Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI

OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA


KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
WURI PRASTIWI NURHAYATI
202010081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI
OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA
KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Wuri Prastiwi Nurhayati 1, Kriswandani 2 Tri Nova Hasti Yunianta 2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Ilmu Pengetahuan


Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1
Mahasiswa pendidikan Matematika FKIP UKSW
2
Dosen pendidikan Matematika FKIP UKSW
wuriprastiwi92@gmail.com

ABSTRAK

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
strategi pemecahan masalah matematika pada materi operasi hitung, KPK dan FPB bagi siswa kelas V
SDN Kesongo 01 Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ini Siswa Kelas V SDN
Kesongo 01 Tuntang yang berjumlah 36 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar
siswa, yakni 70,83% siswa menggunakan Pendekatan Analitik-Sintetik dan 29,17% siswa
menggunakan Pendekatan Holistik. Siswa yang menggunakan Pendekatan Analitik-Sintetik
menggunakan tiga strategi kognitif yakni terdapat 67,36% siswa menggunakan strategi proposional,
59,72% siswa menggunakan strategi linguistik dan 3,47% siswa menggunakan strategi fungsional.
Hal ini bermakna bahwa siswa dapat memahami soal yang diberikan dan dapat mengerjakan soal
dengan langkah-langkah sesuai alur logika yang diajarkan oleh guru namun masih ditemui siswa yang
menjawab soal dari persepsi siswa sendiri dalam memecahkan masalah.

Kata Kunci : strategi pemecahan masalah, matematika SD, kpk, fpb, bilangan bulat

Pendahuluan
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu
mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan
matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi tujuan yang bersifat material menekan
kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika. Secara terperinci,
tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran
matematika yakni: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkosistensi; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Estina, 2011). Guna mencapai tujuan
pembelajaran matematika yang telah dikemukakan, maka guru dituntut untuk mengajar
dengan strategi yang tepat.
Kenyataan yang ditemui dalam pembelajaran matematika di kelas 5 SD Kesongo 01
Tuntang menunjukkan bahwa guru masih mengajar dengan metode pembelajaran yang
konvensional. Proses pembelajaran ini dikatakan tidak tepat karena tidak tercapainya tujuan
pembelajaran matematika sebagaimana dikemukakan oleh Estina (2011). Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan, ditemukan bahwa siswa belum dapat berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan secara baik. Selain itu, imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba dalam diri siswa juga belum begitu terbangun. Hal-hal tersebut
merupakan akibat dari pemilihan strategi pembelajaran yang tidak tepat. Jika strategi
pembelajaran yang digunakan tidak segera diubah, dikhawatirkan akan berdampak pada tidak
berkembangnya kemampuan kognitif siswa khususnya dalam bidang matematika.
Ketepatan pemilihan strategi pembelajaran tidak lepas dari berbagai hal yang perlu
dipertimbangkan. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode
pembelajaran yang tepat adalah karakteristik siswa. Dalam hal ini, salah satu komponen yang
membentuk karakter siswa adalah kemampuan atau gaya pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika. Guna mendalami karakter ini, perlu kajian lebih lanjut mengenai
konsep pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah dasar. Kemampuan pemecahan
masalah sangat penting dikuasai oleh siswa sekolah dasar tidak hanya dalam kemampuan
pemecahan masalah matematika, tetapi agar siswa mampu memecahkan masalah dalam
bidang lain melalui cara berpikir matematis (Abdul, 2008). Masalah matematika dapat
diselesaikan dengan efektif dan efisien dengan kemampuan membaca dan bernalar.
Pemecahan dimulai dengan merumuskan, mengumpulkan informasi, mencari gagasan,
merumuskan gagasan dalam langkah tindakan, memeriksa setiap langkah, menuliskan solusi
dan menafsirkan hasil yang diperoleh (Koko, 2007). Salah satu cara untuk
mengembangkannya adalah melalui penyediaan pengalaman pemecahan masalah yang
memerlukan strategi berbeda-beda dari suatu masalah ke masalah lainnya. Strategi
pemecahan masalah adalah alat yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah
(Suherman, 2003)
Strategi pemecahan masalah matematika dapat diartikan sebagai suatu teknik
penyelesaian soal-soal pemecahan masalah matematika yang bersifat praktis. Strategi ini
memuat beberapa komponen yang merupakan prasyarat dalam menggunakannya. Beberapa
komponen tersebut, yang paling esensial adalah komponen materi matematika itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk dapat memilih strategi yang paling tepat dalam penyelesaian soal-soal
pemecahan masalah matematika, pemahaman yang baik tentang materi itu sendiri sangat
diperlukan sekali. Seseorang yang memiliki pemahaman materi yang kurang memadai, akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan penyelesaian soal-soal pemecahan masalah
matematika (Nyimas, 2008).
Menurut Dube (1990), terdapat dua pendekatan model perilaku pemecahan masalah,
yaitu pendekatan Holistik dan pendekatan Analitik-Sintetik. Pendekatan Holistik adalah
pendekatan dimana persamaan yang dituliskan oleh siswa merupakan hasil dari pandangan
umum dari seluruh masalah, sedangkan pendekatan Analitik-Sintetik adalah suatu pendekatan
dimana siswa memecah atau membagi masalah yang diberikan dan yang tidak diketahui,
kemudian menuliskan persamaan yang sebenarnya setelah menggunakan arti kata dan alasan
matematika, manipulasi aljabar, dan kalkulasi aritmatika. Adapun analisis datanya seperti
Bagan 1. Model Pemecahan Masalah berikut.

