Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan
kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu
aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan
Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu
melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali
kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.”
Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”.
Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah
kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan
Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja.
Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”.
Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku
telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim)
Perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam diatas diterima Rasulullah saw ketika beliau melakukan
Isra ( dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho ) dan Mi’raj ( dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha di
lapisan tertinggi langit). Perjalanan spektakuler dengan mengendarai buraq ( kendaraan terbang yang
dikisahkan terbuat dari cahaya dan berbentuk kuda ) ini merupakan imbalan bagi kesabaran
Rasulullah yang selama lebih dari 10 tahun telah bersabar menyampaikan pesan Sang Khalik kepada
masyarakat Mekah meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Puncak cobaan bagi beliau adalah
dipanggilnya kedua orang terdekat beliau yang selama ini selalu mendukung dakwah Rasulullah yaitu
Khadijah ra, sang istri tercinta dan Abu Thalib, paman beliau serta peristiwa Thaif dimana dakwah
Rasulullah di tolak mentah-mentah. Bahkan beliaupun sempat dikejar-kejar dan dilempari penduduk
(Lihat : http://vienmuhadi.com/2010/09/19/riwayat-singkat-kehidupan-rasulullah-saw-9/).
Undangan perjalanan malam ke Sidratul Muntaha ini benar-benar sebuah penghargaan istimewa dari
Sang Khalik kepada seorang hamba. Karena sebelumnya tak satupun rasul apalagi manusia biasa
gunung menawarkan untuk menjatuhkan gunung yang berada di Thaif karena keingkaran
penduduknya beliau malah mendoakan agar hati orang-orang tersebut dibuka dalam menerima
dakwah beliau. Tampak bahwa tak terbesit sedikitpun di hati beliau rasa putus asa apalagi dendam.
“ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh
muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia
ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang
yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
Ayat di atas berkisah tentang nabi Yunus as yang suatu ketika merasa putus asa karena sedikitnya
jumlah orang yang mau mendengar dakwahnya. Ia kemudian lari dan menaiki sebuah kapal. Namun
ternyata Allah swt tidak meridhoi perbuatannya. Maka Allahpun kemudian menjatuhkan hukuman
yaitu dengan ditelannya Yunus as oleh seekor ikan raksasa. Yunus segera menyadari kesalahannya
dan segera bertaubat hingga Allahpun menerima taubatnya dan memberinya kemudahan.
Selain ayat diatas ada beberapa ayat yang menceritakan bagaimana para rasul memohon agar Allah
mengazab orang yang mendustakan mereka. Sementara dua ayat berikut adalah ayat yang
menceritakan bagaimana nabi Ibrahim as dan nabi Musa as memohon bukti akan kekuasaan-Nya agar
keimanan mereka lebih kuat lagi. Hal yang tak pernah sekalipun terpikir oleh Rasulullah saw.
“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau
demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu
letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka,
niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
“ Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan
Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman”.(QS.Al-Araf (7):143).
Peristiwa Isra Mi’raj adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah Muhammad saw setelah Al-Quranul
Karim. Hanya orang beriman saja yang dapat menerima berita ini tanpa syarat. Walaupun di zaman
modern ini sebenarnya bukan hal yang istimewa ketika orang dapat melakukan perjalanan dari ujung
dunia satu ke ujung dunia yang lain dalam semalam, yaitu dengan pesawat terbang.
Pembahasan apakah Rasulullah melakukan perjalanan tersebut dengan jiwa dan raganya ataupun
hanya dengan jiwa tanpa raga sebenarnya juga bukan merupakan cerminan orang beriman. Karena
perjalanan dengan raga sekalipun bukanlah hal yang mustahil bagi Sang Khalik, Yang Maha Cerdas,
Demikian pula dengan adanya sejumlah hadits yang menceritakan pertemuan Rasulullah dengan
sejumlah nabi di lapisan-lapisan tertentu di langit. Tidak perlu kita membahas masalah tersebut
secara rinci karena akal dan daya pikir kita tidak akan sampai. Bukankah sains berkata bahwa
bahkan bintang yang saat ini kita pandangpun sebenarnya sudah tidak berada ditempat ketika kita
Anas bin Malik r.a. berkata, “Abu Dzarr r.a. menceritakan bahwasanya Nabi Muhammad saw
bersabda, ‘Dibukalah atap rumahku dan aku berada di Mekah. Turunlah Jibril a.s. dan mengoperasi
dadaku, kemudian dicucinya dengan air zamzam. Ia lalu membawa mangkok besar dari emas, penuh
dengan hikmah dan keimanan, lalu ditumpahkan ke dalam dadaku, kemudian dikatupkannya.
