JURNAL
Oleh
WURI PRASTIWI NURHAYATI
202010081
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
strategi pemecahan masalah matematika pada materi operasi hitung, KPK dan FPB bagi siswa kelas V
SDN Kesongo 01 Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ini Siswa Kelas V SDN
Kesongo 01 Tuntang yang berjumlah 36 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar
siswa, yakni 70,83% siswa menggunakan Pendekatan Analitik-Sintetik dan 29,17% siswa
menggunakan Pendekatan Holistik. Siswa yang menggunakan Pendekatan Analitik-Sintetik
menggunakan tiga strategi kognitif yakni terdapat 67,36% siswa menggunakan strategi proposional,
59,72% siswa menggunakan strategi linguistik dan 3,47% siswa menggunakan strategi fungsional.
Hal ini bermakna bahwa siswa dapat memahami soal yang diberikan dan dapat mengerjakan soal
dengan langkah-langkah sesuai alur logika yang diajarkan oleh guru namun masih ditemui siswa yang
menjawab soal dari persepsi siswa sendiri dalam memecahkan masalah.
Kata Kunci : strategi pemecahan masalah, matematika SD, kpk, fpb, bilangan bulat
Pendahuluan
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu
mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan
matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi tujuan yang bersifat material menekan
kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika. Secara terperinci,
tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran
matematika yakni: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkosistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Estina, 2011). Guna mencapai tujuan
pembelajaran matematika yang telah dikemukakan, maka guru dituntut untuk mengajar
dengan strategi yang tepat.
Kenyataan yang ditemui dalam pembelajaran matematika di kelas 5 SD Kesongo 01
Tuntang menunjukkan bahwa guru masih mengajar dengan metode pembelajaran yang
konvensional. Proses pembelajaran ini dikatakan tidak tepat karena tidak tercapainya tujuan
pembelajaran matematika sebagaimana dikemukakan oleh Estina (2011). Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan, ditemukan bahwa siswa belum dapat berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan secara baik. Selain itu, imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba dalam diri siswa juga belum begitu terbangun. Hal-hal tersebut
merupakan akibat dari pemilihan strategi pembelajaran yang tidak tepat. Jika strategi
pembelajaran yang digunakan tidak segera diubah, dikhawatirkan akan berdampak pada tidak
berkembangnya kemampuan kognitif siswa khususnya dalam bidang matematika.
Ketepatan pemilihan strategi pembelajaran tidak lepas dari berbagai hal yang perlu
dipertimbangkan. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode
pembelajaran yang tepat adalah karakteristik siswa. Dalam hal ini, salah satu komponen yang
membentuk karakter siswa adalah kemampuan atau gaya pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika. Guna mendalami karakter ini, perlu kajian lebih lanjut mengenai
konsep pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah dasar. Kemampuan pemecahan
masalah sangat penting dikuasai oleh siswa sekolah dasar tidak hanya dalam kemampuan
pemecahan masalah matematika, tetapi agar siswa mampu memecahkan masalah dalam
bidang lain melalui cara berpikir matematis (Abdul, 2008). Masalah matematika dapat
diselesaikan dengan efektif dan efisien dengan kemampuan membaca dan bernalar.
Pemecahan dimulai dengan merumuskan, mengumpulkan informasi, mencari gagasan,
merumuskan gagasan dalam langkah tindakan, memeriksa setiap langkah, menuliskan solusi
dan menafsirkan hasil yang diperoleh (Koko, 2007). Salah satu cara untuk
mengembangkannya adalah melalui penyediaan pengalaman pemecahan masalah yang
memerlukan strategi berbeda-beda dari suatu masalah ke masalah lainnya. Strategi
pemecahan masalah adalah alat yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah
(Suherman, 2003)
Strategi pemecahan masalah matematika dapat diartikan sebagai suatu teknik
penyelesaian soal-soal pemecahan masalah matematika yang bersifat praktis. Strategi ini
memuat beberapa komponen yang merupakan prasyarat dalam menggunakannya. Beberapa
komponen tersebut, yang paling esensial adalah komponen materi matematika itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk dapat memilih strategi yang paling tepat dalam penyelesaian soal-soal
pemecahan masalah matematika, pemahaman yang baik tentang materi itu sendiri sangat
diperlukan sekali. Seseorang yang memiliki pemahaman materi yang kurang memadai, akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan penyelesaian soal-soal pemecahan masalah
matematika (Nyimas, 2008).