Bagan 1. Model Pemecahan Masalah

Model analitik sintetik mengidentifikasi dari cara untuk mendapatkan hasil atau
penyelesaian. Cara untuk mendapatkan hasil atau penyelesaian dianalisis ke dalam tiga
strategi kognitif. Tiga strategi kognittif tersebut adalah linguitik, prosopisonal, dan
fungsional. Strategi linguistik adalah persamaan yang didapatkan dari kata-kata dalam
masalah atau dari susunan kata-kata dalam masalah. Pada strategi linguistik siswa
memecahkan masalah melalui apa yang didapat dari kata-kata yang ada dalam soal.
Selanjutnya strategi proposional adalah persamaan didapatkan dari penggunaan pengetahuan
formula matematika atau konsep matetika. Strategi fungsional adalah strategi dimana
persamaan yang dihasilkan oleh siswa adalah hasil dari penggunaan konsep fungsi
matematika lain. Pada strategi ini siswa murni menggunakan rumus dalam menyelesaikan
soal. Pendekatan holistik banyak dilakukan oleh sebagian besar siswa yang berusaha
menerapkan rumus tetapi tidak kritis (Conroy & Sutriyono 1998). Model yang kedua ini
ditunjukkan pada Bagan 2. Model Strategi Pemecahan Masalah.

Proposional

Bagan 2. Model Strategi Pemecahan Masalah


Mknjklnklnklnklnlknm,mmmMasalahMMas
Hasil pekerjaan siswa akan menunjukkan strategi pemecahan masalah yang digunakan
siswa dalam menjawab soal. Hal ini merupakan indikator untuk mengkategorikan siswa
berdasarkan pendekatan atau strategi yang digunakan. Lebih lanjut, indikator yang dapat
digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengkategorikan atau mengelompokkan
jawaban siswa pada salah satu pendekatan, strategi pemecahan masalah ditunjukkan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Strategi pemecahan Masalah Materi
Operasi Hitung Bilangan bulat, KPK dan FPB
Strategi Indikator
Holistik  Siswa memahami soal yang diberikan dan menuliskan jawabannya dari apa yang
siswa pahami
 Siswa menuliskan jawabannya sesuai dengan persepsi yang ia pahami tentang soal
yang diberikan
 Siswa tidak mengggunakan prosedur rutin atau langkah-langkah yang diajarkan
dalam menjawab soal yang diberikan
Analitik-  Siswa memahami soal yang diberikan dan menuliskan jawabannya secara runtut
Sintetik sesuai dengan alur logika pada soal yang diberikan
 Siswa menunjukkan langkah-langkah secara eksplisit dalam memecahkan soal
yang diberikan
 Dalam mengerjakan soal yang diberikan, siswa menggunakan langkah-langkah
atau prosedur yang rutin dan yang sesuai dengan guru ajarkan
Linguistik  Siswa mengidentifikasi makna kata dalam soal yang berikan
 Siswa menuliskan jawaban sesuai alur soal yang diberikan
 Siswa mengidentifikasi hal-hal yang diketahui pada soal
Proposional  Siswa membentuk model matematika
 Siswa mengerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah diajarkan oleh guru
Fungsional  Persamaan yang didapat dari penggunaan formula matematika lain atau cara lain
dalam menyelesaikan soal