Ia memegang tanganku dan membawaku ke langit dunia. Ketika aku tiba di langit dunia, berkatalah
Jibril kepada penjaga langit, ‘Bukalah.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Siapakah ini?’ Ia (jibril)
menjawab, ‘Ini Jibril.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah Anda bersama seseorang?’ Ia menjawab,
‘Ya, aku bersama Muhammad saw.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah dia diutus?’ Ia menjawab,
‘Ya.’ Ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Tiba tiba ada seorang laki-laki
duduk di sebelah kanannya ada hitam-hitam (banyak orang) dan disebelah kirinya ada hitam-hitam
(banyak orang).
Apabila ia memandang ke kanan, ia tertawa, dan apabila ia berpaling ke kiri, ia menangis, lalu ia
berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak laki-laki yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril,
‘Siapakah orang ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Adam dan hitam-hitam yang di kanan dan kirinya
adalah adalah jiwa anak cucunya. Yang di sebelah kanan dari mereka itu adalah penghuni surga dan
hitam-hitam yang di sebelah kainya adalah penghuni neraka.’ Apabila ia berpaling ke sebelah
kanannya, ia tertawa, dan apabila ia melihat ke sebelah kirinya, ia menangis, sampai Jibril menaikkan
aku ke langit yang ke dua, lalu dia berkata kepada penjaganya, ‘Bukalah.’ Berkatalah penjaga itu
kepadanya seperti apa yang dikatakan oleh penjaga pertama, lalu penjaga itu membukakannya.”
Anas berkata, “Beliau menyebutkan bahwasanya di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam,
Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana
kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau tidak menyebutkan bahwasanya beliau bertemu dengan
Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” Anas berkata, “Ketika Jibril a.s. bersama Nabi
Muhammad saw melewati Idris, Idris berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki
yang saleh.’ Aku (Rasulullah) bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Idris.’ Aku
melewati Musa lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.’ Aku
bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Musa.’ Aku lalu melewati Isa dan ia berkata,
‘Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.’ Aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril
menjawab, ‘Ini adalah Isa.’ Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang
saleh dan anak yang saleh.’ Aku bertanya,’Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Ibrahim
Namun demikian ini tidak berarti bahwa kepergian Rasulullah ke Masjidil Aqsho dan Sidratul Muntaha
langsung membuat dakwah beliau lancar. Karena hal tersebut justru membuat penduduk Mekah
mentertawakan dan mengejek beliau. Mereka bahkan menantang Rasulullah agar menggambarkan
Baitul tersebut secara detil dan rinci jika beliau memang telah pergi dan shalat didalamnya.
Tentu saja Rasulullah agak terkejut mendengar permintaan tersebut. Karena Rasulullah memang tidak
memperhatikan Baitul tersebut ; bagaimana bentuk bangunan, berapa jumlah pilar-pilarnya dsb.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah sab bersabda :“Ketika kaum Quraisy
mendustakan aku, aku sedang berdiri di Hijr (Ismail). Lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis
kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat”.
Dengan itu maka Rasulullahpun berhasil menjawab semua pertanyaan kaum Quraisy dengan baik dan
tepat. Tetapi mereka tetap tidak mempercayai apa yang dikatakan Rasulullah. Mereka lalu pergi
menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang dikatakan Rasulullah dengan harapan agar sahabat
“ Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar dan sungguh aku
akan membenarkannya lebih dari itu”, begitu tanggapan singkat Abu Bakar.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram
ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.
(QS.Al-Isra (17):1).
Pernyataan Abu Bakar dan juga turunnya ayat yang menjelaskan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah
ternyata tidak mengubah prilaku penduduk Mekah. Mereka tetap berkeras memegang agama nenek
moyang mereka. Kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah malah makin menjadi-jadi. Kemanapun
Rasulullah pergi selalu dikuntitnya. “ Jangan kalian mengikutinya. Sesungguhnya dia seorang murtad
dan pendusta !”. Demikian pula istrinya, Ummi Jamil, yang setiap hari selalu menebarkan duri di
tempat-tempat yang akan dilalui Rasulullah. Itu sebabnya Allah swt menurunkan ayat berikut :
“Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”. (QS. Al-
Lahab(111):4-5).