Menurut Dube (1990), terdapat dua pendekatan model perilaku pemecahan masalah,
yaitu pendekatan Holistik dan pendekatan Analitik-Sintetik. Pendekatan Holistik adalah
pendekatan dimana persamaan yang dituliskan oleh siswa merupakan hasil dari pandangan
umum dari seluruh masalah, sedangkan pendekatan Analitik-Sintetik adalah suatu pendekatan
dimana siswa memecah atau membagi masalah yang diberikan dan yang tidak diketahui,
kemudian menuliskan persamaan yang sebenarnya setelah menggunakan arti kata dan alasan
matematika, manipulasi aljabar, dan kalkulasi aritmatika. Adapun analisis datanya seperti
Bagan 1. Model Pemecahan Masalah berikut.
Model analitik sintetik mengidentifikasi dari cara untuk mendapatkan hasil atau
penyelesaian. Cara untuk mendapatkan hasil atau penyelesaian dianalisis ke dalam tiga
strategi kognitif. Tiga strategi kognittif tersebut adalah linguitik, prosopisonal, dan
fungsional. Strategi linguistik adalah persamaan yang didapatkan dari kata-kata dalam
masalah atau dari susunan kata-kata dalam masalah. Pada strategi linguistik siswa
memecahkan masalah melalui apa yang didapat dari kata-kata yang ada dalam soal.
Selanjutnya strategi proposional adalah persamaan didapatkan dari penggunaan pengetahuan
formula matematika atau konsep matetika. Strategi fungsional adalah strategi dimana
persamaan yang dihasilkan oleh siswa adalah hasil dari penggunaan konsep fungsi
matematika lain. Pada strategi ini siswa murni menggunakan rumus dalam menyelesaikan
soal. Pendekatan holistik banyak dilakukan oleh sebagian besar siswa yang berusaha
menerapkan rumus tetapi tidak kritis (Conroy & Sutriyono 1998). Model yang kedua ini
ditunjukkan pada Bagan 2. Model Strategi Pemecahan Masalah.
Proposional
Identifikasi strategi pemecahan masalah yang digunakan oleh siswa menjadi hal yang
sangat strategis, karena menjadi titik tolak pemilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi
pemecahan masalah materi operasi bilangan bulat KPK dan FPB bagi siswa kelas 5 SDN
Kesongo 01 Tuntang, Kabupaten Semarang.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif-
kualitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai strategi pemecahan
masalah yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah sesuai sifat-sifat dan indikator
yang telah ada tanpa menggunakan perhitungan atau mengolah data statistik.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kesongo 01 Tuntang, sedangkan cara
pengambilan subjek dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling yakni teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Tempat
penelitian berada di SDN Kesongo 01 Tuntang yang beralamat di Dusun Krajan RT 05 RW
01 Desa Kesongo Kabupaten Semarang. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan
Desember semester I Tahun Ajaran 2015/2016 pada materi Operasi Hitung Bilangan Bulat,
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). Teknik
pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dalam bentuk essay.
Peneliti memberikan tes mengenai materi KPK dan FPB kepada siswa kelas V SDN Kesongo
01 Tahun Ajaran 2015/2016. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan. Tahap reduksi data dengan menganalisis jawaban siswa
dengan mengelompokkan jawaban siswa ke dalam salah satu pendekatan, strategi pemecahan
masalah dan mengkategorikan jawaban benar dan salah berdasarkan pendekatan dan
strateginya. Tahap penyajian data, menyajikan data yang telah dianalisis dalam bentuk tabel
ataupun diagram. Tahap kesimpulan, dilakukan kesimpulan data yang telah diperoleh dari
proses reduksi dan penyajian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendekatan Penyelesaian
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat dua pendekatan yang digunakan siswa
dalam menyelesaikan soal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Holistik dan
Analitik-Sintetik. Kemudian dalam pendekatan Analitik-Sintetik terdapat tiga strategi yang
digunakan yaitu strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional.
Hasil penelitian yang telah dianalisis disimpulkan pendekatan analisis-sintetik lebih
besar dibandingkan pendekatan holistik. Siswa yang menggunakan pendekatan analisis-
sintetik rata-rata sebesar 70,83%. Sementara siswa yang menggunakan pendekatan holistik
dalam menyelesaikan soal rata-rata adalah 29,17%. Dari keempat soal tersebut, yang paling
mendominasi dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan pendekatan analisis-sintetik
adalah soal nomor tiga. Berikut ini akan dipaparkan pendekatan pemecahan masalah
dilakukan oleh siswa dalam bentuk diagram batang.