Identifikasi strategi pemecahan masalah yang digunakan oleh siswa menjadi hal yang
sangat strategis, karena menjadi titik tolak pemilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan oleh guru. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi
pemecahan masalah materi operasi bilangan bulat KPK dan FPB bagi siswa kelas 5 SDN
Kesongo 01 Tuntang, Kabupaten Semarang.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif-
kualitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai strategi pemecahan
masalah yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah sesuai sifat-sifat dan indikator
yang telah ada tanpa menggunakan perhitungan atau mengolah data statistik.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kesongo 01 Tuntang, sedangkan cara
pengambilan subjek dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling yakni teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Tempat
penelitian berada di SDN Kesongo 01 Tuntang yang beralamat di Dusun Krajan RT 05 RW
01 Desa Kesongo Kabupaten Semarang. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan
Desember semester I Tahun Ajaran 2015/2016 pada materi Operasi Hitung Bilangan Bulat,
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). Teknik
pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dalam bentuk essay.
Peneliti memberikan tes mengenai materi KPK dan FPB kepada siswa kelas V SDN Kesongo
01 Tahun Ajaran 2015/2016. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan. Tahap reduksi data dengan menganalisis jawaban siswa
dengan mengelompokkan jawaban siswa ke dalam salah satu pendekatan, strategi pemecahan
masalah dan mengkategorikan jawaban benar dan salah berdasarkan pendekatan dan
strateginya. Tahap penyajian data, menyajikan data yang telah dianalisis dalam bentuk tabel
ataupun diagram. Tahap kesimpulan, dilakukan kesimpulan data yang telah diperoleh dari
proses reduksi dan penyajian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendekatan Penyelesaian
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat dua pendekatan yang digunakan siswa
dalam menyelesaikan soal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Holistik dan
Analitik-Sintetik. Kemudian dalam pendekatan Analitik-Sintetik terdapat tiga strategi yang
digunakan yaitu strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional.
Hasil penelitian yang telah dianalisis disimpulkan pendekatan analisis-sintetik lebih
besar dibandingkan pendekatan holistik. Siswa yang menggunakan pendekatan analisis-
sintetik rata-rata sebesar 70,83%. Sementara siswa yang menggunakan pendekatan holistik
dalam menyelesaikan soal rata-rata adalah 29,17%. Dari keempat soal tersebut, yang paling
mendominasi dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan pendekatan analisis-sintetik
adalah soal nomor tiga. Berikut ini akan dipaparkan pendekatan pemecahan masalah
dilakukan oleh siswa dalam bentuk diagram batang.

Pendekatan yang digunakan siswa


80 70,83%

60
29,17%
40
20
0
Holistik Analitik-Sintetik

Diagram 1. Pendekatan yang Digunakan Oleh Siswa

Penggunaan Strategi Penyelesaian


Pendekatan Analitik-Sintetik yang digunakan siswa dalam menjawab soal terdapat
tiga strategi yaitu strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional. Hasil
analisis yang dilakukan, sebagian besar siswa menggunakan strategi proposional dengan rata-
rata 67,36%. Sebagian lainnya terbagi menjadi strategi linguistik sebanyak 59,72% dan
strategi fungsional sebanyak 3,4%. Setiap soal yang diberikan kepada siswa, strategi
proposional dan linguistik lebih dominan dibandingkan strategi fungsional. Meskipun
demikian, soal nomor tiga paling banyak siswa yang menggunakan strategi proposional
dalam menyelesaikan soal. Berikut ini akan dipaparkan strategi pemecahan masalah
dilakukan oleh siswa dalam bentuk diagram batang.
Strategi penyelesaian yang digunakan
siswa
80 66.67%
59.72%
60
40
20
3.47%
0
Linguistik Proposional Fungsional

Diagram 2. Strategi yang Digunakan Oleh Siswa

Kebenaran Jawaban dan Pendekatan yang Digunakan Siswa

Pada pengerjaan soal, siswa akan mendapatkan hasil berupa jawaban benar ataupun
jawaban salah baik mengerjakan soal menggunakan pendekatan holistik ataupun Analitik-
Sintetik. Dari 29,17% siswa pendekatan holistik yang digunakan, terdapat 13,89% siswa
menjawab dengan benar dan 15,28 % siswa menjawab dengan salah. Siswa yang dapat
menjawab dengan benar paling banyak terdapat pada soal nomor satu dan tidak ada siswa
yang menggunakan pendekatan ini menjawab dengan benar pada soal nomor dua, nomor tiga
ataupun nomor empat.
Pada pendekatan analitik-sintetik, terdapat 70,83% siswa yang menggunakan
pendekatan ini. Sebanyak 51,39% siswa yang menggunakan pendekatan analitik-sintetik
menjawab dengan benar dan 19,44% siswa menjawab dengan salah. Siswa dapat menjawab
dengan benar dengan menggunakan pendekatan ini paling banyak terdapat pada soal nomor
tiga. Dalam hal ini pendekatan analitik-sintetik lebih dominan dalam jawaban benar.