Namun Rasulullah tak pantang menyerah. Ayat demi ayat yang setiap hari turun terus
disampaikannya kepada penduduk Mekah meski tak satupun yang mau mendengarkannya. Mereka
tetap memperolokkan dan malah menantang mengapa Allah tidak menurunkan malaikat saja atau
“ Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu
berpaling daripadanya (mendustakannya). Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al
Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari)
“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan
tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang
nyata”.Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?”
dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian
mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah
Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan
Bahkan peringatan dan azab keras yang pernah diturunkan Allah swt kepada kaum yang mendustakan
para rasul dan nabi pada masa lampaupun tidak membuat mereka takut.
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang
lain”.(QS.Al-An’am(6):6).
Hingga pada suatu hari di tahun ke sebelas ke-nabian, Rasulullah bertemu dengan sekelompok orang
dari kabilah Khazraj yang telah dibukakan hatinya oleh Sang Khalik untuk menerima kebenaran.
Mereka ternyata adalah orang-orang yang telah sejak lama bertetangga dengan orang-orang Yahudi.
Orang Yahudi ketika itu dikenal sebagai ahli agama dan ahli pengetahuan. Mereka bercerita bahwa
setiap kali terjadi pertentangan antara kaumnya dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi
“Sesungguhnya sekarang telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang nabi. Kami akan mengikutinya
dan bersamanya kami akan memerangi kalian sebagaimana pembunuhan ‘Aad dan ‘Iram”.
Maka setelah orang-orang dari suku Khazraj itu bertemu dan mendengar sendiri ayat-ayat Al-Quran
dibacakan oleh Rasulullah, seraya saling berpandangan merekapun segera berujar : “ Demi Allah,
ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan
Demikianlah akhirnya mereka ber-syahadat, mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah. Mereka juga berjanji akan mengajak keluarga dan handai taulan
mereka di Yatrib ( Madinah ) agar mengikuti jejak mereka dalam ber-Islam. Kemudian mereka
pulang dan berjanji akan datang menemui Rasulullah kembali pada musim haji mendatang.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan
kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu
aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan
Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu
melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali
kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.”
Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”.
Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah
kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan
Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja.
Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”.
Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku
telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim)
Perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam diatas diterima Rasulullah saw ketika beliau melakukan
Isra ( dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho ) dan Mi’raj ( dari Masjidil Aqsho ke Sidratul Muntaha di
lapisan tertinggi langit). Perjalanan spektakuler dengan mengendarai buraq ( kendaraan terbang yang
dikisahkan terbuat dari cahaya dan berbentuk kuda ) ini merupakan imbalan bagi kesabaran
Rasulullah yang selama lebih dari 10 tahun telah bersabar menyampaikan pesan Sang Khalik kepada
masyarakat Mekah meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Puncak cobaan bagi beliau adalah
dipanggilnya kedua orang terdekat beliau yang selama ini selalu mendukung dakwah Rasulullah yaitu
Khadijah ra, sang istri tercinta dan Abu Thalib, paman beliau serta peristiwa Thaif dimana dakwah
Rasulullah di tolak mentah-mentah. Bahkan beliaupun sempat dikejar-kejar dan dilempari penduduk
(Lihat : http://vienmuhadi.com/2010/09/19/riwayat-singkat-kehidupan-rasulullah-saw-9/).
Undangan perjalanan malam ke Sidratul Muntaha ini benar-benar sebuah penghargaan istimewa dari
Sang Khalik kepada seorang hamba. Karena sebelumnya tak satupun rasul apalagi manusia biasa
Selama ini Rasulullah tidak pernah menuntut apapun kecuali keridhoan Sang Khalik. Ketika malaikat
gunung menawarkan untuk menjatuhkan gunung yang berada di Thaif karena keingkaran
penduduknya beliau malah mendoakan agar hati orang-orang tersebut dibuka dalam menerima
dakwah beliau. Tampak bahwa tak terbesit sedikitpun di hati beliau rasa putus asa apalagi dendam.
“ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh
muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia
ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang
yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
Ayat di atas berkisah tentang nabi Yunus as yang suatu ketika merasa putus asa karena sedikitnya
jumlah orang yang mau mendengar dakwahnya. Ia kemudian lari dan menaiki sebuah kapal. Namun
ternyata Allah swt tidak meridhoi perbuatannya. Maka Allahpun kemudian menjatuhkan hukuman
yaitu dengan ditelannya Yunus as oleh seekor ikan raksasa. Yunus segera menyadari kesalahannya
dan segera bertaubat hingga Allahpun menerima taubatnya dan memberinya kemudahan.
Selain ayat diatas ada beberapa ayat yang menceritakan bagaimana para rasul memohon agar Allah
mengazab orang yang mendustakan mereka. Sementara dua ayat berikut adalah ayat yang
menceritakan bagaimana nabi Ibrahim as dan nabi Musa as memohon bukti akan kekuasaan-Nya agar
keimanan mereka lebih kuat lagi. Hal yang tak pernah sekalipun terpikir oleh Rasulullah saw.
“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau
demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu
letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka,
niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
“ Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan
Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman”.(QS.Al-Araf (7):143).
Peristiwa Isra Mi’raj adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah Muhammad saw setelah Al-Quranul
Karim. Hanya orang beriman saja yang dapat menerima berita ini tanpa syarat. Walaupun di zaman
modern ini sebenarnya bukan hal yang istimewa ketika orang dapat melakukan perjalanan dari ujung
dunia satu ke ujung dunia yang lain dalam semalam, yaitu dengan pesawat terbang.
Pembahasan apakah Rasulullah melakukan perjalanan tersebut dengan jiwa dan raganya ataupun
hanya dengan jiwa tanpa raga sebenarnya juga bukan merupakan cerminan orang beriman. Karena
perjalanan dengan raga sekalipun bukanlah hal yang mustahil bagi Sang Khalik, Yang Maha Cerdas,
Demikian pula dengan adanya sejumlah hadits yang menceritakan pertemuan Rasulullah dengan
sejumlah nabi di lapisan-lapisan tertentu di langit. Tidak perlu kita membahas masalah tersebut
secara rinci karena akal dan daya pikir kita tidak akan sampai. Bukankah sains berkata bahwa
bahkan bintang yang saat ini kita pandangpun sebenarnya sudah tidak berada ditempat ketika kita
bersabda, ‘Dibukalah atap rumahku dan aku berada di Mekah. Turunlah Jibril a.s. dan mengoperasi
dadaku, kemudian dicucinya dengan air zamzam. Ia lalu membawa mangkok besar dari emas, penuh
dengan hikmah dan keimanan, lalu ditumpahkan ke dalam dadaku, kemudian dikatupkannya.
Ia memegang tanganku dan membawaku ke langit dunia. Ketika aku tiba di langit dunia, berkatalah
Jibril kepada penjaga langit, ‘Bukalah.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Siapakah ini?’ Ia (jibril)
menjawab, ‘Ini Jibril.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah Anda bersama seseorang?’ Ia menjawab,
‘Ya, aku bersama Muhammad saw.’ Penjaga langit itu bertanya, ‘Apakah dia diutus?’ Ia menjawab,
‘Ya.’ Ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Tiba tiba ada seorang laki-laki
duduk di sebelah kanannya ada hitam-hitam (banyak orang) dan disebelah kirinya ada hitam-hitam
(banyak orang).
Apabila ia memandang ke kanan, ia tertawa, dan apabila ia berpaling ke kiri, ia menangis, lalu ia
berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan anak laki-laki yang saleh.’ Aku bertanya kepada Jibril,
‘Siapakah orang ini?’ Ia menjawab, ‘Ini adalah Adam dan hitam-hitam yang di kanan dan kirinya
adalah adalah jiwa anak cucunya. Yang di sebelah kanan dari mereka itu adalah penghuni surga dan
hitam-hitam yang di sebelah kainya adalah penghuni neraka.’ Apabila ia berpaling ke sebelah
kanannya, ia tertawa, dan apabila ia melihat ke sebelah kirinya, ia menangis, sampai Jibril menaikkan
aku ke langit yang ke dua, lalu dia berkata kepada penjaganya, ‘Bukalah.’ Berkatalah penjaga itu
kepadanya seperti apa yang dikatakan oleh penjaga pertama, lalu penjaga itu membukakannya.”
