Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN INOVASI PENGELOLAAN ASKEP

TINDAKAN TERAPI AKTIF MENGGENGGAMBOLA KARET


TERHADAP KEKUATAN OTOT DI RUANGAN MARWAH RSHD
KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH:
YULIKA NOPITA SARI, S. Tr. Kep

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(ASMAWATI, S.Kp., M.Kep) (Ns. YATIMAH, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN INOVASI PENGELOLAAN ASKEP

1. LATAR BELAKANG
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan
bantuan alat (Widuri, 2010). Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan
adanya koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010)
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas
(Kozier, 2010). Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri.
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya (Widuri, 2010). Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan
Kusuma. H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia,
individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan
fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter, atau gangguan
fungsi motorik dan rangka (Kozier, Erb, & Snyder, 2010).
Terapi lain yang dapat dilakukan yaitu terapi aktif menggenggam bola karet yang
dilakukan pada tangan pasien. Latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot
untuk berkontraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan
karakteristik latihan menggunakan bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan
melatih respon sensorik diotak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara
langsung melalui sistem libik. Pengolaan rangsangan akan menimbulkan respon cepat
saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut Gessal & Angliadi (2016).

2. IDENTIFIKASI MASALAH/DIGANOSA KEPERAWATAN


Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
S:
- Pasien mengatakan badannya terasa lemas
O:
- Kekuatan otot
Tkn :4
Tkr :2
Kkn :3
Kkr :3
- Aktivitas dibantu keluarga
- Klien terlihat hanya berbaring
- Klien terlihat lemas

3. PENJELASAN ARTIKEL JURNAL PILIHAN


PENGARUH TERAPI AKTIF MENGGENGGAM BOLA KARET
Judu TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE
l NON HEMORAGIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PENGASIH II KULON PROGO YOGYAKARTA
Dirga Adi Daya
Penu
Dwi Kartika
lis
Rukmi2
Publi Dirga adi daya | STIKES Jendral Ahmad Yani, 2017
kasi
Abst Stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan
rak adanya sumbatan total atau parsial sehingga akan menyumbat pada
aliran darah di otak. Stroke dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti kematian jaringan otak, penurunan tonus otot, dan hilangnya
sensibilitas pada sebagian anggota tubuh. Rehabilitasi penderita
penyakit stroke salah satunya dengan cara terapi latihan aktif
menggenggam bola karet.
Diketahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja
Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan one-group pre-
post test design. Eksperimen dilakukan dengan memberikan
intervensi berupa terapi aktif menggenggam bola karet. Jumlah
sampel yang digunakan adalah 16 responden dari Puskesmas
Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta. Analisa data menggunakan
uji paired t-test.
Sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet
rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 2,44.
Setelah diberikan intervensi terapi aktif menggenggam bola karet
rata-rata kekuatan otot pasien stroke non hemoragik adalah 3,81.
Hasil uji paired t-test didapatkan signifikansi (p) 0,000.
Ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah Kerja
Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta (p value 0,000).

