasul-Nya tersebut.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah sab bersabda :“Ketika kaum Quraisy

mendustakan aku, aku sedang berdiri di Hijr (Ismail). Lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis

kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat”.

Dengan itu maka Rasulullahpun berhasil menjawab semua pertanyaan kaum Quraisy dengan baik dan

tepat. Tetapi mereka tetap tidak mempercayai apa yang dikatakan Rasulullah. Mereka lalu pergi

menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang dikatakan Rasulullah dengan harapan agar sahabat

Rasulullah tersebut menolak berita beliau.

“ Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar dan sungguh aku

akan membenarkannya lebih dari itu”, begitu tanggapan singkat Abu Bakar.

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram

ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian

dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.

(QS.Al-Isra (17):1).

Pernyataan Abu Bakar dan juga turunnya ayat yang menjelaskan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah

ternyata tidak mengubah prilaku penduduk Mekah. Mereka tetap berkeras memegang agama nenek

moyang mereka. Kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah malah makin menjadi-jadi. Kemanapun

Rasulullah pergi selalu dikuntitnya. “ Jangan kalian mengikutinya. Sesungguhnya dia seorang murtad

dan pendusta !”. Demikian pula istrinya, Ummi Jamil, yang setiap hari selalu menebarkan duri di

tempat-tempat yang akan dilalui Rasulullah. Itu sebabnya Allah swt menurunkan ayat berikut :

“Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”. (QS. Al-

Lahab(111):4-5).

Namun Rasulullah tak pantang menyerah. Ayat demi ayat yang setiap hari turun terus

disampaikannya kepada penduduk Mekah meski tak satupun yang mau mendengarkannya. Mereka

tetap memperolokkan dan malah menantang mengapa Allah tidak menurunkan malaikat saja atau

mengapa Al-Quran bukannya turun saja dalam bentuk tulisan.


“ Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu

berpaling daripadanya (mendustakannya). Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al

Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari)

berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan”. (QS.Al-An’am(6):4-5).

“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan

tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang

nyata”.Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?”

dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian

mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah

Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan

mereka tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu.”.(QS.Al-An’am(6):7-9).

Bahkan peringatan dan azab keras yang pernah diturunkan Allah swt kepada kaum yang mendustakan

para rasul dan nabi pada masa lampaupun tidak membuat mereka takut.

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami

binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka

bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang

lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami

binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang

lain”.(QS.Al-An’am(6):6).

Hingga pada suatu hari di tahun ke sebelas ke-nabian, Rasulullah bertemu dengan sekelompok orang

dari kabilah Khazraj yang telah dibukakan hatinya oleh Sang Khalik untuk menerima kebenaran.

Mereka ternyata adalah orang-orang yang telah sejak lama bertetangga dengan orang-orang Yahudi.

Orang Yahudi ketika itu dikenal sebagai ahli agama dan ahli pengetahuan. Mereka bercerita bahwa

setiap kali terjadi pertentangan antara kaumnya dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi

tersebut selalu berkata :

“Sesungguhnya sekarang telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang nabi. Kami akan mengikutinya

dan bersamanya kami akan memerangi kalian sebagaimana pembunuhan ‘Aad dan ‘Iram”.

Maka setelah orang-orang dari suku Khazraj itu bertemu dan mendengar sendiri ayat-ayat Al-Quran

dibacakan oleh Rasulullah, seraya saling berpandangan merekapun segera berujar : “ Demi Allah,

ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan

sampai mereka mendahului kita”.


Demikianlah akhirnya mereka ber-syahadat, mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah Rasulullah. Mereka juga berjanji akan mengajak keluarga dan handai taulan

mereka di Yatrib ( Madinah ) agar mengikuti jejak mereka dalam ber-Islam. Kemudian mereka

pulang dan berjanji akan datang menemui Rasulullah kembali pada musim haji mendatang.

Saat Nabi Muhammad berhijrah ada sejumlah peristiwa penting yang


jadi tauladan umat

REPUBLIKA.CO.ID, -- Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari


gangguan kafir Quraisy, Rasulullah SAW bersegera hijrah dari Makkah
ke Yatsrib (Madinah), dari Daarul Harbi menuju Daarul Islam. Saat hijrah
berlangsung, banyak peristiwa dan kejadian penting yang patut menjadi
teladan umat Islam. Beberapa peristiwa penting tersebut sebagai
berikut.

Ali di Tempat Tidur Nabi SAW

Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup


Muhammad menuturkan, pemuda-pemuda yang sudah disiapkan kaum
Quraisy untuk membunuh Rasulullah pada malam itu sudah mengepung
rumah Nabi SAW.

Pada saat bersamaan, Rasulullah menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk
memakai mantelnya yang berwarna hijau dan tidur di kasur Rasulullah
SAW. Nabi SAW meminta Ali supaya ia tinggal dulu di Makkah untuk
menyelesaikan berbagai keperluan dan amanah umat, sebelum
melaksanakan hijrah.

Sementara itu, para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy, dari sebuah
celah, mengintip ke tempat tidur Nabi SAW. Mereka melihat ada
sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mereka pun puas bahwa orang
yang mereka incar belum lari.
Menurut Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi
Berdasarkan Sumber Klasik, para pemuda Quraisy yang dipilih untuk
membunuh Nabi SAW itu telah sepakat untuk bertemu di luar gerbang
rumah Nabi SAW saat malam tiba.

Menjelang larut malam, Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu


Bakar setelah beliau membacakan surah yang diberi nama dengan
kalimat pembukanya, Yasiin. Ketika sampai pada kalimat, “Dan, Kami
adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula
dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
(QS Yasin [36]: 9).

Lalu, Nabi SAW dan Abu Bakar keluar melalui jendela pintu belakang
dan terus bertolak ke arah selatan, ke arah Yaman, menuju Gua Tsur.
Hal itu dilakukan untuk mengelabui para pemuda Quraisy tersebut.
Mereka menutup semua jalur menuju Madinah. Para pemuda ini
berencana akan menyergap Nabi SAW saat itu.

Baca juga : Inilah Rute Hijrah Nabi Muhammad SAW Dahulu

Dan, ketika memasuki rumah Nabi SAW, mereka kaget karena


Rasulullah sudah tidak ada. Mereka hanya menemukan Ali sedang tidur
di kasur Rasul SAW. Kafir Quraisy merasa kecolongan karena tak
menemukan Nabi Muhammad SAW.

Kedua, Keajaiban di Gua Tsur tempat persembunyian....

eajaiban di Gua Tsur

Tiada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian Nabi SAW


dan Abu Bakar, selain Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah, dan Asma' serta
pembantu mereka, Amir bin Fuhaira.
Abdullah diperintahkan untuk mengawasi gerak-gerik Quraisy pada
siang hari dan memberitahukan keadaan di sekitar gua pada malam
hari.

Amir bin Fuhaira bertugas menyiapkan kendaraan untuk Nabi SAW dan
Abu Bakar, sedangkan Asma bertugas mengantarkan makanan ke gua.

Sementara itu, pihak Quraisy terus berusaha mencari keberadaan


Rasulullah tanpa mengenal lelah. Selain mencari ke tempat lain,
sebagian di antara mereka ada yang mendatangi Gua Tsur.

Tidak jauh dari Gua Tsur itu, mereka bertemu seorang gembala
(menurut sebagian riwayat, penggembala itu adalah Amir bin Fuhaira),
yang lalu ditanya. “Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak
melihat ada orang yang ke sana.”

Lalu, orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu. Tapi, kemudian, ada
yang turun lagi. “Mengapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya
kawan-kawannya.

“Ada sarang laba-laba di tempat itu yang memang sudah ada sebelum
Muhammad lahir,” jawabnya.

“Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi,
saya mengetahui tak ada orang di sana,” seru yang lainnya.

Sementara itu, Abu Bakar merasa khawatir jika keberadaan mereka


akan diketahui pihak Quraisy. Rasulullah mengatakan, “Jangan takut,
Allah bersama kita.” (QS Al-Anfal [9]: 40).

Ketiga, Tiga Mukjizat....

Mukjizat Gua
Di depan mulut Gua Tsur, terdapat sarang laba-laba, sarang burung
dara, dan cabang pohon akasia yang menjuntai ke arah gua. Pohon
akasia ini digambarkan oleh Martin Lings memiliki ketinggian kira-kira
setengah tinggi manusia. Kemudian, mereka pun pergi meninggalkan
gua.

Masih menurut Lings, di celah antara pohon dan dinding gua terdapat
seekor laba-laba yang telah membuat sarangnya. Kemudian, di lubang
gua-tempat seseorang mungkin akan melangkah jika ingin memasuki
gua-ada seekor burung dara telah bersarang dan sedang duduk seakan-
akan mengerami telur-telurnya. Sementara itu, pasangannya yang
jantan sedang menjaga si betina mengerami telur-telurnya di dekat
pohon yang mengarah ke gua.

Sarang laba-laba, dua ekor burung dara, dan pohon akasia inilah
mukjizat yang diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup Nabi SAW
mengenai masalah persembunyian dalam Gua Tsur itu. Melihat kondisi
ini, orang-orang Quraisy ini berpindah dan mencari Nabi SAW ke tempat
lain.

Sehubungan dengan mukjizat ini, penulis Prancis Emile Dermenghem


dalam karyanya yang bertajuk La Vie de Mahomet mengatakan, “Tiga
peristiwa itu sajalah mukjizat yang diceritakan oleh sejarah Islam yang
benar-benar: sarang laba-laba, hinggapnya burung dara, dan
tumbuhnya pohon-pohonan. Ketiga keajaiban ini setiap hari
persamaannya selalu ada di muka bumi.”

Keempat, Kisah Suraqah yang Jatuh Berkali-kali....

Kisah Suraqah

Adapun peristiwa lainnya yang juga memberi arti penting dalam hijrah
Rasulullah SAW, yakni pengejaran yang dilakukan oleh Suraqah bin
Malik bin Ja'syam.
Ia bermaksud menangkap Rasulullah SAW dan Abu Bakar, lalu
menyerahkannya kepada Quraisy karena tergiur dengan iming-iming
yang diberikan bila dapat menangkap Rasul SAW. Namun, belum
sempat mendekati Rasul, kudanya terperosok dan ia pun terjungkal.

Hal itu berulang-ulang terjadi hingga akhirnya ia memohon maaf dan


mengaku terus terang perbuatannya untuk menangkap Rasulullah SAW
karena tergoda oleh imbalan besar yang dijanjikan orang-orang kafir
Quraisy. Rasul kemudian memaafkannya.

 7 PHOTO

Anda mungkin juga menyukai