Kebenaran Jawaban dan Strategi yang Digunakan Siswa


Terdapat 70,83% siswa menggunakan pendekatan analitik sintetik dalam mengerjakan
soal, ini berarti pendekatan ini lebih sering digunakan siswa dalam menjawab soal. Dari
pendekatan tersebut, terdapat tiga strategi kognitif yang digunakan siswa dalam menjawab,
strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional.
Siswa yang menggunakan strategi linguistik rata-rata sebanyak 59,72% dengan
49,31% siswa menjawab dengan jawaban benar dan 10,42% siswa menjawab dengan salah.
Sementara itu terdapat 67,36% siswa yang menggunakan stategi proposional dalam
mengerjakan soal dengan 49,31% siswa menjawab dengan benar dan 18,06% siswa
menjawab dengan salah. Strategi fungsional dari rata-rata 3,47% siswa yang menggunakan
strategi ini, 2,08% siswa menjawab dengan benar dan 1,39% siswa lainnya menjawab dengan
salah. Hal ini berarti siswa yang lebih banyak menjawab benar menggunakan strategi
linguistic dan proposional dalam memecahkan masalah.
Pembahasan
Soal 1. Aku adalah sebuah bilangan. Jika aku ditambah dengan 13 dan hasilnya dikalikan
dengan 25, maka menjadi 625. Bilangan berapakah aku?

Gambar 1. Jawaban Soal Nomor Satu dengan Jawaban Benar

Gambar 1 menunjukkan siswa mengerjakan soal dengan pendekatan holistik. Siswa


memandang soal secara keseluruhan sebagai sesuatu yang utuh serta tidak menggunakan
rumus dalam menyelesaikan soal. Siswa menggunakan presepsinya denganlangsung
mendapatkan hasil sehingga siswa langsung menjawab . Terlihat
jawaban siswa benar, namun jawaban tersebut kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Gambar 2. Jawaban Soal Nomor Satu dengan Jawaban Benar

Pada Gambar 2, siswa mengerjakan soal dengan menggunakan pendekatan analitik


sintetik, karena dalam jawaban siswa terdapat langkah-langkah secara ekplisit dalam
memecahkan soal yang diberikan. Dalam pendekatan analitik-sintetik, siswa menggunakan
strategi linguistik dalam menyelesaikan soal. Siswa dapat mengidentifikasi makna dari kata-
kata yang ada dalam soal yang diberikan dengan menuliskan jawaban sesuai alur soal. Selain
strategi linguistik, siswa juga menggunakan strategi proposional dalam menjawab soal. Siswa
membentuk model matematika dalam mencari dan mengerjakan soal dengan menggunakan
langkah-langkah secara runtut. Siswa juga menggunakan rumus matematika sesuai yang guru
ajarkan sebelumnya dan mengerjakan secara benar sehingga menghasilkan jawaban benar.

Gambar 3. Jawaban Soal Nomor Satu dengan Jawaban Benar

Pada Gambar 3, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik dalam menjawab


soal yang diberikan. Siswa menjawab soal dengan langkah-langkah sesuai dengan alur logika
yang diberikan. Pendekatan analitik-sintetik yang digunakan siswa menggunakan strategi
fungsional. Siswa menjawab soal dengan menggunakan cara lain yang beda dari yang guru
ajarkan. Siswa menggunakan sifat-sifat operasi hitung pada ruas kanan dan kiri yang sama
sehingga menghasilkan nilai .

Soal 2. Seorang pedagang mangga membeli 5 peti mangga. Masing-masing berat peti 20 kg,
dengan harga Rp65.000,00 per peti. Setelah dibuka, ternyata 10kg mangga rusak dan busuk.
Sisanya dijual dengan harga Rp4.500,00 per kg. Berapa rupiah keuntungan pedagang
mangga itu?