Anas berkata, “Beliau menyebutkan bahwasanya di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam,
Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana
kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau tidak menyebutkan bahwasanya beliau bertemu dengan
Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam.” Anas berkata, “Ketika Jibril a.s. bersama Nabi
Muhammad saw melewati Idris, Idris berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki
yang saleh.’ Aku (Rasulullah) bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Idris.’ Aku
melewati Musa lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.’ Aku
bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Musa.’ Aku lalu melewati Isa dan ia berkata,
‘Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.’ Aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Jibril
menjawab, ‘Ini adalah Isa.’ Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, ‘Selamat datang Nabi yang
saleh dan anak yang saleh.’ Aku bertanya,’Siapakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah Ibrahim
Namun demikian ini tidak berarti bahwa kepergian Rasulullah ke Masjidil Aqsho dan Sidratul Muntaha
langsung membuat dakwah beliau lancar. Karena hal tersebut justru membuat penduduk Mekah
mentertawakan dan mengejek beliau. Mereka bahkan menantang Rasulullah agar menggambarkan
Baitul tersebut secara detil dan rinci jika beliau memang telah pergi dan shalat didalamnya.
Tentu saja Rasulullah agak terkejut mendengar permintaan tersebut. Karena Rasulullah memang tidak
memperhatikan Baitul tersebut ; bagaimana bentuk bangunan, berapa jumlah pilar-pilarnya dsb.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah sab bersabda :“Ketika kaum Quraisy
mendustakan aku, aku sedang berdiri di Hijr (Ismail). Lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis
kepadaku. Kemudian aku kabarkan kepada mereka tentang tiang-tiangnya dari apa yang aku lihat”.
Dengan itu maka Rasulullahpun berhasil menjawab semua pertanyaan kaum Quraisy dengan baik dan
tepat. Tetapi mereka tetap tidak mempercayai apa yang dikatakan Rasulullah. Mereka lalu pergi
menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang dikatakan Rasulullah dengan harapan agar sahabat
“ Jika memang benar Muhammad yang mengatakannya, dia telah berkata benar dan sungguh aku
akan membenarkannya lebih dari itu”, begitu tanggapan singkat Abu Bakar.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram
ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.
(QS.Al-Isra (17):1).
Pernyataan Abu Bakar dan juga turunnya ayat yang menjelaskan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah
ternyata tidak mengubah prilaku penduduk Mekah. Mereka tetap berkeras memegang agama nenek
moyang mereka. Kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah malah makin menjadi-jadi. Kemanapun
Rasulullah pergi selalu dikuntitnya. “ Jangan kalian mengikutinya. Sesungguhnya dia seorang murtad
dan pendusta !”. Demikian pula istrinya, Ummi Jamil, yang setiap hari selalu menebarkan duri di
tempat-tempat yang akan dilalui Rasulullah. Itu sebabnya Allah swt menurunkan ayat berikut :
“Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”. (QS. Al-
Lahab(111):4-5).
Namun Rasulullah tak pantang menyerah. Ayat demi ayat yang setiap hari turun terus
disampaikannya kepada penduduk Mekah meski tak satupun yang mau mendengarkannya. Mereka
tetap memperolokkan dan malah menantang mengapa Allah tidak menurunkan malaikat saja atau
berpaling daripadanya (mendustakannya). Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al
Qur’an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari)
“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan
tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang
nyata”.Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?”
dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian
mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah
Kami jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-Iaki), Kami pun akan jadikan
Bahkan peringatan dan azab keras yang pernah diturunkan Allah swt kepada kaum yang mendustakan
para rasul dan nabi pada masa lampaupun tidak membuat mereka takut.
“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang
lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang
lain”.(QS.Al-An’am(6):6).
Hingga pada suatu hari di tahun ke sebelas ke-nabian, Rasulullah bertemu dengan sekelompok orang
dari kabilah Khazraj yang telah dibukakan hatinya oleh Sang Khalik untuk menerima kebenaran.
Mereka ternyata adalah orang-orang yang telah sejak lama bertetangga dengan orang-orang Yahudi.
Orang Yahudi ketika itu dikenal sebagai ahli agama dan ahli pengetahuan. Mereka bercerita bahwa
setiap kali terjadi pertentangan antara kaumnya dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi
“Sesungguhnya sekarang telah tiba saatnya akan dibangkitkan seorang nabi. Kami akan mengikutinya
dan bersamanya kami akan memerangi kalian sebagaimana pembunuhan ‘Aad dan ‘Iram”.