Ny. R dilakukan terapi menggenggam bola karet Perawatan


dengan menggenggam bola karet selama 10-15 menit setiap
pagi dan sore. Gessal & Angliadi (2016).
Latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot
untuk berkontraksi, hanya dengan sedikit kontraksi kuat
Kont
setiap harinya dengan karakteristik latihan menggunakan
eks
bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih
respon sensorik diotak jalur sensorik melalui badan sel pada
saraf C7-T1 secara langsung melalui sistem libik. Pengolaan
rangsangan akan menimbulkan respon cepat saraf untuk
melakukan aksi atas rangsangan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
Tuju terapi menggenggam bola karet terhadap peningkatan
an kekuatan otot di wilayah kerja Puskesmas Pengasih Ii Kulon
Progo Yogyakarta
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Jenis penelitian
pra-eksperimen dengan one-group pre-post test design.
Eksperimen dilakukan dengan memberikan intervensi
Meto
berupa terapi aktif menggenggam bola karet. Jumlah sampel
de
yang digunakan adalah 16 responden dari Puskesmas
Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta. Analisa data
menggunakan uji paired t-test.
Sebelum diberikan intervensi terapi aktif menggenggam
bola karet rata-rata kekuatan otot pasien stroke non
hemoragik adalah 2,44. Setelah diberikan intervensi terapi
Hasil
aktif menggenggam bola karet rata-rata kekuatan otot pasien
stroke non hemoragik adalah 3,81. Hasil uji paired t-test
didapatkan signifikansi (p) 0,000.
Ada pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap
Kesi
kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik di Wilayah
mpul
Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta (p
an
value 0,000).
4. RENCANA IMPLEMENTASI
a. Subjek
Nama : Ny.R
Usia : 23 tahun
No. MR : 07.24.38
Dx medis : Dispepsia
Dx keperawata : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
b. Waktu dan Tempat
Jumat, 20 September 2019 di ruang Marwah RSHD Kota Bengkulu
c. Prosedur Inovasi
1) Fase pra interaksi
a) Persiapan pasien:
- Mengidentifikasi pasien dan kaji keluhan pasien
- Memastikan pasien dalam posisi nyaman
- Menjelaskan tujuan dan informed consent
b) Persiapan alat dan lingkungan:
- Mempersiapkan alat seperti bola karet
- Memastikan cukup cahaya
- Suhu ruangan nyaman
c) Persiapan perawat
- Mencuci tangan
2) Fase kerja
a) Menginformasikan kepada keluarga pentingnya melakukan mobilisasi (menggenggam
bola karet) bagi pasien untuk melatih mobilisasi
b) Mengajak keluarga untuk mendemonstrasikan teknik mengenggam bola karet pada Ny.R
- Bersihkan terlebih dahulu tangan pasien
- Kemudian letakkan bola karet ditangan pasien
- Istruksikan untuk menggengam bola karet ditangannya
- Lakukan selama 10-15 menit
- Kemudian instruksikan untuk mencoba melakukan mandiri
- Latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot untuk berkontraksi, hanya
dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karakteristik latihan menggunakan
bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih respon sensorik diotak jalur
sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melalui sistem libik.
Pengolaan rangsangan akan menimbulkan respon cepat saraf untuk melakukan aksi atas
rangsangan tersebut Gessal & Angliadi (2016).
- Ulangi tindakan menggenggam bola karet setiap hari
3) Fase terminasi
a) Evaluasi dokumentasi subjektif dan objektif
b) Salam
5. HASIL IMPLEMENTASI
a. Fase pra interaksi
- Pasien teridentifikasi dengan benar
Nama pasien : Ny. R
Umur : 23 tahun
No. MR : 07.24.03
Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot
- Posisi pasien nyaman
- Keluarga pasien dan pasien menyetujui tindakan yang akan diajarkan perawat, kooperatif
dengan tindakan yang akan diajarkan perawat.
b. Fase kerja
1) Keluarga kooperatif
2) Keluarga mampu mengikuti instruksi perawat dengan baik
3) Keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan mengajarakan menggenggam bola karet
pada Ny.R
c. Fase evaluasi
1) Evaluasi subjektif :
- Pasien mengatakan rilkes saat menggenggam bola karet
- Pasien mengatakan tangannya sudah mulai bisa digerakan
2) Evaluasi objektif :
- Pasien tampak rileks
- Kekuatan otot
Tkn :4
Tkr :3
Kkn :3
Kkr :3
- Klien mulai beraktivitas minimal
- Klien terlihat lemas

6. RENCANA TINDAK LANJUT


- Perawat menginstruksikan pada keluarga untuk menerapkan intervensi yang sudah di
ajarkan. Akan sangat baik dilakukan untuk merangsang pergerakan otot pasien dengan
hambatan mobilitas .
- Koordinasi dengan karu untuk melanjutkan terapi ini secara rutin
- Lanjutkan terapi ini dengan perawat lain

Anda mungkin juga menyukai