Gambar 4. Jawaban Soal Nomor Dua dengan Jawaban Salah

Pada Gambar 4, siswa menggunakan pendekatan holistik namun menghasilkan


jawaban yang salah. Siswa secara langsung mengoperasikan apa saja yang diketahui dalam
soal tanpa mengidentifikasi maksud dari soal tersebut. Siswa memahami soal dengan persepsi
yang ia pahami dengan mencari keuntungan dalam bentuk kilogram bukan rupiah. Langkah-
langkah yang dilakukan siswa dalam menjawab soal tidak runtut dan kurang baik dalam
berhitung.

Gambar 5. Jawaban Soal Nomor Dua dengan Jawaban Benar

Terlihat pada Gambar 5, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik dalam


mengerjakan soal. Dalam pendekatan analitik-sintetik, siswa menggunakan dua strategi
dalam menjawab soal. Streategi yang digunakan adalah linguistik dan proposional. Tampak
dalam jawaban, siswa mampu memahami soal dengan mengidentifikasikan dari makna kata
yang ada dalam soal serta hal-hal yang diketahui dengan baik sehingga siswa menggunakan
strategi linguistik dalam menjawab soal. Jawaban yang diberikan siswa menggunakan
langkah-langkah sesuai yang ia ketahui sebelumnya sehingga menghasilkan jawaban yang
benar dan berarti siswa menggunakan strategi proposional dalam menjawab soal.

Gambar 6. Jawaban Soal Nomor Dua dengan Jawaban Salah

Pada Gambar 6, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik strategi proposional


dalam menjawab soal. Siswa mengerjakan secara runtut dan menggunakan langkah-langkah
yang diajarkan guru. Namun siswa kurang memahami soal dengan melakukan langkah akhir
dengan mengurangkan harga jual buah mangga dengan harga saat membeli mangga tersebut.
Tampak dalam jawaban, hasil perkalian harga beli mangga dengan banyak karung salah.

Gambar 7. Jawaban Soal Nomor Dua dengan Jawaban Salah

Gambar 7 menunjukkan siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik strategi


fungsional dalam memecahkan masalah. Siswa menggunakan cara lain dalam memecahkan
masalah. Tampak dalam jawaban siswa menggunakan pemisalan, namun siswa kurang
memahami soal pada bagian buah yang busuk.

Soal 3. Ada 3 buah lampu merah, kuning dan hijau. Mula-mula ketiga lampu itu menyala
serempak bersamaan. Kemudian, lampu merah menyala setiap 12 detik, lampu kuning
menyala setiap 10 detik dan lampu hijau menyala tiap 15 detik. Tiap berapa detik ketiga
lampu itu menyala bersamaan?

Gambar 8. Jawaban Soal Nomor Tiga dengan Jawaban Benar

Terlihat pada Gambar 8, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik dalam


memecahkan masalah dengan strategi linguistik dan proposional dalam menjawab soal.
Siswa mampu memahami makna dari kata yang terdapat pada soal, kemudian menjawab
dengan menggunakan langkah-langkah dengan membuat pohon factor dan menuliskan
faktorisasi prima yang kemudian mencari KPK sesuai yang diajarkan oleh guru.

Gambar 9. Jawaban Soal Nomor Tiga dengan Jawaban Salah

Pada Gambar 9, siswa menggunakan pendekatan holistik yaitu hasil dari pandangan
umum dari seluruh masalah. Siswa melihat soal secara umum dengan mengalikan dari apa
yang dikehaui dari soal. Siswa menuliskan persepsi yang ia pahami tentang soal yang
diberikan.

Gambar 10. Jawaban Soal Nomor Tiga dengan Jawaban Benar

Terlihat pada Gambar 10, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik strategi


fungsional dengan benar. Siswa mencari kelipatan dari setiap lampu untuk mendapatkan
kelipatan yang sama dari ketiga lampu tersebut. Dalam hal ini, guru mengajarkan siswa cara
mencari pemecahan masalah pada soal dengan menggunakan KPK, namun siswa
menggunakan cara lain dalam menjawab soal.

Gambar 11. Jawaban Soal Nomor Tiga dengan Jawaban Benar

Pada Gambar 11, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik strategi


proposional dalam memecahkan masalah. Nampak siswa kurang memahami maksud dari soal
tersebut, namum siswa mengerjakan sesuai langkah-langkah mencari KPK seperti yang
diajarkan oleh guru. Siswa mencari faktorisasi prima dari 3 yang sebenarnya yang
dimaksudkan disoal adalah 3 buah lampu.
Soal 4. Zuni mendapat oleh-oleh dari ibunya berupa 30 kue dan 72 permen. Kue dan
permen tersebut dibungkus untuk dibagikan kepada beberapat temannya. Setiap bungkus
isinya sama. Ada berapa bungkusan yang dapat dibuat Zuni sebanyak-banyaknya?

Gambar 12. Jawaban Soal Nomor Empat dengan Jawaban Benar

Terlihat pada Gambar 12, siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik strategi


fungsional dengan jawaban benar. Siswa mencari factor prima dari permen dan kue. Dalam
hal ini, guru mengajarkan siswa cara mencari pemecahan masalah pada soal dengan
menggunakan FPB, namun siswa menggunakan cara lain dalam menjawab soal.

Gambar 13. Jawaban Soal Nomor Empat dengan Jawaban Benar

Gambar 13 menunjukkan siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik dalam


memecahkan masalah. Dalam pendekatan analitik-sintetik, strategi yang digunakan adalah
strategi linguistik dan proposional. Siswadapat mengartikan maksud dari soal, kemudian
menjawab dengan menggunakan langkah-langkah dengan membuat pohon factor terlebih
dahulu kemudian menuliskan faktorisasi prima sehingga didapat FPB dari banyak kue dan
permen sesuai yang diajarkan oleh guru.

Gambar 14. Jawaban Soal Nomor Empat dengan Jawaban Salah


Gambar 14 menunjukkan siswa menggunakan pendekatan analitik-sintetik dengan
strategi proposional dalam memecahkan masalah. Siswa kurang memahami maksud dari soal
tersebut, namum siswa mengerjakan sesuai langkah-langkah membuat pohon factor terlebih
dahulu kemudian mencari faktorisasi prima tersebut. Siswa tidak menjawab dari apa yang
ditanyakan dalam soal dan hanya membuat KPK dan FPB.

PENUTUP
Dalam menyelesaikan soal yang diberikan, siswa menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan Holistik dan pendekatan Analitik-Sintetik. Dari kedua pendekatan tersebut,
pendekatan Analitik-Sintetik yang paling dominan dengan persentase 70,83% siswa dan
pendekatan holistik sebesar 29,17% siswa. Pendekatan analitik-sintetik yang menjadi
dominan dalam penyelesaian yang digunakan siswa, terdapat tiga strategi kognitif yaitu
strategi linguistik, strategi proposional dan strategi fungsional. Dari ketiga strategi kognitif
tersebut, yang paling banyak digunakan oleh siswa adalah strategi proposional dengan
persentase 66,67% siswa kemudian disusul strategi linguistik dengan persentase sebesar
59,02% siswa dan yang paling sedikit adalah strategi fungsional dengan persentase sebesar
3,47% siswa
Kesulitan- kesuliatan yang ditemui siswa dalam pemecahan masalah nampaknya harus
diperhatikan dan seringnya strategi yang digunakan siswa dapat membantu pengajar dalam
memberikan bimbingan yang lebih baik. Dalam materi operasi hitung bilangan bulat, KPK
dan FPB, tampak siswa lebih banyak menggunakan rumus dalam memecahkan soal, maka
siswa harus benar-benar dibimbing untuk memahami rumus dengan baik agar dapat
menjawab dengan benar. Soal-soal yang melatih mereka untuk berpikir kreatif dalam
memecahkan masalah juga sangat diperlukan karena akan memavu siswa untuk
menggunakan nalar mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nyimas dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta :
Derjendikti.
Conroy J.S, Sutriyono. 1998. Problem Solving Skilla with Ratios, and Mathematical
Perceptions of Student Enrolled in the Program D2 PGSD. Satya Widya, Vol.9 No.2,
hal:89-101
Dube, Lilia. Modeling Mathematical Problem Solving Behaviour. Miami : D & D American
Technologies Inc.
Estina. 2011. Artikel Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah PPPPTK
Matematika
Fajar, Shadiq. 2004, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Widyaiswara PPPG
Matematika Yogyakarta
Koko M. 2007. Matematika dan Kecakapan Hidup. Ganeca Exact. Jakarta
Liddirillah, Didin Abdul Muiz. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Dasar. Tasikmalaya; tidak diterbitkan
Sugiyono. Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit
ALFABETA
Suherman, E, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI

Anda mungkin juga menyukai