Maka setelah orang-orang dari suku Khazraj itu bertemu dan mendengar sendiri ayat-ayat Al-Quran
dibacakan oleh Rasulullah, seraya saling berpandangan merekapun segera berujar : “ Demi Allah,
ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan
Muhammad adalah Rasulullah. Mereka juga berjanji akan mengajak keluarga dan handai taulan
mereka di Yatrib ( Madinah ) agar mengikuti jejak mereka dalam ber-Islam. Kemudian mereka
pulang dan berjanji akan datang menemui Rasulullah kembali pada musim haji mendatang.
Pada saat bersamaan, Rasulullah menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk
memakai mantelnya yang berwarna hijau dan tidur di kasur Rasulullah
SAW. Nabi SAW meminta Ali supaya ia tinggal dulu di Makkah untuk
menyelesaikan berbagai keperluan dan amanah umat, sebelum
melaksanakan hijrah.
Sementara itu, para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy, dari sebuah
celah, mengintip ke tempat tidur Nabi SAW. Mereka melihat ada
sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mereka pun puas bahwa orang
yang mereka incar belum lari.
Menurut Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi
Berdasarkan Sumber Klasik, para pemuda Quraisy yang dipilih untuk
membunuh Nabi SAW itu telah sepakat untuk bertemu di luar gerbang
rumah Nabi SAW saat malam tiba.
Lalu, Nabi SAW dan Abu Bakar keluar melalui jendela pintu belakang
dan terus bertolak ke arah selatan, ke arah Yaman, menuju Gua Tsur.
Hal itu dilakukan untuk mengelabui para pemuda Quraisy tersebut.
Mereka menutup semua jalur menuju Madinah. Para pemuda ini
berencana akan menyergap Nabi SAW saat itu.
Amir bin Fuhaira bertugas menyiapkan kendaraan untuk Nabi SAW dan
Abu Bakar, sedangkan Asma bertugas mengantarkan makanan ke gua.
Tidak jauh dari Gua Tsur itu, mereka bertemu seorang gembala
(menurut sebagian riwayat, penggembala itu adalah Amir bin Fuhaira),
yang lalu ditanya. “Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak
melihat ada orang yang ke sana.”
Lalu, orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu. Tapi, kemudian, ada
yang turun lagi. “Mengapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya
kawan-kawannya.
“Ada sarang laba-laba di tempat itu yang memang sudah ada sebelum
Muhammad lahir,” jawabnya.
“Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi,
saya mengetahui tak ada orang di sana,” seru yang lainnya.
Mukjizat Gua
Di depan mulut Gua Tsur, terdapat sarang laba-laba, sarang burung
dara, dan cabang pohon akasia yang menjuntai ke arah gua. Pohon
akasia ini digambarkan oleh Martin Lings memiliki ketinggian kira-kira
setengah tinggi manusia. Kemudian, mereka pun pergi meninggalkan
gua.
Masih menurut Lings, di celah antara pohon dan dinding gua terdapat
seekor laba-laba yang telah membuat sarangnya. Kemudian, di lubang
gua-tempat seseorang mungkin akan melangkah jika ingin memasuki
gua-ada seekor burung dara telah bersarang dan sedang duduk seakan-
akan mengerami telur-telurnya. Sementara itu, pasangannya yang
jantan sedang menjaga si betina mengerami telur-telurnya di dekat
pohon yang mengarah ke gua.
Sarang laba-laba, dua ekor burung dara, dan pohon akasia inilah
mukjizat yang diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup Nabi SAW
mengenai masalah persembunyian dalam Gua Tsur itu. Melihat kondisi
ini, orang-orang Quraisy ini berpindah dan mencari Nabi SAW ke tempat
lain.
Kisah Suraqah
Adapun peristiwa lainnya yang juga memberi arti penting dalam hijrah
Rasulullah SAW, yakni pengejaran yang dilakukan oleh Suraqah bin
Malik bin Ja'syam.
Ia bermaksud menangkap Rasulullah SAW dan Abu Bakar, lalu
menyerahkannya kepada Quraisy karena tergiur dengan iming-iming
yang diberikan bila dapat menangkap Rasul SAW. Namun, belum
sempat mendekati Rasul, kudanya terperosok dan ia pun terjungkal.
7 PHOTO