60
29,17%
40
20
0
Holistik Analitik-Sintetik
Pada pengerjaan soal, siswa akan mendapatkan hasil berupa jawaban benar ataupun
jawaban salah baik mengerjakan soal menggunakan pendekatan holistik ataupun Analitik-
Sintetik. Dari 29,17% siswa pendekatan holistik yang digunakan, terdapat 13,89% siswa
menjawab dengan benar dan 15,28 % siswa menjawab dengan salah. Siswa yang dapat
menjawab dengan benar paling banyak terdapat pada soal nomor satu dan tidak ada siswa
yang menggunakan pendekatan ini menjawab dengan benar pada soal nomor dua, nomor tiga
ataupun nomor empat.
Pada pendekatan analitik-sintetik, terdapat 70,83% siswa yang menggunakan
pendekatan ini. Sebanyak 51,39% siswa yang menggunakan pendekatan analitik-sintetik
menjawab dengan benar dan 19,44% siswa menjawab dengan salah. Siswa dapat menjawab
dengan benar dengan menggunakan pendekatan ini paling banyak terdapat pada soal nomor
tiga. Dalam hal ini pendekatan analitik-sintetik lebih dominan dalam jawaban benar.
Soal 2. Seorang pedagang mangga membeli 5 peti mangga. Masing-masing berat peti 20 kg,
dengan harga Rp65.000,00 per peti. Setelah dibuka, ternyata 10kg mangga rusak dan busuk.
Sisanya dijual dengan harga Rp4.500,00 per kg. Berapa rupiah keuntungan pedagang
mangga itu?
Soal 3. Ada 3 buah lampu merah, kuning dan hijau. Mula-mula ketiga lampu itu menyala
serempak bersamaan. Kemudian, lampu merah menyala setiap 12 detik, lampu kuning
menyala setiap 10 detik dan lampu hijau menyala tiap 15 detik. Tiap berapa detik ketiga
lampu itu menyala bersamaan?
Pada Gambar 9, siswa menggunakan pendekatan holistik yaitu hasil dari pandangan
umum dari seluruh masalah. Siswa melihat soal secara umum dengan mengalikan dari apa
yang dikehaui dari soal. Siswa menuliskan persepsi yang ia pahami tentang soal yang
diberikan.
PENUTUP
Dalam menyelesaikan soal yang diberikan, siswa menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan Holistik dan pendekatan Analitik-Sintetik. Dari kedua pendekatan tersebut,
pendekatan Analitik-Sintetik yang paling dominan dengan persentase 70,83% siswa dan
pendekatan holistik sebesar 29,17% siswa. Pendekatan analitik-sintetik yang menjadi
dominan dalam penyelesaian yang digunakan siswa, terdapat tiga strategi kognitif yaitu
strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional. Dari ketiga strategi kognitif
tersebut, yang paling banyak digunakan oleh siswa adalah strategi proposional dengan
persentase 66,67% siswa kemudian disusul strategi linguistik dengan persentase sebesar
59,02% siswa dan yang paling sedikit adalah strategi fungsional dengan persentase sebesar
3,47% siswa
Kesulitan- kesuliatan yang ditemui siswa dalam pemecahan masalah nampaknya harus
diperhatikan dan seringnya strategi yang digunakan siswa dapat membantu pengajar dalam
memberikan bimbingan yang lebih baik. Dalam materi operasi hitung bilangan bulat, KPK
dan FPB, tampak siswa lebih banyak menggunakan rumus dalam memecahkan soal, maka
siswa harus benar-benar dibimbing untuk memahami rumus dengan baik agar dapat
menjawab dengan benar. Soal-soal yang melatih mereka untuk berpikir kreatif dalam
memecahkan masalah juga sangat diperlukan karena akan memavu siswa untuk
menggunakan nalar mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta :
Derjendikti.
Conroy J.S, Sutriyono. 1998. Problem Solving Skilla with Ratios, and Mathematical
Perceptions of Student Enrolled in the Program D2 PGSD. Satya Widya, Vol.9 No.2,
hal:89-101
Dube, Lilia. Modeling Mathematical Problem Solving Behaviour. Miami : D & D American
Technologies Inc.
Estina. 2011. Artikel Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah PPPPTK
Matematika
Fajar, Shadiq. 2004, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Widyaiswara PPPG
Matematika Yogyakarta
Koko M. 2007. Matematika dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Jakarta
Liddirillah, Didin Abdul Muiz. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar. Tasikmalaya; tidak diterbitkan
Sugiyono. Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit
ALFABETA
Suherman, E, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI