Anda di halaman 1dari 11

Home Sejarah Islam Sejarah Nabi Muhammad SAW Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi

Muhammad SAW

Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi


Muhammad SAW
Posted by Aris Fourtofour on Sabtu, 08 Juni 2013
Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW- Sebagai umat Islam kita dianjurkan
untuk memperingati, mengenang, dan mengagungkan suatu peristiwa yang teramat bersejarah
sepanjang peradaban kehidupan manusia yaitu peristiwa di Isra' Mi'rajkannya junjungan kita
baginda Muhammad SAW. Apa itu Isra' Mi'raj ? Apa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW
dalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut ? Hikmah apa yang terkandung dalam Isra' Mi'raj ? Untuk
itu pada kesempatan kali Kumpulan Sejarah akan mengupas tuntas mengenai hal tersebut.

Pengertian Isra' Mi'raj


Isra Miraj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu
malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada
peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu
sehari semalam.
Isra Miraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Miraj terjadi pada tahun pertama
sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Miraj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian,
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena
Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan
setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri
menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Miraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti.
Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Miraj.

Peristiwa Isra Miraj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad
SAW diberangkatkan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam
Miraj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan
tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan
salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah
salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke
Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai
macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Kabah al Musyarrofah,
saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau,
Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau
lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan
tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun
Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril
berkata kepada Mikail: Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan
hatinya dan aku lapangkan dadanya. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati
Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan
mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas
kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan
suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan
Allah SWT. Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga
kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian
dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan
kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan
kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia
letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia
mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk
membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka
meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: Wahai buroq, tidakkah kamu merasa
malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia
(Rasulullah), mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah
tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya yang
menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri,
menurut riwayat Ibnu Saad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail
memegang tali kendali. (Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh

keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di
suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: Turunlah disini dan
sholatlah, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: Tahukah anda di mana Anda sholat?, Tidak,
jawab beliau, Jibril berkata: Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana
anda akan berhijrah.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan
kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: berhentilah dan turunlah anda serta
sholatlah di tempat ini!, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa
beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan
beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun. Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad
turun di Thur Sina, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah
SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak
kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril
memberitahukan kepada beliau dengan berkata: Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem,
Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam. Di Baitul-Lahmi inipun Beliau turun
dan melakukan solat, kemudian perjalan diteruskan dan tidak lama sampailah ke Baitul Maqdis.
Di Baitul Maqdis ternyata telah berkumpul para Nabi terdahulu, menantikan kedatangan Beliau.
Di Baitul Maqdis bersolat berjama'ah dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat.
Seterusnya dalam perjalanan, Beliau menyaksikan dengan sekelompok manusia yang bercocok
tanam dan seketika dapat di tuai (dipetik) hasilnya. Nabi pun merasa hairan lalu bertanya kepada
Jibril?....Jibril menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan yang suka menginfaqkan harta
bendanya untuk menegakkan kalimah Allah, mensyi'arkan keagungan Allah dan beramal solih.
Kemudian dalam perjalanan seterusnya Beliau mencium bau yang sangat menyusuk hidung,
Beliau bertanya Jibril?.... Jibril menjawab: Ini adalah bau Masyithah (Tukang gunting di istana
Fir'aun) sekeluarga yang merelakan diri mereka di ceburkan ke dalam belanga yang berisi timah
mendidih oleh Fir'aun lantaran keteguhan Iman mereka kepada Allah dan tidak mengakui Fir'aun
sebagai Tuhan.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau melihat segulongan manusia yang memukul-mukul
kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepalanya utuh kembali,
lalu dihancurkan semula, demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu bertanya kepada Jibril?.. Jibril
menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan umat tuan yang suka melengah-lengah
(mengulur-ulur) waktu solat, sampai akhirnya habis waktu yang di tentukan.
Selanjutnya dalam perjalanan Beliau melihat orang-orang yang memakan kayu berduri serta batu
panas yang membara dari neraka Jahannam. Lalu Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril menjawab:
Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya. Jelas mereka
termasuk orang yang menganiaya diri sendiri.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w melihat segolongan manusia yang masing-masingnya
menghadapi dua buah mangkok, mangkok yang satu berisi daging yang sudah dimasak dan yang
satunya lagi berisi daging mentah. Akan tetapi anehnya mereka lebih suka memakan daging yang
mentah. Bertanya Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah gambaran diantara

umat yang senang berbuat zina. Mereka sebenarnya telah mempunyai isteri yang sah, akan tetapi
mereka senang melepaskan nafsu syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah
pula yang perempuan melacurkan dirinya.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w menyaksikan pula ada kayu yang berduri melintang di
tengah jalan. Sesiapa yang melaluinya pasti akan ditarik dan dikaitnya sehingga pakaian akan
koyak. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?...Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu perumpamaan dari
golongan umat yang suka membuat kekacauan dan suka duduk-duduk ditepi jalan, sehingga
menggangu orang-orang yang melewati jalan itu.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan orang-orang yang berenang dalam sungai darah, lalu
mereka di lempari dengan batu, akan tetapi kemudian batu-batu itu mereka makan. Nabi s.a.w
bertanya kepada Jibril?..Dijawab oleh Jibril: Mereka perumpamaan segolongan manusia yang
suka memakan riba dan duit haram.
Tidak lama kemudian Nabi s.a.w menyaksikan seorang lelaki yang memikul beban (kayu), tetapi
tidak kuat berjalan, anehnya beban itu semakin bertambah dan begitulah seterusnya sehingga
orang itu kepayahan dan terseksa. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Jawab Jibril: Dialah
gambaran orang yang suka menerima amanat orang lain tetapi tidak mau menunaikan
(menyampaikannya) kepada yang berhak.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi menyaksikan orang-orang yang memotong lidah dan
bibirnya dengan gunting besi, seketika itu utuh kembali, namun segera pula di gunting lagi,
begitulah seterusnya, sehingga mereka merasa penderitaan yang amat berat. Nabi s.a.w. bertanya
kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan dari golongan manusia yang suka
memberi nasihat kepada orang lain untuk membuat baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan
kebaikan seperti yang di nasihatkan kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan manusia yang tengah mencakar-cakar wajahnya dan
dadanya dengan kukunya sendiri yang telah berubah menjadi kuku tembaga. Nabi s.a.w bertanya
kepada Jibril? Jawab Jibril: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang suka menceritakan
keaibpan (keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan orang lain, dengan membesarbesarkannya kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan sekelompok manusia yang mempunyai bibir seperti unta,
lalu disuapkan bara kedalam mulutnya. Ini adalah contoh bagi mereka yang memakan harta anak
yatim dengan jalan salah.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan saekor lembu besar keluar dari lubang yang sangat sempit
lalu ia berusaha untuk memasukinya kembali tetapi tidak berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka
yang bercakap besar dan dusta, lalu ia ingin menarik kembali percakapannya itu tetapi tidak
berpeluang lagi.
Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung buah dadanya sambil mereka menjerit-jerit
meminta pertolongan. Ini adalah gambaran wanita yang menyusukan anak mereka hasil dari
berzina dengan lelaki yang bukan suaminya.

Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung rambutnya diatas api neraka sehingga
mendidih otak di kepalanya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka tidak mahu menutup
aurat di kepala dari di pandang lelaki yang bukan mahramnya.
Menyaksikan sekelompok wanita yang digantung lidahnya diatas api neraka lalu dituangkan air
panas ke dalam mulutnya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka selalu menyakiti hati
suaminya dan bercakap dengan suara yang kasar serta tinggi.
Itulah sebahagian riwayat-riwayat yang sering kita temui dalam kitab-kitab kisah Isra' Mi'raj
yang meskipun oleh para Ilmu Agama dikatakan bersumber dari keterangan yang lemah, namun
yang jelas isinya merupakan peringatan untuk kita berhati-hati di dalam kehidupan dunia.
PERJALANAN NABI S.A.W DARI MASJIDIL AQSHA KE SIDRATIL MUNTAHA
Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari syurga. tangga Mi'raj
itu di perbuat daripada emas dan perak berlapis mutiara. Melalui tangga inilah dengan
berkendaraan Buraq Nabi SAW, bersama Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama yaitu langit
dunia.
Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau?
Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi
Muhammad s.a.w. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril
a.s menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka, Nabi Muhammad
s.a.w bersama Jibril segera masuk ke langit pertama.
DI LANGIT PERTAMA
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, bapak seluruh umat manusia.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta Nabi
Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan. Pertemuan Nabi Muhammad s.a.w dengan Nabi
Adam a.s, di langit pertama ini sebenarnya merupakan suatu i'tibar, apabila kita berniat akan
memulakan perkerjaan atau perjalanan, hendaklah terlebih dahulu kita datang kepada orang tua,
yakni ayah dan ibu untuk memohon do'a restu keduanya agar perkerjaan dan perjalanan itu
memperolehi kejayaan serta mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah
Nabi s.a.w bersama Jibril kelangit kedua.
DI LANGIT KEDUA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kedua, masuklah
Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kedua Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya a.s. Kedua orang Nabi ini kemudian memberikan do'a
restunya untuk keselamatan Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w
bersama Jibril ke langit yang ke tiga.
DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan langit ketiga. Setelah
selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah pintunya di sertai penghormatan oleh penjaga
langit itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Yusuf a.s, yaitu seorang hamba Allah yang memperolehi kurnia kecantikan paras

wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad s.a.w, dengan Nabi Yusuf a.s, di langit yang
ketiga ini tidak ubahnya seperti pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w bersama Jibril
naik ke langit yang ke empat.
DI LANGIT KEEMPAT
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah memperolehi kurnia
tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak ubahnya seperti pertemuan dua orang
saudara yang telah lama berpisah. Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama
Jibril terus naik ke langit yang ke lima.
DI LANGIT KELIMA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kelima, masuklah
Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh penghormatan. Pertemuan inipun tidak ubah seperti
pertemuan dua orang saudara, penuh mesra dan saling hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama
Jibril naik ke langit yang ke enam.
DI LANGIT KEENAM
Di langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s. Disini Nabi Muhammad s.a.w
menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi Musa a.s menangis tersedu-sedu. Apabila
di tanyakan kepada Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi
yang di utus Allah sesudahku, ummatnya akan lebih banyak yang masuk syurga dari ummatku.
Kemudian perjalanan di teruskan ke langit ketujuh.
Hadis Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah
menceritakan tentang perjalanan Israknya. Baginda bersabda: Nabi Musa a.s berkulit sawa
matang dan tinggi seperti seorang lelaki dari Kabilah Syanu'ah. Manakala Nabi Isa a.s pula
berbadan gempal, tingginya sederhana. Selain dari itu baginda juga menceritakan tentang Malik
penjaga Neraka Jahanam dan Dajjal
DI LANGIT KE TUJUH
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu Nabi Ibrahim sedang
bersandar di Baitul Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut dengan baik, penuh penghormatan seperti
menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim a.s sempat memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai berikut: Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar engkau menyuruh umatmu untuk
memperbanyak tanaman surga. Nabi SAW bertanya: Apakah yang tuan maksud dengan tanaman
surga itu?. Jawab Nabi Ibrahima a.s. Tanaman surga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA
QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI
WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.
Perlu di ketahui bahawasanya Baitul Ma'mur adalah masjid para Malaikat yang setiap harinya
tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya dan apabila telah keluar, tidaklah mereka
mengulanginya lagi.
Tidak lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing berisi arak, air susu
dan madu, supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah yang lebih disukainya. Beliaupun memilih

air susu, lalu di minumnya. Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya Muhammad. Itulah lambang
kesucian engkau. Demikian malaikat Jibril mengatakan.
DI SIDRATIL MUNTAHA
Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan keindahan panorama yang tiada
bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun apa lagi di dunia ini. Dalam satu
kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad s.a.w sempat melihat, rupa Malaikat Jibril
yang asli. Di sebut dalam satu hadis yang di riwayat Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril
mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w di ajak oleh Malaikat Jibril
menyaksikan keindahan bengawan Al-Kautsar, sampai ke depan pintu gerbang surga kemudian
Beliau masuk ke surga, di dalam surga Beliau menyaksikan hal-hal yang mengherankan, yang
belum pernah Beliau saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah
Beliau mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika wujud.
Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam surga, bahkan Beliau sempat membaca
tulisan yang terpampang di pintu surga sebagai berikut, yang artinya:
SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI
MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah Nabi s.a.w kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang memberi hutang lebih
besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril menjawab: Benar, sebab orang yang di beri
sedekah terkadang masih mempunyai persediaan hidup, sedangkan orang yang berhutang sudah
barang tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak mempunyai persediaan, sedangkan ia tidak sudi
berbuat meminta-minta. Untuk kesempurnaan pengetahuan Nabi s.a.w, diajak melihat keadaan
melihat neraka, di sisi Beliau meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah
menyaksikan keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi s.a.w meneruskan perjalanan naik ke
Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat Jibril, lantaran Jibril merasa berat
untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena
penulis, yaitu kalam yang menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w diangkat naik setingkat lagi sampai ke 'Arasy disinilah Nabi
s.a.w menerima perintah solat yang wajib di laksanakan oleh Nabi s.a.w dan segenap ummatnya
sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Dan akhirnya hanya tinggal lima waktu sehari malam
setelah dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan diperkenankan oleh Allah.
Juga di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w, menerima beberapa khushushiyyah yang belum pernah
diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai beberapa khushushiyyah, yang disebut antara
lain sebagi berikut:
Nabi s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari ayat
AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA 'ALAL-QAUMIL
KAAFIRIINA.
Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang bermaksud: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Segala
puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha
Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari

Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami
memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang yang Engkau
telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai,
dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 285 & 286. Yang bermaksud: Rasulullah telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang
beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan
Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membedakan antara seorang dengan yang lain
Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan)
keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali". Allah tidak
memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang
diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa
dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa
atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang
berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada
kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya
memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat
kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan
terhadap kaum-kaum yang kafir".
Nabi s.a.w menerima Ilmu tentang:
1. Islam
2. Hijrah
3. Jihad
4. Sedekah
5. Puasa Rammadhan
6. Amal Ma'ruf
7. Nahyi Mungkar
8. Solat
Nabi Muhammad s.a.w memperolehi darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di sebutkan
bersamaan dengan nama Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU, MUHAMMADURRASUULULLAAH ) di dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya.
Nabi Muhammad s.a.w juga menerima gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL AWWALIINA
WAL AKHIRIINA .
Setelah Nabi Muhammad s.a.w melakukan tugas perjalanan Isra' dan Mi'raj, dengan membawa
perintah solat lima waktu sehari semalam, maka Beliau turun sampai ke Masjidil Haram di
Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum subuh. Keesokan harinya Beliau menceritakan
peristiwa Isra' dan Mi'raj yang dialaminya semalam kepada Abu Jahal dan segenap kaumnya.
Kaum Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi s.a.w ini, kerana menjadikan bukti yang
jelas, akan kedustaan dan kepalsuan seruan Nabi Muhammad s.a.w. Cerita ini yang menurut
mereka amat berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat
menjauhkan orang dari Nabi Muhammad s.a.w. dan orang yang masih ragu-ragu akan segera

meninggalkan Nabi s.a.w dan tidak akan memikirkan lagi untuk mengikui dan menerima
agamanya. Dugaan kaum Quraisy meleset, hal ini ternyata, utusan yang dikirim kaum Quraisy
kepada Abu Bakar As-Shiddiq menyampaikan pertanyaan: Abu Bakar, dapatkah engkau
mempercayai dan membenarkan Muhammad yang mengatakan ia baru saja pergi ke Baitul
Maqdis dan dari sana ia terus naik ke langgit yg ke tujuh, lalu pada malam itu juga ia kembali ke
Mekah? Pertanyaan ini dijawab oleh Abu Bakar dengan tegas. Kalau memang Beliau
menyatakan demikian, benarlah ia dan pun percaya.
Utusan Quraisy mengulangi pertanyaan: Apakah engkau membenarkan hai Abu Bakar?. Dengan
tegas Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan dan aku yakin dan percaya. Dengan jawaban
Abu bakar yang demikian mereka kecewa dan memfitnah Nabi Muhammad s.a.w dan
menuduhnya sebagai seorang pendusta, gila dan lain sebagainya. Dengan demikian kita dapat
memgambil kesempulan, bahwa sejak dahulu hingga sekarang kaum muslimin telah yakin dan
percaya serta beriman terhadap peristiwa Isra' dan Mi'raj. Sebagai penutup marilah kita berdo'a
semoga Allah s.w.t selalu berkati, melindungi kita dan mudah-mudahan kita senantiasa di bawah
naungan keridhaan Nya.
Hikmah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan miraj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi
ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadahibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasionalilmiah, Isra Miraj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi
kehidupan umat beragama (Islam).
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan miraj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi
ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadahibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasionalilmiah, Isra Miraj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi
kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku
yang berjudul asli Kitab al-Mikraj ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif
seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, beserta
telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits
shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang
dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan
mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk
mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah
berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam
wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita
sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang
dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra Miraj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan
wisata biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan
menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku In the
Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience, seperti pernah dikutip
Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Miraj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting
dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Miraj,
menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia
spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum
Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci
Mekah, maka Isra Miraj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang
pencipta (al-Khalik). Isra Miraj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil).
Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah
menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr
Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Miraj yakni ketika Rasulullah
SAW berjumpa dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata,
Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah; Segala penghormatan, kemuliaan,
dan keagungan hanyalah milik Allah saja. Allah SWT pun berfirman, Assalamualaika
ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat.
Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari
bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku Muhammad Kekasih Allah (1993)
mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Miraj
mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian
bahwa shalat adalah miraj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya,
ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam.
Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Miraj dan perintah
shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk
bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam
salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik,
karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra mikraj Nabi saw,
tetapi juga memuat mirajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan

lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami.
Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan
ruhaninya menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh
perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka,
sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum
Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci
Mekah, maka Isra Miraj menjadi puncak perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan
ruhani.

Anda mungkin juga menyukai